Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DASAR-DASAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

“ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA”

Dosen Pengampu : Drs. I Nyoman Karma, M. Si

Disusun oleh :

Kelompok 1 Kelas 3F

1. Nanang Alihansari (E1E019219)


2. Nazriel Ilham (E1E019222)
3. Nila Ulfiani Saputri (E1E019226)
4. Nirma Laila Fakhirah (E1E019231)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
dengan judul “ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA” ini bisa selesai pada
waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengampu
yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam
proses penyusunan makalah ini. Terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada
rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan kontribusinya baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu
yang telah ditentukan.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mataram, 30 Agustus 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL...............................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1-2
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.................................................................2-3
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Anak dengan Gangguan Bicara Gagap
2.1.1 Pengertian Gangguan Bicara Gagap .........................................4
2.1.2 Penyebaran Gagap.....................................................................4-5
2.1.3 Penyebab Gagap........................................................................6-7
2.1.4 Cara Penanganan Anak Gagap..................................................7-10
2.2 Anak dengan Gangguan Bahasa Ekspresif dan Represif
2.2.1 Pengertian Gangguan Bahasa Ekspresif dan Represif...............11-12
2.2.2 Penyebaran Gangguan Bahasa Ekspresif dan Represif.............12
2.2.3 Penyebab Gangguan Bahasa Ekspresif dan Represif................12-13
2.2.4 Cara Penanganan Anak dengan Gangguan Bahasa Ekspresif
dan Represif........................................................................................13-14
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................15
3.2 Saran...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa tumbuh kembang anak dibutuhkan kebutuhan tersendiri, fisik,
spiritual dan sosial, dan juga pada masa itu adalah masa menuju kematangan anak.
Untuk itu, sedari dini anak butuh pertumbuhan optimal berdasarkan dengan
kemampuaan yag dimiliki. Namun, tidak setiap anak terlahir dalam kondisi
normal. Beberapa anak memiliki keadaan memilki hambatan dan keterbatasann,
diantaranya adalah anak yang mengalami berbicaranya terganggu dan terlambat.
Dalam kehidupan kemampuan bicara merupakan hal penting, sebagai kebutuhaan
untuk menjadi bagian dari kelompok sosial.
Bicara adalah pengucapan yang menunjukkan keterampilan seseorang
mengucapkan suara dalam suatu kata. Sementara itu, Berbicara merupakan satu
dari operasi kognitif yang paling kompleks dilakukan oleh manusia. Salah satu
cara manusia menyampaikan pesan agar dipahami oleh penerima pesan adalah
melalui berbicara. Dalam pengertian lain, manusia akan berbicara dengan lancar
jika tidak ada masalah dalam mekanisme berbicara dan memahami pengetahuan
linguistik dengan baik. Namun, masalah akan terjadi jika seseorang mengalami
gangguan dalam berbicara dan berkomunikasi.
Gangguan bicara adalah terjadinya gangguan atau keterlambatan pada
anak dalam berbicara atau menggunakan bahasa di dalam kehidupan sehari-
harinya. Anak mengalami keterlambatan dan ketidakterampilan bicara yang tidak
sesuai dengan tahapan perkembangan di usianya. Gangguan bicara dan bahasa
terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap), afasia (kesulitan
dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak), serta keterlambatan
dalam bicara atau bahasa.
Anak dengan gangguan bicara berisiko mengalami kesulitan membaca dan
menulis yang berujung pada kemampuan akademis rendah saat usia sekolah. Bila
terlambat ditangani anak biasanya akan kesulitan beradaptasi dan memiliki
gangguan perilaku. Saat remaja, mereka juga rentan mengalami gangguan

1
kejiwaan. Sehingga penting bagi orang tua untuk mendeteksi dini adanya
gangguan bicara pada anak.
Melihat sedemikian besar dampak yang timbul akibat keterlambatan
bahasa pada anak usia pra sekolah maka sangatlah penting untuk mengoptimalkan
proses perkembangan bahasa pada periode ini. Deteksi dini keterlambatan dan
gangguan bicara usia prasekolah adalah tindakan yang terpenting untuk menilai
perkembangan bahasa dan bicara anak, sehingga dapat meminimalkan kesulitan
dalam proses belajar anak tersebut (Wahjuni, 1998).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah antara lain yaitu:
1. Apa pengertian gangguan bicara gagap?
2. Bagaimana penyebaran gagap?
3. Apa penyebab gagap?
4. Bagaimana cara penanganan anak gagap?
5. Apa pengertian gangguan bahasa ekspresif dan represif?
6. Bagaimana penyebaran gangguan bahasa ekspresif dan represif?
7. Apa penyebab gangguan bahasa ekspresif dan represif?
8. Bagaimana cara penanganan anak dengan gangguan bahasa ekspresif dan
represif?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Berdasarkan pada latar belakang di atas maka dapat diambil beberapa
tujuan antara lain yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan bicara gagap
2. Untuk mengetahui penyebaran gagap pada anak
3. Untuk mengetahui penyebab gagap pada anak
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan anak gagap
5. Untuk mengetahui pengertian gangguan bahasa ekspresif dan represif
6. Untuk mengetahui penyebaran gangguan bahasa ekspresif dan represif

2
7. Untuk mengetahui penyebab gangguan bahasa ekspresif dan represif
8. Untuk mengetahui cara penanganan anak dengan gangguan bahasa
ekspresif dan represif

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anak dengan Gangguan Bicara Gagap


A. Pengertian Gangguan Bicara Gagap
Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan
atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata, kata, atau suatu bloking
yang spasmodik, bisa terjadi spasmetonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir,
dan laring. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain
itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara
dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi penguasaan keterampilan berbicara atau yang sering disebut
‘gagap’ (Alalia literalis atau anarthria literalis).
Pengidap gagap mengalami kesulitan dalam mengucapkan apa yang ingin
disampaikan, sehingga mereka memanjangkan atau mengulang suatu kata atau
susunan kata saat bicara. Dalam kasus tertentu pengidap gagap bahkan kesulitan
mengucapkan kata tertantu. Beberapa karakteristik dari pengidap gagap adalah:
Memanjangkan bunyi suatu kata, misalnya “pppppppppppappa”. Pengulangan
bunyi atau suku kata, misalnya “pa-pa-pa-papa” atau “a-a-a-a-pel”. Memiliki jeda,
atau menahan suatu kata atau kata yang tidak dapat diucapkan sama sekali.

B. Penyebaran Gagap
Gagap biasanya merupakan gangguan perkembangan awal pada anak usia
dini dan meningkat setelah dewasa. Barry (2007:4) menyatakan bahwa
kebanyakan anak melalui periode disfluency karena mereka belajar berbicara.
Permulaan gagap biasanya dimulai selama periode intens untuk mengucapkan
kata dan kalimat, umumnya antara usia 2 sampai 5 tahun tapi terkadang telah
dimulai sejak 18 bulan. Beberapa akan mengalami gagap ringan, dan untuk orang
lain akan bertambah parah.

4
Gagap muncul secara bertahap antara usia 2 – 7 tahun. Munculnya gagap
pada anak adalah 3% dari populasi, dengan kemungkinan muncul pada anak laki-
laki 3 (tiga) kali lebih besar dibandingkan kemungkinan terjadi pada anak
perempuan (Craing Han Cock, Tran, Craig & Peters; dalam Mash & Wolfe,2005)
Ada beberapa fakta anak gagap yang dikemukakan oleh Barry (2007:5):
1. riwayat Keluarga. Ada bukti kuat yang menyatakan bahwa hampir
setengah dari semua anak yang mengalami gangguan bicara atau gagap
memiliki keluarga yang juga gagap,
2. anak-anak mulai gagap sebelum usia 3,5 tahun mungkin akan dapat
mengatasi gagap, jika anak tersebut mulai gagap sebelum usia 3 tahun,
maka dia mungkin akan dapat mengatasinya dalam jangka waktu 6 bulan,
3. 75- 80% dari semua anak-anak yang mulai gagap akan berhenti dalam
jangka waktu 12 sampai 24 bulan tanpa terapi bicara,
4. anak perempuan lebih mungkin dapat mengatasi gagap. Mengapa
demikian? Pertama, selama masa kanak-kanak ada perbedaan
perkembangan bahasa antara anak laki-laki dan perempuan. Kedua, selama
periode yang sama, reaksi atau tanggapan orang tua, keluarga dan
lingkungan seringkali berbeda terhadap anak laki-laki dibandingkan pada
anak perempuan.
Beberapa fakta yang dikemukakan di atas, dilengkapi oleh penelitian yang
dilakukan oleh Scott (2010:2) berikut ini.
a. Anak laki-laki dibandingkan anak perempuan lebih beresiko mengalami
gagap. Pada usia 2 tahun, rasionya adalah sekitar dua anak laki-laki
berbanding satu anak perempuan, dan pada usia 11 tahun sekitar empat
anak laki-laki berbanding satu anak perempuan yang mengalami gagap.
b. Lima persen anak melewati masa gagap yang berlangsung enam bulan
atau lebih dan ¾ dari mereka akan sembuh pada masa akhir kanak-kanak,
dan sekitar 1 persen dengan masalah jangka panjang, jika seorang anak
telah gagap lebih dari tiga tahun, bagaimanapun, sangat mungkin dia akan
mengatasi hal tersebut.

5
C. Penyebab Gagap
Penyebab gagap belum diketahui secara tuntas. Namun, hal-hal yang
dianggap berperan misalnya: pertama, genetika dipercaya mempunyai peranan
karena gagap cenderung menurun dalam keluarga. Kebanyakan anak yang gagap
mempunyai anggota keluarga juga gagap atau gagap sewaktu kecil.
Kedua, faktor perkembangan juga memberi kontribusi. Selama masa pra
sekolah, fisik, kognitif, sosial atau emosional, dan kemampuan bicara dan bahasa
anak berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan yang pesat ini bisa
menimbulkan kegagapan, khusus pada anak yang terpengaruh oleh hal ini. Karena
itulah biasanya gagap terjadi pada usia Prasekolah.
Ketiga, Faktor lingkungan bisa mempengaruhi. Contohnya perilaku dan
harapan orang tua, lingkungan bicara dengan bahasa anak, dan kejadian-kejadian
yang menegangkan. Ini tidak berarti orang tua melakukan sesuatu yang salah.
Seringkali faktor-faktor ini tidak dapat mempengaruhi anak yang memang tidak
gagap, tapi bisa menimbulkan kegagapan pada anak yang memang mempunyai
kecenderungan untuk itu. Terakhir, rasa takut anak dan kekhawatiran akan gagap
bisa menyebabkan hal ini berlanjut dan bahkan memburuk.
Selain penyebab diatas, adapula sebab-sebab gagap menurut beberapa ahli
yang tertuang didalam bukunya. Pertama, menurut Wendell Johnson dalam
bukunya “Stuttering in Children and Adults” disebutkan bahwa sebab-sebab
gagap tersebut adalah orang tua yang terlalu kritis yaitu bila mendengar ucapan
anak sedikit saja salah sudah memberikan koreksi. Akibatnya anak takut
mengucapkan kata-kata. Karena takut, mengakibatkan ucapannya gagap.
Kedua, karena sikap orang tua yang otoriter. Artinya main kuasa mau
menang sendiri, main bentak, main pukul, mau benar sendiri. Anak serba salah.
Sikap seperti itu mengakibatkan rasa rendah diri pada anak, anak menjadi ragu-
ragu dalam bertindak termasuk dalam berbicara. Sehingga bila berbicara menjadi
gagap.
Ketiga, menurut Dunlap dalam “Journal of Comparative Psychology”
gagap disebabkan karena kekurangan makan (Malnutrition). Orang yang gagap
biasanya pemakan sayur (vegetarian). Dengan kurangnya zat-zat yang banyak

6
terdapat dalam daging, telur, dan sebagainya, menyebabkan kurangnya daya tahan
jasmaniah, termasuk susunan sarafnya. Anak dalam kondisi semacam itu mudah
menjadi gagap.
Keempat, juga menurut K. Dunlap, gagap dapat juga disebabkan karena
anak mengalami kejutan yang hebat (shock). Misalnya seorang anak menyaksikan
pembunuhan, pemerkosaan, penggedoran, perampokan, serangan binatang, dan
sebagainya. Besar kecilnya kejutan tersebut sangat relatif. Artinya bagi anak yang
satu telah dapat menyebabkan “shock”, Sedangkan bagi anak yang lain belum.
Stuttering atau gagap juga sering kali menjadi lebih buruk bila individu
merasa gugup dan sering kali membaik atau bahkan hilang bila individu tersebut
bernyanyi (Davison, 2006). Hal ini sesuai dengan yang dialami oleh salah satu
individu dengan stuttering, bahwa stuttering muncul disaat individu merasa
gugup, dalam kondisi tegang, dan terlebih lagi jika bertemu dengan orang-orang
baru. Biasanya individu dengan stuttering akan menghindari percakapan yang
tidak perlu, dan cenderung menjadi lebih 3 pendiam. Jika lingkungan tidak cukup
membantu, misalnya mengejek, memarahi, atau memaksanya berbicara lancar,
maka lama-kelamaan individu akan menarik diri dari pergaulan. Sikap seperti ini
akan menimbulkan rasa kurang percaya diri, tertekan, murung, dan menghambat
perkembangan kepribadian serta kemampuannya secara umum.

D. Cara Penanganan Anak Gagap


Anak dengan masalah gangguan bicara tentu akan sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Meskipun sulit, anak dengan gangguan bicara pasti akan
menemukan cara agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak-anak
gagap yang tergolong ringan tidak terlalu perlu bantuan terapis profesional. Yang
perlu di terapi justru lingkungannya, seperti keluarga dan sekolah. Mereka harus
sabar mengajarkan penderita berbicara dengan benar. Keteribatan lingkungan dan
orang-orang sekitar dalam menangani dan membantu kesembuhan anak
merupakan salah satu cara perawatan pada anak penderita gagap. Perawatan untuk
kondisi ini sering kali meliputi konseling untuk orangtua dan terapi bicara untuk

7
anak-anak serta peran guru dalam membantu perkembangan anak menuju ke arah
maksimal dan optimal dalam penanganan anak gagap.
1. Peranan Lingkungan Keluarga untuk Menangani Gagap
Menurut Karsinah, yang amat dibutuhkan dalam menghadapi dan
berinteraksi dengan si gagap adalah kesabaran. Ada juga beberapa hal lain yang
perlu diketahui yakni:
a. Perlakukan mereka secara wajar seperti orang normal, tidak perlu
diistimewakan. Ajak mereka berbicara seperti dengan teman-teman biasa,
jalan-jalan, dan sebagainya.
b. Usahakan jangan menyinggung perasaan si gagap dengan mengatakan cara
bicaranya lucu. Tanpa diberi tahupun mereka sudah tahu kekurangannya.
Hal seperti ini hanya akan membuat dirinya menjadi minder.
c. Jangan terlalu banyak menuntut pada si gagap, harus berbuat ini atau itu.
Sikap ini hanya akan menimbulkan tekanan yang membuat gagapnya
semakin parah.
d. Ciptakan kondisi yang nyaman, baik dalam keluarga maupun teman
temannya. Hal ini akan membuat si anak lebih tenang, dengan ketenangan
diharapkan si anak dapat berkomunikasi dengan santai. Karena suasana
yang tidak nyaman, seperti keributan dapat meningkatkan stres.
e. Jika mereka sedang bicara dan mengalami kesulitan, tunggu saja sampai
kata tersebut keluar. Jangan dipotong atau didahului.

2. Peranan Lingkungan Sekolah untuk Menangani Gagap


Menurut Scott (2010:6) yang paling penting untuk dilakukan oleh seorang
guru adalah menjadi komunikator yang baik dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
a. Menjaga kontak mata dan memberikan anak cukup waktu untuk
menyelesaikan bicaranya.
b. Cobalah untuk tidak menyempurnakan kata-kata atau kalimat saat periode
diam terjadi.

8
c. Biarkan anak mengetahui melalui cara kita bahwa kita mendengarkan apa
yang dikatakan bukan bagaimana dia mengatakannya.
d. Menunggu, mengambil dua detik sebelum menjawab pertanyaan anak.
Apakah yang dilakukan jika anak atau siswa mengalami kesulitan
berbicara? Scott (2010: 8) menyatakan bahwa jawaban terhadap pertanyaan ini
tergantung pada kebiasaan guru memperlakukan anak yang gagap setiap hari.
Anak yang gagap bervariasi dalam bagaimana mereka ingin guru dan teman
sebaya untuk merespon ketika mereka memiliki sewaktu mereka kesulitan
berbicara. Ada anak yang mungkin lebih suka guru memperlakukan dia dengan
cara yang sama seperti biasanya, atau mungkin menginginkan gurunya untuk
mengurangi partisipasi verbal baik saat menjawab pertanyaan atau kegiatan
membaca.
Komunikasi yang terjadi di kelas, anak yang gagap seringkali juga
mendapat ejekan terhadap masalah yang dihadapinya. Kebanyakan anak yang
gagap belum siap untuk menghadapi masalah tersebut. Guru hendaknya tidak
membuat perbedaan antara anak yang tidak gagap dan gagap. Memberikan
perhatian yang sama menunjukkan bahwa semua anak sama pentingnya, dengan
tidak menyela pada saat periode diam, menunggu anak untuk menyelesaikan apa
yang akan dikatakan, menciptakan komunikasi yang seimbang, dengan
memberikan porsi yang sama jika ada yang memberikan pertanyaan atau
memberikan tanggapan.
Cara terbaik untuk mendorong anak yang gagap berbicara di kelas adalah
membiarkan dia tahu melalui kata-kata dan tindakan guru bahwa apa yang
dikatakannya adalah penting. Selain itu Scott (2010:11) menawarkan beberapa
cara untuk mendorong anak yang gagap bicara.
1. Memberikan kesempatan untuk berbagi ide disertai pujian
2. Memberikan motivasi untuk meningkatkan kepercayaan dirinya
3. Memberikan kesempatan untuk berbicara, seperti memberikan jawaban
atau menyatakan pendapat.

3. Terapi Untuk Penyembuhan

9
Lain halnya dengan penderita gagap sebenarnya. Kesembuhan mereka
amat membutuhkan bantuan orang lain lewat terapi. Terapi terbagi dua, yaitu
terapi psikis dengan bantuan psikiater dan terapi wicara. Biasanya terapi ini dapat
dijumpai di rumah sakit rumah sakit besar yang mempunyai pusat rehabilitasi
medis dan juga klinik-klinik khusus terapi wicara. Tujuan utama terapi, adalah
membantu penderita gagap agar dapat bicara dan berkomunikasi secara santai.
Beberapa perawatan meliputi:
a. Kelancaran yang terkendali: jenis terapi bicara ini mengajarkan Anda
untuk memperlambat bicara dan menyadari saat ia tergagap. Anda akan
bicara dengan sangat perlahan dan hati-hati saat memulai terapi ini, namun
seiringnya waktu, Anda akan terbiasa dengan pola bicara yang lebih alami.
b. Perangkat elektronik: tersedia beberapa perangkat elektronik. Delayed
auditory feedback memerlukan anda untuk memperlambat bicara, jika
tidak suara pada mesin akan terganggu. Metode lain adalah mengikuti
bicara anda sehingga terdengar seperti anda berbicara serempak dengan
seorang lain. Beberapa perangkat elektronik berukuran kecil dipakai
selama aktivitas sehari-hari.
c. Terapi perilaku kognitif: jenis konseling psikologis ini dapat membantu
anda mengidentifikasi dan mengubah cara berpikir yang dapat
memperburuk gagap. Terapi ini juga dapat membantu mengatasi stres,
kecemasan, atau masalah kepercayaan diri yang terkait dengan kondisi ini.
Bagi penderita gagap berat, terapi yang diberikan pertama kali adalah
mengubah cara berbicara dari yang selalu gugup dan terlalu cepat menjadi lebih
tenang. Terapis akan mengajari cara bernafas campuran perut dan dada. Biasanya
penderita gagap memaknai pernapasan dada yang tidak baik untuk bicara.
Penderita pun diajak mengubah penilaian terhadap dirinya sendiri. Terapis
biasanya menganjurkan para penderita menuliskan kelebihan dan kekurangan nya
pada secarik kertas. Penderita juga diminta mengubah cara pandangnya yang
kebanyakan merasa lingkungan menilai negatif diri mereka terhadap lingkungan.
Untuk itu mereka dianjurkan lebih sering berkomunikasi dengan orang-orang
yang ada disekitarnya.

10
2.2 Anak dengan Gangguan Bahasa Ekspresif dan Represif
A. Pengertian Gangguan Bahasa Ekspresif dan Represif
1. Pengertian Gangguan Bahasa Ekspresif
Gangguan perkembangan bahasa ekspresif dapat diistilahkan dengan
kesulitan berekspresi, di mana anak dapat memahami apa yang dikatakan orang
lain, tetapi sulit baginya untuk menempatkan kata secara bersama-sama untuk
membalasnya serta kesulitan untuk mengatakan apa yang hendak ia katakan.
Pemahaman bahasa si anak lebih baik daripada kemampuannya untuk
berkomunikasi. Ini bisa terjadi karena trauma otak atau karena masalah
perkembangan. Anak-anak yang bermasalah bahasa ekspresif tidak banyak bicara
meskipun umumnya mereka mengerti bahasa yang ditujukan pada mereka.
Dalam gangguan berbahasa ekspresif, anak mengalami kesulitan
mengekspresikan dirinya dalam berbicara. Si anak tampak sangat ingin
berkomunikasi. Namun mengalami kesulitan luar biasa untuk menemukan kata-
kata yang tepat. Contoh: si anak tidak mampu mengucapkan kata “balon” ketika
menunjuk sebuah balon yang dipegang oleh temannya. Di usia empat tahun, anak
tersebut hanya mampu berbicara dengan kalimat yang pendek. Kata-kata yang
sudah dikasai terlupakan ketika kata-kata yang baru dikuasai dan penggunaan
struktur tata bahasa sangat di bawah tingkat anak seusianya.

2. Pengertian Gangguan Bahasa Represif


Gangguan ini berupa kesulitan dalam memahami bahasa lisan. Pada kasus
ini anak terlambat berbicara karena memang ia tidak bisa memahami bahasa.
Seseorang dikatakan memiliki gangguan berbahasa yang sifatnya reseptif bila ia
mengalami kesulitan dalam memahami beberapa aspek dari bicara. Meskipun
pendengaran mereka normal namun anak yang memiliki gangguan ini tidak dapat
memahami suara-suara, kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu.
Penderita gangguan ini mengalami kesulitan memahami bagian tertentu
dari kata-kata atau pernyataan-pernyataan, misalnya kalimat atau pernyataan yang
berbentuk “jika … maka …”. Dalam beberapa kasus yang berat, anak tidak
mampu memahami kosa kata dasar atau kalimat sederhana, dan kemungkinan

11
besar mereka juga mengalami ketidakmampuan mengolah suara, simbol-simbol,
menyimpan (storage), memanggil (recall) dan merangkai (sequencing) melalui
pendengaran (auditori).

B. Penyebaran Gangguan Bahasa Ekspresif dan Represif Pada Anak


Gangguan ini timbul pada 10-15 persen anak yang berada di bawah usia 3
tahun. Pada usia 4 tahun, kemampuan berbahasa pada umumnya lebih stabil dan
bisa dilihat dengan lebih akurat untuk menentukan apakah masih ada
kekurangannya. Penderita gangguan komunikasi yang dialami oleh anak laki-laki
sebanyak 8% dalam hal ini hanya berbeda sedikit dengan anak perempuan yang
sebesar 6%. Hal ini terjadi karena anak laki-laki yang menderita gangguan
komunikasi, biasanya disertai pula dengan masalah perilaku, sehingga mereka
lebih sering dirujuk kepada ahli dan kemudian lebih sering didiagnosa sebagai
seseorang yang mengalami gangguan komunikasi dalam belajar dibandingkan
dengan anak perempuan (Vellution, dkk. 2004). Meskipun masalah bahasa
biasanya akan berkurang atau bahkan menghilang dengan berlalunya waktu,
namun secara rata-rata anak dengan gangguan komunikasi mengalami masalah
pada tingkah laku

C. Penyebab Gangguan Bahasa Ekspresif dan Represif Pada Anak


1. Penyebab utamanya adalah genetik atau merupakan hal yang diturunkan
dari orang tuanya. Biasanya dalam keluarga dari ayah atau ibunya, ada
beberapa yang memang mengalami keterlambatan bicara (Bishop,
North, & Donlan, 1995; Goorhuis & Schaerlaekens, 2008). Akibat dari
keterlambatannya itu, umumnya memang akan menyebabkan
ketertinggalan kematangan di beberapa aspek perkembangan seperti
perkembangan emosi dan perkembangan sosial, serta
ketidakharmonisan pada beberapa area perkembangan inteligensi
(Silverman, 2002).
2. Karena adanya masalah perkembangan ataupun karena adanya trauma
otak.

12
3. Gangguan neurologis pada anak (kerusakan/keterlambatan maturasi
pada serebral otak kiri).
4. Memiliki gangguan pendengaran. Prevelensi: pada anak usia sekolah,
laki-laki/perempuan.

D. Cara Penanganan Anak Dengan Gangguan Bahasa Ekspresif dan


Represif
1. Terapi wicara ampuh atasi keterlambatan bicara anak, dan
efektivitasnya bergantung pada penyebab dasar masalah. Terapi
wicara harus melibatkan anak dengan ahli terapi bicara pada jadwal
rutin dan berlatih bicara dan keterampilan komunikasi. Melibatkan
anak orang tua dan guru bekerja sama untuk menggabungkan bahasa
lisan bahwa anak kebutuhan dalam kegiatan sehari-hari dan bermain.
Kedua jenis perawatan dapat efektif, dan sering digunakan bersama.
2. Mengikuti upaya anak untuk berbicara. Orang tua tidak perlu
memaksa anak untuk berbicara, karena akan sia-sia. Yang penting
adalah mengikuti terus-menerus upaya anak untuk berbicara. apabila
anak berceloteh, kita perlubereaksi tanpa harus memaksanya
memperbaiki ucapannnya. Sedapat mungkin kita membahasakan apa
yang diucapkan anak. Apabila anak menunjukkan upayanya untuk
berbicara atau berkomunikasi, kita perlu memberikan suatu
penghargaan/ pujian.
3. Memancing anak untuk berbicara. Kita perlu memancing anak untuk
berbicara dengan cara bertanya dengan mengajukan kalimat-kalimat
yang harus dilengkapi (misalnya; ‘ini…) Jika anak tidak menjawab,
hendaknya kita mengisi kalimat itu sendiri setelah menunggu
sebentar. Dapat juga dengan menggunakan jawaban yang salah,
misalnya: “ini topi” (untuk gambar bola). Untuk orang tua yang
anaknya mengalami gangguan bahasa ekspresif, berbicara merupakan
satu faktor sangat penting yang perlu terus menerus dilakukan agar
anak bisa mendapatkan manfaatnya antara lain dengan pertambahan

13
kosa kata dan juga cara merangkai suatu kalimat dengan benar. Hal ini
juga dapat dilakukan melalui nyanyian yang mengandung kosa kata
baru, sebab kata – kata yang diulang bisa membuat anak teringat dan
menerapkannya dalam caranya berbicara.
4. Beri contoh. Perkembangan bahasa anak usia dini akan berkembang
apabila ia mendapatkan contoh yang benar. Tunjukkan kepada anak
bagaimana cara untuk mengatakan berbagai hal bukan dengan cara
mengoreksi ketika mereka salah, namun dengan mengulangi apa  yang
mereka katakan dengan kata yang benar sehingga anak dapat
mendengar contoh yang bagus. Ulangi apa yang anak katakan dengan
susunan kalimat atau kata–kata yang benar dari mulut orang tua
sendiri, tidak perlu mengatakan kepada anak jika ia salah
mengucapkan sesuatu.
5. Belajar sambil bermain. Orang tua juga dapat melakukan cara
mengatasi gangguan bahasa ekspresif pada anak dengan bermain
bersama. Bergabunglah dalam kegiatan bermain anak secara rutin,
beri contoh kepada orang tua bagaimana cara menggunakan
mainannya, ikuti permainan anak dan bicarakan mengenai apa yang
anak lakukan dengan mainannya, apa yang akan orang tua lakukan
dengan mainannya, dan lain sebagainya.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemampuan berbicara dan berbahasa merupakan salah satu indikator
penting dalam menilai perkembangan seorang anak. Namun, tidak semua anak
melakukan tugas perkembangannya secara optimal. Misalnya, didalam
perkembangan bicara anak mengalami gangguan sehingga menghambat
perkembangannya. Gangguan bicara adalah terjadinya gangguan atau
keterlambatan pada anak dalam berbicara atau menggunakan bahasa di dalam
kehidupan sehari-harinya. Gangguan berbicara patut menjadi perhatian serius
karena menyangkut aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu
komunikasi. Berbagai penyebab baik faktor genetis maupun faktor non genetis,
seperti cacat lahir, kecelakaan, kanker, stroke, geger otak, dan faktor sosial dapat
menyebabkan gangguan bicara.
Anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa berisiko
mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis, dan akan
menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh. Deteksi dini
perlu dilakukan oleh orang tua pada anak yang mengalami keterlambatan bicara.
Selain itu, dalam menangani anak yang mengalami gangguan bicara banyak cara
yang dapat dilakukan sebagai cara untuk peyembuhan anak. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan adanya terapi bicara dengan berbagai metode
terapi banyak orang yang telah terbantu untuk dapat menjalankan kehidupan
dengan kepercayaan diri dan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik.

3.2 Saran
Dengan mengetahui masalah gangguan bicara dan bahasa pada anak ini,
diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama
pemahaman yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses
asuhan terutama pada anak yang mengalami gangguan bicara. Selain itu, untuk
lebih menyadarkan para orang tua terhadap anak yang mengalami gangguan
bicara tentang bagaimana menghadapi dan memahami masalah yang dihadapi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Ulfatun. 2017. Keterlambatan Bicara dan Implikasinya dalam


Pembelajaran Anak Usia Dini. HIKMAH: Jurnal Pendidikan Islam. Vol.
(6) 2. Hal. 281-297.
Chairani, Nina dan Nurachmi W. 2003. Biarkan Anak Bicara. Jakarta: Republika.
Fadhli, Aulia. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.
Handoko. 2017. Gangguan Berbicara. Dikutip dari
https://www.researchgate.net/publication/315712719_Gangguan_Berbicar
a. Diakses pada 22 Agustus 2020.
Istykhomah, Imama. 2016. Mengenal Gangguan Bahasa Ekspresif. Dikutip dari
http://imamaistykhommah.blogspot.com/2016/06/mengenal-gangguan-
bahasa-ekspresif.html. Diakses pada 25 Agustus 2020.
Ramadhani, Rahma Putri. 2015. Efektivitas Habit Reversal Procedure terhadap
stuttering. Dikutip dari http://repository.uin- suska.ac.id/6972/2/BAB
%20I.pdf. Diakses pada 22 Agustus 2020.
Rutumalessy, Merlyn. 2019. Pemanfaatan Games untuk Mengatasi Gangguan
Bicara (Stuttering) Anak Usia 13 Tahun. Jurnal Pendidikan ”Jendela
Pengetahuan”. Vol ke-12. Hal. 50-58.
Safitri, Ani. 2013. Hubungan Pola Menonton Televisi dengan Keterlambatan
Bicara Studi pada Anak Usia 1-3 Tahun di Semarang. Dikutip dari
http://eprints.undip.ac.id/43722/3/ANISAFITRI_G2A009074_BABIIKTI.
pdf. Diakses pada 22 Agustus 2020.
Sari, Almi Kurnia. 2018. Penanganan Anak Usia Dini dengan Gangguan
Perkembangan Bahasa Ekspresif Di KB Al-Azkia Lab Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Iain Purwokerto. Dikutip dari
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/4732/1/ALMI%20KURNIA%20SA
RI_PENANGANAN%20AUD.pdf. Diakses pada 25 Agustus 2020.
Suhartin, R. I. 2004. Mengatasi Kesulitan-Kesulitan dalam Pendidikan Anak.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

16

Anda mungkin juga menyukai