BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ironisnya, hubungan Sullivan sendiri dengan orang lain jarang yang memuaskan
dirinya. Sebagai seorang anak, dia sering merasa kesepian dan secara fisik dikucilkan. Ketika
remaja, dia menderita minimal satu episode skizofrenik. Dan ketika dewasa, dia mengalami
hanya hubungan-hubungan antarpribadi yang dibuat-buat dan ambivalen. Meskipun begitu,
bahkan mungkin karena kesulitan-kesulitan hubungan antarpribadi ini, Sullivan memberikan
banyak kontribusi bagi kita untuk memahami kepribadian manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Sullivam?
2. Bagaimana prinsip-prinsip teori Sullivan?
3. Jelaskan berbagai tegangan, dinamisme, personifikasi, tingkatan kognisi?
4. Jelakan tahap-tahap perkembangan?
5. Jelaskan gangguan-gangguan psikologis dalam interpersonal?
6. Jelaskan bagaimana psikoterapinya?
7. Jelaskan kritik terhadap teori Sullivan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Harry Stack Sullivan lahir di kota pertanian kecil Norwich dekat New York pada 21
Februari 1892. Ia merupakan satu-satunya anak yang masih hidup dari orangtua Katolik
Irlandia yang miskin. Ibunya, Ella Stack Sullivan berusia 32 tahun ketika menikah dengan
Timothy Sullivan dan melahirkan Harry pada usia 39 tahun. Ayahnya adalah seorang laki-laki
pemalu, menarik diri, dan perndiam yang tidak pernah berhubungan akrab dengan Harry
sampai istrinya meninggal dan Harry sudah menjadi seorang dokter. Sewaktu kecil, Sullivan
diasuh oleh nenenknya ketika ibunya pergi secara misterius. Pada tahun 1911 ia masuk ke
Chicago College of Medicine and SurgeryI dan menyelesaikan studi kedokterannya pada
tahun 1915 namun ia tidak mendapatkan gelarnya dikarenakan ia belum membayar uang
kuliah dan belum menghabiskan semua mata kuliah dan masih harus menjalani kuliah
praktik.
Pada tahun 1921, Sullivan bekerja di Rumah Sakit St. Elizabeth di Washington, D.C
dan berhenti pada tahun 1930. Lalu, Sullivan pindah ke New York City dan membuka praktik
pribadi, berharap dapat menambah pengertiannya tentang hubungan-hubungan antarpribadi
dengan menenliti gangguan-gangguan yang bukan skizofrenik, khususnya mereka yang
memiliki sifat obsesif. Selama tinggal di New York, Sullivan dipercaya menjadi presiden
pertama yayasan dan menjadi editor jurnal Psychiatry. Pada Januari 1949,
Sullivanmenghadiri pertemuan WorldFederation for Mental Health di Amsterdam. Ketika
dalam perjalanan pulangnya, 14 Januari 1949, ia meninggal karena pembuluh otaknya pecah
di sebuah kamar hotel di Paris, beberapa minggu setelah ulang tahunnya yang ke 57.
bertingkah laku dalam hubungan dengan salah seorang atau beberapa individu lain. Meskipun
Sullivan mengakui bahwa kepribadian hanya berstatus hipotetis, namun ia menegaskan
bahwa kepribadian merupakan pusat dinamik dari berbagai proses yang terjadi dalam
serangkaian medan antar pribadi. Kontribusi utama Sullivan bagi teori kepribadian adalah
konsepsinya tentang tahap-tahap perkembangan. Selain itu, Sullivan juga memaparkan
beberapa terminologi yang berhubungan dengan teori interpersonalnya.
1. Berbagai Tegangan
Seperti Freud dan Jung, Sullivan melihat kepribadian sebagai sebuah system energi.
Energi dapat eksis sebagai tegangan ataupun sebagai aksi itu sendiri. Transformasi-
transformasi energi itu sendiri akan mengubah berbagai tegangan menjadi perilaku
tersembunyi maupun terang-terangan, dan dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhan dan mereduksi kecemasan. Tegangan adalah sebuah potensialitas untuk bertindak
yang dapat atau tidak dialami dalam kesadaran. Karena itu, tidak semua tegangan bias
dirasakan secara sadar. Banyak tegangan seperti kecemasan, perasaan, kelelahan, rasa lapar,
dan kepuasan seksual, dirasakan namun tidak selalu di tingkatan sadar. Malah faktanya semua
tegangan yang dirasakan sekurang-kurangnya merupakan hasil dari distorsi-distorsi parsial
terhadap realitas.
2. Berbagai Dinamisme
Self system merupakan pola perilaku yang paling kompleks dan komprehensif,
sebuah pola perilaku yang konsisten dalam memelihara rasa aman interpersonal seseorang
dan melindungi dirinya dari kecemasan. Dinamisme ini muncul lebih awal dari keintiman
yaitu sekitar usia 12-18 bulan ketika sang anak mengembangkan intelegensia dan
pempresiksian, mereka mulai belajar perilaku mana yang akan menimbulkan atau
5
menurunkan kecemasan. Kemampuan ini menyediakan bagi sistem diri peranti peringatan
yang sudah terbangun dalam tubuhnya yang dapat berfungsi sebagai sinyal, memperingatkan
individu bila ada pengalaman interpersonal yang mengancam keamanan diri dan akan
menimbulkan kecemasan. Ketika dinamisme ini berkembang, manusia mulai membentuk
sebuah gambaran tentang dirinya. Karena itu, seseorang akan langsung menyangkal atau
mengubah pengalaman interpersonalnya apabila hal itu bertentangan dengan harga dirinya
dan ia akan langsung mengartikan hal tersebut sebagai sesuatu yang mengancam rasa aman
mereka. karena tugas utama sistem diri adalah melindungi individu dari kecemasan, sebagai
konsekuensinya, individu berusaha mempertahankannya melalui pengoperasian rasa aman
yang bertujuan untuk mengurangi perasaan-perasaan tidak aman atau kecemasan yang
dihasilkan dari kepercayaan diri yang terancam bahaya. Ada dua pengoperasian rasa aman
yang terpenting, yaitu :
3. Berbagai Personofikasi
Merupakan suatu gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri atau orang lain.
Personifikasi adalah perasaan, sikap, dan konsepsi kompleks yang timbul karena mengalami
kepuasan kebutuhan atau kecemasan. Sullivan melukiskan tiga personifikasi dasar yang
berkembang selama masa bayi, yaitu :*Ibu Jahat, Ibu Baik ( Bad Mother, Good Mother* )
Personifikasi ibu jahat tumbuh dari pengalaman-pengalaman bayi yang berkaitan dengan
proses penerimaan makanan yang tidak memuaskan dan bias tertuju kepada ibu, pengasuh,
ayah, atau semua orang yang terlibat dalam situasi perawatan. Sedangkan bayi akan
merasakan personifikasi ibu baik ketika sang bayi mendapatkan perlakuan yang baik seperti
kelembutan, kehangatan, juga ketenangan saat proses penerimaan makanan. Kedua
6
personifikasi ini akan berkombinasi membentuk sebuah personifikasi yang kompleks yang
terdiri atas pengontrasan kualitas-kualitas yang diproyeksikan kepada satu pribadi yang sama.
Sullivan mengatakan, walaupun sang bayi telah mengembangkan bahasa, kedua gambaran
ibu yang bertentangan ini dapat hadir bersamaan dengan mudah.
D. Tahap-Tahap Perkembangan
Masa ini dimulai dari kelahiran sampai anak dapat mengembangkan ujaran yang
tersrtikulasikan, biasanya sekitar 18 sampai 24 bulan. Sullivan yakin bahwa bayi dapat
menjadi manusia melalui kelembutan yang diterimanya dari ibu-pengasuh. Bayi tidak
dapat bertahan tanpa ibu-pengasuh yang menyediakan makanan, perlindungan,
kehangatan, kontak fisik, dan membersihkan kotorannya. Namun, hubungan empatik
antara ibu dan bayi selalu membawa dampak bagi perkembangan rasa cemas bayi.
Kecemasan sang ibu dapat timbul dari kecemasan yang sudah dia pelajari sebelumnya,
namun kecemasan sang bayi selalu berkaitan dengan situasi pengasuhan dan zona oral.
Perilaku bayi untuk menyuarakan apa yang dialaminya tidak cukup kuat untuk mengatasi
rasa cemasnya. Jadi, kapanpun bayi merasa cemas, mereka akan mengusahakan apapun
untuk bisa mereduksi kecemasannya itu. Sullivan menyatakan, pada akhirnya, bayi
memilah-milah antara sesuatu yang berkaitan dengan euphoria relative dalam proses
pemberian makan dan kecemasan yang selalu mengancam dan tidak bisa diatasi.
Terkadang, sang ibu salah mengartikan kecemasan sang bayi yang diekspresikannya
lewat tangisan menjadi rasa lapar sehingga sang ibu member makan sang bayi. Situasi
yang berlawanan ini akan memengaruhi kemampuan antara sang ibu dan bayi untuk
bekerja sama. Tegangan yang memuncak ini akan membuat bayi kehilangan
kemampuannya untuk menerima kepuasan dan akan mengalami kesulitan bernapas
sehingga wajahnya membiru. Namun, perlindungan yang sudah terpasang dalam dirinya
yang dapat mencegah bayi dari kematian. Perlindungan ini membiarkan bayi tertidur
meskipun perutnya terasa lapar.
9
Dimulai dengan kedatangan bahasa sintaksis dan terus berlanjut sampai kemunculan
kebutuhan akan rekan bermain yang statusnya setara, biasanya sekitar 2 sampai 6 tahun.
Personifikasi ganda ibu hilang dan perspeksi anak tentag ibu lebih kongruen dengan
fakta ibu yang riil. Namun, peraonifikasi ibu-baik dan ibu-jahat tetap ada. Pada tahap ini
anak juga sudah mulai bisa membedakan beragam orang yang sebelumnya membentuk
konsep mereka tentang ibu-pengasuh, sehingga sekarang mereka dapat membedakan ibu
dan ayah dan melihat bahwa masing-masing memiliki peran yang berbeda. Anak juga
mulia membangun bahasa sintaksis dimana mereka harus melabeli perilaku baik atau
jahat dengan mengimitasi orangtua mereka lebih dulu. Perilaku baik dan jahat pada tahap
ini dioengaruhi oleh nilai sosial dan tidak lagimengacu pada hadir-tidaknya tegangan
menyakitkan atau kecemasan.
Selama masa kanak-kanak, emosi menjadi timbal-balik. Hubungan antaraa ibu dan anak
menjadi lebih pribadi dan tidak terlalu satu-sisi lagi. Bukannya melihat ibu sebagai baik
atau jahat berdasarkan bagaimana dia memuaskan rasa lapar, anak mulai mengevaluasi
ibu secara sintaksis berdasarkan apakah ibu menunjukkan perasaan lembut yang timbal-
balik padanya dan mengembangkan sebuah hubungan berdasarkan pemuasan mutualistik
kebutuhan-kebutuhan mereka berdua, ataukah ibu menunjukkan perilaku penolakan.
Selain orangtua, anak-anak yang berusia prasekolah seringkali memiliki hubungan
segnifikan yang lain seorang teman bermain imajiner. Teman iedetik ini memampukan
anak memiliki hubungan yang aman dan nyaman yang menghasilkan sedikit saja rasa
10
Sullivan menekankan bahwa memiliki teman imajiner bukan tanda ketidakstabilan atau
patologis, melainkan peristiwa positif yang dapat membantu anak-anak menjadi siap
untuk menjalin keintiman dengan teman yang riil selama tahap praremaja nanti. Teman-
teman bermain ini menawarkan sebuah kesempatan untuk berinteraksi dengan pribadi
lain yang membuat mereka merasa aman dan tidak akan meningkatkan tingkat
kecemasan mereka. hubungan yang nyaman dan tidak mengancam dengan teman
bermain imajiner mengizinkan anak untuk menjadi lebih independen dari orangtua dan
menjalin hubungan akrab dengan teman-temannya di dunia nyata paad tahun-tahun
berikutnya. Sullivan juga menyebutkan masa kanak-kanak sebagai periode akulturasi
yang cepat. Selain menguasai bahasa, anak-anak juga belajar pola-pola budaya
kebersihan dan peran yang diharapkan dari setiap jenis kelamin. Mereka juga belajar dua
proses penting, yaitu dramatisasi adalah upaya bertindak atau bersuara seperti figure-
figur otoritas yang signifikan, dan kesibukan adalah strategi untuk menghindari situasi-
situasi yang memunculkan rasa cemas dan rasa takut dengan tetap sibuk dengan
aktivitas-aktivitas sebelumnya yang sudah terbukti berguna atau dihargai.
Perilaku dendam mencapai puncaknya selama usai sekolah ini, memberikan kepada anak
sebuah perasaan mendalam hidup dalam kebencian atau negeri musuh. Pada waktu yang
sama, anak-anak juga belajar bahwa masyarakat sudah menenpatkan batasan-batasan
tertentu bagi kebebasan mereka. dari batasan-batasan ini dan dari prngalaman-
pengalaman dengan persetujuan dan perlarangan, anak lalu mengembangkan dinamisme-
siri mereka, yang membantu mereka menangani rasa cemas dan menstabilkan
kepribadian mereka. namun jika terlalu banyak mengenal stabolitas, sistem-diri akan
sulit membuat perubahan-perubahan ke depan.
Masa anak muda dimulai dengan kemunculan kebutuhan akan teman sebaya atau teman
bermain yang status dan tujuannya sama ketika seorang anak menemukan seorang teman
11
karib untuk memuaskan kebutuhannya akan keintiman. Tahap ini pada umumnya ketika
anak berusia 6 sampai 81/2 tahun. Selama tahap anak muda, Sullivan yakin seorang anak
belajar berkompetisi yang dapat ditemukan diantara anak-anak meskipun beragam latar
belakang budayanya. Selain itu, anak juga belajar untuk berkompromi dan juga kerja
sama yang mencakup semua proses yang dibutuhkan untuk bisa berjalan bersama orang
lain. Anak di masa anak muda harus belajar bekerja sam dengan orang lain di dunia
hubungan interpersonal yang nyata.
Selama masa anak muda, anak-anak berkumpul dengan anak-anak lain yang posisinya
setara. Hubungan satu-satu masih jarang, tetapi andaipun sudah ada, hubungan ini lebih
didasarkan kepada rasa nyaman daripada keintiman sejati. Anak laki-laki dan perempuan
bermain satu sama lain tanpa memperhitungkan perbedaan gender di antara mereka.
meskipun hubungan diadik permanen baru akan terjai di depan, namun, anak-anak di
usia ini mulai membuat pemilahan di antara mereka sendiri dan dari orang dewasa.
Mereka melihat guru yang satu lebih lembut daripada yang lain, orangtua yang satu lebih
lunak daripada yang lain. Dunia nyata semakin menjadi focus perhatian, mengizinkan
mereka untuk beroperasi semakin besar di tingkatan sintaksis.
Di akhir tahap anak muda, seorang anak mestinya mengembangkan sebuah orientasi
menuju kehidupan yang membuatnya lebih mudah untuk menangani secara konsisten
rasa cemas, memuaskan kebutuhan zonal, dan kelembutan, dan menetapkan tujuan-
tujuan yang didasarkan kepada memori dan prediksi. Orientasi menuju kehidupan ini
mempersiapkan pribadi untuk menjalin hubungan antarpribadi yang lebih dalam ke
depan.
Masa praremaja dimulai pada usia 81/2 sampai 13 tahun. Karakteristik praremaja yang
utama adalah terbentuknya kemampuan untuk mengasihi. Sebelumnya, semua hubungan
antarpribadi didasarkan hanya kepada pemuasan kebutuhan personal namun, selama
masa praremaja, keintiman, dan kasih menjadi esensi persahabatan, keintiman
melibatkan sebuah hubungan yang di dalamnya dua rekanan menvalidkan secara
konsensual nilai pribadi satu sama lain. Kasih ini hadir saat kepuasan atau rasa aman
pribadi lain menjadi sama signifikannya dengan kepuasan atau rasa aman dirinya.
12
Hubungan intim praremaja biasanya melibatkan pribadi lain dari jenis kelamin yang
sama dan kira-kira juga dengan usia atau status social yang sama. Mengidolakan guru
atau bintang film bukanlah hubungan intim karena bukan hubungan konsensual yang
valid. Hubungan-hubungan signifikan usia ini tipikalnya berbentuk persahabatan anak
laki-laki dengan anak laki-laki, dan anak perempuan dengan anak perempuan. Berusaha
disukai rekan sebaya lebih penting bagi anak-anak praremaja daripada disukai guru atau
orangtua. Persahabatan sanggup mengekspresikan dengan bebas opini-opini dan emosi-
emosi satu samalain tanpa takut direndahkan atau dipermalukan. Pertukaran bebas
pikiran dan perasaan pribadi ini menginisasi praremaja ke dalam dunia keintiman. Setiap
persahabatn menjadi manusiawi sepenuhnya, mengalami perluasan kepribadian, dan
mengambangkan ketertarikan lebih luas pada kemanusiaan semua orang.
Sullivan percaya bahwa masa praremaja adalah masa hidup yang paling tidak terganggu
dan bebas. Figure orangtua masih signifikan, meskipun sekarang mereka dilihat dalam
cahaya yang lebih realistic. Anak-anak praremaja dapat mengalami kasih yang tidak
egois yang belum tercampuri nafsu. Semangat kerja sama yang mereka dapatkan selama
masa anak muda berkembang menjadi kolaborasi atau kapasitas untuk bekerja dengan
pribadi lain demi keejahteraan pribadi tersebut. Pengalaman-pengalaman selama
praremaja sangat kritis bagi perkembangan masa depan masa ini, mereka akan
mengalami kesulitan serius dalam hubungan interpersonal selanjutnya. Namun,
pengaruh-pengaruh negative yang sebelumnya dapat dikikis oleh efek-efek positif dari
hubungan intim ini. Bahkan sikap dendam dapat dibalikkan, dan banyak masalah
kenakalan lain dapat dihilangkan dengan ppencapaian keintiman. Dengan kata lian,
kekeliruan yang sudah dibuat selama tahapan-tahapan sebelumnya bisa diselesaikan di
masa praremaja, sedangkan kekeliruan yang dibuat pada masa praremaja sulit diatasi.
Masa remaja awal dimulai ketika anak berusia 13 sampai 15 tahun. Masa ini dimulai dari
pubertas dan berakhir dengan kebutuhan akan cinta seksual terhadap seseorang. Masa ini
ditandai oleh meledaknya ketertarikan genital dan datangnya hubungan yang sarat-nafsu.
Kebutuhan akan keintiman yang dicapai selama tahapan-tahapan sebelumnya terus
berlanjut pada masa remaja-awal ini. Namun, sekarang ditemani oleh sebuah kebutuhan
yang parallel namun terpisah. Selain itu, rasa aman, atau kebutuhan untuk bebas dari rasa
cemas, masih tetap aktif slama periose ini. Kalau begitu, keintiman, nafsu, dan rasa aman
13
sering kali tumpang-tindih dan mengalibatkan stress dan konflik bagi remaja muda,
minimal dengan tiga cara, yaitu :
b. Kedua keintiman juga dapat mengancam rasa aman, seperti saat para remaja muda
mencari persahabatan dengan lawan jenisnya. Upaya-upaya ini dibebani keraguan-
diri, perasaan tidak pasti dan perasaan dibodohi orang lain, yang dapat mengarah
pada kehilangan percaya diri dan meningkatnyan kecemasan.
c. Ketiga keintiman sering kali berkonflik dengan nafsu selama masa remaja-awal.
Meskipun teman-teman intim dengan rekan sebaya yang setara statusnya masih
penting, namun, tegangan-tegangan genital yang kuat mendesak untuk dipuaskan
tanpa didasarkan pada kebutuhan akan keintiman.
d. Karena itu, para remaja muda dapat tetap mempertahankan persahabatn intim yang
sudah mereka peroleh dari masa praremaja sembari merasakan nafsu terhaadp orang-
orang yang tidak mereka sukai bahkan mungkin tidak mereka kenal. Karena
dinamisme nafsu bersifat biologis, dia menguasai pubertas tak peduli hubungan
antarpribadi sudah dibanguan sebelumnya atau individu sudah siap menerimanya.
Sullivan percaya bahwa masa remaja-awal adalah titik dalam perkembangan
kepribadian. Pribadi dapat keluar dari tahapan ini entah dengan dominasi keintiman
dan dinamisme nafsu, atau menghadapi kesulitan-kesulitan serius dalam hubungan
antarpribadi selama tahapan-tahapan berikutnya. Meskipun penyesuaian seksual
penting bagi perkembangan kepribadian, Sullivan merasa bahwa masalah yang riil
terletak dalam jalan-bersama dengan pribadi lain.
Masa remaja-akhir dimulai saat anak berusia 15 tahun keatas dan ketika anak muda
sanggup merasakan nafsu dan keintiman terhadap satu orang yang sama dan akan
berakhir pada masa dewasa saat mereka sanggup membangun sebuah hubungan cinta
yang abadi. Ciri utama masa remaja-akhir adalah penyatuan antara keintiman dan nafsu.
Upaya-upaya eksplorasi-diri masa remaja-awal yang penuh masalah mulai berkembang
menjadi suatu pola aktivitas seksual yang stabil, yang di dalamnya pribadi yang dicintai
sekaligus bisa diterima sebagai objek bagi ketertarikan nafsu. Dua pribadi dari jenis
14
kelamin yang berbeda tidak lagi diinginkan hanya semata-mata sebagai objek seks,
namun, sebagai pribadi yang sanggup dicintai tanpa rasa egois. Masa remaja-akhir yang
berhasil mencakup perkembangan mode sintaksis. Mereka belajar dari orang lain
bagaimana hidup di dunia orang dewasa, dan keberhasilan perjalanan melalui tahapan-
tahapan sebelumnya memfasilitasi merela dengan penyesuaian ini
Jika epos-epos perkembangan sebelumnya tidak berhasil, anak muda akan memasuki
periode remaja-akhir tanpa hubunagn antarpribadi yang intim, pola-pola yang tidak
konsisten dalam aktivitas seksual, dan kebutuhan besar untuk mempertahankan operasi-
operasi rasa aman. Mereka akan sangat mengandalkan mode parataksis untuk
menghindari rasa cemas dan berjuang untuk mempertahankan rasa percaya diri lewat
ketidakpedulian selektif, disosiasi, dan simptom-simptom neurotik lainnya. Karena
percaya bahwa cinta adlah kondisi universal anak muda, mereka saling kali jatuh cinta.
Tetapi hanya pribadi dewasa yang memiliki kemampuan untuk mencintai, sementara
yang belum dewasa hanya menjalani gerakan-gerakan jatuh cinta ini dalam rangka
mempertahankan rasa aman meraka.
E. Gangguan Psikologis
Sullivan percaya bahwa semua gangguan psikologis memiliki asal usul hubungan
antarpribadi dan bisa dipahami hanya dengan mengacu kepada lingkungan social pasien. Dia
juga yakin bahwa kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada pasien-pasien psikiatri bisa
juga ditemukan pada setiap orang, meski dengan derajat yang lebih kecil. Tidak ada yang
unik dengan kesulitan-kesulitan psikologis ini karena semuanya berasal dri jenis masalah
15
antarpribadi sama yang dihadapi oleh semua orang. Kebanyakan terapi-terapi awal Sullivan
berhubungan dengan pasien-pasien skizofrenik, dan kebanyakan kuliah dan tulisannya yang
sebelumnya membahas skizofrenia.
F. Psokoterapi
Erich Fromm menilai bahwa cara Sullivan ini baik, lantaran skizofrenia sebagai
gangguan psikosis, bukan disebabkan lantaran gangguan fisik. Selain itu, ia menyatakan
bahwa kekerabatan insan dengan orang lain yaitu intisari pertumbuhan psikologis.
16
Tujuan umum terapi Sullivan yaitu mengungkap kesulitan klien dalam berafiliasi
dengan orang lain. Untuk membantu tujuan ini, ada dua hal yang dilakukan terapis, yaitu : (1)
mendorong klien merasa kondusif ketika bertemu orang lain dan (2) membantu klien
menyadari bahwa kalau klien bisa membina kekerabatan pribadi dengan orang lain, maka ia
akan sehat secara mental.
Teori Sullivan cukup komprehensif, namun di kalangan ahli psikologi tidak sepopuler
teori Freud, Jung, Adler, dan Erikson. Hal baru yang menjadi kekuatan teorinya adalah
memakai interrelasi atau hubungan interpersonal sebagai fokus analisis kepribadian.
Bangunan teorinya menjadi sangat logis, bahkan terkadang teori itu sekedar simpulan cerdik
dari fikiran sehat (common sense) yang beredar luas di masyarakat (Alwisol, Psikologi
Kepribadian 2012 hlm 162).
Secara umum, teorinya mudah dicerna oleh pemerhati, dan mudah dipraktekkan tanpa
resiko kesalahan yang tak terduga. Teori Sullivan tidak dikembangkan berdasarkan data
keras, dan tidak banyak pakar yang mencoba meneliti memakai kerangka teori ini. Padahal
sesungguhnya teori ini mempunyai peluang yang luas untuk diuji karena konsep - konsepnya
banyak yang bersifat teramati, dan hanya sedikit yang mengupas dunia batin yang abstrak.
Hal ini mungkin disebabkan oleh organisasi penulisan yang kurang baik, seting Sullivan yang
lebih dekat dengan psikiatri daripada seting akademisi universitas (Alwisol, Psikologi
Kepribadian 2012 hlm 162).
Kriteria pertama akan teori yang berguna adalah kemampuannya dalam penelitian.
Saat ini, sedikit penelitian yang dilakukan untuk meneliti hipotesis yang secara khusus ditarik
teori Sullivan. Kemungkinan penjelasan untuk kurangnya penelitian ini adalah kurangnya
popularitas teori Sullivan di kalangan peneliti yang suka mengadakan penelitian. Kurangnya
popularitas ini mungkin disebabkan oleh keterikatan erat Sullivan dengan psikiatri.
Kedua, teori yang berguna harus dapat dikaji ulang, yaitu harus terperinci agar dapat
dilakukan penelitian yang mampu mendukung atau menyangkal asumsi-asumsi utamanya.
Pernyataan Sullivan akan pentingnya hubungan interpersonal bagi kesehatan psikologi
setelah mendapat cukup banyak dukungan secara tidak langsung. Penjelasan alternative
mungkin saja digunakan untuk penemuan-penemuan ini.
17
Ketiga, seberapa baik teori aliran Sullivan menyediakan keteraturan bagi segala
sesuatu yang diketahui mengenai kepribadian manusia? terlepas dari banyaknya dalil yang
dijelaskan dalam teori tersebut, teori ini hanya mendapat nilai rata-rata untuk kemampuannya
mengorganisasi pengetahuan. Penekanan ekstrem teorinya pada hubungan interpersonal
mengurangi kemampuan teori ini untuk mengatur pengetahuan, sebagian besar yang
diketahui mengenai tingkah laku manusia memiliki dasar biologis dan tidak dengan mudah
disesuaikan dengan teori yang terbatas hanya pada hubungan interpersonal.
Sebagai bimbingan atas tindakan, teori Sullivan mendapat nilai antara cukup dan sedang
(rata-rata).
Terakhir, dalam penilaian teori Sullivan cermat atau sederhana, Sullivan harus
menerima nilai rendah. Kesenangannya untuk menciptakan istilah-istilahnya sendiri dan
kecanggungannya dalam menulis menambah bentuk yang tidak dibutuhkan untuk teori yang
apabila memiliki garis aliran yang jelas, maka akan jauh lebih berguna. (Jess Feist&Gregory
J. Feist, Teori Kepribadian, hlm. 282-283)
18
BAB III
PENUTUP
Kontribusi utama Sullivan bagi teori kepribadian adalah konsepsinya tentang tahap-
tahap perkembangan. Sullivan melihat kepribadian sebagai sebuah system energi. Energi
dapat eksis sebagai tegangan ataupun sebagai aksi itu sendiri. Ada dua tipe tegangan yaitu
berbagai kebutuhan dan kecemasan. Berbagai tingkatan kognitif ada 3 yaitu : tingkatan
prototaksis, parataksis, dan sintaksis. Tahap tahap perkembangan ada 7: masa bayi, masa
kanak – kanak, masa anak muda, masa pra remaja, masa remaja awal, masa remaja akhir,
masa dewasa. Terapi-terapi awal Sullivan berhubungan dengan pasien-pasien skizofrenik, dan
kebanyakan kuliah dan tulisannya yang sebelumnya membahas skizofrenia.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hall Calvin S dan Gardner Lindzey.1993. Psikologi Kepribadian 1. Editor Dr. A. Supratiknya.