Anda di halaman 1dari 14

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama : Devita Ayu Mahuiro, S.Pd.

Masalah yang telah


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Kurangnya pengetahuan Hasil refleksi: Berdasarkan hasil refleksi diri, kajian
tentang model 1. Guru kurang mengenal karakteristik siswa. literatur dan wawancara, analisis
pembelajaran terkini 2. Guru kurang mengembangkan diri untuk eksplorasi penyebab Kurangnya
yang sesuai dengan mempelajari model pembelajaran yang ada. pengetahuan tentang model pembelajaran
karakter siswa. terkini yang sesuai dengan karakter
Kajian literatur model pembelajaran inovatif: siswa.
Degeng (1989) mengatakan bahwa suatu prestasi adalah:
belajar memerlukan kondisi belajar internal dan
kondisi belajar eksternal yang berbeda. Suatu metode 1. Guru tidak mengetahui
pembelajaran seringkali hanya cocok untuk belajar karakteristik cara belajar siswanya.
tipe isi tertentu di bawah kondisi tertentu. Hal ini
berarti bahwa untuk belajar tipe isi yang lain di 2. Guru selalu menggunakan model
bawah kondisi yang lain, diperlukan metode pembelajaran yang hampir sama di
pembelajaran yang berbeda. setiap pembelajaran.

Majid (2008:133) mengemukakan bahwa pendekatan 3. Guru kurang memanfaatkan


dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi kesempatan untuk memperoleh
berkenaan dengan hakikat dan belajar mengajar. ilmu tentang kurikulum yang
Metode adalah rencana menyeluruh tentang penyajian beredar diluar (MGMP, seminar,
materi ajar secara sistematis dan berdasarkan workshop, diklat, dll)
pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik
adalah kegiatan spesifik yang mengimplementasikan 4. Guru perlu mempelajari prilaku
dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan remaja agar dapat melakukan
yang dipilih. pendekatan guna mendukung
proses belajar mengajar.
Tadif dalam Muhibbin Syah
(2006:201), metode mengajar adalah cara yang berisi
prosedur baku untuk melakasanakan kegiatan
pendidikan, khususnya kegiatan penyajian meteri
pelajaran pada siswa

Sumber :
Elaine B. Johnson. 2008. Contextual Teaching &
Learning. Menjadikan Kegiatan Belajar-Meng-
ajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MLC.

Hay, David, B. 2006. ”Using Concept Maps to Reveal


Conceptual Typologies”. Education &Training Journal.
Vol. 48, No.2/3, pp. 127-142.

Kardi, S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung.


Surabaya.University Press.

Pujasari, Yayah dan Nurdin. 2011.Pengaruh


Kompetensi Profesional terhadap Keberhasilan
Siswa. www.teknologipendidikan.net.
Diunduh Tanggal 28 April 2012.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning. Teori,


Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar


Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu


Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hasil wawancara :
Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Mlonggo. Rabu,
31 Agustus 2022 secara langsung:

1. Guru dapat mengikuti sosialisasi kurikulum


terkini, seperti mengikuti MGMP, seminar,
workshop atau diklat tentang kurikulum.
2. Guru dapat mempelajari karakter peserta didik,
dimana peserta didik adalah usia remaja. Dapat
melalui media televisi, artikel, jurnal atau
youtube.

2 Terdapat siswa yang Hasil refleksi: Berdasarkan hasil refleksi diri, kajian
kurang percaya diri 1. Siswa masih beranggapan bahwa Bahasa literatur dan wawancara, analisis
dalam mempelajari Inggris merupakan bahasa asing yang sulit eksplorasi penyebab siswa kurang
vocabulary, dipelajari. percaya diri dalam mempelajari
pronounciation dan 2. Siswa merasa tidak percaya diri karena takut vocabulary, pronounciation dan grammar:
grammar. melakukan kesalahan dalam berbicara atau
membaca dalam Bahasa Inggris. 1. Guru kurang aktif dalam
3. Kurangnya jumlah jam pelajaran pada mapel mengenalkan pembelajaran Bahasa
Bahasa Inggris. Inggris yang fun dan mudah
dipahami oleh siswa.
Kajian literatur :
Komara (2016) yang menyatakan bahwa rasa percaya
diri yang dimiliki siswa nantinya akan 2. Guru terkadang lupa memberi
mengembangkan bakat, minat, dan potensi yang contoh pronounciation yang tepat
sebenarnya mereka sudah miliki sebelumnya kepada siswa, sehingga siswa
sehingga bisa berkembang menjadi sebuah kesulitan dalam membaca kosakata
keberhasilan. Siswa yang dengan kepercayaan diri atau teks Bahasa Inggris.
yang tinggi memliki kecenderungan untuk lebih baik
dalam merencanakan karirnya dibandingkan siswa
3. Karena kurangnya jumlah jam
dengan kepercayaan diri yang rendah. pelajaran Bahasa Inggris di SMK
Mardatillah (2010: 176) menyatakan bahwa yang hanya 2JP perminggu, guru
kepercayaan diri yang dimiliki seseorang dapat kesulitan dalam mengeksplorasi
dilihat dari sikap: bakat siswa dalam Bahasa Inggris.
1. Mengenal dengan baik kekurangan dan
kelebihan yang dimilikinya lalu 4. Kurangnya apresiasi atau reward
mengembangkan potensi yang dimilikinya. bagi yang siswa mencapai tujuan
2. Membuat standar atas pencapaian tujuan pembelajaran.
hidupnya lalu memberikan penghargaan jika
berhasil dan bekerja lagi jika tidak tercapai.
3. Tidak menyalahkan orang lain atas kekalahan
atau ketidak berhasilannya namun lebih
banyak instrospeksi diri sendiri.
4. Mampu mengatasi perasaan tertekan, kecewa,
dan rasa ketidak mampuan yang
menghinggapinya.
5. Mampu mengatasi rasa kecemasan dalam
dirinya,
6. Tenang dalam menjalankan dan menghadapi
segala sesuatunya.
7. Berpikir positif.

Mardatillah (2010) Siswa yang memiliki rasa percaya


diri akan memiliki pandangan yang positif terhadap
dirinya sendiri dan berani mengembankan potensi diri
meski mereka mengalami kegagalan.

Sumber:
Komara, I. B. 2016. Hubungan antara Kepercayaan
Diri dengan Prestasi Belajar dan Perencanaan Karir
Siswa SMP. PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan
Dan Konseling, 5(1), 33.
https://doi.org/10.12928/psikopedagogia.v5i1.4474
Mardatillah. (2010).Pengembangan Diri. STIE
Balikpapan: Madani.

Hasil wawancara :
Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Mlonggo. Rabu,
31 Agustus 2022 secara langsung:

1. Guru dapat memberikan contoh pronouciation


yang tepat kepada siswa.
2. Untuk mengajarkan pronounciation, Guru
dapat menggunakan media lagu.
3. Memberikan jam tambahan di hari libur. Yaitu
di hari Sabtu.
4. Mengkondisikan siswa agar tetap memberikan
apresiasi kepada performa teman-temannya.
5. Memberikan reward bagi siswa yang
melaksanakan tugasnya dengan baik.

3 Siswa melakukan tindakan Hasil refleksi : Berdasarkan hasil refleksi diri, kajian
Indisipliner di lingkungan 1.Siswa menganggap sekolah adalah tempat literatur dan wawancara, analisis
sekolah. dibatasinya kebebasan. eksplorasi penyebab Siswa melakukan
2. Kurangnya pendampingan oleh orang tua dirumah. tindakan Indisipliner di lingkungan
3. Orang tua tidak mengetahui minat dan bakat anak. sekolah adalah:
1. Siswa belum sepenuhnya menaati
Kajian literatur: peraturan sekolah, sehingga
Bentuk perilaku indisiplin ialah perbuatan yang menimbulkan kondisi yang tidak
menunjukkan ketidaktaatan pada
kondusif dilingkungan sekolah.
regulasi, tidak disiplin, serta melanggar tata tertib
yang telah disepakati bersama (Tim Gama
Press, 2000). 2. Prilaku salah satu siswa yang tidak
disiplin, dapat mempengaruhi siswa
Peserta didik kerap menunjukkan sikap dan perilaku yang lainnya.
yang mencerminkan perilaku indisiplinernya. Saat
berlangsungnya PBM, perilaku-perilaku indisipliner
3. Siswa kurang mampu bersikap dan
peserta didik yang dijumpai, antara lain:
1. terlambat masuk kelas bertutur kata sopan terhadap guru.
2. bolos dalam PBM
3. berbohong 4. Angka putus sekolah yang cukup
4. tidak mengikuti instruksi tinggi, dikarenakan motivasi belajar
5. terlambat mengumpulkan tugas yang rendah, dan didorong oleh
6. pasif selama PBM permasalahan keluarga.
7. tidak mengerjakan tugas atau presentasi
8. merokok
9. membuat keribuatan atau kegaduhan selama
PBM
10.menyontek atau melakukan tindakan plagiasi
11.mengganggu teman yang sedang belajar
12.melanggar aturan atau kesepakatan
bersama.

Idu dan Ojedapo (2011), menambahkan bahwa


perilaku indisipliner dipengaruhi oleh sikap apatis
dari pemerintah, orang tua, pendidik, dan teman
sebaya dalam setiap tindakan dan interaksi sosial.

(Sava, 2002), ketika peserta didik ditegur atas


perilaku indisiplinernya. Teguran (tekanan psikologis)
tersebut pun akhirnya melahirkan pemberontakan
pasif pesertadidik kepada pendidik dengan tidak
mengubah sikapnya melainkan menaruh perasaan
1jengkel dan marah kepada pendidik.
Sumber:
Sava, F. A. (2002). Cause and effects of teacher
conflict-inducing attitudes towards pupils:
a path analysis model. Teaching and Teacher
Education, 18, 1007-1021.

Tim Gama Press. (2000). Kamus ilmiah populer:


Referensi ilmiah, sains, politik, hukum,
ekonomi, sosial, dan budaya. Jakarta: Gama Press.

Tzieropoulos, H., de Peralta, R. G., Bossaerts, P.,


Andino, S. L. G. (2011). The impact of disappointment
in decision making: Inter-individual Differences and
electrical neuroimaging. Frontiers in Human
Neuroscience, 4, 1-19

Hasil wawancara :
Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Mlonggo. Rabu,
31 Agustus 2022 secara langsung:
1. Kepala sekolah, dewan guru beserta staff
berdiskusi bersama guna menentukan
peraturan sekolah.
2. Menampung dan menyaring saran atau
pendapat dari peserta didik.
3. Peraturan sekolah harus disepakati bersama.
4. Menyosialisasikan peraturan sekolah sesering
mungkin, agar peraturan sekolah dapat
terserap dipikiran seluruh warga sekolah.
5. Memberikan apresiasi kepada siswa yang
menaati peraturan sekolah.
4 Terdapat perbedaan Hasil refleksi: Berdasarkan hasil refleksi diri, kajian
tingkat daya serap materi 1. Perlunya menerapkan model pembelajaran yang literatur dan wawancara, analisis
pembelajaran diantara memenuhi kebutuhan siswa di kelas. eksplorasi penyebab perbedaan tingkat
siswa. 2. Guru harus memastikan bahwa semua siswa
daya serap materi pembelajaran diantara
dapat menangkap materi yang telah
disampaikan. siswa adalah:

1. Guru kurang mampu mengenali


Kajian literatur:
(Sawiyanto : 2011) Daya serap belajar adalah prilaku siswa yang mengalami
kemampuan atau kekuatan dalam hal belajar untuk kesulitan belajar. Karena untuk
melakukan sesuatu, untuk bertindak dalam dapat menyerap pelajaran dengan
menyerap materi yang diajarkan. Tiap orang memiliki baik butuh keadaan jasmaniah
daya serap belajar tersebut, hanya berbeda yang prima.
kekuatannya saja.
2. Guru kurang memperhatikan
(Sawiyanto : 2011) Daya serap belajar itu
berkembang (terbentuk) dengan baik maka perlu pancaindra siswanya. Siswa yang
dilatih, sehingga dapat berfungsi sesuai dengan penglihatannya kurang sebaiknnya
fungsinya masing-masing. ditempatkan dibangku depan. Atau
bisa melaksanakan rotasi tempat
(Sudjana : 2005) klasifikasi hasil belajar menurut duduk.
Benyamin Bloom terbagi menjadi tiga
aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotoris.
a. Aspek kognitif berkaitan dengan
3. Keaktifan siswa yang kurang dalam
hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam hal, yaitu: proses pembelajaran.
1) pengetahuan atau ingatan
2) pemahaman 4. Kurangnya penggunaan media
3) aplikasi pembelajaran yang membangkitkan
4) analisis dan merangsang siswa untuk lebih
5) sintesis memperdalam pemahaman materi
6) evaluasi. yang diajarkan guru.

b. Aspek afektif adalah sikap yang berkaitan


dengan sikap seseorang. Hasil belajar afektif
tampak pada siswa melalui tingkah laku,
seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman
sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan
sosial.

c. Aspek psikomotoris berkaitan dengan


keterampilan (skill) dan kemampuan seseorang
untuk bertindak

Sugihartono dkk (2007: 81-84) menyebutkan


berbagai metode pembelajaran yang dapat dipilih guru
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
1. Metode ceramah
2. Metode latihan
3. Metode tanya jawab
4. Metode karyawisata
5. Metode demonstrasi
6. Metode sosiodrama
7. Metode bermain peran
8. Metode diskusi
9. Metode pemberian tugas
10.Metode eksperimen
11.Metode proyek
Sumber :
Sawiyanto. 2011. Pengertian dan Perbedaan Daya
Serap Siswa. (Online), tersedia
https://sawiyanto.blogspot.com/2011/12/pengertian-
dan-perbedaan-daya-serap.html?m=1
di unduh 30 Mei 2018

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses


Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan.


Yogyakarta: UNY Press.

Wawancara:
Kepala Jurusan FKK SMK Muhammadiyah Mlonggo.
Rabu, 31 Agustus 2022 secara langsung:

1. Terdapat siswa yang paham cukup dengan


diberikan materi.
2. Terdapat siswa yang paham jika diberikan
contoh nyata.
3. Terdapat siswa yang paham jika mencontohkan
sendiri.
4. Guru harus mengakomodir kebutuhan siswa
tersebut dikelas.
5 Siswa kesulitan dalam Hasil refleksi : Berdasarkan hasil refleksi diri, kajian
menjawab soal-soal 1. Pentingnya guru menganalisis tingkat literatur dan wawancara, analisis
HOTS. pemahaman siswa dalam menjawab eksplorasi penyebab siswa kesulitan
pertanyaan.
dalam menjawab soal-soal HOTS pada
Kajian literatur: pelajaran Bahasa Inggris adalah.:
Zaini (dalam Hanifah, 2019) menjelaskan bahwa
1. Guru masih bingung bagaimana
HOTS merupakan sebuah proses internal yang terjadi
cara menyampai kan materi
dalam diri seseorang yang ditandai oleh beberapa
berbasis HOTS karena kurangnya
karakteristik sebagai berikut:
pelatihan pembelajaran berbasis
(1)Melibatkan lebih dari satu jawaban benar
HOTS di sekolah.
(2)Berbicara tentang tingkat pemahaman
(3)Ditandai dengan tugas yang kompleks
2. Materi pelajaran yang disampaikan
(4)Bebas konten dan sekaligus content-related.
Dalam HOTS selain siswa dituntut untuk berpikir guru, kurang menggali kemampuan
tingkat tinggi, mereka juga harus berpikir kreatif. peserta didik untuk berpikir kritis,
bernalar dan sistematis.

Brookhart (dalam Susanto, 2018) Ada tiga 3. Guru hanya menerapkan


karakteristik HOTS :
pembelajaran satu arah, diberi
1).terdapat proses dan keterampilan berupa transfer
(transfer). pengertian dan rumus saja. Siswa
2).terdapat keterampilan berpikir kritis (critical tidak diajak berpikir tingkat tinggi.
thinking).
3).ketiga terdapat keterampilan pemecahan masalah 4. Guru sulit untuk mengembangkan
(problem solving). diri, sehingga masih menggunakan
model pembelajaran konvensional.
(Wijayanti dalam Lindawati, 2016) Dalam penilaian
berbasis HOTS pendidik harus menyiapkan instrumen 5. Guru harus menjadi sosok yang
yang efektif dan handal untuk menghasilkan dapat diajak berdiskusi bersama,
penilaian yang otentik (authentic assessment). membimbing siswa memecahkan
masalah.
Sumber :
Hanifah, Nurdinah. 2019. Pengembangan Instrumen
Penilaian Higher Order Thinking Skill (HOTS) di
Sekolah Dasar. Current Research in Education:
Conference Series Journal Vol. 1 No. 1 Tahun 2019.

Lindawati, dkk. 2016. Pengembangan Instrumen


Authentic Assessment untuk mengukur Higher Order
Thinking Skills Peserta Didik. Artikel Prosiding:
Seminar Nasional Pendidikan. ISBN 978-602- 74712-
0-7-140.Bandarlampung: Universitas Lampung.

Susanto. 2018. LOTS dan HOTS dalam Kurikulum


2013. Gresik: Graniti.

Hasil wawancara :
Kepala Jurusan FKK SMK Muhammadiyah Mlonggo.
Rabu, 31 Agustus 2022 secara langsung:
1. Menemukan kata kunci disetiap soal.
2. Memahami konsep, bukan menghafal.
3. Memecahkan masalah secara sistematis.
4. Berlatih soal-soal.
5. Memelajari kisi-kisi yang diberikan.

6 Penggunaan TIK yang Hasil refleksi : Berdasarkan hasil refleksi diri, kajian
belum optimal dalam 1. Guru kurang mengupgrade ilmu tentang literatur dan wawancara, analisis
proses pembelajaran penggunaan IT. eksplorasi penyebab penggunaan TIK
Bahasa Inggris. 2. Guru kurang memanfaatkan teknologi untuk yang belum optimal dalam proses
kegiatan pembelajaran. pembelajaran Bahasa Inggris adalah :

Kajian literatur:
Holyes & Lagrange (2010) bahwasaanya hal yang 1. Guru merasa di zona nyaman,
paling berpengaruh dalam dunia pendidikan adalah yakni mengajar dengan cara
penggunaan teknologi. konvensional. Sehingga
membuatnya kurang dalam
(Fu, 2013) Dalam sudut pandang yang lebih mengupgrade ilmu tentang IT.
sederhana, pengunaan komputer, projektor, tv, radio
dan alat elektronik lainnya dalam proses 2. Kurangnya pemanfaatan proyektor
pembelajaran juga dianggap sebagai bentuk dari di proses pembelajaran.
pengunaan ICT (Information and Communication
Tchnology).

(Megahantara, 2017) bahwa penggunaan teknologi 3. Masih terdapat siswa yang belum
memberikan dampak positif dalam pembelajaran. mempunyai smartphone, sehingga
berakibat terlambatnya
Sumber : mendapatkan informasi.
Fu, J. S. (2013). ICT in Education : A Critical
Literature Review and Its Implications Jo Shan Fu. 4. Adanya pihak yang membatasi
International Journal of Education and Development penggunaan smartphone disekolah,
Using Information and Communication Technology hal itu dapat berimbas pada kinerja
(IJEDICT, 9(1), 112 125. siswa dalam meyelesaikan tugas.

Holyes, C., & Lagrange, J.-B. (2010). MAthematics


Eduation and Technology-Rethingking the Terrain. (C.
Holyes & J.-B. Lagrange, Eds.) (17th ed.). London:
Springer.

Megahantara, G.S. (2017). Pengaruh teknologi


terhadap pendidikan di abad 21. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.

Hasil wawancara :
Kepala Jurusan FKK SMK Muhammadiyah Mlonggo.
Rabu, 31 Agustus 2022 secara langsung:

1. Guru diharapkan bersedia untuk berlatih atau


belajar IT dengan guru mapel Simulasi dan
Komunikasi Digital.
2. Membagikan tugas melalui Google Classroom.
3. Guru lebih mengoptimalkan penggunaan
proyektor.
4. Guru dapat meminta siswa untuk membuat
video, lalu mengupload nya di sosial media
mereka masing-masing.
5. Siswa dapat diminta untuk menyeting
handphone nya dalam Bahasa inggris.
Termasuk sosial media agar terbiasa membaca
dan memahami arti kata.

Anda mungkin juga menyukai