Anda di halaman 1dari 20

KONSEP ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa

MAKALAH
Ahmad Syukron, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Khofifatul Laily 180210402053
Diah Fitri Nur Faizah 180210402056
Efa Nur Qomariatun Jamilah 180210402069
Lu'lu' kamilatul hasanah 180210402075
Muhammad Amir Mahsun Azhari 180210402083
Firda Nurlina Rahman 180210402088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan batas waktu
yang telah ditentukan. Makalah yang penulis susun ini berjudul “Konsep Analisis
Kesalahan Berbahasa”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Analisis
Kesalahan Berbahasa yang diberikan oleh Ahmad Syukron, S.Pd.,M.Pd.
Makalah ini membahas mengenai Konsep Analisis Kesalahan Berbahasa.
Dari materi ini, diharapkan pembaca bisa memperdalam materi ini pada mata
kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa dan makalah ini bisa menjadi bacaan
pembaca untuk mengetahui dan mendalami tentang kesalahan berbahasa. Materi
ini disajikan sesuai pengetahuan dan buku pendukung yang telah dibaca penulis.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh semua orang. Apabila ada
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan dan teori, penulis mohon maaf.

Jember, 28 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa................................................................. 6
2.2 Kategori Kesalahan Berbahasa.................................................................... 7
2.3 Sumber Kesalahan Berbahasa ..................................................................... 9
2.4 Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa....................................................... 12
2.5 Metodologi Analisis Kesalahan Berbahasa ............................................... 13
2.6 Model Analisis Kesalahan Berbahasa ....................................................... 14
BAB III.............................................................................................................. 17
PENUTUP ......................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 17
3.2 Saran ........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19
TAUTAN VIDEO PRESENTASI ...................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang tidak pernah lepas dari
segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Salah
satu kegiatan manusia yang setiap hari dilakukan adalah berkomunikasi. Dalam
berkomunikasi bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita.

Untuk menyampaikan berita (pesan, amanat, ide, dan pikiran) dibutuhkan


bahasa yang singkat jelas dan padat. Fungsinya adalah agar segala sesuatu yang
disampaikan mudah dimengerti. Namun dalam menggunakan bahasa tersebut
memakai bahasa tetaplah mengikuti kaidah-kaidah atau aturan yang benar karena
bahasa yang benar akan dijadikan acuan atau model oleh masyarakat pemakai
bahasa, dan ragam itu digunakan dalam situasi resmi.

Apakah pengguna bahasa Indonesia saat ini masih belum baik dan benar?
Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Melalui analisis kesalahan berbahasa, kita dapat menjelaskan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik
adalah bahasa Indonesia yang memenuhi faktor-faktor komunikasi. Adapun
bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang memenuhi kaidah-
kaidah atau tata bahasa dalam kebahasaan. Bagaimana cara kita menganalisis
bahasa yang baik dan benar itu? Hal itulah yang akan dibahas dalam makalah ini.
Setelah mempelajari kita dapat mempraktekkannya dalam bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus masalah yang akan dibahas
pada makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Apa pengetian kesalahan berbahasa?

4
2. Apa saja kategori kesalahan berbahasa?
3. Apa saja sumber kesalahan berbahasa?
4. Apa tujuan analisis kesalahan berbahasa?
5. Apa metode analisis kesalahan berbahasa?
6. Apa saja model analisis kesalahan berbahasa?
1.3 Tujuan
Bertolak dari rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengertian kesalahan berbahasa
2. Untuk megetahui dan menjelaskan apa saja kategori kesalahan berbahasa
3. Untuk megetahui dan menjelaskan apa saja sumber kesalahan berbahasa.
4. Untuk megetahui dan menjelaskan apa tujuan analisis kesalahan berbahasa
5. Untuk megetahui dan menjelaskan apa metode analisis kesalahan
berbahasa
6. Untuk megetahui dan menjelaskan model-model apa saja yang terdapat
pada analisis kesslahan berbahasa

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa

Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang digunakan untuk


menyampaikan gagasan, pendapat, konsep, atau perasaan dalam bentuk lisan
maupun tulisan. Kesalahan berbahasa dipandang sebagai proses belajar bahasa,
tentu karena dalam proses belajar, kita tidak bisa serta merta jauh dari kesalahan.
Tarigan (1990: 68) berpendapat, analisis kesalahan berbahasa adalah suatu proses
kerja yang digunakan oleh para guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah
pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di dalam data,
penjelasan kesalahan-kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu
berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan itu.

Ada dua istilah yang saling bersinonim dalam kesalahan berbahasa, yaitu
kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake). Kesalahan adalah penggunaan bahasa
yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku. Hampir sama dengan istilah
tersebut, kekeliruan adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah
bahasa yang berlaku hanya saja tidak dipandang sebagai sesuatu yang salah.

Corder (1974) memahami kesalahan berbahasa sebagai pelanggaran kode


bahasa. Ia menggunakan 3 istilah untuk membatasi kesalahan, yaitu lapes, error,
dan mistake. Istilah-istilah tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Lapes adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk


menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan selesai dinyatakan.
2) Error adalah kesalahan berbahasa akibat pelanggaran kaidah bahasa.
3) Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat memilih kata
atau ungkapan.

Kiparsky dan Burt menggunakan istilah istilah yang berbeda dari Cirder, yaitu
goof untuk keslahan berbahasa dalam kalimat-kalimat atau tuturan yang

6
mengandung keslagan dan gooficon untuk kesalahan berbahasa dari kegramatikan
bahasa. Menurut Nelson dalam Syafi’ie (1984), kekhilafan itu adalah kesalahan
yang harus dihindari dengan dampak yang harus dibatasi pula dalam bahasa
pertama. Dulay, Burt maupun Ricard (1979) menegaskan bahwa kekhilafan
sangat sulit untuk dihindari dan akan selalu muncul meskipun tetap dilakukan
dengan usaha pencegahan. Jadi, kekhilafan merupakan keslahan yang wajar.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang sudah kemukakan oleh beberapa ahli


di atas, dapat kita pahami bersama bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah
pelanggaran penggunaan bahasa Indonesia secara lisan atau tertulis yang tidak
sesuai kaidah bahasa dan menyimpang dari faktor-faktor komunikasi. Salah satu
pendekatan yang bisa digunakan dalam menganalsis kesalahan berbahasa yaitu
analisis kontrastif.

2.2 Kategori Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik


(kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam fonologi morfologi sintaksis,
wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi
(tekanan) bahasa pertama B1) terhadap bahasa kedua(B2). Kesalahan berbahasa
yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh
perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama(B1) dengan bahasa kedua(B2). Sekin
itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau intervensi B1 pada B2.
Dalam pengajar bahasa. Kesalahan berbahasa disebabkan oleh banyak faktor, di
antaranya: kurikulum, guru, pendekatan, pemilihan bahan ajar, serta cara pengajar
bahasa yang kurang tepat (tarigan, 1997).
Taksonomi kesalahan berbahasa itu, menurut Nurhadi (1990), dibedakan
sebagai berikut:
2.2.1 Taksonomi kategori linguistik membedakan kesalahan berdasarkan
komponen bahasa dan konsisten bahasa.
a. Berdasarkan komponen bahasa, wilayah kesalahan dibedakan
menjadi:
a) Kesalahan tataran fonologi;

7
b) Kesalahan tataran morfolgi dan sintaksis;
c) Kesalahan tataran semantik dan kata;
d) Kesalahan tataran wacana.
b. Berdasarkan konsisten bahasa, kesalahan terjadi pada tataran
pengunaan unsur-unsur bahasa ketika dihubungkan dengan unsur
bahasa lain dalam satu bahasa. Misalnya frase dan klausa dalam
tataran sintaksis atau morfem- morfem gramatikal dalam tataran
morfologi.
2.2.2 Taksonomi kategori strategi performasi, kesalahan didasarkan kepada
penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemerolehan dan pengajaran
bahasa kedua (B2). Pendeskripsian kesalahan ini seharusnya
dipertimbangkan atau dihubungkan dengan proses konigtif pada saat anak
(siswa) memproduksi (merekonstruksi) bahasanya.

Dalam kategori strategi perfomasi tataran kesalahan bahasa dapat


dibedakan menjadi 4(empat) kesalahan. Berikut adalah keempat kesalahan
kategori strategi perfomasi:

a. Penanggalan (omission),
b. Penambahan (addition
c. Kesalahan urutan (misordering)
2.2.3 Taksonomi komparatif, kesalahan dibedakan menjadi 3(tiga) tataran
kesalahan yaitu:
a. Kesalahan interingual disebut juga kesalahan interferensi,
b. Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat perkembangan
kesalahan berbahasa bersumber dari penguasaan bahasa kedua (B2)
yang belum memadai kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa
yang merefleksikan kesalahan interingual dan intralingual Kesalahan
ini diakibatkan kesalahan interlingual dan intralingual.
c. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat
dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan
intralingual Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari BI maupun B2.

8
Misalnya: anak kecil yang mulai belajar berbicara dalam satu
bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kaimat) yang tidak dapat
dijelaskan dari Bl maupun B2.
2.2.4 Taksonomi kategori efek komunikasi, kesalahan bahasa dapat dibedakan
menjadi:
a. Kesalahan lokal adakah kesalahan konstruksi kalimat yang
ditanggalkan (dihilangkan) salah satu unsurnya. Akibatnya proses
komunikasi terganggu. Misalnya: penutur menggunakan kalimat atau
tuturan janggal atau "nyeleneh" saat berkomunikasi.
b. Kesalahan bahasa global adalah tataran kesalahan bahasa yang
menyebabkan seluruh tut utran atau isi yang dipesankan dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, menjadi tidak dapat
dipahami. Akibat frase ataupun kalimat yang digunakan oleh penutur
berada di luar kaidah bahasa mana pun baik B1 maupun B2.

2.3 Sumber Kesalahan Berbahasa

Dalam konteks ini sumber kesalahan, penyimpangan bahasa yang diukur


berada pada tataran (wilayah) fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana
yang dihubungkan dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi.

2.3.1 Kesalahan Fonologi

Fonologi merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa yang membahas
bunyi bahasa yang digunakan dalam proses berkomunikasi dengan orang kain.
Bunyi bahasa yang dimaksud meliputi bunyi vokal, seperti a, i, u e, o, e, bunyi
konsonan seperti k, 1, m, dan sebagainya. dan bunyi diftong seperti: au, o, dan ai.
Kaitannya dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, Tarigan
dan Suliastianingsih (1998) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam
bidang fonologi meliputi perubahan pengucapan fonem penghilangan fonem
penambahan fonem, dan perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau
fonem tunggal Kesalahan-kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi tersebut
antara lain sebagai berikut.

9
a. Pelafalan fonem /E/ diubah mænjadi /e/
Fonem /e/ pada kata peka seharusnya dilafalkan /E/ bukan /e/. Kesalahan
pelafakan /E/ seperti pada kata peka tersebut biasa kita jumpai dalam proses
berkomunikasi situasi resmi, pada kata:
Sukses dikafalkan /sukses/ semestinya /suksEs/
Lengah dikafalkan /lEngah/ semestinya /lEngah/
b. Pelafakan fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/
Fonem /z/ pada kata izin seharusnya tidak dilafalkan /s/ atau /j/. Kesalahan
pelafalan /z/ pada kata izin. Contoh yang kin:
Zaman dilafakan /saman/jaman semestinya /zaman/
ljazah dilafakan /ijasah/ ijajah/ semestinya /ijazah/

2.3.2 Kesalahan Morfologi

Morfologi adalah ihu bahasa yang mebicarakan morfem dan bagaimana


morfem itu dibentuk menjadi sebuah kata". Morfem terbagi atas tiga macam yatu
mrfem bebas seperti makan, mimum dan kain-lain, morfem terikat seperti ber-ber,
-kan, dan lain sebagainya, morfem unik, misaln ya juang, tawa, dan sebagainya.
Kaitannya dengan keperhuan analisis kesalahan berbahasa dakam bidang
morfologi, menurut Badudu (1982), Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) terbagi
atas tiga kebompok yaitu:

a. Kesalahan Bidang Afiksasi


Kesalahan berbahasa dalam bidang afiksasi salah satunya seperti yang
dipaparkan berikut ini:
 Afik yang luluh, tidak diluluhkan
Kaidah afik sasi awalan meN- manakala memasuki kata dasar yang dimulai
huruf t, s, k. p harus huhuh menjadi men-, meny-, meng-. dan mem- ,
misalnya meN- memasuki kata dasar tarik, satu, kurang, dan pinjam akan
menjadi menarik, menyatu, mengurang, dan meminjam. Dalam proses
berkominikas i biasa ditemukan:
Mentabrak seharusnya menabrak

10
Mempahat seharusnya memahat.
b. Kesalahan morfologi segi reduplikasi
Salah satu betuk kesalahan morfologis dalam segi redukplikasi adalah
perulangan bentuk dasar, misalnya ngarang-mengarang. Bentuk perulangan
tersebut berdasar dari kata asal karang lalu mendapat awalan meN-
menjadikah mengarang. Seanjutnya, kata dasar mengarang mengalami
proses reduplikasi ngarang- mengarang, yang semestinya karang-mengarang
seperti dakam kalimat Mereka belajar tentang karangmengarang di sekolah.
Contoh kain: ngejek-mengejek seharusnya ejek-mengejek
Ngưnjung-mengunjungi seharusnya kunjung-mengunjungi
c. Kesalahan Morfologi segi proses pemjemukan
Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi salah satunya seperti yang
dipaparkan berikut ini:
 Kata majemuk yang seharusnya disatukan tetapi dipisahkan
Kata majemuk yang ditulis terpisah seperti pasca panen, ekstra kurikler,
adalah kata majemuk yang nonbaku. Kata tersebut semestinya ditulis
serangkai seperti pascapanen dan ek strakurikuer. Karena kata-kata: pasca,
ektra, antar, infra, intra, anti, panca, dasa, anti, pra, proto, mikro, maha,
psiko, ultra, supra, para, dan sebagainya adakah kata-kata yang harus ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh:
anti karat seharusnya antikarat
para medis seharusnya paramedis.
2.3.3 Analisis Kesalahan Sintaksis

Sintaksis adalah sakah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan
struktur kalinat, klausa, dan frasa. Frasa adalah satuan tata bahasa yang tidak
melampaui batas fungsi subjek atau predikat (Ramkan, 1978). Klausa adakah
satuan bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Sedangkan kalimat
merupakan satuan bahasa yang secara rekative berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari khusa, misalnya saya
makan nasi. Kaitannya dengan hal tersebut, Tarigan dan Sulist yaningsih (1979)

11
dan Semi (1990) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dakam bidang
sintak sis meliputi: kesalahan frasa, kesalahan kkausa, dan kesalahan kalimat.

Kesalahan Bidang Frasa, kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dakam


bidang sintaksis, khususnya segi frasa, salah satunya sebagai berikut:

2. Pengunaan kata depan tidak tepat


Beberapa frasa preposisional yang tidak tepat karena mengunakan
kata depan yang tidak sesuai. Hal ini pengaruh dari bahasa sastra
atau bahasa media masa, misahya sebagai berikut:
Di masa itu seharusnya pada masa itu
Di waktu itu seharusnya pada waktu itu
2.3.4 Kesalahan Bidang Klausa
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dakam bidang klausa,
khususnya segi klausa, salah satunya salah satunya sebagai berikut:
a. Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif

Klausa fasif adalah klausa yang salah satu ciri-cirinya adalah menggunakan
kata oleh. Misalnya Buku Pendidikan Agama Islam itu dibaca oleh Andi
Makkasau. Namun demikian,

2.4 Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa

Secara tradisional, analisis kesalahan bertujuan untuk menganalisis


kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh pembelajar bahasa kedua.
Hasil analisis ini diharapkan dapat membantu guru dalam hal menentukan urutan
bahan pengajaran, memutuskan pemberian penekanan, penjelasan dan
praktik yang diperlukan, memberikan remedial dan latihan-latihan,
dan memilih butir butir bahasa kedua untuk keperluan tes profisiensi pembelajar
(Sudiana, 1990: 103). Senada dengan Sudiana, Shidar (dalam Tarigan, 2011:69)
merumuskan tujuan analisis kesalahan berbahasa, yakni untuk:

(1) menentukan urutan penyajian hal-hal yang diajarkan dalam kelas dan
buku teks, misalnya urutan mudah sulit;

12
(2) menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan
berbagai hal bahan yang diajarkan;

(3) merencanakan latihan dan pengajaran remedial;

(4) memilih hal-hal bagi pengujian kemahiran siswa.

Khusus untuk guru, analisis kesalahan dapat digunakan untuk (1)


menentukan urutan sajian, (2) menentukan penekanan-penekanan dalam
penjelasan dan latihan, (3) memperbaiki pengajaran remedial, (4) memilih butir-
butir yang tepat untuk mengevaluasi penggunaan bahasa siswa (Pateda, 1989: 36).
Sementara itu, Corder (dalam Baradja, 1990:12) mengatakan bahwa analisis
kesalahan itu mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan toretis dan tujuan praktis.
Tujuan yang bersifat praktis tidak berbeda dengan tujuan analisis tradisional,
sedangkan tujuan yang bersifat teoretis ialah adanya usaha untuk memahami
proses belajarbahasa kedua. Bagi seorang guru, yang penting menemukan
kesalahan itu kemudian menganalisisnya.

Hasil analisis sangat berguna untuk tindak lanjut proses belajar-mengajar yang
dilakukan. Dengan memperhatikan paparan di atas seorang guru yang akan
menerapkan analisis kesalahan tentu harus memiliki pengetahuan kebahasaan
yang memadai. Dia harus paham benar tata bahasa yang baku dan berlaku,
misalnya tentang kebakuan pelafalan, tulisan (ejaan), bentukan kata, dan tata
kalimatnya. Dalam hal ini, guru dihadapkan pada dua persoalan, yaitu apa yang
salah dan bagaimana memperbaikinya. Pengetahuan yang cukup memadai sangat
diperlukanoleh seorang guru. Lebih-lebih pengetahuan dan pemahaman tata
bahasa.

2.5 Metodologi Analisis Kesalahan Berbahasa

Parera (1987:53) telah menyusun metodologi analisis kesalahan dengan


langkah-langkah sebagai berikut.

1. Pengumpulan data dari karangan-karangan siswa atau dari hasil ujian.

13
2. Identifikasi kesalahan baik yang mendapatkan perhatian khusus dengan
tujuan tertentu maupun penyimpangan secara umum.

3. Klasifikasi atau pengelompokan kesalahan.

4. Pernyataan tentang frekuensi tipe kesalahan.

5. Identifikasi lingkup kesalahan dalam bahasa ajaran.

6. Usaha perbaikan.

2.6 Model Analisis Kesalahan Berbahasa

Ada 4 jenis model keslahan berbahasa. Keempat model ini merujuk pada
analisis kesalahan berbahasa dalam fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.

1. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Fonologi


a. Kesalahan Ucapan, merupakan kesalahan yang terjadi karena keterkejutan atau
terkilirnya lidah sehingga menyebabkan kata yang diucapkan salah dan
menyimpang dari kata baku. Berikut contoh kesalahannya:
(1) Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/
Contoh: izin-ijin (persetujuan membolehkan)
(2) Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/
Contoh: apotek-apotik (tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep
dokter)
(3) Fonem diftong /au/ diucapkan menjadi /o/
Contoh: autodidak-otodidak (orang yang mendapat keahlian dengan belajar
sendiri)
b. Kesalahan Ejaan, merurapakan kesalahan menuliskan kata dan menggunakan
tanda baca.
(1) Kesalahan penulisan kata
Contoh:
SALAH BENAR
orangtua orang tua
disekolah di sekolah

14
walau pun Walaupun

(2) Kesalahan penggunaan tanda baca


Contoh:
SALAH BENAR
RP. 10.000,00 Rp10.000,00
Andi pusing, karena tidak sarapan Andi pusing karena tidak
sarapan
BAB. II. PEMBAHASAN BAB II PEMBAHASAN

2. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Morfologi


Tarigan (1997: 12) berpendapat, keslahan morfologi adalah keslahan yang
disebabkan karena salah memilih affiks, menyusun kata majemuk, menggunakan
kata ulang, dan memilih bentuk kata. Padeta (1989: 12) berpendapat yang tidak
sejalan dengan Tarigan, kesalahan morfologi adalah kesalahan pada tata bentuk
kata. Berikut contoh-contohnya:
a. Telur menjadi telor (salah menentukan bentuk asal)
b. Non muslim menjadi non-muslim (keslaahan penulisan morfem)
c. Matahari menjadi mata hari (kata majemuk yang ditulis terpisah)
3. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Sintaksis
Berbicara tentang sintaksis, tentu yang terbesit dalam pikiran yaitu
kalimat. Kesalahan sintaksis dalah kesalan berbahasa yang dilihat dari segi
kalimat. Kesalahan gersebut bisa berupa kesalahan penggunaan konjungsi, ketidak
efektifan kalimat, susunan kalimat, dan maish banyak lainnya. Kesalahan sintaksis
ini seringkali membuat kalimat berstruktur tidak baku, ambigu, dan terkadang
tidak logis.
4. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Leksikon
Kesalahan Leksikon adalah kesalahn berbahasa yang berhubungan dengan
kosa kata, baku tidaknya kata yang digunakan, juga penggunaan kosa kata yang
kurang tepat. Contoh:

15
a. Hiperkorek, kesalahan berbahasa yang terjadi akibat membetul-betulkan kata
yang salah karena terllau menghendaki kerapian dan kesempurnaan yang
berlebihan.

Contoh:
BENAR HIPERKOREK
salat sholat
utang hutang
rapi rapih

b. Pleonasme, kesalahan berbahasa akibat penggunaan kata yang berlebihan dan


sebenarnya tidak diperlukan. Berikut jenis-jenis dan contoh pleonasme.
(1) Penggunaan dua kata yang bersinonim
 Amat jauh (benar)
 Sangat jauh (benar)
 Amat sangat jauh (pleonasme)
(2) Bentuk jamak dinyatakan dua kali
 Bapak-bapak (benar)
 Para bapak (benar)
 Para bapak-bapak (pleonasme)
(3) Penggunaan kata tugas yang tidak diperlukan
 Maju (benar)
 Maju ke depan (pleonasme)

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ada dua istilah yang saling bersinonim dalam kesalahan berbahasa, yaitu
kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake). Kesalahan adalah penggunaan bahasa
yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku, sedangkan kekeliruan adalah
penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku hanya saja
tidak dipandang sebagai sesuatu yang salah. Kesalahan berbahasa sering terjadi
akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah
(struktur) bahasa pertama(B1) dengan bahasa kedua(B2).

sumber kesalahan dan penyimpangan bahasa yang diukur berada pada tataran
(wilayah) fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana yang dihubungkan
dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi. Kesalahan berbahasa dalam
bidang fonologi ialah biasa terjadi padapelafatan fonem /E/ diubah menjadi /e/
dan pelafatan fonem /z/ menjadi /s/. sedangkan kesalahan pada bidang morfologi
ialaha pada afiksasi, reduplikasi, dan proses pemajemukan.

3.2 Saran

Berdasarkan pemahaman pada uraian di atas, saran yang dapat kamiajukan


adalah sebagai berikut.

1. Bagi guru
a. Seyogianya menguasai ilmu kebahasaan/bahasa Indonesia dan hal-hal yang
bersangkut-paut dengannya serta memberi teladan dalam menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.

17
b. Hendaknya memberikan pengetahuan yang memadai tentang jenis, sebab,
dancontoh kesalahan berbahasa. Para guru juga sebaiknya melakukan
analisis kesalahan berbahasa para siswanya. Dengan upaya tersebut,
diharapkan tujuan analisis kesalahan berbahasa dapat dicapai secara
optimal dan pengajaran bahasa dapat memprediksi kesulitan dan kesalahan
siswa dalam berbahasa.

c. Hendaknya tidak membiarkan bila menemukan kesalahan berbahasa yang


dilakukan oleh siswa, tetapi harus segera ditangani dengan melakukan
tindakan pembetulan yang bijak dan tepat

2. Bagi peneliti sebaiknya secara berkesinambungan melakukan kegiatan


penelitian mengenai kesalahan berbahasa untuk mengetahui kemungkinan
bentuk-bentuk baru kesalahan berbahasa. Hal ini karena bahasa itu selalu
mengalami perkembangan yang diikuti pula dengan kesalahan dalam
berbahasa seiring dengan perkembangan masyarakat pengguna bahasa itu
sendiri.

3. Bagi rekan-rekan mahasiswa hendaknya lebih intensif melakukan diskusiyang


membahas masalah kesalahan berbahasa dan hal-hal yang bersangkut- paut
dengannya agar lebih paham dan dapat meminimalisasi terjadinya kesalahan
berbahasa tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2006). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress.


Baradja, M. F. (1990). Kapita Selecta Pengajaran Bahasa. Malang: Penerbit IKIP
Malang.
Corder, S. P. dan Allen, J.P.B. (1974). Techniques in Apllied Linguistics.
NewYork: Oxford University Press.
Dulay, H., Burt, M., dan Krashen, S. (1982). Language Two. New York:
OxfordUniversity Press.
Effendi, S. (1995). Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar.Jakarta:
Pustaka Jaya.
Parera, J. D. (1987). Linguistik Edukasional: Pendekatan, Konsep dan Teori
Pengajaran Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Pateda, M. (1989). Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah

19
TAUTAN VIDEO PRESENTASI

https://www.youtube.com/watch?v=3NHKqWJuMbo&feature=youtu.be

20

Anda mungkin juga menyukai