Arifin dkk. (2008: 103-104) mengemukakan pendapatnya bahwa wacana yang utuh mempunyai
kesinambungan informasi di antara kalimat-kalimat di dalamnya sehingga membentuk informasi
yang utuh.
Contoh :
(1) “Kekerapan pemakaian sebuah kata hampir tidak dapat diramalkan karena hal itu amat
bergantung pada perkembangan kebutuhan dan cita rasa masyarakat pemakainya. Bisa jadi
sebuah kata yang dulu amat kerap digunakan, kini hampir tak terdengar lagi dan pada masa yang
akan datang mungkin kata itu akan hilang dari pemakaian”.
(2) “Perubahan orientasi dari budaya lisan ke budaya tulis hampir tidak terelakkan lagi pada
masa sekarang ini. Bahasa Indonesia haruslah tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai bahasa
bangsa. Orientasi itu dapat menimbulkan kontak dalam bahasa tulis. Jadi, ciri-ciri khas bahasa
Indonesia tetap harus dipertahankan. Akibatnya, ragam bahasa tulis akan banyak diwarnai oleh
konta dalam ragam itu.”
Contoh paragraf (1) di atas merupakan sebuah wacana yang utuh karena subjek hal itu pada
klausa anak kalimat pada kalimat pertama telah menghubungkan klausa itu dengan klausa
pertama karena hal itu mengacu pada kekerapan pemakaian kata yang terdapat pada klausa
pertama. Kalimat kedua menjelaskan informasi pada kalimat pertama, yakni sebuah kata dulu
kerap dipakai, kini hampir tak terdengar, dan nanti kembali kerap terdengar atau sama sekali
hilang dari pemakaian.
Contoh (2) bukan sebuah wacana karena kalimat-kalimat di dalamnya tidak menunjukkan
adanya keterpautan bahasa ataupun kesinambungan informasi. Setiap kalimat pembentuknya
berdiri sendiri, tidak memiliki hubungan semantis di antara proposisi yang terdapat pada kalimat
lainnya. Dengan demikian contoh (2) lebih tepat jika dinamakan kumpulan kalimat (bukan
sebuah wacana).
Sedangkan, menurut J.S. Badudu (2000) wacana yaitu rentetan kalimat yang ‘berkaitan dengan’,
yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu
kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya
dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar
di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi dan berkesinambungan,
yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, serta dapat disampaikan secara lisan dan
tertulis.
Related Posts:
PENGERTIAN WACANA MENURUT PARA AHLI
FUNGSI DAN MACAM-MACAM WACANA
KLASIFIKASI WACANA
CONTOH WACANA
PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI WACANA DARI BERBAGAI SEGI
WACANA BERDASARKAN LEVEL, KONTEKS, DAN METODE PENJELASAN
Hestu Nodya!
Label: arti wacana menurut para ahli, arti wacana menurut para tokoh, contoh wacana, contoh
wacana utuh, contoh-contoh wacana, definisi wacana, wacana
0 komentar:
Poskan Komentar
Search...
POSTING TERBARU
STRATEGI PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA
MENGENAI HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA (BAGIAN 2)...
MENGENAI HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA (BAGIAN 1)...
MENGENAI HUBUNGAN PERKEMBANGAN BAHASA DAN TEKNOLOGI...
MENGENAI CIRI-CIRI SURAT PRIBADI...
Popular Posts
CIRI-CIRI SURAT DINAS YANG BAIK DAN BENAR
Surat dinas memiliki karakteristik yang berbeda dengan surat lainnya. Untuk
membedakannya, bisa dilihat dari ciri-cirinya. Ciri-ciri surat d...
Berikut ini adalah contoh opini mengenai pendidikan. Semoga bermanfaat untuk kawan-
kawan yang sedang ingin lebih mengenal apa itu opin...
Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran
berlangsung. 1. Teknik Umum Teknik umum adal...
Karangan argumentasi memiliki ciri-ciri yang dapat membedakan dari karangan jenis
lain. Adapun ciri-ciri karangan argumentasi adalah seba...
PERBEDAAN KATA: "MANFAAT" DAN "FUNGSI"
Sebelum membandingkan perbedaan manfaat dan fungsi, ada baiknya kita mengetahui
pengertian keduanya berdasarkan KBBI. man·fa·at n 1 gun...