MAKALAH
Ahmad Syukron, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Khofifatul Laily 180210402053
Diah Fitri Nur Faizah 180210402056
Efa Nur Qomariatun Jamilah 180210402069
Lu'lu' kamilatul hasanah 180210402075
Muhammad Amir Mahsun Azhari 180210402083
Firda Nurlina Rahman 180210402088
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan batas waktu
yang telah ditentukan. Makalah yang penulis susun ini berjudul “Konsep Analisis
Kesalahan Berbahasa”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Analisis
Kesalahan Berbahasa yang diberikan oleh Ahmad Syukron, S.Pd.,M.Pd.
Makalah ini membahas mengenai Konsep Analisis Kesalahan Berbahasa.
Dari materi ini, diharapkan pembaca bisa memperdalam materi ini pada mata
kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa dan makalah ini bisa menjadi bacaan
pembaca untuk mengetahui dan mendalami tentang kesalahan berbahasa. Materi
ini disajikan sesuai pengetahuan dan buku pendukung yang telah dibaca penulis.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh semua orang. Apabila ada
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan dan teori, penulis mohon maaf.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Apakah pengguna bahasa Indonesia saat ini masih belum baik dan benar?
Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Melalui analisis kesalahan berbahasa, kita dapat menjelaskan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik
adalah bahasa Indonesia yang memenuhi faktor-faktor komunikasi. Adapun
bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang memenuhi kaidah-
kaidah atau tata bahasa dalam kebahasaan. Bagaimana cara kita menganalisis
bahasa yang baik dan benar itu? Hal itulah yang akan dibahas dalam makalah ini.
Setelah mempelajari kita dapat mempraktekkannya dalam bahasa Indonesia.
4
2. Apa saja kategori kesalahan berbahasa?
3. Apa saja sumber kesalahan berbahasa?
4. Apa tujuan analisis kesalahan berbahasa?
5. Apa metode analisis kesalahan berbahasa?
6. Apa saja model analisis kesalahan berbahasa?
1.3 Tujuan
Bertolak dari rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengertian kesalahan berbahasa
2. Untuk megetahui dan menjelaskan apa saja kategori kesalahan berbahasa
3. Untuk megetahui dan menjelaskan apa saja sumber kesalahan berbahasa.
4. Untuk megetahui dan menjelaskan apa tujuan analisis kesalahan berbahasa
5. Untuk megetahui dan menjelaskan apa metode analisis kesalahan
berbahasa
6. Untuk megetahui dan menjelaskan model-model apa saja yang terdapat
pada analisis kesslahan berbahasa
5
BAB II
PEMBAHASAN
Ada dua istilah yang saling bersinonim dalam kesalahan berbahasa, yaitu
kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake). Kesalahan adalah penggunaan bahasa
yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku. Hampir sama dengan istilah
tersebut, kekeliruan adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah
bahasa yang berlaku hanya saja tidak dipandang sebagai sesuatu yang salah.
Kiparsky dan Burt menggunakan istilah istilah yang berbeda dari Cirder, yaitu
goof untuk keslahan berbahasa dalam kalimat-kalimat atau tuturan yang
6
mengandung keslagan dan gooficon untuk kesalahan berbahasa dari kegramatikan
bahasa. Menurut Nelson dalam Syafi’ie (1984), kekhilafan itu adalah kesalahan
yang harus dihindari dengan dampak yang harus dibatasi pula dalam bahasa
pertama. Dulay, Burt maupun Ricard (1979) menegaskan bahwa kekhilafan
sangat sulit untuk dihindari dan akan selalu muncul meskipun tetap dilakukan
dengan usaha pencegahan. Jadi, kekhilafan merupakan keslahan yang wajar.
7
b) Kesalahan tataran morfolgi dan sintaksis;
c) Kesalahan tataran semantik dan kata;
d) Kesalahan tataran wacana.
b. Berdasarkan konsisten bahasa, kesalahan terjadi pada tataran
pengunaan unsur-unsur bahasa ketika dihubungkan dengan unsur
bahasa lain dalam satu bahasa. Misalnya frase dan klausa dalam
tataran sintaksis atau morfem- morfem gramatikal dalam tataran
morfologi.
2.2.2 Taksonomi kategori strategi performasi, kesalahan didasarkan kepada
penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemerolehan dan pengajaran
bahasa kedua (B2). Pendeskripsian kesalahan ini seharusnya
dipertimbangkan atau dihubungkan dengan proses konigtif pada saat anak
(siswa) memproduksi (merekonstruksi) bahasanya.
a. Penanggalan (omission),
b. Penambahan (addition
c. Kesalahan urutan (misordering)
2.2.3 Taksonomi komparatif, kesalahan dibedakan menjadi 3(tiga) tataran
kesalahan yaitu:
a. Kesalahan interingual disebut juga kesalahan interferensi,
b. Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat perkembangan
kesalahan berbahasa bersumber dari penguasaan bahasa kedua (B2)
yang belum memadai kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa
yang merefleksikan kesalahan interingual dan intralingual Kesalahan
ini diakibatkan kesalahan interlingual dan intralingual.
c. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat
dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan
intralingual Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari BI maupun B2.
8
Misalnya: anak kecil yang mulai belajar berbicara dalam satu
bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kaimat) yang tidak dapat
dijelaskan dari Bl maupun B2.
2.2.4 Taksonomi kategori efek komunikasi, kesalahan bahasa dapat dibedakan
menjadi:
a. Kesalahan lokal adakah kesalahan konstruksi kalimat yang
ditanggalkan (dihilangkan) salah satu unsurnya. Akibatnya proses
komunikasi terganggu. Misalnya: penutur menggunakan kalimat atau
tuturan janggal atau "nyeleneh" saat berkomunikasi.
b. Kesalahan bahasa global adalah tataran kesalahan bahasa yang
menyebabkan seluruh tut utran atau isi yang dipesankan dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, menjadi tidak dapat
dipahami. Akibat frase ataupun kalimat yang digunakan oleh penutur
berada di luar kaidah bahasa mana pun baik B1 maupun B2.
Fonologi merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa yang membahas
bunyi bahasa yang digunakan dalam proses berkomunikasi dengan orang kain.
Bunyi bahasa yang dimaksud meliputi bunyi vokal, seperti a, i, u e, o, e, bunyi
konsonan seperti k, 1, m, dan sebagainya. dan bunyi diftong seperti: au, o, dan ai.
Kaitannya dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, Tarigan
dan Suliastianingsih (1998) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam
bidang fonologi meliputi perubahan pengucapan fonem penghilangan fonem
penambahan fonem, dan perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau
fonem tunggal Kesalahan-kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi tersebut
antara lain sebagai berikut.
9
a. Pelafalan fonem /E/ diubah mænjadi /e/
Fonem /e/ pada kata peka seharusnya dilafalkan /E/ bukan /e/. Kesalahan
pelafakan /E/ seperti pada kata peka tersebut biasa kita jumpai dalam proses
berkomunikasi situasi resmi, pada kata:
Sukses dikafalkan /sukses/ semestinya /suksEs/
Lengah dikafalkan /lEngah/ semestinya /lEngah/
b. Pelafakan fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/
Fonem /z/ pada kata izin seharusnya tidak dilafalkan /s/ atau /j/. Kesalahan
pelafalan /z/ pada kata izin. Contoh yang kin:
Zaman dilafakan /saman/jaman semestinya /zaman/
ljazah dilafakan /ijasah/ ijajah/ semestinya /ijazah/
10
Mempahat seharusnya memahat.
b. Kesalahan morfologi segi reduplikasi
Salah satu betuk kesalahan morfologis dalam segi redukplikasi adalah
perulangan bentuk dasar, misalnya ngarang-mengarang. Bentuk perulangan
tersebut berdasar dari kata asal karang lalu mendapat awalan meN-
menjadikah mengarang. Seanjutnya, kata dasar mengarang mengalami
proses reduplikasi ngarang- mengarang, yang semestinya karang-mengarang
seperti dakam kalimat Mereka belajar tentang karangmengarang di sekolah.
Contoh kain: ngejek-mengejek seharusnya ejek-mengejek
Ngưnjung-mengunjungi seharusnya kunjung-mengunjungi
c. Kesalahan Morfologi segi proses pemjemukan
Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi salah satunya seperti yang
dipaparkan berikut ini:
Kata majemuk yang seharusnya disatukan tetapi dipisahkan
Kata majemuk yang ditulis terpisah seperti pasca panen, ekstra kurikler,
adalah kata majemuk yang nonbaku. Kata tersebut semestinya ditulis
serangkai seperti pascapanen dan ek strakurikuer. Karena kata-kata: pasca,
ektra, antar, infra, intra, anti, panca, dasa, anti, pra, proto, mikro, maha,
psiko, ultra, supra, para, dan sebagainya adakah kata-kata yang harus ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh:
anti karat seharusnya antikarat
para medis seharusnya paramedis.
2.3.3 Analisis Kesalahan Sintaksis
Sintaksis adalah sakah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan
struktur kalinat, klausa, dan frasa. Frasa adalah satuan tata bahasa yang tidak
melampaui batas fungsi subjek atau predikat (Ramkan, 1978). Klausa adakah
satuan bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Sedangkan kalimat
merupakan satuan bahasa yang secara rekative berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari khusa, misalnya saya
makan nasi. Kaitannya dengan hal tersebut, Tarigan dan Sulist yaningsih (1979)
11
dan Semi (1990) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dakam bidang
sintak sis meliputi: kesalahan frasa, kesalahan kkausa, dan kesalahan kalimat.
Klausa fasif adalah klausa yang salah satu ciri-cirinya adalah menggunakan
kata oleh. Misalnya Buku Pendidikan Agama Islam itu dibaca oleh Andi
Makkasau. Namun demikian,
(1) menentukan urutan penyajian hal-hal yang diajarkan dalam kelas dan
buku teks, misalnya urutan mudah sulit;
12
(2) menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan
berbagai hal bahan yang diajarkan;
Hasil analisis sangat berguna untuk tindak lanjut proses belajar-mengajar yang
dilakukan. Dengan memperhatikan paparan di atas seorang guru yang akan
menerapkan analisis kesalahan tentu harus memiliki pengetahuan kebahasaan
yang memadai. Dia harus paham benar tata bahasa yang baku dan berlaku,
misalnya tentang kebakuan pelafalan, tulisan (ejaan), bentukan kata, dan tata
kalimatnya. Dalam hal ini, guru dihadapkan pada dua persoalan, yaitu apa yang
salah dan bagaimana memperbaikinya. Pengetahuan yang cukup memadai sangat
diperlukanoleh seorang guru. Lebih-lebih pengetahuan dan pemahaman tata
bahasa.
13
2. Identifikasi kesalahan baik yang mendapatkan perhatian khusus dengan
tujuan tertentu maupun penyimpangan secara umum.
6. Usaha perbaikan.
Ada 4 jenis model keslahan berbahasa. Keempat model ini merujuk pada
analisis kesalahan berbahasa dalam fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.
14
walau pun Walaupun
15
a. Hiperkorek, kesalahan berbahasa yang terjadi akibat membetul-betulkan kata
yang salah karena terllau menghendaki kerapian dan kesempurnaan yang
berlebihan.
Contoh:
BENAR HIPERKOREK
salat sholat
utang hutang
rapi rapih
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada dua istilah yang saling bersinonim dalam kesalahan berbahasa, yaitu
kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake). Kesalahan adalah penggunaan bahasa
yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku, sedangkan kekeliruan adalah
penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku hanya saja
tidak dipandang sebagai sesuatu yang salah. Kesalahan berbahasa sering terjadi
akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah
(struktur) bahasa pertama(B1) dengan bahasa kedua(B2).
sumber kesalahan dan penyimpangan bahasa yang diukur berada pada tataran
(wilayah) fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana yang dihubungkan
dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi. Kesalahan berbahasa dalam
bidang fonologi ialah biasa terjadi padapelafatan fonem /E/ diubah menjadi /e/
dan pelafatan fonem /z/ menjadi /s/. sedangkan kesalahan pada bidang morfologi
ialaha pada afiksasi, reduplikasi, dan proses pemajemukan.
3.2 Saran
1. Bagi guru
a. Seyogianya menguasai ilmu kebahasaan/bahasa Indonesia dan hal-hal yang
bersangkut-paut dengannya serta memberi teladan dalam menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
17
b. Hendaknya memberikan pengetahuan yang memadai tentang jenis, sebab,
dancontoh kesalahan berbahasa. Para guru juga sebaiknya melakukan
analisis kesalahan berbahasa para siswanya. Dengan upaya tersebut,
diharapkan tujuan analisis kesalahan berbahasa dapat dicapai secara
optimal dan pengajaran bahasa dapat memprediksi kesulitan dan kesalahan
siswa dalam berbahasa.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
TAUTAN VIDEO PRESENTASI
https://www.youtube.com/watch?v=3NHKqWJuMbo&feature=youtu.be
20