Anda di halaman 1dari 11

MELANIE KLEIN: OBJECT RELATIONS THEORY

OVERVIEW OF OBJECT RELATIONS THEORY

Object Relations Theory adalah teori yang dibangun dari observasi anak; hubungan bayi
dengan figure pertama (ibu). Klein menekankan pentingnya umur 4 sampai 6 bulan setelah
kelahiran. Hubungan anak dengan payudara ibunya (good breast, bad breast) adalah dasar dari
hubungan anak dengan orang tuanya dan dalam jangka panjang dengan orang lain. Anak pada
umur tersebut juga ditandai dengan imajinasi atau fantasi tentang payudara yang baik dari
ibunya.

INTRODUCTION TO OBJECT RELATIONS THEORY

Teori Klein merupakan turunan dari teori Freud, tetapi berbeda dalam 3 hal:

 Teori ini lebih menekankan pentingnya pola konsisten dalam hubungan interpersonal,
daripada dorongan biologis (Freud).
 Berbeda dengan Freud yang menekankan kontrol dan kekuatan dari sang Ayah
(paternalistic), teori ini lebih menekankan intimacy dan nurturing dari sosok Ibu
(maternal).
 Motif utama dari teori Klein adalah human contact and relatedness, sedangkan Freud
memiliki motif sexual drive and pleasure.

PSYCHIC LIFE OF THE INFANT

Phantasies

Ketika bayi lahir, mereka memiliki kehidupan fantasi, dan ketika mereka tumbuh dewasa, fantasi
tersebut terbentuk secara baru. Maksudnya di sini adalah mereka memiliki gambaran tidak
sadar tentang apa yang baik dan buruk; gambaran yang baik mempengaruhi intimacy &
nurturing, dan yang buruk destructiveness & complexes.

Objects

Manusia itu memiliki dorongan bawaan, yang termasuk death instinct. Bayi melihat objek
eksternal baik dalam fantasi maupun kenyataan. Objek paling pertama adalah payudara ibu,
namun nantinya akan mulai mengenali wajah, tangan, dan suara ibunya. Bayi ini men-introjeksi
fantasi aktif ke dalam struktur psikis mereka (dapat berupa positif atau negatif; persepsi atas
good / bad mother). Objek yang telah di introjeksi tidak hanya berbentuk pikiran tetapi sebagai
sesuatu yang konkrit di dalam tubuh mereka.

POSITIONS

Bayi selalu terlibat dalam konflik dasar antara instink kehidupan dan kematian, yaitu antara
yang baik dan buruk, cinta dan benci, kreativitas dan kehancuran. Ego bergerak menuju
integrasi dan menjauh dari disintegrasi, mereka lebih memilih sensasi yang menguntungkan
daripada yang membuat mereka frustasi.

Usaha mereka dalam mengalami dikotomi tersebut adalah dengan mengorganisasi


pengalaman mereka menjadi positions, atau sebuah cara untuk mengatasi objek internal dan
eksternal. Ada 2:

Paranoid-Schizoid Position

Bayi mengalami posisi ini pada masa awal atau 3-4 bulan, ketika mereka masih melihat dunia
luar secara subjektif, mereka mengalami kepuasan dan frustasi terhadap good / bad breast.
Ketika ego anak masih lemah, mereka memiliki keinginan untuk mengontrol payudara, yang
membuat anak memiliki dorongan destruktif untuk menggigit, menyobek, dan melukai payudara.

Kondisi ini lalu membagi payudara menjadi persecutory breast (bad breast) dan ideal breast
(yaitu payudara yang penuh cinta, kepuasan, dan kenyamanan). Untuk melawan persecutor
dan menguasai good breast, maka bayi akan mengalami paranoid-schizoid position, yaitu
sebuah cara untuk mengorganisasi pengalaman, sehingga memisahkan (splitting) objek internal
dan eksternal menjadi good and bad. Splitting menjadi baik dan buruk ini merupakan suatu
dasar dari perilaku selanjutnya yaitu perasaan ambivalent terhadap seseorang.

Perasaan ambivalent: kadang senang, kadang sedih, perasaan campur-campur terhadap


seseorang. Contohnya: transcendence, perasaan pasien terhadap terapisnya; kadang bisa
suka kadang bisa benci.

Depressive Position

Pada umur 5 sampai 6 bulan ketika bayi mulai dapat melihat objek eksternal sebagai
keseluruhan dan melihat bahwa baik dan buruk dapat muncul dalam orang yang sama (melihat
ibu sebagai satu figure utuh yang memiliki kedua aspek baik dan buruk). Ego pada saat ini
mulai berkembang pada suatu titik dimana bayi dapat mentoleransi perasaan desktruktif ia
sendiri, daripada memprojeksikannya ke luar.

Karena anak memiliki perasaan destruktif terhadap ibunya, ia menjadi takut untuk kehilangan
orang yang disayanginnya tersebut, yang menyebabkan kecemasan sehingga mereka memiliki
keinginan untuk melindungi dan menjaga ibunya dari bahaya; serta diiringi dengan perasaan
bersalah karena memiliki keinginan untuk menghancurkannya. Perasaan ini disebut sebagai

Depressive position.

Anak pada posisi ini memahami bahwa objek yang dicintai dan dibenci merupakan suatu
kesatuan, sehingga mereka ingin menghilangkan dan membenarkan perasaan destruktif
mereka terhadap figure yang mereka cintai; hal ini membentuk empathy, yang nanti juga akan
berperan pada perkembangan selanjutnya.

Ketika posisi ini dapat terselesaikan, anak akan menutup pecahan sosok buruk dan baik dari
ibunya, sehingga mereka dapat merasakan cinta dan mencintai ibunya tersebut. Namun ketika
anak tidak dapat menyelesaikan masalah ini, dapat menyebabkan kurangnya kepercayaan,
bersedih berlebihan ketika kehilangan orang yang dicintai, dan beberapa kelainan psikis
lainnya.

PSYCHIC DEFENSE MECHANISMS

Dari masa awal infancy, anak menggunakan bebrapa defense mechanism untuk melindungi
ego mereka dari kecemasan akibat fantasi destruktif mereka. Fantasi destruktif ini berasal dari
kecemasan oral sadistic yang meliputi payudara ibu – destructive vs satisfying breast.

 Introjection: Fantasi bahwa anak akan men-introjeksikan atau men-internalisasi objek


yang baik atau buruk ke dalam dirinya sebagai sebuah alat / figure protektif dari
kecemasan; sehingga mereka merasa figure atau alat tersebut ada dalam dirinya
sebagai sebuah fantasi mereka.
Contoh: Merasa ibunya selalu ada di dalam anak tersebut.
 Projection: Seperti halnya mereka men-introjeksi kan objek yang baik dan buruk,
mereka juga mem-projeksikannya keluar untuk menghilangkan kecemasan ke objek
eksternal.
Contoh: Dia ingin melukai ayahnya, tapi diprojeksi ke luar sehingga seakan-akan
ayahnya yang ingin melukai dia.
 Splitting: Memecah ego menjadi good me dan bad me, supaya dapat berurusan
dengan kedua dorongan kesenangan dan destruktif terhadap objek luar. Bisa baik, bisa
buruk.
Contoh baik ketika tidak terlalu ekstrim; dapat mengetahui aspek baik dan buruk diri
sendiri
Contoh buruk ketika splitting terlalu kaku atau ekstrim, dapat menyebabkan repression
dan menjadi patologis. Ketika terlalu kaku, anak tidak bisa menerima kualitas buruk
mereka sehinga melakukan represi.
 Projective Identification: Memecah bagian yang tidak dapat diterima dari mereka
sendiri, memprojeksikannya keluar (objek lain), lalu meintrojeksikannya kembali ke
dalam diri dengan bentuk yang terlah berubah.
Contoh: pada bayi; merasa mengalami bad breast, lalu ia projeksi kan ke luar jadi
kehancuran, lalu karena masih perlu ibu, ia jadi cemas, lalu introjeksi ke dalam lagi
menjadi bentuk sayang.
Contoh: pada hubungan interpersonal; suami dengan dorongan tidak diinginkan untuk
jadi dominasi akan memprojeksikan perasaan ke istrinya, sehingga ia lihat istrinya
sebagai sosok yang dominan, dan akan mewujudkan hal tersebut. Suami itu nanti
jadinya menintrojeksikan persepsi baru itu, dan sengaja acting submisif, biar istri jadi
beneran kelihatan dominan sesuai persepsi awal dia.

INTERNALIZATIONS

Internalisasi artinya seseorang menintrojeksi aspek dari dunia luar dan mengorganisasi
introjeksi tersebut menjadi framework psikologis yang bermakna.

Ego

Menurut Klein, Ego itu mencapai kematangan jauh pada masa yang lebih awal dibanding apa
yang dikatakan Freud. Klein mengabaikan adanya id, tetapi menekankan pada kemampuan
awal bayi untuk dapat merasakan dorongan destruktif dan mencintai; dan lalu mengaturnya
melalui defense mechanism (splitting, introjection, projection). Jadi walau mereka awalnya
memiliki ego yang belum teratur, tetapi ego itu cukup kuat untuk merasakan kecemasan,
menggunakan defense mechanism, dan membentuk relasi objek awal tehadap fantasi dan
realitas.
Semua pengalaman, baik di luar memberi makan, dievaluasi ego sebagai good and
bad breast, yang nantinya dipersepsikan ke objek lain seperti jari, dot, ayah, dll. Relasi objek
dari payudara ini menjadi dasar dari perkembangan ego dan hubungan interpersonal ke
depannya. Karena anak mengalami good and bad breast, maka ego memecah diri pula menjadi
good me and bad me. Good me ketika anak mendapat susu dan cinta, sedangkan bad me
ketika mereka tidak mendapatnya. Ketika anak tumbuh dewasa, persepsi ini menjadi lebih
realistis, mereka tidak lagi melihat dunia berdasar objek partial (dibelah-belah), dan ego mereka
menjadi lebih terintegrasi (nyatu).

Superego

Perbedaan dari Freud:

1. Muncul dari tahap yang awal di kehidupan


2. Bukan merupakan perkembangan dari Oediplus Complex
3. Lebih kasar dan kejam

Menurut Freud, superego terdiri dari dua subsistem: ego ideal yang menghasilkan perasaan
inferior dan conscience yang menghasilkan perasaan bersalah. Klein berpendapat bahwa
superego yang sudah matang itu memang menghasilkan perasaan inferior dan bersalah, tapi ia
mengemukakan bahwa untuk anak berusia dini, early superego bukannya mengembangkan
rasa bersalah, tetapi terror (dipotong-potong, dimakan, disobek-sobek)

Bayi punya instink destruktif, yang digambarkan atas kecemasan – sehingga ego anak itu
mencoba memisahkan instink kehidupan dari instik kematian – tetapi tidak bisa karena
merupakan kesatuan – maka dari itu ego itu mencoba melindungi anak dari aksi perlindungan
ego tadi, dan membentuk superego.

Jadi ego defense itu melindungi diri dari tuntutan self-defend ego tadi (yang secara agresif mau
misahin kedua instink) sehingga menjadi dasar dari perkembangan superego yang kasar dan
kejam, ya karena dari tuntutan self-defend ego yang agresif atas instink destruktif tadi itu.

Superego yang kejam ini menurut Kleinn, merupakan hal yang bertanggung jawab atas perilaku
antisosial dan kriminal dalam orang dewasa.

Oedipus Complex
1. Mulai lebih away dari Phallic (4 atau 5 tahun), menurut Klein, Oedipal mulai dari bulan
awal kehidupan; bersamaan dengan oral dan anal stage, lalu mencapai puncak pada
tahap Genital (dia kasi nama bukan phallic) saat sekitar 3 atau 4 tahun.
2. Bagian dari Oedipus Complex itu adalah ketakutan anak akan pembalasan dari orang
tua terhadap fantasi anak untuk mengosongkan badan orang tua.
3. Mempertahankan perasaan positif anak terhadap kedua orang tua merupakan hal yang
penting pada masa Oedipal.
4. Pada tahap awal, Oedipus ini memiliki kebutuhan yang sama bagi kedua gender, untuk
mengembangkan sikap positif atas good (kepuasan) objek dan menghindari bad
(menakutkan) objek. Jadi dalam posisi ini, baik cewe maupun cowo dapat mengarahkan
cinta mereka secara bergantian atau bersamaan terhadap tiap orang tua (jadi bisa
punya hubungan homosexual dan heterosexual secara psikologis terhadap kedua orang
tua).

Perempuan dan laki mengalami Oedipus Complex secara berbeda.

Female Oedipal Development

Dalam usia awal, perempuan melihat ibunya atas suatu yang baik dan buruk, lalu pada usia 6
bulan, ia melihat ibunya sebagai sosok yang penuh kebaikan dan sebagai sumber bayi. Anak
perempuan juga ingin memiliki apa yang dimiliki ibunya, sehingga ia melihat ayahnya sebagai
pemberi bayi, dan memfantasikan ayahnya juga memenuhinya dengan bayi.

Jika berjalan dengan baik, maka anak akan menumbuhkan posisi feminine dan memiliki
hubungan yang positif degan kedua orang tua. Namun dalam situasi buruk, anak perempuan
melihat ibunya sebagai rival, sehingga ia memiliki rasa takut terhadap pembalasan ibunya dan
takut bayinya akan dicuri dan dirinya akan dilukai.

Sedangkan Penis Envy, berasal dari fantasi atau keinginan anak untuk
menginternalisasi penis ayah dan mendapat bayi darinya, namun ia tidak menyalahkan ibunya.
Anak perempuan mengembangkan rasa sayang pada ibunya secara kuat pada masa Oedipal.

Male Oedipal Development

Sama seperti perempuan, pada awalnya anak laki-laki melihat ibunya sebagai good and bad
breast. Lalu pada awal masa Oedipal, anak laki-laki mengubah beberapa dorongan oral dari
payudara ibunya ke penis ayahnya. Saat ini ia berada pada posisi feminine, anak laki-laki
memiliki sikap homoseksual secara pasif terhadap ayahnya. Ketika Ia berpindah ke ibunya
secara heteroseksual (tapi karena pernah ada homoseksual sama ayah), tidak menyebabkan
adanya ketakutan castration, jadi hubungan mereka sehat.

Saat anak laki-laki tumbuh dewasa, ia mengembangkan dorongan sadistic oral terhadap
ayahnya, sehingga menyebabkan kecemasan akan castration dan pembalasan dari ayahnya
atas pikiran desktruktifnya; jadi ia melihat hubungan seksual dengan ibunya merupakan hal
yang sangat berbahaya.

Jadi Oedipus complex laki-laki sebagian diselesaikan dengan kecemasan akan


castration, tetapi faktor yang lebih penting adalah menumbuhkan hubungan positif dengan
kedua orang tua dalam waktu yang bersamaan, untuk mengatasi depressive position nya.

KESIMPULAN

 Manusia dilahirkan dengan dua dorongan yang kuat: instik kehidupan dan kematian.
 Bayi mengembangkan perasaan peduli dengan good breast dan kebencian yang dalam
terhadap bad breast; jadi mereka kesulitan seumur hidup dalam mendamaikan
gambaran psikis tentang good and bad, pleasure and pain.
 Tahapan yang paling penting dalam kehidupan ada pada beberapa bulan pertama,
ketika hubungan dengan ibu dan objek lain yang signifikan, yang nanti akan membentuk
hubungan interpersonal ke depannya.
 Kemampuan orang dewasa untuk mencintai atau membenti berasal dari object relations
awal ini.

LATER VIEWS ON OBJECT RELATIONS

Margaret Mahler’s View – Object Relations Theory

Mahler menekankan pada pentingnya 3 tahun pertama dalam kehidupan (Psychological Birth of
The Individual), waktu dimana anak secara bertahap melepaskan keamanan (security) untuk
kemandirian (autonomy). Kelahiran psikologis ini mulai dari tahap postnatal dan berlangsung
selama 3 tahun tersebut. Psychology birth diartikan bahwa anak telah menjadi individual yang
terpisah dari perawat primer nya, sebuah kesuksesan yang membuat mereka menuju sense of
identity.
Ada 3 tahap besar perkembangan menurut Mahler (analogy telur burung):

1. Normal Autism (birth – 3-4 weeks)


Dari kelahiran hingga 3 sampai 4 minggu kehidupan, artinya mereka masih mendapat
segala sesuatu tanpa harus berjerih payah dalam perawatan ibu sepenuhnya. Tahap
omnipotence, tidur panjang dan kurangnya tension, narcissism & tidak sadar adanya
kehadiran orang lain. Dianggap objectless stage, sebuah waktu dimana bayi secara
otomatis mencari payudara ibu.
2. Normal Symbiosis (4-5 weeks – 4-5 months)
Bayi mulai menyadari mereka tidak dapat memenuhi keinginan mereka sendiri, maka
mereka mulai mengenali pengasuh utama mereka dan mencari hubungan simbiosis
dengannya. Bayi mengirim cues pada ibunya dalam bentuk kelaparan, sakit,
kesenangna, dan lain-lain, lalu ibu merespon dengan cuenya sendiri, seperti memberi
makan, menggendong, atau tersenyum. Pada masa ini, bayi telah dapat mengenali
wajah ibu dan dapat melihat kesenangan atau kesulitannya. Ibu ini sebagai preobject,
belum object.
3. Separation-Individuation (4-5 months – 30-36 months)
Secara psikologis terpisah dari sosok ibu, meraih individuation, mulai berkembang
perasaan personal identitas. Tidak lagi dual unity, menyerahkan delusi tentang
omnipotence nya, mulai mengalami kelemahan terhadap ancaman eksternal,
mengalami bahwa dunia eksternal itu berbahaya.
 Differentiation (5 months – 7-10 months): terpisah dari sang ibu. Dapat
tersenyum pada ibunya, menandakan adanya hubungan dengan orang lain. Bayi
yang sehat memperluas dunia di luar ibunya (penasaran dengan orang asing),
yang tidak sehat takut dengan orang asing.
 Practicing (7-10 months – 15-16 months): Mulainya autonomous ego. Mengikuti
ibunya dengan mata, kesulitan ketika ditinggal oleh ibunya, mulai berjalan dan
melihat dunia sebagai hal yang menarik.
 Rapprochement (16-25 months): Memiliki keinginan untuk menyatukan
hubungan secara psikologis dan fisik dengan ibunya, ingin membagi dengan
ibunya semua kemampuan dan pengalaman baru yang didapatnya. Bayi dapat
dengan mudah berjalan, secara fisik lebih terpisah dari ibunya, namun tahap ini
juga menunjukkan kecemasan perpisahan paling besar. Terutama karena
berkembangnya kognitif anak, mereka menjadi semakin sadar akan perpisahan
tersebut. Mereka juga mengalami kondisi rapprochement crisis, yaitu ketika
mereka bertengkar secara dramatis dengan ibunya.
 Libidinal object constancy (tahun ke-3): Mengembangkan representasi dalam diri
yang konstan sehingga menolerir perpisahan dengan ibunya; menggabungkan
individualitas; dan belajar untuk berfungsi tanpa adanya sang ibu.

Tahap 3 tahun pertama pada anak ini sangat penting, dan ketika terjadi error dapat
menyebabkan regresi pada tahap-tahap lain kedepannya ketika seseorang belum meraih
perpisahan dari ibunya dan belum mencapai identitas personal mereka.

Heinz Kohut’s View – Self-Psychology

Self muncul dari gambaran yang tidak jelas dan tidak dapat didefinisikan, menjadi sebuah
identitas individual yang jelas dan tepat. Kohut memfokuskan pada pentingnya hubungan ibu
dan anak sebagai kunci untuk memahami perkembangan ke depannya. Human relatedness
(bukan dorongan instink bawaan) menjadi sumber dari kepribadian manusia.

Bayi membutuhkan pengasuh untuk memberikan kepuasan kebutuhan fisik dan


kebutuhan psikologis dasar. Orang dewasa, atau yang disebut selfobjects, memperlakukan
bayi seakan-akan mereka mempunyai gambaran self (memberi perilaku dingin atau hangat
tergantung perilaku si bayi). Dengan adanya interaksi empati, bayi akan merespon dalam
bentuk percaya diri, merasa bersalah, cemburu, dll.

Self: pusat dari alam psikologis seseorang. Self memberi kesatuan dan respon yang
konsisten, stabil, dan pusat dari inisiatif, serta membentuk impresi. Self juga berperan sebagai
fokus anak terhadap hubungan interpersonal, yang membentuk perilaku anak terhadap orang
tua dan orang lain.

Bayi itu secara alami memang narcissistic: self-centered, selalu mencari self-welfare dan
selalu ingin dikagumi. Terdapat dua kebutuhan dasar narcissistic:

1. The Grandiose-Exhibitionistic Self: Terbentuk ketika anak berelasi dengan “mirroring”


dari selfobject yang merefleksikan persetujuan dari perilaku mereka. “If others see me
perfect, then I am perfect”
2. The Idealized Parent Image: Berlawanan dengan grandiose self, karena lebih
menekankan ke kesempurnaan orang lain, tetapi tetap memuaskan kebutuhan narsistik,
“you are perfect, and I am a part of you”
Kohut mengemukakan bahwa kecenderungan narcissistic ini tidak dihilangkan sepenuhnya
karena diperlukan untuk perkembangan kepribadian yang sehat, tetapi harus berubah ketika
tumbuh dewasa, karena jika tidak, dapat menyebabkan gangguan narsistik pada orang dewasa
nantinya. Keduanya harus berubah menjadi pandanan yang lebih realistis terhadap diri dan
terhadap orang tua. Orang dewasa yang sehat memiliki sikap positif terhadap diri dan tetap
melihat kualitas baik di orang tua.

John Bowbly – Attachment Theory

Object relations theory dapat digabungkan dengan ethology dan evolutionary theory.

Terdapat 3 tahap separation anxiety:

1. The protest stage: ketika pengasuh ada di luar jangkauan, bayi akan menangis,
menghindari penenangan dari orang lain, dan mencari pengasuhnya.
2. Despair: Perpisahan berlanjut, bayi menjadi sedih, pasif, dan apatis.
3. The detachment stage: hanya terjadi pada manusia, bayi akan secara emosional
menjadi terpisah dari orang lain; ketika pengasuh kembali, bayi mengabaikan; mereka
tidak lagi sedih ketika ditinggalkan. Ketika tumbuh dewasa, menjadi orang yang sosial
tetapi kekurangan emosi; hubungan interpersonal mereka palsu dan kurang adanya
kehangatan.

Teori Bowbly didasarkan pada dua asumsi dasar:

1. Pengasuh yang responsif dan mudah diakses, perlu menciptakan dasar yang aman bagi
anak. Sang bayi harus tau bahwa pengasuh mudah diakses dan dapat diandalkan.
Ketika ketergantungan terjadi, rasa percaya diri dan keamanan akan terbentuk dalam
menjelajah dunia. Hal ini dapat membuat anak untuk bertahan hidup.
2. Ikitan hubungan menjadi terinternalisasi dan menjadi mental working model tentang
bagaimana hubungan pertemanan dan cinta nantinya terbentuk. Ikatan paling pertama
adalah yang paling penting dari semuanya. Supaya ikatan tersebut dapat terjadi, sang
anak tidak hanya menjadi penerima secara pasif, tetapi harus memiliki hubugan
interpersonal timbal balik yang mempengaruhi satu sama lain.

Mary Ainsworth – Type of Attachments (Strange Situation Experiment)


The Strange Situation

- Anak dan ibu bermain di sebuah ruangan


- Orang asing datang ke dalam ruangan
- Orang asing berinteraksi dengan anak
- Ibu pergi selama 2 menit

Apa reaksi anak?

Ada 3 tipe attachment style:

 Secure Attachment: Ketika ibu kembali, anak bahagia dan antusias. Anak memulai
kontak (pergi ke ibu minta digendong).
 Anxious-Resistant Attachment: Anak kecewa ketika ibu pergi, mereka menjadi
ambivalent. Ketika ibu kembali, anak mencari kontak tapi menolak ketika ditenangkan
(mereka mencari kontak, tetapi ketika digendong nangis).
 Anxious-Avoidant Attachment: Anak tenang ketika ibu pergi. Ia menerima orang
asing. Ketika Ibunya kembali, anak menolak dan menghindarinya.

Dalam kedua insecure attachment (anxious-resistant dan anxious-avoidant), anak kekurangan


kemampuan untuk terlibat dalam permainan dan petualangan yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai