Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KARYA WISATA

SISWA SMPN 2 WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR


DI YOGYAKARTA DAN BANDUNG
TP. 202021/2022

Diajukan untuk memenuhi prasyarat mengikuti Ujian Akhir


Kelas IX SMPN 2 Way Jepara

NAMA : AYA RENITA


NIS :
KELAS : IX. 2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR


HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN STUDY TOUR


KE YOGYAKARTA DAN BANDUNG

Laporan Hasil Study Tour ke Yogyakarta dan Bandung telah diperiksa,


disetujui dan disahkan pada :
Hari :...........................
Tanggal :...........................

Meyetujui
Pembimbing Ketua Pelaksana Study Tour

SUSINAH, S.Pd Drs. Misbani


NIP. 197006052008012027 NIP. 19650624200701123

Mengetahui
Kepala SMPN 2 Way Jepara Lampung Timur

H. JARKONI,S.Ag
NIP. 196907052007011070

ii
HALAMN PERSEMBAHAN

Laporan study ini saya buat untuk tugas karya tulis dalam rangka penyelesaian ujian
di semeter genap . Dalam menyelesaikan laporan ini saya persembahkan rasa terima kasih
saya kepada :

 Kedua orang tua yang telah memberi saya dukungan. Kasih sayang dan doa untuk
saya selama ini.
 Bapak H.Jarkoni selaku Kepala Sekolah SMPN 2 Way Jepara , yang telah
memberi kesempatan dalam pembuatan laporan study ini.
 Ibu Susinah , selaku guru pembimbing yang telah membimbing , dan memberi
arahan dalam membuat laporan ini.
 Bapak Drs. Misbani sebagai ketua panitia study lapangan ini, yang telah
merencanakan dan menyiapkan segala sesuatunya dengan sangat baik.

AYA RENITA

iii
MOTTO

 “Yakin adalah kunci jawaban dari segala permasalahan, dengan bermodal yakin
merupakan obat mujarap penumbuh semangat hidup.”
 “Sukses adalah persiapan dan kesempatan bertemu.”
 “Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras, Tidak keberhasilan tanpa
kebersamaan.Tidak ada kemudahan tanpa doa.”

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan study wisata ini dan mudah – mudahan laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Laporan study wisata ini menyajikan berbagaikan penjelasan tentang objek yang
telah kami kunjungi yaitu beberapa obyek wisata bersejarah di yogyakarta dan obyek
wisata di daerah bandung, serta obyek lainya.Agar pembaca dapat lebih jelas mengenai
keterangan obyek – obyek tersebut.
Namun, laporan ini tidak dapat selesai tanpa ada bantuan dari pihak lain.Maka dari itu,
pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak H.Jarkoni S.Ag, selaku kepala sekolah SMPN 2 Way Jepara


2. Bapak dan Ibu Guru pendamping yang telahmemberikan bimbingan selama study
tour berlangsung.
3. Orang tua yang telah mendukung kami dalam pembuatan laporan ini dan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan.

Mengingat keterbatasan kemampuan kami , maka sekiranya dapat dimaklumi


apabila nantinya di dalam laporan ini banyak terdapat kesalahan. Kami menyadari akan
hal tersebut, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Demikian yang dapat kami sampaikan, apabila banyak kesalahan dala penulisan ini
mohon dimaafkan.

Way jepara, 20 januari 2023


Penyusun

AYA RENITA

DAFTAR ISI

v
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... iii
MOTTO........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujun Penelitian.................................................................................... 2
D. Metode Pengumpulan Data................................................................... 2

BAB II ISI........................................................................................................ 3
A. Candi Borobudur................................................................................. 3
B. Monjali................................................................................................. 5
C. Taman Pintar........................................................................................ 7
D. Kraton Yogyakarta.............................................................................. 9
E. Candi Prambanan................................................................................. 11
F. Kawah Putih........................................................................................ 13

BAB III PENUTUP......................................................................................... 15


A. Kesimpulan........................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DOKUMENTASI

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan menulis yang sangat rendah di kalangan siswa SMP adalah salah
satu kelemahan siswa dalam mengembangkan tulisanya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya yaitu selain tidak disajikan secara mendalam dalam materi ajar selama
kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Siswa juga belum memiliki tradisi dan budaya
untuk menyampaikan pikiran dan perasaanya ke dalam bentuk tulisan. Akibatnya siswa
mengalami kesulitan ketika mendatkan tugas untuk menyusun karya tulis. Hal itu
diperparah dengan masih jarangnya panduan sederhana yang bisa dijadikan sebagai acuan
siswa ketika menyusun karya tulis.
Karyawisata merupakan progam rutin sekolah yang dilakukan oleh siswa kelas IX
SMP Negri 2 Way J epara setiap akhir semester ganjil. Selain untuk memperkenalkan
aset wisata dan karya budaya bangsa, karyawisata juga dimaksudkan sebagai sarana bagi
siswa agar mampu menyusun karya tulis dalam bentuk laporan dengan baik berdasarkan
obyek-obyek wisata dan budaya yang dikunjungi. Dengan cara demikian, para siswa bisa
melihat dan melakukan observasi secara langsung terhadap obyek-obyek yang
dikunjungi, untuk selanjutnya didokumentasikan dan dikumpulkan sebagai bahan
penyusunan laporan.
Karya tulis dalam bentuk laporan tersebut dimaksudkan sebagai salah satu upaya
sekolah untuk membudayakan cara berpikir ilmiah di kalangan siswa berdasarkan
konsep-konsep keilmuan, sehingga karya tulis yang disusun dapat
dipertanggungjawabkan kebenaranya secara keilmuan sekaligus dijadikan sebagai
prasyarat bagi siswa untuk mengikuti ujian akhir sekolah setelah siswa yang
bersangkutan duduk dibangku kelas IX. Meskipun demikian, panduan.
Sederhana yang bisa dijadikan oleh siswa ketika menyusun karya tulis masih jarang
ditemukan.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu disusun sebuah panduan penyusunan karya tulis
sederhana agar dapat dijadikan sebagai acuan para siswa sehingga mereka mampu
menyusun karya tulis sesuai dengan sistematis,bahasa, dan ketentuan lai yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam rumusan makalah iniadalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah dari candi borobudur?
2. Bagaimana sejarah dari monumen jogja kembali?
1
3. Bagaimana dari tempat taman pintar?
4. Bagaimana sejarah dari kraton yogyakarta?
5. Bagaimana sejarah dari candi prambanan?
6. Bagaimana dari tempat wisata kawah putih?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penyusunan laporan karya wisata ke yogyakarta dan bandung ini adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu tugas yang harus dikerjakan karena telah melaksanakan study
lapangan/study tour.
2. Sebagai satu progam sekolah yang harus dikerjakan setiap siswa.
3. Sebagai salah satu buku atau bahan acuan bagi para pembaca.
4. Menggali sejarah atau ilmu yang belum kita ketahui sebelumnya.
5. Mencoba mengembangkan argument dan pendapat kita dalam bentuk nyata atau
tulisan.
6. Memberikan salah satu gambaran yang kongrit mengenai pengalaman kita
melaksanakan study tour ke yogyakarta dan bandung.
7. Mengetahui sejarah dan budaya indonesia secara mendalam.

D. Metode Pengumpulan Data


Dengan turun secara langsung ke lapangan dan mengamati objek penlitian dengan
mata kepala sendiri yang kemudian dikumpulkan dalam sebuah catatan. Kita melakukan
teknik ini yang disebut dengan OBSERVASI. Teknik yang memudahkan terutama bagi
saya untuk melkukan laporan. Karena dengan teknik ini, kita dapat melihat dan
menyentuh langsung benda-benda sejarah yang ada disana. Lau, dapat denganmdah
melakukan dokumentasi secara langsung bersama pembimbing dan teman-teman saya.

2
BAB II
ISI

A.CANDI BOROBUDUR

LETAK BOROBUDUR
Candi borobudur adalah sebuah candi Budha yang terletak di borobudur,
magelang, Jawa Tengah, Indonesia.Candi ini terletak kurang lebih 100 Km di sebelah
barat daya semarang, 86 Km di sebelah barat surakarta, dan 40 Km di sebelah barat laut
Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama budha
mahayana sekitar tahun 800-an masehi pada masa pemerintahan bangsa syailendra.
Borobudur adalah candi atau kuil budha terbesar didunia, sekaligus salah satu monumen
budha terbesar didunia.
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat
pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel realife dan aslinya
terdapat 504 arca budha. Borobudur memiliki koleksi relife budha terlengkap dan
terbanyak didunia. Stupa utama terbesar terletak di tengah sekaligus memahkotai
bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di
dalamnya terdapat arca budha tengah duduk bersila dengan posisi teratai sempurna
dengan mudra (sikap tangan) dharmacakra mudra (memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci
untuk memuliakan budha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun
umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju

3
Pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran budha. Para peziarah masuk melalui
sisi timur dan memulai ritual didasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini
searah jarum jam sambil terus naik ke tangga berikutnya mealui tiga tingkatan ranah
dalam kosmologi budha. Ketika tingkatan itu adalah kamadhatu (ranah hawa nafsu ),
rupadhatu ( ranah berwujud ), dan arupadhatu ( ranah tak berwujud ). Dalam perjalananya
para peziarah berjalan melalui srangkaian lorong da tangga dengan menyaksikan tak
kurang dari 1.460 panel relife indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring
melemahnya pengaruh kerajaan hindu dan budha dijawa serta mulai masuknya pengaruh
islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sri
Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai gubernur jendral inggris atas
jawa. Sejak saat itu borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan
pemugaran (perbaikan kembali ). Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun waktu
1975 hingga 1982 atas upaya pemerintah republik indonesia dan UNESCO. Kemudian
situs bersejarah ini masuk dalam daftar situs warisan dunia.
Borobudur kini masi digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan, tiap tahun
umat budha yang datang dari seluruh indonesia dan mancanegara berkumpul di
borobudur untuk memperingati Trisuci Wasiak. Dalam dunia pariwisata,Borobudur
adalah obyek wisata tunggal di indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
Borobudur dibangun oleh penganut agama budha mahayana pada masa
pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi dibangun pada masa kejayaan dinasti
Syailendra. Pendiri candi borobudur yaitu Raja samaratungga yang berasal dari wangsa
atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai
sekitar menjelang 900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang
adalah putri dari samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini
menurut kisah turun-temurun yang bernama Gubadharma.
Kata borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas
Stamford Raffles, Gubernur jenderal Britania Raya di Jawa,memberi nama candi ini.
Tidak ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini.
Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukan keberadaan candi ini adalah kitab
Nagarakteragama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut
ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat meditasi penganut Budha.
Arti nama Borobudur yaitu “biara diperbukitan” , yang berasal dari kata “bara”
( candi atau biara ) dan “beduhur” ( perbukitan atau tempat tinggi ) dalam bahsa

4
sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama Bororbudur, maka tempat ini sejak
dahulu digunakan sebagai tempat ibadah penganut Budha.

B. MONUMEN JOGJA KEMBALI (MONJALI)

Monumen ini dibangun pada tanggal 29 juni 1985, dengan Upacara


Tradisional Penanaman kepala Kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri paduka paku alam VIII. Semula gagasan untuk
mendirikan Monumen yang berskala Nasional ini dilontarkan oleh Bapak Kolonel
Sugiarto selaku Wali kota Madya Yogyakarta, dalam peringatan yogya kembali yang
diselenggarakan Pemerintah Daerah istimewa Yogyakarta pada tanggal 29 juni 1983.
Atas saran/susulan Bapak DR.Ruslan Abdulgani dan Bapak Marsudi.Dipilihnya
nama “yogya kembali” dengan pengertian yang luas, berfungsinya pemerintah Republik
Indonesia dan sebagai tetenger peristiwa sejarah ditarik mundurnya tentara Bendara
ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 juni 1949 dan kembalinya presiden Sekarno, wakil
presiden, pimpinan
Negara yang lain pada 6 juni 1949 di Yogyakarta. Hal ini dapat dipandang
sebagai titikawal bangsa indonesia secara nyata bebas dan cengkraman penjajah
khusunya belanda dan merupakan tonggak sejarah yang menentukan bagi kelangsungan
hidup Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Dilihat dari bentuknya monumen ini berbentuk krucut /gunung
denganketinggian 31,80 meter adalah sebuah gambaran “gunung kecil” ditempatkan
disebuah lereng Gunung merapi. Gunung ini sangat berarti bagi Yogyakarta baik secara
faktual maupun simbolik. Muntahan Lava Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi

5
cakrawala Yogyakarta dimanapun seseorang berada, dari Gunung Merapi pula sungai
Winongo dan Code yang mengalir melalaui kota Yogyakarta.
Secara simbolik bersama laut selatan (Istana Ratu Kidul) yang berfungsi sebagai
“Yoni” dan Gunung Merapi sebagai “Lingga” merupakan suatu kepercayaan yang sangat
tua dan berlaku sepanjang masa. Bahkan sementara orang menyebut monumen ini
sebagai tumpeng raksasa bertutup warna putih mengkilat dalam tradisi jawa tumpeng
seolah-olah sebagai bentuk gunung yang dapat dihubungkan dengan kakayun atau
gunungan dalam wayang kulit, yang melambangkan kebahagian/kekayaan kesucian, dan
sebagai penutup disetiap episode.
Monumen ini terletak pada jalan Lingkar Utara, Dusun Jongkang, Desa sariharja
Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.Didirikan di atas lahan seluas 49-
920m2. Lokasi ini ditetapkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan alternatif
diantaranya terletak di garis poros antara Gunung Merpi – Monjali – Tugu Pal Putih –
Kraton – Panggung Krapak – Laut selatan merupakan “Sumbu Imajiner” yang pada
kenyataanya sampai sekarang masi di hormati oleh masyarakat Yogyakarta, dan menurut
kepercayaan bersatunya Lingga dan Yoni akan menimbulkan kemakmuran ditempat ini
sebagai batas akhir ditariknya mundur tentara belanda ke arah utara; usaha
kesinambungan tata kota kegiatan dan keserasian Daerah Yogyakarta.
Monumen ini diresmikan pembukaanya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 6
juli 1989 dengan penandatangnya prasasti. Adapun tujuan pembangunan monumen ini
adalah sebagai berikut :

a. Mengabadikan perisitiwa kembalinya ibukota Yogyakarta ketangan bangsa


Indonesia. Perjuangan tersebut tidak melalui jalan yang mudah, tetapi dengan
berbagai cara baik bersenjata, diplomasi maupun perang urat saraf dan
sebagainya.
b. Memperingati kembalinya Ibuota RI Yogyakarta ketangan bangsa Indonesia
sekaligus berakhirnya kolonialis Belanda di Indonesia.
c. Merupakan ungkapan penghargaan dan rasa terimakasih kepada para pahlawan
yang telah mengorbanka jiwanya dalam merebut kembali Yogyakarta sebagai
Ibukota RI.
d. Mewariskan dan melestarikan jiwa, semangat nilai-nilai luhur perjuangan bangsa
Indonesia kepada generasi penerus, sebagai wahana pendidikan, mempertebal
identitas dan watak bangsa Indonesia yang patriotik, luhur, harga diri, ulet dan
tahan memderita dalam memperjuangkan cita-cita bangsa.

6
C. TAMAN PINTAR YOGYAKARTA

Taman Pintar adalah tempat wisata berbasis pengetahuan dan sains yang
diresmikan pada tanggal 20 Mei 2006 bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional
dengan bangunan yang memanfaatkan bekas gedung Shopping Center di jalan
Panembahan Senopati Yogyakarta. Munculnya Taman Pintar ini tak lepas dari
perkembangan dunia sains yang berkembang sangat pesat, terutama Teknologi
Informasi, yang kemudian telah mengangkat peradaban manusia menuju era globalisasi.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan alam , pengertian dan wawasan manusia
terhadap fakta dan gejala lingkungannya menjadi bertambah luas dan mendalam.
Teknologi mampu berkembang dan dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan.
Mengingat pentingnya teknologi aplikasi berbagai disiplin ilmu untuk memecahkan
suatu persoalan dalam wawasan pengetahuan alam mendorong manusia untuk
menciptakan suatu kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan. Perkembangan sains ini
adalah sesuatu yang patut disyukuri dan tentunya menjanjikan kemudahan- kemudahan
bagi perbaikan kualitas hidup manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta komunikasi yang mengalami kemajuan sangat pesat dan kemudian
berpengaruh terhadap pola pendidikan dan komunikasi di masyarakat.

Menghadapi realitas perkembangan masyarakat yang sedemikian itu, dan wujud


kepedulian terhadap pendidikan, maka Pemerintah Kota Yogyakarta menggagas sebuah
ide untuk Pembangunan wisata “Taman Pintar” sebagai suatu sarana belajar yang
menyenangkan. Pada dasarnya, masyarakat terutama pelajar menginginkan suatu
perubahan dalam dunia pendidikan yang terkesan monoton dan menjemukan. Tuntutan
masyarakat yang semakin besar terhadap pendidikan dan hiburan yang mampu
menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan membuat sebuah penerapan
7
pembelajaran yang dapat dilakukan dimana saja.
Taman Pintar dibuka untuk menunjang pendidikan dasar dan menengah. Oleh
karena itu, sebagian besar peraga di dalamnya sesuai kurikulum. Untuk mengurangi
kebosanan terhadap pelajaran, konsep itu dikemas ke dalam permainan atau wahana
interaktif yang menyenangkan. Konsep smart and fun itu sangat diminati masyarakat.
Dari sebuah fasilitas penunjang pendidikan, Taman Pintar menjadi obyek wisata
fenomenal.

Kini, Taman Pintar mempunyai 25 zona wahana yang terdiri dari 200 unit dan
6.000 peraga dan akan bertambah lagi. Zona-zona itu di antaranya terdiri atas seni,
budaya, sains populer, geologi, dan kebencanaan. Beragam alat peraga ilmu
pengetahuan dan teknologi sekaligus pengenalan lingkungan, diantaranya yaitu
aquarium air tawar, kehidupan prasejarah, sistem tata surya, zona bencana alam, zona
teknologi telekomunikasi dan informasi. Terdapat berbagai macam zona di Gedung
Kotak yaitu zona Teknologi pengolahan minyak dan gas bumi, zona Indonesiaku,
zona Teknologi Pengolahan Susu, zona Teknologi Otomotif Roda Dua, zona City
Planning Galery dan zona Air Untuk Kehidupan. Alat peraga yang ada di Taman Pintar
dikemas sangat menarik dan interaktif.

Di halaman terdapat zona Playground dengan berbagai permainan yang menjadi zona
penyambutan. Zona itu dapat diakses gratis. Permainan yang ada seperti Air Menari,
Rumah Pohon, Parabola Berbisik, Labirin, Dinding Berdendang, Spektrum Warna,
Tapak Presiden, Gong Perdamaian. Selain menyajikan sains dan teknologi, Taman
Pintar juga menyajikan seni, tradisi, dan budaya Yogyakarta secara ringkas. Keraton dan
struktur pemerintahan Yogyakarta yang unik, misalnya, dapat diperoleh pengetahuan
mengenai kebudayaan asli jawa.

Setiap tahun, jumlah wisatawan Taman Pintar meningkat pesat. Tahun pertama,
jumlah wisatawan 311.000 orang. Jumlah itu meningkat lebih dari dua kali lipat di
tahun-tahun berikutnya. Wisatawan yang 60 persennya pelajar itu tidak hanya dari
Daerah Istimewa Yogyakarta, namun meluas dari berbagai daerah di Indonesia.
Rombongan sejumlah negara asing pun rutin mengunjungi Taman Pintar, di antaranya
dari Korea Selatan, Filipina, dan Belanda.
Banyaknya pengunjung yang datang seringkali membuat kurangnya pengawasan
terhadap fasilitas yang berupa prasarana dan sarana, sehingga ada beberapa alat peraga
dan simulasi yang rusak. Keadaan dan fungsi dari prasarana dan sarana erat kaitannya
dengan persiapan, perawatan dan pelayanan dari pengelola kepada wisatawan sebagai
8
konsumen produk wisata. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan
wisatawan terhadap kualitas layanan, prasarana, dan sarana bagi wisatawan.
Hal itu menjadi penting karena kualitas yang baik menjadi tolok ukur kinerja
pelayanan dan kesiapan terhadap prasaranan serta sarana yang ditawarkan sebelumnya.
Wisatawan sebagaimana layaknya pelanggan yang lain, biasanya memiliki harapan
terhadap kualitas jasa dan prasarana serta sarana yang ditawarkan oleh pengelola.
Harapan - harapan ini dapat diketahui jawabannya melalui informasi yang disampaikan
melalui brosur, iklan, dan informasi dari mulut ke mulut. Terpenuhinya harapan
wisatawan setelah melakukan kunjungan wisata akan menentukan tingkat kepuasan,
ketika atau sesudah kunjungan, mulai dari informasi awal sampai proses membayar jasa
yang ditawarkan. Jika prasaranan dan sarana serta pelayanan yang dirasakan memenuhi
harapan, maka wisatawan merasa puas, dan sebaliknya jika kinerja yang dirasakan lebih
rendah dari harapan, akan mengakibatkan wisatawan tidak puas. Dari hasil pendapat
wisatawan tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan, prasarana dan sarana Taman Pintar.

D. KERATON YOGYAKARTA

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan istana resmi Kesultanan


Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Keraton yogyakarta berada di pusat Daerah Istimewa Yogyakarta, Luas
Kraton Yogyakarta adalah 14.000 meter persegi. Didalamnya terdapat banyak bangunan-
bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya serta abdi dalem
kraton. Di utara terdapat alun-alun utara dan di selatan terdapat alun-alun selatan serta
sekitar 10 menit dari kawasan Malioboro.

9
Kraton Yogyakarta berdiri pada 1755 sebagai hasil dari Perjanjian Giyanti. Kraton
Yogyakarta sebagai cikal bakal keberadaan pemukiman di wilayah Yogyakarta
meninggalkan jejak-jejak sejarah yang masih dapat kita jumpai sampai saat ini. Kawasan
ini merupakan living monument, yang masih hidup dan juga memiliki luas. Hal ini
dubuktikan dengan ditetapkannya Kawasan kraton sebagai salah satu kawasan cagar
budaya di Yogyakarta berdasar SK Gubernur No. 186/2011 meliputi wilayah dalam
benteng Baluwarti (Njeron Benteng), dan sebagian wilayah di Mantrijeron, Mergangsan,
Gondomanan, dan Ngampilan. Kemudian pada tahun 2017 terbit Peraturan Gubernur
nomor 75/2017 yang menggabungkan kawasan cagar budaya Malioboro dan dalam
benteng Kraton (Baluwarti) menjadi satu kawasan yaitu Kawasan Cagar Budaya Kraton,
yang membujur dari Tugu sampai Panggung Krapyak.

Kraton sebagai komplek kegiatan budaya dan tempat tinggal Sri Sultan
Hamengkubuwono dan keluarganya, tidak semua terbuka untuk umum. Bentuk bangunan
terpengaruh model dari Eropa (Portugis, Belanda) dan China. Arsitektur keraton
dirancang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I sekaligus pendiri Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat. Bangunan pokok dan desain  dasar tata ruang dari keraton
dan desain dasar lasnkap kota tua Yogyakarta diselesaikan antara tahun  1755-1756.

Keberadaan Malioboro tidak dapat  dilepaskan dari berdirinya Kasultanan


Ngayoyakarta Hadiningrat sebagai unsur integral dalam tata ruang ibukota kerajaan.  Di
jalan Malioboro terdapat Kepatihan sebagai pusat pemerintahan sehari-hari dan Pasar
Gedhe sebagai pusat perekonomian warga. Keduanya merupakan bagian dari kesatuan
tata ruang yang disebut catur gatra tunggal atau catur sagotra. Menurut kosepsi ini
terdapat empat elemen penting, yaitu politik (Kraton dan Kepatihan), keagamaan (Masjid
Gedhe), ekonomi (Pasar Gedhe), dan sosial (Alun-alun).

Jalan Malioboro dianggap sebagai sumbu filosofis yang menghubungkan Tugu


dengan Kraton Yogyakarta. Secara simbolis garis fiosofis tersebut terwujud dalam
simpul-simpul berupa Panggung Krapyak-Kraton Yogyakarta-Tugu Golong Giling yang
melambagkan konsep ‘sangkan paraning dumadi’ atau ‘asal dan tujuan dari adanya
‘hidup’. Filosofi dari jalan dari Panggung Krapyak  menuju Kraton Yogyakarta
menggambarkan perjalanan manusia sejak di dalam kandungan, lahir, beranjak dewasa,
menikah hingga memiliki anak (sangkaning dumadi). Sedangkan filosofi jalan dari Tugu
Golong Giling ke arah selatan menggambarkan perjalanan manusia ketika hendak
menghadap san Khalik (paraning dumadi), meninggalkan alam fana dunia menuju alam
baka (akhirat).
10
Kraton Yogyakarta terdiri dari tiga bagian yang terdiri dari komplek depan kraton,
kompleks inti kraton dan kompleks belakang kraton. Komplek dean kraton terdiri dari
Gladhjak-Pangurakan (Gerbang Utama), Alun-alun Ler, dan Masjid Gedhe . Kawasan
komplek inti di Kraton Yogyakarta tersusun dari tujuh rangkaian plataran mulai dari
Alun-Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan, yaitu Pagelaran dan Sitihinggil Lor,
Kamandungan Lor, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kamandungan Kidul, dan
Sitihinggil Kidul. Sedangkan kompleks belakang kraton terdiri dari alun-alun kidul dan
plengkung nirbaya.

Selain kawasan ndalem kraton, kawasan kraton juga memiliki pontensi situs,
bangunan dan tempat bersejarah yang memeliki keunikan pada setiap bangunanya.
Beberapa diantaranya adalah Tamansari, dan Museum Sonobudoyo, benteng dan
kelengkapannya.
Kawasan kraton dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I dengan konsep tata
ruang yang mengandung filosofi syarat akan makna, oleh karena itu kawasan Kraton
yang perlu dilestarikan keaslianya karena merupakan suatu warisan budaya yang sangat
bernilai.

E. Candi Prambanan

Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia. Sampai


saat ini belum dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa,
namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9
oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu. Dugaan tersebut
didasarkan pada isi Prasasti Syiwagrha yang ditemukan di sekitar Prambanan dan saat
ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti berangka tahun 778 Saka (856
M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.
11
Denah asli Candi Prambanan berbentuk persegi panjang, terdiri atas halaman
luar dan tiga pelataran, yaitu Jaba (pelataran luar), Tengahan (pelataran tengah) dan
Njeron (pelataran dalam). Halaman luar merupakan areal terbuka yang mengelilingi
pelataran luar. Pelataran luar berbentuk bujur dengan luas 390 m2. Pelataran ini
dahulu dikelilingi oleh pagar batu yang kini sudah tinggal reruntuhan. Pelataran luar
saat ini hanya merupakan pelataran kosong. Belum diketahui apakah semula terdapat
bangunan atau hiasan lain di pelataran ini.

Di tengah pelataran luar, terdapat pelataran kedua, yaitu pelataran tengah yang
berbentuk persegi panjang seluas 222 m2. Pelataran tengah dahulu juga dikelilingi
pagar batu yang saat ini juga sudah runtuh. Pelataran ini terdiri atas empat teras
berundak, makin ke dalam makin tinggi. Di teras pertama, yaitu teras yang terbawah,
terdapat 68 candi kecil yang berderet berkeliling, terbagi dalam empat baris oleh jalan
penghubung antarpintu pelataran. Di teras kedua terdapat 60 candi, di teras ketiga
terdapat 52 candi, dan di teras keempat, atau teras teratas, terdapat 44 candi. Seluruh
candi di pelataran tengah ini mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu luas
denah dasar 6 m2 dan tinggi 14 m. Hampir semua candi di pelataran tengah tersebut
saat ini dalam keadaan hancur. Yang tersisa hanya reruntuhannya saja.

Pelataran dalam, merupakan pelataran yang paling tinggi letaknya dan yang
dianggap sebagai tempat yang paling suci. Pelataran ini berdenah persegi empat
seluas 110 m2, dengan tinggi sekitar 1,5 m dari permukaan teras teratas pelataran
tengah. Pelataran ini dikelilingi oleh turap dan pagar batu. Di keempat sisinya
terdapat gerbang berbentuk gapura paduraksa. Saat ini hanya gapura di sisi selatan
yang masih utuh. Di depan masing-masing gerbang pelataran teratas terdapat
sepasang candi kecil, berdenah dasar bujur sangkar seluas 1, 5 m2 dengan tinggi 4 m.

Di pelataran dalam terdapat 2 barisan candi yang membujur arah utara selatan.
Di barisan barat terdapat 3 buah candi yang menghadap ke timur. Candi yang letaknya
paling utara adalah Candi Wisnu, di tengah adalah Candi Syiwa, dan di selatan adalah
Candi Brahma. Di barisan timur juga terdapat 3 buah candi yang menghadap ke barat.
Ketiga candi ini disebut candi wahana (wahana = kendaraan), karena masing-masing
candi diberi nama sesuai dengan binatang yang merupakan tunggangan dewa yang
candinya terletak di hadapannya.

Candi yang berhadapan dengan Candi Wisnu adalah Candi Garuda, yang
berhadapan dengan Candi Syiwa adalah Candi Nandi (lembu), dan yang berhadapan
12
dengan Candi Brahma adalah Candi Angsa. Dengan demikian, keenam candi ini
saling berhadapan membentuk lorong. Candi Wisnu, Brahma, Angsa, Garuda dan
Nandi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu berdenah dasar bujur sangkar
seluas 15 m2 dengan tinggi 25 m. Di ujung utara dan selatan lorong masing-masing
terdapat sebuah candi kecil yang saling berhadapan, yang disebut Candi Apit.

F. Kawah Putih

Kawah Putih Ciwidey berada di kawasan pegunungan yang mempunyai


ketinggian lebih dari 2.400 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut,
suhu udara di kawasan Kawah Putih tentu saja dingin dengan suhu 8 derajat Celsius
sampai dengan 22 derajat Celsius, oleh karena itu jangan lupa membawa jaket atau
memakai pakaian yang tebal.
Selain untuk dinikmati keindahannya oleh para wisatawan, Kawah Putih Ciwidey
juga sering kali menjadi tempat kegiatan lain, misalnya pengambilan gambar film,
melukis, foto pengantin, sampai dengan kegiatan mendaki dan berkuda.
Cerita mengenai Kawah Putih bermula pada abad ke 10 di mana terjadi sebuah
letusan hebat oleh Gunung Patuha. Setelah letusan ini, banyak orang beranggapan bahwa
lokasi ini adalah kawasan angker karena setiap burung yang terbang melewati kawasan
tersebut akan mati.
Seiring dengan berjalannya waktu, kepercayaan mengenai angkernya tempat ini
mulai pudar, sampai akhirnya pada tahun 1837 ada seorang ahli botani dengan
kebangsaan Jerman datang ke kawasan ini untuk melakukan penelitian. Peneliti yang
bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn tersebut sangat tertarik dengan kawasan
pegunungan sunyi yang bahkan tidak ada burung yang terbang di atasnya sehingga ia
berkeliling desa untuk mencari informasi. Pada saat itu, seluruh informasi yang ia
dapatkan adalah bahwa kasawan tersebut angker dan dihuni oleh mahluk halus.
  Bagi Dr. Franz Wilhelm Junghuhn, pernyataan masyarakat setempat tersebut
tidaklah masuk akal. Karena tidak percaya dengan cerita-cerita tersebut, ia pergi ke dalam
hutan rimba untuk mencari tahu apa yang ada di sana. Singkat cerita, akhirnya Dr. Franz
13
Wilhelm Junghuhn berhasil mencapai puncak gunung, dan dari sana ia melihat
keberadaan sebuah danau indah berwarna putih dengan bau belerang yang menyengat.
  Sejak itu, keberadaan Kawah Putih Ciwidey menjadi terkenal dan mulai dari
tahun 1987 pemerintah mengembangkan kawasan ini sebagai tempat wisata yang
menawarkan pengalaman unik melihat danau yang dapat berubah warna.
Kawah Putih yang beralamat di Jalan Raya Soreang Ciwidey KM 25 berlokasi
tidak jauh dari tempat wisata Situ Patenggang dan dapat dicapai dengan mudah bila Anda
membawa kendaraan pribadi karena terdapat banyak penunjuk jalan. Dari Jakarta, Anda
hanya perlu menggunakan jalur tol Cipularang dan keluar melalui pintu tol Kopo. Dari
sana Anda harus menuju ke Soreang dan berkendara ke bagian selatan Ciwidey.
  Bila menggunakan kendaraan umum, Anda dapat naik angkot dari terminal Leuwi
Panjang yang menuju ke terminal Ciwidey. Dari terminal Ciwidey, Anda dapat
menggunakan angkot yang menuju Situ Patenggang dan turun di depan gerbang Kawah
Putih.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengalaman yang telah kami dapatkan dari perjalanan wisata study tour
ke yogyakarta dan bandung ini, dapat di ambil kesimpulan bahwa indonesia, khususnya
yogyakarta dan bandung, memiliki tempat besejarah dan wisata yang masih belum pas
jika tidak sampai bertemu dengan narasumbernya secara langsung, dan bertanya tentang
pendapat mereka mengenai sejarah dan tempat wisata tersebut.
B. Saran
Perjalan wisata study tour ini sangat bermanfaat untuk siswa, sangat baik apabila
terus dilaksanakan dari tahun ke tahun dengan tujuan yang berbeda dan yang kaya yang
bersejarah dan ilmu pengetahuan agar wawasan siswa meningkat.

15
DAFTAR PUSATAKA

Madhori, candi Borobudur sepanjang masa, 2019


Aiaz Rajasa, Candi Borobudur-pawon-mendut, kupu:2007
Unut Taman Siswa Candi Prambanan,Komplek Candi Prambanan, 2008
Umar, Husen.1999.Metode Penelitian Untuk Karya Tulis. Jakarta:Fajar

16
LAMPIRAN DOKUMENTASI

17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai