BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sesuatu hak yang patut di peroleh oleh siapapun.
Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul, status
sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang
mempunyai kelainan sebagaimana di amanatkan dalam UUD 1945 pasal 31. Dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak
anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi
termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang berkebutuhan khusus.
Kesulitan belajar merupakan bidang yang sangat luas, dan sangat komplek
untuk dipelajari, karena menyangkut sekurang-kurangnya aspek psikologis,
neurologis, pendidikan dan aspek kehidupan sosial anak dalam keluarga/ masyarakat.
Setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang yang berbeda dalam memahami dan
menjelaskan fenomena kesulitan belajar yang dialami oleh seorang anak. Kesulitan
belajar yang bersifat internal (learning disability) dan kesulitan belajar yang bersifat
eksternal (learning problem) menunjukkan gejala yang hampir sama yaitu adanya
kesulitan dalam belajar membaca/menulis, kesulitan dalam belajar matematika dan
adanya kesulitan dalam perilaku.
Kesulitan belajar adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak dan yang
ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf integensi dan
kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Hal ini disebabkan oleh gangguan di
dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neorubioligis) yang dapat menimbulkan
gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis,
pemahaman, dan berhitung. Anak-anak disekolah pada umumnya memiliki
karakteristik individu yang berbeda, baik dari segi fisik, mental, intelektual, ataupun
social-emosional.
Salah satu hambatan dalam pembelajaran di SD adalah adanya siswa kelas II
yang masih mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar menurut para ahli itu
biasanya berkenaan dengan gangguan pada kelompok heterogen yang benar-benar
mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan kemampuan pendengaran,
bicara, membaca, menulis dan berpikir atau matematika, diantaranya dalam hal
membaca. Kesulitan belajar dalam makalah ini lebih dikhususkan pada kesulitan
dalam hal membaca.
Anak yang mengalami kesulitan membaca tidak hanya rendah hasil belajarnya
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, akan tetapi mereka juga memiliki hasil belajar
yang rendah pada mata pelajaran.
Pengajaran membaca di SD terbagi menjadi 2 tahapan yaitu membaca
permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan yang diajarkan di kelas I dan II
memiliki peranan yang sangat penting. Siswa yang tidak mampu membaca dengan
baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran serta
kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan melalui berbagai
buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang, dan sumber-sumber belajar tertulis
lainnya.
Di salah satu SD yang terdapat di daerah gunung sari, penulis masih
menemukan adanya siswa yang memiliki hambatan dalam membaca, sedangkan
membaca merupakan satu faktor penting yang sangat berguna bagi siswa SD, untuk
kelak melanjutkan ke tahap selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran optimal guru dalam memberikan pembelajaran bagi anak dengan
gangguan dalam hal kesulitan belajar membaca
2. Bagaimana solusi-solusi yang dapat diupayakan untuk menangani anak dengan
gangguan kesulitan belajar membaca
C. Tujuan Penulisan Laporan
1. Untuk mengetahui peran optimal guru dalam memberikan pembelajaran bagi
anak dengan gangguan dalam hal kesulitan belajar membaca
3. Untuk mengetahui solusi-solusi yang dapat diupayakan untuk menangani anak
dengan gangguan kesulitan belajar membaca
BAB II
ISI LAPORAN
Jati, I. S. (2009). Penggunaan media gambar untuk mengatasi kesulitan belajar membaca
permulaan di kelas I SD Negeri Karangwaru I kecamatan Plupuh kabupaten Sragen tahun
pelajaran 2008/2009.