3. Apa yang dimaksud dengan hati nurani retrospektif dan hati nurani prospektif?
Hati Nurani Hati nurani retrospektif memberikan penilaian tentang perbuatan-
perbuatan yang telah berlangsung di masa lalu. Hati nurani ini seolah-olah melihat ke
belakang dan menilai perbuatan-perbuatan yang telah dilalui. Sedangkan hati nurani
prospektif melihat masa depan dan menilai perbuatan-perbuatan kita yang akan
datang. Hati nurani dalam arti ini mengajak kita untuk melakukan sesuatu atau
melarang untuk melakukan sesuatu. Hati nurani ini menunjuk kepada hati nurani
retrospektif yang akan datang, jika perbuatan menjadi kenyataan
4. Mengapa hati nurani bersifat personal dan mengapa ada juga aspek
suprapersonal?
Hati nurani bersifat personal karena hati nurani memang selalu berkaitan erat dengan
pribadi yang bersangkutan. Hati nurani dipengaruhi oleh kepribadian seseorang dan
hanya memberi penilaian tentang perbuatan “saya sendiri”. hati nurani juga seolah-
olah melebihi pribadi kita/ melebihi ekspektasi, seolah-olah merupakan instansi di
atas kita, karena setiap manusia pasti mempunyai hati nurani yang tergantung
kepribadian masing-masing, tapi apakah hati nurani ini dinilai baik atau tidak
biasanya akan tergantung pada baik atau tidaknya menurut suara hati, kata hati, suara
batin dan agama atau keyakinan yang ada pada diri seseorang.
5. Apakah artinya, jika dikatakan bahwa hati nurani merupakan norma moral
yang subjektif?
Menurut saya, hati nurani itu bersifat personal dan masing-masing orang mempunyai
persepsi yang berbeda mengenai suatu hal atau kejadian. Hati nurani sendiri bisa
dipersepsikan sebagai dasar yang menggerakkan diri sendiri atas kejadian yang terjadi
disekelilingnya. Perbedaan cara melihat sudut pandang ini mengakibatkan hati nurani
sebagai sifat yang personal dan subyektif. Yang dimaksudkan berbeda adalah belum
tentu apa yang menurut individu itu benar, dimata individu lainnya itu juga akan
benar.
6. Jika kita membandingkan pendidikan hati nurani dengan pendidikan akal budi,
yang mana lebih sulit untuk dilaksanakan?
Apa sebabnya Pendidikan hati nurani jauh lebih sulit dilaksanakan bila dibandingkan
dengan pendidikan akal budi, pendidikan hati nurani sifatnya lebih kompleks, dimana
tempat yang paling tepat untuk mendidik hati nurani anak adalah keluarga, bukan
sekolah. Pendidikan hati nurani harus dijalankan sedemikian rupa sehingga si anak
menyadari tanggung jawabnya sendiri.Pendidikan selanjutnya adalah harus
menanamkan kepekaan batin terhadap yang baik.
id ego superego
8. Bagaimana hubungan hati nurani dengan superego? Apakah hati nurani sama
saja dengan superego atau ada perbedaan juga?
Hubungan antara hati nurani dan Superego dapat dikatakan bahwa Superego
merupakan dasar psikologis bagi fenomena etis yang disebut hati nurani. Jadi hati
nurani itu didasari oleh super ego Hati nurani dipakai dalam konteks etis, sedangkan
Superego dipakai dalam konteks psikoanalitis. aktivitas superego bisa tak sadar, pada
tahap Superego baik sumber rasa bersalah, maupun rasa bersalah itu sendiri bisa tetap
tidak disadari, edangkan hati nurani hanya berfungsi di taraf sadar. Cakupan superego
lebih luas daripada hati nurani, maksudnya hati nurani hanya sebatas menilai tentang
“baik atau buruk” suatu perbuatan, tetapi super ego sudah membahas sejauh mana
gambaran perbuatan ideal yang disesuaikan dengan tuntutan moral dan etika
9. Bagaimana hubungan hati nurani dengan superego? Apakah hati nurani sama
saja dengan superego atau ada perbedaan juga?
TINGKAT TAHAP
11. Bagaimana pandangan antropologi budaya tentang shame culture dan guilt
culture?
Shame culture adalah kebudayaan yang menekankan pada “malu”, dan tidak dikenal
rasa bersalah, dimana gengsi, nama baik, status, hormat, pamor, pesona menjadi sangat
penting,Bila orang melakukan kejahatan, perilaku kejahatan itu sendiri tidak dianggap
penting, yang penting adalah kejahatan itu jangan sampai diketahui oleh orang lain
sehingga harus disembunyikan, karena jika kejahatan itu ketahuan oleh orang lain
maka orang yang melakukan kejahatan tersebut akan malu. sanksinya datang dari luar.
shame culture bersifat statis, ketinggalan di bidang ekonomi, tidak memiliki norma
yang absolut dan ditandai oleh “psikologi massa”. guilt culture adalah kebudayaan
dimana dosa (sin), kebersalahan (guilt) sangat dipentingkan. sekalipun kejahatan
tersebut tidak diketahui oleh orang lain, si pelaku akan merasa bersalah dan tidak
tenang karena perbuatannya sendiri bukan karena dicela atau dihina orang lain. Guilt
culture sanksinya datang dari dalam, yaitu batin orang yang bersangkutan, sehingga
dalam guilt culture hati nurani memegang peranan penting. guilt culture sanggup
mengadakan perubahan progresif, memiliki normal moral yang absolut, dan
memperhatikan kesejahteraan martabat individu.