Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HASIL PEMBELAJARAN DILUAR KELAS

DI MUSEUM MERAPI, TAMAN PINTAR, KERATON, DAN PANTAI


PARANGTRITIS
KELAS VIII SMPN 4 KALASAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

DISUSUN OLEH :
1. FAJAR GURITNO : VIII B [12]
2. NAUFAL EFENDI : VIII D [24]
3. ALDHEO GALIH E : VIII C [03]
4. CHEZA FRANANDA : VIII D [06]
5. DEVIN CHANDRA P : VIII C [09]
6. BAYU PURNAMA AJI : VIII A [06]
7. MOH. RAMADHANI N IKHSAN : VIII D [22]

SMPN 4 KALASAN

2019

i
PENGESAHAN

Laporan Pembelajaran di Luar Kelas ke Yogyakarta Tanggal 18 Desember 2019 Telah


disahkan pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat : SMP N 4 Kalasan

Disahkan oleh :
Mengetahui,
Kepala SMP N 4 Kalasan Pembimbing

Drs.Desdy Sumbardiyanto Emi Herwati,S.Pd


NIP. 19621217 199512 1 001 NIP. 19650825 19903 2 007

ii
KATA MUTIARA

1. Kata-kata bijak untuk lingkungan apakah jika pohon terakhir akan ditebang, dan mata air terakhir
berhenti mengalir, baru saat itulah manusia sadar bahwa uang tidak dapat dimakan dan diminum.
2. Hanya manusia yang dapat menebang pohon, mengolahkan menjadi kertas, dan menuliskan para
kertas itu “STOP MENEBANG POHON”.
3. Jika alam sudah mulai tidak bersahabat, maka manusia harus siap menerima derita.
4. Dengan membuang sampah pada tempatnya, maka anda sudah mencintai jutaan manusia
5. Dengan merusak alam sekitar berarti kita juga merusak diri sendiri, karena manusia bagian dari
alam.
6. Kebersihan adalah sebagian dari iman.
7. Aku tercipta untukmu wahai manusia, rawat dan jagalah agar kamu tetap hidup.
8. Tugasku hanya bertasbih kepada tuhan dan kehidupanku hanya untuk mu wahai manusia.
9. Jika kau merawat aku hari ini artinya kau menyiapkan kehidupanmu 20 tahun kedepan.
10. Jangan salahkan waktu yang cepat berlalu, tapi salahkan dirimu yang tak berbuat sesuatu.

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyususnn laporan pembelajaran diluar
kelas yang berjudul “Laporan Pembelajaran Diluar Kelas Siswa Tujuan Yogyakarta”.
Tujuan kami menyusun laporan ini guna menyelesaikan tugas akhir semester gasal.
Harapan kami menyusun laporan ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca umumnya, dan
siswa – siswi SMP N 4 Kalasan khususnya.
Dalam proses penyusunannya laporan ini, tentu saja banyak yang memberikan
dukungan baik secara moral maupun material. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs.Desdy Sumbardiyanto, selaku kepala sekolah SMP N 4 Kalasan yang telah
memberikan izin di dalam kegiatan pembelajaran diluar kelas.
2. Bapak ibu guru pembimbing pembuatan laporan pembelajaran diluar kelas.
3. Pembaca
Dalam penyusunan laporan pembelajaran diluar kelas ini kami telah berusaha sebaik
mungkin. Akan tetapi, kami menyadari bahwa laporan Pembelajaran di Luar Kelas ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan laporan pembelajaran diluar kelas ini.

Penyusun

iv
DATAR ISI

Halaman judul ................................................................................................................. i


Halaman pengesahan ...................................................................................................... ii
Kata-kata mutiara ............................................................................................................ iii
Kata pengantar ................................................................................................................ 1v
Daftar isi.......................................................................................................................... v
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar belakang .......................................................................................................... 1
B. Tujuan kegiatan ........................................................................................................ 1
C. Manfaat .................................................................................................................... 1
D. Metode ..................................................................................................................... 2
BAB II : LAPORAN KEGIATAN ................................................................................. 3
A. Laporan Perjalanan .................................................................................................. 3
B. Laporan Kunjungan Objek ....................................................................................... 4
1. Museum Merapi .................................................................................................. 4
2. Taman Pintar ....................................................................................................... 5
3. Keraton Yogyakarta ........................................................................................... 8
4. Pantai Parang Tritis ............................................................................................. 13
BAB III : PENUTUP ..................................................................................................... 15

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran di luar kelas ini dapat mengenalkan peserta didik untuk belajar di
luar sekolah.Pembelajaran diluar kelas ini juga dapat menjernihkan pikiran dan
mendapatkan pengalaman yang baru juga tentunya,kegiatan pembelajaran diluar kelas
kali ini diadakan oleh sekolah secara rutin tiap tahunnya.Pembelajaran diluar kelas
merupakan kunjungan suatu objek dalam rangka memperluas pelajaran kontektual,sarana
kegiatan tersebut dapat mengajak siswa belajar di lingkungan yang nyata dan alami.
Sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih protektif dan bermakna.Selain
itu,kegiatan karya wisata dapat membantu siswa mengaitkan anatara materi yang
disampaikan guru dengan situasi dunia nyata.
B. TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN DI LUAR KELAS
Tujuan peserta didik mengunjungi objek wisata sebagai berikut :
1. Agar peserta didik mengenal pelajaran di luar di sekolah.
2. Agar peserta didik mendapatkan pengalaman baru.
3. Memperluas pembelajaran yang kontektual dan mengajak peserta didikbelajar
dilingkungan yang alami dan nyata.
4. Diharapkan pembelajaran yang bersifat protektif dan bermakna
5. Agar peserta didik bisa mengaitkan materi guru dengan dunia nyata.
C. MANFAAT PEMBELAJARAN DI LUAR KELAS
Manfaat diadakannya pembelajaran di luar kelas ini bagi kami para pelajar,antara lain :
1. Dapat mengenal pelajaran baru di luar sekolah.
2. Dapat menjadikan pembelajaran di luar kelas untuk menambah pengalaman baru.
3. Dapat memperluas pembelajaran kontektual dan mengajak siswa belajar di
lingkungan yang alami dan nyata.
4. Dapat menjadikan pembelajaran yang bersifat protektif dan bermakna.
5. Dapat mengaitkan materi guru dengan dunia nyata.

vi
D. METODE PENULISAN
Dalam penyusunannya laporan pembelajaran di luar kelas ini,kami menggunakan
beberapa metode, antara lain :
1. Metode Observasi
Didalam metode ini kami melakukan pengamatan pada obyek yang kurang
kami kunjungi seara langsung sehingga,setidaknya kami tahu tentang keadaan dan
bentuk obyek wisata tersebut. Dengan demikian,laporan ini kami susun berdasarkan
pengamatan yang kemudian kami catat dalam buku catatan.
2. Metode Interview
Didalam menulis karya tulis ini kami menggunakan metode wawancara. Metode
ini kami terapkan kepada penjaga obyek tersebut atau kepada pemandu wisata disana.
Jadi,data - data yang kami peroleh ini tidak hanya kami peroleh dengan mengamati
obyek. Namun,data -data ini juga diperoleh dari hasil wawancara.
3. Buku dan Panduan
Selain menggunakan metode diatas,kami juga mendapat buku dan brosur yang
akan kami peroleh dari petugas setempat. Dan juga,tak lepas dari pandua bapak/ibu
guru pembimbing dan petugas pemandu wisata disana yang mendampingi kami.

vii
BAB II
LAPORAN PEMBELAJARAN DILUAR KELAS

A. LAPORAN PERJALANAN
Hari Pertama
Pada hari senin tanggal 9 Desember 2019 siswa kelas VIII SMPN 4 Kalasan yang tidak
mengikuti Study Tour melakukan kunjungan ke Museum Merapi, Taman Pintar, Keraton
Yogyakarta. Siswa yang tidak ikut Study Tour berangkat ke Museum Merapi pada pukul
08.00 WIB, perjalanannya ditempuh dalam waktu 1 jam, setelah sampai Museum Merapi
ternyata Museumnya tutup. Lalu kita beristirahat di depan Museum Merapi sampai jam
09.00 WIB. Pada saat perjalanan ke Taman Pintar bannya bocor dan harus mencari
tambal ban, setelah selesai ditambal, mencari makan di mie ayam Suro. Lalu kita
berangkat menuju terminal Prambanan untuk menitipkan motor lalu berjalan menuju halte
bus dan naik Trans Jogja menuju Taman Pintar. Setelah sampai ternyata Taman Pintar
juga tutup. Lalu kita berjalan menuju Keraton, sampai disana ternyata Keraton juga tutup
lalu kita melaksanakan shalat Ashar di Masjid Agung Keraton, setelah selesai shalat kita
mencari makan, setelah selesai makan kita menuju ke halte Trans Jogja, setelah busnya
datang kita naik dan menuju terminal Prambanan, setelah sampai terminal Prambanan
pada pukul 17.45 dan mengambil motor lalu langsung pulang ke rumah masing-masing.
Hari Kedua
Pada hari Selasa, 10 Desember 2019 kita menunggu mobil rentalannya dari jam 08.00
WIB sampai jam 12.00 WIB mobilnya belum datang dan jam 12.30 WIB mobilnya
datang dan langsung menuju ke pantai Parangtritis. Ditengah perjalanan ada satu siswa
yang mabuk perjalanan, lalu melanjutkan perjalanannya menuju pantai Parangtritis.
Setelah sampai di pantai kita mencari parkiran dan berganti pakaian lalu berjalan menuju
pantai dan langsung berenang dan mainan pasir sampai jam 17.00 WIB dan mencari
kamar mandi untuk mandi dan membilasi baju lalu melihat sunset sampai jam 17.45 WIB
dan mencari makan lalu pulang dan di tengah perjalanan lagi dan sampai di depan SD
Tamanan 1 jam 20.30 WIB lalu pulang kerumah masing-masing.

viii
B. LAPORAN KUNJUNAN OBJEK
1. Museum Merapi

Berdiri artistik dengan latar agungnya Gunung Merapi, museum 2 lantai yang
diresmikan tahun 2010 silam ini menjadi salah satu tempat wisata menarik di daerah
Hargobinangun, Sleman. Bentuk bangunannya unik, berbentuk trapesium dengan
salah satu sisi puncaknya mengerucut membentuk segitiga. Ketika hari cerah dan
Gunung Merapi tak tertutup awan, maka keduanya tampak begitu gagah.
Memasuki museum, sebuah replika sebaran awan panas dari tiga buah letusan
Gunung Merapi, yakni pada tahun 1969, 1994 dan 2006 akan menyambut para
pengunjung. Alat inilah yang membuat seluruh ruangan bergemuruh. Tekan saja salah
satu tombolnya, maka sebaran awan panas dan aliran lava pijar akan terlihat
menyerupai kejadian waktu itu. Terbayang betapa dahsyatnya gejolak gunung api ini
tiap kali meletus. Ratusan rumah tertimbun material vulkanik, ribuan ternak mati dan
warga harus dievakuasi. Kehidupan di sekitar Merapi tandas ditelan wedhus gembel.
Peristiwa tersebut bagai rajah yang tak akan hilang dari ingatan siapa saja yang
menjadi korban.
Menjelajahi ruangan lain kita akan menemukan display tipe letusan gunung api,
batuan dari Gunung Merapi sejak tahun 1930, koleksi benda-benda sisa letusan tahun
2006 hingga koleksi foto-foto Gunung Merapi dari zaman ke zaman yang dipajang
sedemikian rupa sehingga mudah diamati. Panel-panel ilustrasi dengan gambar kartun
pun dapat dijumpai dan tentunya ramah bagi anak-anak.
Dari sekian banyak koleksi benda yang ada, salah satu yang menarik adalah
batu bom (volcanic bomb). Batu ini sepintas terlihat seperti batu biasa dengan bentuk

ix
yang tak beraturan. Tapi siapa sangka, batu ini adalah rupa lain lava pijar bersuhu 700
- 1.200 derajat celcius yang kemudian terlempar ke udara dan mengalami proses
pendinginan cepat sebelum sampai ke permukaan bumi.
Puas mengamati setiap koleksi di lantai satu, saatnya menilik apa yang ada di
lantai dua museum. Setidaknya ada sembilan tipe benda koleksi dan alat peraga yang
tersimpan di sana, mulai dari display letusan dan erupsi Merapi, lorong peraga
simulasi LCD, peraga simulasi tsunami hingga peraga simulasi gempa. Masing-
masing koleksi tersebut berhasil menarik perhatian tiap pengunjung, apalagi koleksi
alat peraga yang ada masih berfungsi dengan baik. Jadi jangan heran bila tiap
pengunjung dapat melihat tsunami dan gempa bumi mini yang dahsyat namun tak
membahayakan.
Ketika semua sisi museum telah dijelajahi, masuk ke dalam teater mini museum
ini adalah pilihan yang tepat. Sembari beristirahat, pengunjung akan disuguhi sebuah
film pendek berdurasi 24 menit berjudul Mahaguru Merapi. Film ini menunjukkan
dua sisi Merapi yang begitu berbeda. Merapi memberi kesuburan dan kehidupan bagi
tiap makhluk di sekitarnya, tapi ada kalanya ia juga meluluhlantakkan semuanya
tanpa tersisa.
Sungai-sungai yang mengalir dari lerengnya memenuhi kebutuhan warga akan
air, tapi ada saatnya sungai tersebut berubah jadi ancaman kehidupan karena lahar
dingin yang mengalir di dalamnya. Melalui film ini, sekali lagi, Merapi berhasil
mengundang decak kagum, membawa tiap pengunjung mengenal lebih dekat
sosoknya yang mengagumkan. Kehadirannya adalah pengingat akan keagungan Sang
Pencipta, ketika semua yang sudah ada kapan pun bisa hilang dan kehidupan berulang
dari awal.
2. Taman Pintar

x
Taman Pintar Ngayogyakarta) adalah wahana wisata yang terdapat di pusat
Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Panembahan Senopati No. 1-3, Yogyakarta, di
kawasan Benteng Vredeburg. Taman ini memadukan tempat wisata rekreasi maupun
edukasi dalam satu lokasi. Taman Pintar memiliki arena bermain sekaligus sarana
edukasi yang terbagi dalam beberapa zona. Akses langsung kepada pusat buku eks
Shopping Centre juga menambah nilai lebih Taman Pintar. Tempat rekreasi ini sangat
baik untuk anak-anak pada masa perkembangan.
Beberapa tahun ini Taman Pintar menjadi alternatif tempat berwisata bagi
masyarakat Yogyakarta maupun luar kota.
Taman ini, khususnya pada wahana pendidikan anak usia dini dilengkapi
dengan teknologi interaktif digital serta pemetaan video yang akan memacu imajinasi
anak serta ketertarikan mereka terhadap teknologi. Pada saat ini ada 35 zona dan
3.500 alat peraga permainan yang edukatif.
Sejak terjadinya ledakan perkembangan sains sekitar tahun 90-an, terutama
Teknologi Informasi, pada gilirannya telah menghantarkan peradaban manusia
menuju era tanpa batas. Perkembangan sains ini adalah sesuatu yang patut disyukuri
dan tentunya menjanjikan kemudahan-kemudahan bagi perbaikan kualitas hidup
manusia.
Menghadapi realitas perkembangan dunia semacam itu, dan wujud kepedulian
terhadap pendidikan, maka Pemerintah Kota Yogyakarta menggagas sebuah ide untuk
Pembangunan "Taman Pintar". Disebut "Taman Pintar", karena di kawasan ini
nantinya para siswa, mulai pra sekolah sampai sekolah menengah bisa dengan leluasa
memperdalam pemahaman soal materi-materi pelajaran yang telah diterima di sekolah
dan sekaligus berekreasi. Dengan Target Pembangunan Taman Pintar adalah
memperkenalkan science kepada siswa mulai dari dini, harapan lebih luas kreatifitas
anak didik terus diasah, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran
eksploitasi pasar teknologi belaka, tetapi juga berusaha untuk dapat menciptakan
teknologi sendiri.
Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan
pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi
dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng
Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung. Relokasi area mulai dilakukan pada
tahun 2004, dilanjutkan dengan tahapan

xi
 Pembangunan Tahap I adalah Playground dan Gedung PAUD Barat serta PAUD
Timur, yang diresmikan dalam Soft Opening I tanggal 20 Mei 2006 oleh
Mendiknas, Bambang Soedibyo.
 Pembangunan Tahap II adalah Gedung Oval lantai I dan II serta Gedung Kotak
lantai I, yang diresmikan dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh
Mendiknas, Bambang Soedibyo, bersama Menristek, Kusmayanto Kadiman, serta
dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
 Pembangunan Tahap III adalah Gedung Kotak lantai II dan III, Tapak Presiden
dan Gedung Memorabilia.
Dengan selesainya tahapan pembangunan, Grand Opening Taman Pintar
dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2008 yang diresmikan oleh Presiden RI,
Susilo Bambang Yudhoyono.

Makna Logo

Logo Taman Pintar


Kembang api adalah simbolisasi dari intelegensi dan imajinasi. Dalam bahasa
Jawa, kembang api menggambarkan MLETHIK = PINTAR = PADHANG MAK
BYAAR = PINTAR. Kembang api merupakan sesuatu yang menyenangkan,
menghibur, sesuai dengan visi Taman Pintar sebagai wahana ekspresi, apresiasi dan
kreasi sains dalam suasana yang menyenangkan.
Gambar logo yang muncul ke luar mengandung makna Outward Looking, selalu
melihat ke luar untuk terus belajar mengikuti dinamika perubahan di luar dirinya.
Gambar logo tampak seperti matahari mengandung makna menyinari sepanjang
masa. Jari jemari kembang api melambangkan keselarasan antara INTELEGENSI
dan SOCIAL LIFE, diharapkan pengguna Taman Pintar mempunyai IQ, SQ, dan
EQ.
Efek perspektif adalah simbolisasi "sesuatu yang tinggi", CITA-CITA,
pengharapan bahwa Taman Pintar akan membantu generasi muda Indonesia,
khususnya Yogyakarta dalam meraih cita-citanya. Miring ke kanan sebagai

xii
visualisasi pergerakan ke arah yang lebih baik. Warna gabungan HIJAU-BIRU
melambangkan PERTUMBUHAN TAK TERBATAS.
3. Keraton Yogyakarta

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat) merupakan istana resmi Kesultanan


Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi
bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih
berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih
menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah
satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan
museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai
pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi
bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang
terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa
bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah
bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan
untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang
akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan
sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum
menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di
Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan
Gamping Kabupaten Sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu
Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri
Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan),

xiii
dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki
berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan
bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat
lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-
nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk
itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan
untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Arsitek kepala istana ini adalah Sultan Hamengkubuwana I, pendiri Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya dalam bidang arsitektur dihargai oleh
ilmuwan berkebangsaan Belanda, Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan Lucien
Adam yang menganggapnya sebagai "arsitek" dari saudara Pakubuwono II Surakarta.
Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari keraton berikut desain dasar lanskap
kota tua Yogyakarta diselesaikan antara tahun 1755-1756. Bangunan lain
ditambahkan kemudian oleh para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk istana yang
tampak sekarang ini sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang
dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII (bertahta tahun 1921-1939).
Dahulu bagian utama istana, dari utara keselatan, dimulai dari Gapura Gladhag
di utara sampai di Plengkung Nirboyo di selatan. Kini, bagian-bagian utama keraton
Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan; Kompleks
Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Masjid Gedhe (Masjid Raya Kerajaan);
Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks Kamandhungan Ler;
Kompleks Sri Manganti; Kompleks Kedhaton; Kompleks Kamagangan; Kompleks
Kamandhungan Kidul; Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana
Hinggil); serta Alun-alun Kidul (Lapangan Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang
biasa disebut Plengkung Gadhing.
Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh
dikatakan simetris. Sebagian besar bagunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap
arah utara dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di
daerah Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun
demikian ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain.
Selain bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton juga memiliki
bagian yang lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono,
Kompleks Roto Wijayan, Kompleks Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, dan
Kompleks Istana Putra Mahkota (mula-mula Sawojajar kemudian di Dalem

xiv
Mangkubumen). Di sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan
yang terdiri dari tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada
beberapa bangunan yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih, Gedhong
Krapyak, nDalem Kepatihan (Istana Perdana Menteri), dan Pasar Beringharjo.
Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan
pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami
pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup
tinggi dan dihubungkan dengan Regol yang biasanya bergaya Semar Tinandu. Daun
pintu terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang
biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono. Pada regol
tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas.
Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa
tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti
Portugis, Belanda, bahkan Tiongkok. Bangunan di tiap kompleks biasanya
berbentuk/berkonstruksi Joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka
tanpa dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan
Gedhong (gedung). Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi beratap bambu dan
bertiang bambu yang disebut Tratag. Pada perkembangannya bangunan ini beratap
seng dan bertiang besi.
Permukaan atap joglo berupa trapesium. Bahannya terbuat dari sirap, genting
tanah, maupun seng dan biasanya berwarna merah atau kelabu. Atap tersebut ditopang
oleh tiang utama yang di sebut dengan Soko Guru yang berada di tengah bangunan,
serta tiang-tiang lainnya. Tiang-tiang bangunan biasanya berwarna hijau gelap atau
hitam dengan ornamen berwarna kuning, hijau muda, merah, dan emas maupun yang
lain. Untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat dari kayu memiliki warna senada
dengan warna pada tiang. Pada bangunan tertentu (misal Manguntur Tangkil)
memiliki ornamen Putri Mirong, stilasi dari kaligrafi Allah, Muhammad, dan Alif
Lam Mim Ra, di tengah tiangnya.
Untuk batu alas tiang, Ompak, berwarna hitam dipadu dengan ornamen
berwarna emas. Warna putih mendominasi dinding bangunan maupun dinding
pemisah kompleks. Lantai biasanya terbuat dari batu pualam putih atau dari ubin
bermotif. Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman berpasir. Pada bangunan tertentu
memiliki lantai utama yang lebih tinggi. Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan
batu persegi yang disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan.

xv
Tiap-tiap bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsinya termasuk
kedekatannya dengan jabatan penggunanya. Kelas utama misalnya, bangunan yang
dipergunakan oleh Sultan dalam kapasitas jabatannya, memiliki detail ornamen yang
lebih rumit dan indah dibandingkan dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas
bangunan maka ornamen semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama
sekali. Selain ornamen, kelas bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta bentuk
bagian atau keseluruhan dari bangunan itu sendiri.
Gladhag-Pangurakan
Gerbang utama untuk masuk ke dalam kompleks Keraton Yogyakarta dari arah
utara adalah Gapura Gladhag dan Gapura Pangurakan yang terletak persis beberapa
meter di sebelah selatannya. Kedua gerbang ini tampak seperti pertahanan yang
berlapis. Pada zamannya konon Pangurakan merupakan tempat penyerahan suatu
daftar jaga atau tempat pengusiran dari kota bagi mereka yang mendapat hukuman
pengasingan/pembuangan.
Versi lain mengatakan ada tiga gerbang yaitu Gapura Gladhag, Gapura
Pangurakan nJawi, dan Gapura Pangurakan Lebet. Gapura Gladhag dahulu terdapat di
ujung utara Jalan Trikora (Kantor Pos Besar Yogyakarta dan Bank BNI 46) namun
sekarang ini sudah tidak ada. Di sebelah selatannya adalah Gapura Pangurakan nJawi
yang sekarang masih berdiri dan menjadi gerbang pertama jika masuk Keraton dari
utara. Di selatan Gapura Pangurakan nJawi terdapat Plataran/lapangan Pangurakan
yang sekarang sudah menjadi bagian dari Jalan Trikora. Batas sebelah selatannya
adalah Gapura Pangurakan Lebet yang juga masih berdiri. Selepas dari Gapura
Pangurakan terdapat Kompleks Alun-alun Ler.
Alun-alun Lor
Alun-alun Lor adalah sebuah lapangan berumput di bagian utara Keraton
Yogyakarta. Dahulu tanah lapang yang berbentuk persegi ini dikelilingi oleh dinding
pagar yang cukup tinggi. Sekarang dinding ini tidak terlihat lagi kecuali di sisi timur
bagian selatan. Saat ini alun-alun dipersempit dan hanya bagian tengahnya saja yang
tampak. Di bagian pinggir sudah dibuat jalan beraspal yang dibuka untuk umum.
Di pinggir Alun-alun ditanami deretan pohon Beringin (Ficus benjamina; famili
Moraceae) dan di tengah-tengahnya terdapat sepasang pohon beringin yang diberi
pagar yang disebut dengan Waringin Sengkeran/Ringin Kurung (beringin yang
dipagari). Kedua pohon ini diberi nama Kyai Dewadaru dan Kyai Janadaru. Pada
zamannya selain Sultan hanyalah Pepatih Dalem yang boleh melewati/berjalan di

xvi
antara kedua pohon beringin yang dipagari ini. Tempat ini pula yang dijadikan arena
rakyat duduk untuk melakukan "Tapa Pepe" saat Pisowanan Ageng sebagai bentuk
keberatan atas kebijakan pemerintah. Pegawai /abdi-Dalem Kori akan menemui
mereka untuk mendengarkan segala keluh kesah kemudian disampaikan kepada
Sultan yang sedang duduk di Siti Hinggil.
Di sela-sela pohon beringin di pinggir sisi utara, timur, dan barat terdapat
pendopo kecil yang disebut dengan Pekapalan, tempat transit dan menginap para
Bupati dari daerah Mancanegara Kesultanan. Bangunan ini sekarang sudah banyak
yang berubah fungsi dan sebagian sudah lenyap. Dahulu di bagian selatan terdapat
bangunan yang sekarang menjadi kompleks yang terpisah, Pagelaran.
Pada zaman dahulu Alun-alun Lor digunakan sebagai tempat penyelenggaraan
acara dan upacara kerajaan yang melibatkan rakyat banyak. Di antaranya adalah
upacara garebeg serta sekaten, acara watangan serta rampogan macan, pisowanan
ageng, dan sebagainya. Sekarang tempat ini sering digunakan untuk berbagai acara
yang juga melibatkan masyarakat seperti konser-konser musik, kampanye, rapat
akbar, tempat penyelenggaraan ibadah hari raya Islam sampai juga digunakan untuk
sepak bola warga sekitar dan tempat parkir kendaraan.
Masjid Gedhe Kasultanan
Kompleks Masjid Gedhe Kasultanan (Masjid Raya Kesultanan) atau Masjid
Besar Yogyakarta terletak di sebelah barat kompleks Alun-alun utara. Kompleks yang
juga disebut dengan Masjid Gedhe Kauman dikelilingi oleh suatu dinding yang tinggi.
Pintu utama kompleks terdapat di sisi timur. Arsitektur bangunan induk berbentuk
tajug persegi tertutup dengan atap bertumpang tiga. Untuk masuk ke dalam terdapat
pintu utama di sisi timur dan utara. Di sisi dalam bagian barat terdapat mimbar
bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, mihrab (tempat imam memimpin ibadah), dan
sebuah bangunan mirip sangkar yang disebut maksura. Pada zamannya (untuk alasan
keamanan) di tempat ini Sultan melakukan ibadah. Serambi masjid berbentuk joglo
persegi panjang terbuka. Lantai masjid induk dibuat lebih tinggi dari serambi masjid
dan lantai serambi sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan halaman masjid. Di sisi
utara-timur-selatan serambi terdapat kolam kecil. Pada zaman dahulu kolam ini untuk
mencuci kaki orang yang hendak masuk masjid.
Di depan masjid terdapat sebuah halaman yang ditanami pohon tertentu. Di
sebelah utara dan selatan halaman (timur laut dan tenggara bangunan masjid raya)
terdapat sebuah bangunan yang agak tinggi yang dinamakan Pagongan. Pagongan di

xvii
timur laut masjid disebut dengan Pagongan Ler (Pagongan Utara) dan yang berada di
tenggara disebut dengan Pagongan Kidul (Pagongan Selatan). Saat upacara Sekaten,
Pagongan Ler digunakan untuk menempatkan gamelan sekati Kangjeng Kyai (KK)
Naga Wilaga dan Pagongan Kidul untuk gamelan sekati KK Guntur Madu. Di barat
daya Pagongan Kidul terdapat pintu untuk masuk kompleks masjid raya yang
digunakan dalam upacara Jejak Boto pada upacara Sekaten pada tahun Dal. Selain itu
terdapat Pengulon, tempat tinggal resmi Kangjeng Kyai Pengulu di sebelah utara
masjid dan pemakaman tua di sebelah barat masjid.
4. Pantai Parangtritis

Parangtritis adalah desa di kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,


Indonesia.
Objek Wisata
Di desa yang terletak kurang lebih 25 kilometer sebelah selatan kota Yogyakarta ini
terdapat pantai di tepi Samudra Hindia.
Parangtritis
Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek
pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Parangtritis
mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya
yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir di sekitar pantai,
yang biasa disebut gumuk. Objek wisata ini sudah dikelola oleh pihak Pemkab Bantul
dengan cukup baik, mulai dari fasilitas penginapan maupun pasar yang menjajakan
souvenir khas Parangtritis.
Di Parangtritis ada juga ATV, kereta kuda dan kuda yang dapat disewa untuk
menyusuri pantai dari timur ke barat. Selain itu Parangtritis juga merupakan tempat
untuk olahraga udara/aeromodeling.
Parangwedang

xviii
Selain itu terdapat pemandian yang disebut Parangwedang. Konon, air di pemandian
ini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit karena air dari pemandian
tersebut mengandung belerang. Air panas dari Parangwedang juga dialirkan ke Pantai
Parangtritis untuk bilas setelah bermain pasir dan juga mengairi kolam kecil bermain
anak-anak.
Parangkusumo
Lokasi lain adalah Pantai Parangkusumo. Di pantai tersebut terdapat Cepuri yang
konon merupakan tempat pertemuan antara raja Yogyakarta dengan Nyi Roro Kidul.
Pada hari-hari tertentu (biasa bulan Sura) di sini dilakukan persembahan sesajian
(labuhan) bagi Ratu Laut Selatan atau dalam bahasa Jawa.
Folklor
Penduduk setempat percaya bahwa seseorang dilarang menggunakan pakaian
berwarna hijau muda jika berada di pantai ini. Pantai Parangtritis dan Parangkusumo
menjadi tempat kunjungan utama wisatawan, terutama pada malam tahun baru Jawa
(1 Muharram/Suro).

xix
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan demikian pembelajaran di luar kelas ini dapat mengenalkan peserta didik
untuk belajar di luar sekolah.Pembelajaran diluar kelas ini juga dapat menjernihkan
pikiran dan mendapatkan pengalaman yang baru juga tentunya,kegiatan pembelajaran
diluar kelas kali ini diadakan oleh sekolah secara rutin tiap tahunnya.Pembelajaran diluar
kelas merupakan kunjungan suatu objek dalam rangka memperluas pelajaran
kontektual,sarana kegiatan tersebut dapat mengajak siswa belajar di lingkungan yang
nyata dan alami. Sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih protektif dan
bermakna.Selain itu,kegiatan karya wisata dapat membantu siswa mengaitkan anatara
materi yang disampaikan guru dengan situasi dunia nyata.
B. KESAN DAN PESAN
Kesan kami terhadap kegiatan outingclass yaitu :
1. Menambah ilmu pengetahuan siswa tentang objek wisata yang ada di sekitar.
2. Menambah wawasan dan daerah tempat objek wisata yang ada.
Pesan kami terhadap kegiatan outingclass yaitu : supaya para siswa bisa antusias
mengikuti kegiatan tersebut.

xx
DAFTAR PUSTAKA

https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/other/museum-gunung-api-merapi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Pintar_Yogyakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Ngayogyakarta_Hadiningrat
https://id.wikipedia.org/wiki/Parangtritis,_Kretek,_Bantul

xxi

Anda mungkin juga menyukai