Anda di halaman 1dari 26

KUNJUNGAN STUDY WISATA

DI GUNUNG MERAPI DAN KERATON YOGYAKARTA

Laporan ini dibuat sebagai syarat mengikuti kegiatan pembelajaran kelas XII

oleh:

NAMA : Siti Nurlela Wati


NIS : 5312

SMA NEGERI 1 KALIREJO


LAMPUNG TENGAH
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

laporan study tour ini telah diperiksa dan disyahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Mengesahkan,

Kepala SMA Negeri 1 Kalirejo Guru Pembimbing

H.A Syarief Hamka.M.M SULASTRI.S.Kom


NIP. 196310311988031003
NIP.197404012009022002

ii
MOTTO

1. Akan ada banyak sekalijalan sekali jalan dalam menuju sebuah pintu

keberhasilan.Akan tetapi,aka nada sebagian orang yang masih terus menatap pintu

yang tertutup.Padahal,bila ia mencoba untuk mencari pintu yng lain.Akan ada pintu

yang lain yang terbuka .

2. Sebuah kegagalan memang menyakitkan,tetapi jangan biarkan kegagalan merenggut

banyak hal yang akan terjadi dimasa depan.


iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Laporan karya wisata ini ditulis berdasarkan hasil kegiatan study tournke Yogyakarta dan

pengamatan ke wisata Merapi dan Keraton Yogyakarta yang telah kami kunjungi sebagai

bentuk apresiasi atas kegiatan yang telah dilaksanakan. Laporan study wisata ini saya

persembahkan kepada:

1. Kepada Bapak H.A Syarief Hamka.M.M selaku kepala SMA Negeri 1 Kalirejo.

2. Kepada Ibu Nurlaela.S.Ag selaku wali kelas yang telah membantu dalam proses

pembuatan laporan study wisata ini.

3. Kepada Ibu Sulastri.S.Kom selaku wali kelas yang telah membantu dalam proses

pembuatan laporan study wisata ini.

4. Kepada bapak ibu guru dan staf tata usaha SMA Negeri 1 Kalirejo.

5. Kepada kedua orang tua yang selalu memberikan do’anya.

6. Kepada teman-teman yang selalu memberikn motivasi dan dukungan, baik pikiran

maupun perlengkapan.

7. Pembaca yang budiman

Saya berharap semoga laporan karya wisata ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan

dapat menjadi sumber informasi serta panduan untuk penyusunan laporan di masa depan.
iv
KATA PENGANTAR

ASSALAMMUALAIKUM WR.WB

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang senantiasa

melimpahkan Rahmat-nya dan kasih-nya,atas anugrah hidup dan kesehatan yang telah kami

terima,serta petunjuk-nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami

dalam penyusunan karya tulis ini.

Di dalam karya tulis ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa kami

sajikan,sebagai syarat atas perjalanan kami dengan judul “KARYA TULIS STUDY TOUR

YOGYAKARTA” dimana di dalam judul tersebut ada beberapa hal yang bisa kita pelajari

khususnya tempat-tempat wisata yang ada di yoygakarta yang indah dan menawan.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang kota

yogyakarta,menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih

dalam tentang masalah ini,oleh karna itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu kami harapan demi kesempurnaan karya tulis ini.

Harapan kami,semoga karya tulis membawa manfaat bagi kita,setidaknya untuk sekedar

membuka cakrawala berpikir kita tentang kota yogyakarta.

Akhir kata,kami samapaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

proses pembuatan ini.terutama kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya,dan guru

bahasa indonesia yang telah membimbing dalam penyusunan karya tulis ini.
V

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Halaman Motto iii

Halaman Persembahan iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………… ...

1.2 Ruang Lingkup Penulisan………………………………………………. ...

1.3 Metode Pengumpulan Data..................................................................... ...

1.4 Tujuan Penulisan………………………………………………………... …

1.5 Manfaat Penulisan……………………………………………………….. ...

BAB II PEMBAHASAN

3.1 Waktu dan Tempat ……………………………………………………… …

3.2 Hasil Observasi………………………………………………………….. …

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………… …

4.2 Saran…………………………………………………………………….. …

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.2 RUANG LINGKUP PENULISAN

Ruang lingkup penulisan study wisata ini adalah sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui secara langsung tempat-tempat bersejarah

yang ada di Yogyakarta.

2. Ingin mengetahui sejarah tempat-tempat yang ada di Yogyakarta.

1.3 METODE PENGUMPULAN DATA

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan study wisata ini adalah:

1. Metode observasi

Metode observasi yaitu metode yang dilakukan dengan melakukan

penngamatan secara langsung dan di pandu oleh pemandu wisata.

Metode observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung di

Yogyakarta dengan mengunjungi tempat wisata seperti wisata Merapi dan

Keraton Yogyakarta.

2. Metode kepustakaan

Kami juga memanfaatkan web dan membuka situs-situs di internet tentang

Yogyakarta yang ada di internet sebagai pelengkap bahan laporan.


1.4 TUJUAN PENULISAN

1. Membuat siswa untuk terlatih dalam pembuatan laporan karya tulis

dengan baik dan benar.

2. Melaporkan hal – hal yang telah didapatkan selama mengikuti kegiatan.

3. Mengetahui sejarah dan budaya di objek wisata yang dikunjungi.

4. Menambah ilmu pengetahuan, wawasan yang umum dan luas.

5. Menumbuhkan rasa cinta tanah air

1.5 MANFAAT PENULISAN

2. Menambah pengetahuan akan sejarah tempat wisata yang ada.

3. Memberikan pengetahuan akan wisata di Yogyakarta pada para pembaca.

4. Mengetahui tempat-tempat wisata bersejarah.

5. Mendidik dan melatih siswa membuat karya tulis sebagai laporan observasi.
BAB 2

PEMBAHASAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 WAKTU DAN TEMPAT

2.1.1 WAKTU

Rabu, 06 Maret 2019

 06.30-07.00 : persiapan dan check in di SMA N 1 Kalirejo

 07.300 : rombongan berangkat menuju Yogyakarta

 12.00-15.00 : penyebrangan Bakauheni-Merak, ISHOMA

 16.00-19.00 : ISHOMA di rest area

 19.00 : melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta

Kamis, 07 Maret 2019

 04.30-05.00 : istirahat dan sholat subuh di rest area

 09.00-12.00 : rombongan tiba di restaurant, mandi, sarapan

 12.00-15.00 : rombongan melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta

 15.00-16.30 : rombongan tiba di Candi Borobudur

 17.00-20.30 : rombongan menuju hotel (check in di hotel)

Juma’t, 08 Maret 2019

 05.00-07.00 : ISHOMA di hotel


 07.30 : perjalanna mnuju ke taman wisata merapi

 09.00-11.00 : rombongan tiba di taman wisata merapi

 11.00-13.00 : ISHOMA

 14.00 : rombongan menuju pantai Parang Tritis

 16.00-17.30 : rombongan tiba di pantai Parang Tritis

 18.00-19.00 : rombongan makan di restaurant

 19.00-21.00 : rombongan menuju hotel

 21.00 : rombongan masuk hotel

Sabtu,09 Maret 2019

 05.00-07.00 : ISOMAH(Check out dari hotel)

 07.30 : Perjalanan menuju museum Dirgantara.

 08.00-10.00 : Rombongan tibadimuseum Dirgantara.

 10.00 : rombongan menuju Kraton Yogyakarta

 10.00-12.00 : rombongan tiba di Kraton Yogyakarta

 12.00-14.00 : ISHOMA

 14.00-16.00 : wisata belanja di Malioboro dan Beringharjo

 16.30 : rombongan menuju ke Lampung

Minggu, 10 Maret 2019

 05.00-07.00 : ISHOMA di restaurant

 07.00 : perjalanan menuju ke Lampung

 14.00 : ISHOMA di lokasi rest area

 17.30 : tiba di Kalirejo


2.1.2 TEMPAT

Tempat wisata:

1. Candi Borobudur

2. Wisata Gunung Merapi

3. Pantai Parang Tritis

4. Museum Dirgantara

5. Keraton Yogyakarta

6. Pasar Beringharjo

2.2 HASIL OBSERVASI

2.2.1 WISATA GUNUNG MERAPI

1. Sejarah Gunung Merapi

Menurut Berthommier,1990 berdasarkan studi stratigrafi, sejarah Merapi dapat dibagi

atas empat bagian.

PraMerapi (+400.000 tahun lalu)

Disebut sebagai Gunung Bibi dengan magma andesit-basaltik berumur ± 700.000

tahun terletak di lereng timur Merapi termasuk Kabupaten Boyolali. Batuan gunung

Bibi bersifat andesit-basaltik namun tidak mengandung orthopyroxen.


Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 m di atas muka laut dengan jarak

datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi sekarang sekitar 2.5 km. Karena

umurnya yang sangat tua Gunung Bibi mengalami alterasi yang kuat sehingga contoh

batuan segar sulit ditemukan.

Merapi Tua (60.000 - 8000 tahun lalu)

Pada masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan fase

awal dari pembentukannya dengan kerucut belum sempurna.

Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan

Plawangan berumur sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan

dengan komposisi andesit basaltic dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.

Merapi Pertengahan (8000-2000 tahun lalu)

Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan

Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya terdiri dari

aliran lava, breksiasi lava dan awan panas.

Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan

juga terjadi letusan eksplosif dengan "de¬bris-avalanche" ke arah barat yang

meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan

beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk kawah Pasarbubar.

Merapi Baru (2000 tahun lalu - sekarang)

Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut

sebagai Gunung Anyar yang saat ini menjadi pusat aktivitas Merapi. Batuan dasar
dari Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini

berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari Merapi terjadi di masa lalu yang

dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak ± 23 km

selatan dari Merapi.

2. Sisa Hataku

Museum sisa harta ku terletak di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan

Cangkringan, Sleman. Museum ini merupakan satu dari sekian banyak rumah yang

hancur akibat letusan Gunung Merapi tahun 2010. Keadaan rumah yang rusak parah

mampu membuat kita membayangkan betapa mengerikannya bencana

erupsi merapi yang terjadi pada tahun 2010 silam.

Benda yang cukup berkesan di dalam museum ini yaitu jam erupsi. Jam ini

merupakan satu-satunya jam yang menunjukkan waktu ketika rumah atau daerah di

wilayah tersebut harcur akibat erupsi merapi. Jarum pendek menunjuk angka 12

sedangkan jarum panjang menunjuk angka 5, atau dengan kata lain wilayah dusun

Petung hancur pada pukul 00.05 WIB malam jum’at Kliwon, 5 November 2010.

Di dalam museum, kita dapat melihat kumpulan benda-benda yang menjadi saksi bisu

kedahsyatan erupsi merapi tahun 2010. Benda tersebut antara lain sepeda motor,

benda pusaka, gamelan, kerangka hewan, dan berbagai perlengkapan rumah tangga

lain yang meleleh akibat keganasan awan panas atau lebih dikenal dengan wedhus

gembel. Raden Ngabehi Surakso Hargo atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah

Maridjan (nama asli: Mas Penewu Surakso Hargo; lahir di Dukuh Kinahrejo, 5

Februari 1927 – meninggal di Sleman, 26 Oktober 2010 pada umur 83 tahun[1])

adalah seorang juru kunci Gunung Merapi. Amanah sebagai juru kunci ini diperoleh
dari Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Setiap gunung Merapi akan meletus, warga

setempat selalu menunggu komando darinya untuk mengungsi. Ia mulai menjabat

sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970. Jabatan sebagai juru kunci lalu ia sandang

sejak tahun 1982. Sejak kejadian Gunung Merapi akan meletus tahun 2006, Mbah

Maridjan semakin terkenal. Karena faktor keberanian dan namanya yang dikenal oleh

masyarakat luas tersebut, Mbah Maridjan ditunjuk untuk menjadi bintang iklan salah

satu produk minuman energi.

3. Batu Alien

Batu Alien merupakan salah satu batu besar yang keluar dari mulut gunung merapi

ketika erupsi tahun 2010. Batu Alien memiliki diameter kurang lebih 5 meter. Batu

tersebut dijuluki batu Alien karena bentuknya yang menyerupai wajah manusia.

Dari sisi samping kiri batu, terlihat jelas bentuk batu nampak seperti kepala

manusia yang dilengkapi dengan anggota tubuh pada umumnya yaitu mata,

hidung, mulut, telinga, dagu dan kening. Banyak orang berpendapat bahwa wajah

batu tersebut menunjukkan ekspresi sedih atau sedang menangis.

Di sisi utara batu Alien terdapat hamparan pasir yang cukup luas akibat luapan lava

dari sungai gendol saat letusan gunung merapi 2010. Tempat tersebut sangat bagus

digunakan untuk berfoto-foto dengan background sungai gendol dan gunung merapi

ketika cuaca cerah. Sebelum erupsi merapi tahun 2010, daerah tersebut merupakan

pemukiman warga dusun Jambu. Sebelumnya berdiri 3 bangunan rumah dan 2

kandang sapi. Luapan lahar dari sungai gendol mengakibatkan bangunan-bangunan

tersebut tertimbun pasir dan batu hingga menjadi seperti sekarang ini.
Kali Gendol merupakan sungai yang menjadi jalur utama lahar yang keluar dari

gunung merapi. Mantrial pasir dan batu yang melewati sungai ini mencapai jutaan

meter kubik. Banyaknya matrial membuat sungai ini tidak mampu menampung lahar

sehingga lahar meluap disekitaran sungai. Luapan matrial sampai dipemukiman

penduduk sehingga banyak rumah yang hancur rata dengan tanah. Timbunan pasir

yang tinggi membuat keadaan wilayah setempat sangat berbeda dari sebelumnya.

4. Bunker Kaliadem

Pada tahun 2005, dibangun sebuah bunker di lereng gunung Merapi tepatnya di dusun

Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Tujuannya yaitu

sebagai tempat perlindungan atau persembunyian ketika gunung Merapi meletus.

Bunker tersebut berukuran 12 x 8 meter dan terletak di bawah tanah dengan

kedalaman sekitar 3 meter. Di dalam bunker dilengkapi sebuah ruang tabung oksigen,

kamar mandi, dan lampu untuk penerangan.

Pada tahun 2006 lalu, bunker ini tertimbun material lava akibat letusan gunung

Merapi. Di dalam bunker tersebut ditemukan 2 orang mayat yang meninggal terbakar

karena suhu lava yang superr panas yaitu 600o celcius. Tahun 2010 bunker Kaliadem

kembali tertimbun material lava akibat letusan gunung Merapi. Meski sudah 2 kali

tertimbun lava merapi, namun sampai saat ini bangunan bunker masih kokoh berdiri.

Di atas bunker, kita dapat melihat aliran lava di sungai Gendol. Kita juga dapat

melihat bukit Glagahsari dari sana. Di sekitaran bunker, terdapat hamparan pasir batu

yang terlihat seperti gurun. Di tempat tersebut juga tumbuh banyak sekali bunga

edelweys. Pemandangan di tempat ini bagus untuk melakukan foto bersama dengan

teman atau keluarga.


2.2.2 KERATON YOGYAKARTA

1. Sejarah Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan

pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas

sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk

istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan

dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah

mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati

Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar

Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti

Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri

Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan),

dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki

berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan

bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat

lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-

nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk
itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan

untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

2.Tata Ruang dan Arsitektur Umum

Arsitek kepala istana ini adalah Sultan Hamengkubuwana I, pendiri Kesultanan

Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya dalam bidang arsitektur dihargai oleh

ilmuwan berkebangsaan Belanda – Dr. Pigeund dan Dr. Adam yang menganggapnya

sebagai “arsitek dari saudara Pakubuwono II Surakarta. Bangunan pokok dan desain

dasar tata ruang dari keraton berikut desain dasar landscape kota tua Yogyakarta

diselesaikan antara tahun 1755-1756. Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh

para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk istana yang tampak sekarang ini sebagian

besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang dilakukan oleh Sultan

Hamengku Buwono VIII (bertahta tahun1921-1939).

2.1.Tata Ruang

Dahulu bagian utama istana, dari utara keselatan, dimulai dari Gapura Gladhag di

utara sampai di Plengkung Nirboyo di selatan. Bagian-bagian utama keraton

Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan; Kompleks

Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid Gedhe (Masjid Raya Kerajaan);

Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler,Kompleks Kamandhungan Ler;

Kompleks Sri Manganti; Kompleks Kedhaton; Kompleks Kamagangan; Kompleks

Kamandhungan Kidul; Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana


Hinggil); serta Alun-alun Kidul (Lapangan Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang

biasa disebut Plengkung Gadhing.

Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh dikatakan

simetris. Sebagian besar bagunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap arah utara

dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di daerah

Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun

demikian ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain.

Selain bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton juga memiliki bagian

yang lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks Roto

Wijayan, Kompleks Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, dan Kompleks Istana

Putra Mahkota (mula-mula Sawojajar kemudian di nDalem Mangkubumen). Di

sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari

tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada beberapa

bangunan yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih, Gedhong Krapyak,

Ndalem Kepatihan (Istana Perdana Menteri), dan Pasar Beringharjo.

2.2.Arsitektur umum

Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir

dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami pohon

tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi

dan dihubungkan dengan Regol yang biasanya bergaya Semar Tinandu . Daun pintu

terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya

terdapat dinding penyekat yang disebutRenteng atau Baturono. Pada regol tertentu

penyekat ini terdapat ornamen yang khas.


Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa

tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti

Portugis, Belanda, bahkan Cina. Bangunan di tiap kompleks biasanya

berbentuk/berkonstruksi Joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka

tanpa dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan

Gedhong (gedung). Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi beratap bambu dan

bertiang bambu yang disebut Tratag. Pada perkembangannya bangunan ini beratap

seng dan bertiang besi.

Permukaan atap joglo berupa trapesium. Bahannya terbuat dari sirap, genting tanah,

maupun seng dan biasanya berwarna merah atau kelabu. Atap tersebut ditopang oleh

tiang utama yang di sebut dengan Soko Guru yang berada di tengah bangunan, serta

tiang-tiang lainnya. Tiang-tiang bangunan biasanya berwarna hijau gelap atau hitam

dengan ornamen berwarna kuning, hijau muda, merah, dan emas maupun yang lain.

Untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat dari kayu memiliki warna senada

dengan warna pada tiang. Pada bangunan tertentu (misal Manguntur Tangkil)

memiliki ornamen Putri Mirong, stilasi dari kaligrafi Allah, Muhammad, dan Alif

Lam Mim Ra, di tengah tiangnya.

Untuk batu alas tiang, Ompak, berwarna hitam dipadu dengan ornamen berwarna

emas. Warna putih mendominasi dinding bangunan maupun dinding pemisah

kompleks. Lantai biasanya terbuat dari batu pualam putih atau dari ubin bermotif.

Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki

lantai utama yang lebih tinggi. Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan batu persegi

yang disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan.


Tiap-tiap bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsinya termasuk kedekatannya

dengan jabatan penggunanya. Kelas utama misalnya, bangunan yang dipergunakan

oleh Sultan dalam kapasitas jabatannya, memiliki detail ornamen yang lebih rumit dan

indah dibandingkan dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas bangunan maka

ornamen semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama sekali. Selain

ornamen, kelas bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta bentuk bagian atau

keseluruhan dari bangunan itu sendiri.

3. Kompleks Keraton Yogyakarta

3.1 Kompleks depan = Gladhag – Pangurakan, Alun – alun Lor, Mesjid Gedhe

Kasultanan.

3.2 Kompleks inti = Kompleks Pagelaran, Siti Hinggir Ler, Kemandhungan Lor, Sri

Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul, Siti Hinggil Kidul.

3.3 Kompleks belakang = Alun – alun Kidul, Plengkung Nirbaya.

4. Warisan Budaya

Selain memiliki kemegahan bangunan Keraton Yogyakarta juga memiliki suatu

warisan budaya yang tak ternilai. Diantarannya adalah upacara-upacara adat, tari-

tarian sakral, musik, dan pusaka (heirloom). Upacara adat yang terkenal adalah

upacara Tumplak Wajik, Garebeg, upacara Sekaten dan upacara Siraman Pusaka dan

Labuhan. Upacara yang berasal dari zaman kerajaan ini hingga sekarang terus

dilaksanakan dan merupakan warisan budaya Indonesia yang harus dilindungi dari

klaim pihak asing.


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja itu sangat

banyak,dan kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri seperti

aslinya.agar menarik para wisatawan untuk berlibur ke Yogyakarta

Selain itu,kota Yogyakarta yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan budaya-

budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trend. Tapi justru itu salah,kita harus tetap

menjaga budaya asli jogja itu sendiri agar mempunyai keaslian yang khas dimata dunia.

Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan

menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di jogja.walaupun


banyak cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat luas,para wisatawan tetap antusias

menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.

3.2 SARAN

Didalam pembuatan laporan ini, sebagai manusia biasa pastilah banyak sekali kesalahan

untuk itu demi menyempurnakan laporan ini kritik dan saran yang bersifat membangun akan

selalu saya harapkan.

Adapun saran-saran yang bisa saya berikan untuk teman-teman semua yang mengikuti

kegiatan ini :

a). Para siswa/siswi seharusnya bersifat kreatif lagi dalam mencari informasi dan ilmu

pengetahuan yang baru.

b). Dengan diadakannya kegiatan kunjunagn ini harusnya bisa diambil manfaatnya.

c). Kegiatan kunjungan hendaknya dijadikan sebagai pengembangan potensi diri bukan untuk

ajang bersenang-senang saja.


DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Keraton_Ngayogyakarta_Hadiningrat

http://www.merapi.bgl.esdm.go.id

http://ceritasekarum.blogspot.com

http://jatim.antarnews.com
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai