Perkembangan kognitif di masa dewasa akhir, secara garis besar terbagi dalam 5 bagian yaitu: (1) Fungsi kognitif pada orang lanjut usia; (2) Perkembangan bahasa; (3) Pekerjaan dan pensiun; (4) Kesehatan mental; dan (5) Agama. a) Fungsi Kognitif pada Orang Lanjut Usia Fungsi kognitif pada orang lanjut usia dibagi dalam 5 pokok bahasan, yaitu: (1) multidimensionalitas dan multidireksionalitas, (2) pendidikan, pekerjaan dan kesehatan, (3) gunakanlah atau anda akan kehilangan, (4) pelatihan keterampilan kognitif, (5) neurosains kognitif dan proses menjadi tua. 1) Multidimensionalitas dan Multidireksionalitas Kognisi merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional (Margrett & Deshpande-Kamat, 2009), artinya terdapat beberapa dimensi kognisi yang mengalami kemunduran seiring dengan bertambahnya usia. Pada beberapa orang dimensi ini mungkin tetap stabil atau bahkan mengalami kemajuan (Santrock, 2012: 171). Baltes menekankan pembedaan antara mekanika kognitif (arsitektur neurofisiologis, termasuk otak) dan pragmatik kognitif (perangkat lunak berbasis budaya dari pikiran). Pada orang-orang lanjut usia, mekanika kognitif cenderung mengalami kemunduran dibandingkan pragmatik kognitif. Para peneliti telah menemukan bahwa dimensi sensori/motor dan dimensi kecepatan pemrosesan cenderung mengalami kemunduran di usia lanjut. Baru-baru ini istilah fluid mechanics dan crystallized pragmatics sudah digunakan masing-masing untuk menjelaskan mekanika kognitif dan pragmatik kognitif (Santrock, 2012: 202) Perbedaan antara mekanika kognitif dan pragmatika kognitif serupa dengan perbedaan antara fluid intelegence (kognitif mekanik) dan crystallized intelligence (kognitif pragmatik). Faktor-faktor yang paling mungkin berkontribusi terhadap penurunan fluid mechanics di masa dewasa akhir, kemungkinan besar adalah penurunan kecepatan pemrosesan, kapasitas working memory, dan menekan informasi yang tidak relevan (kekangan) (Lovden & Lindenberg, 2007) (Santrock, 2012: 172) Kecepatan Pemrosesan, menurunnya kecepatan pemrosesan informasi yang dialami orang lanjut usia cenderung beerkaitan dengan penurunan fungsi otak dan sistem saraf pusat (Finch, 2009). Kesehatan dan olahraga dapat mempengaruhi seberapa besar penurunan dalam kecepatan pemrosesan itu terjadi. Sebuah studi menemukan bahwa setelah enam bulan mengikuti senam aerobik, orang lanjut usia memperlihatkan kemajuan dalam tugas-tugas waktu reaksi (Santrock, 2012: 173). Memori, juga mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia, namun tidak semua memori berlangsung dengan cara yang sama (Barba, Attali, & La Corte, 2010). Dimensi-dimensi utama dari memori dan, proses menjadi tua meliputi episodic memory, semantic memory, sumber daya kognitif (seperti working memory dan kecepatan perseptual), memory beliefs, dan faktor- faktor non kognitif seperti faktor kesehatan, pendidikan dan sosioekonomi (Santrock, 2012: 174) 2) Pendidikan, Pekerjaan dan Kesehatan Pendidikan, pekerjaan dan kesehatan merupakan tiga komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada orang lanjut usia. Ketiga komponen ini juga merupakan faktor-faktor yang sangat penting untuk memahami mengapa pengaruh kelompok usia (kohort) perlu dimasukkan dalam laporan ketika mempelajari fungsi-fungsi kognitif dari orang- orang lanjut usia. Memang efek kohort sangatlah penting diperhitungkan dalam studi tentang penuaan kognitif (Margrett & Deshpande-Kamat, 2009) (Santrock, 2012: 180). Hal ini memperlihatkan bahwa pendidikan berkorelasi secara positif dengan skor intelegensi. Orang dewasa lanjut usia bisa kembali mengenyam pendidikan untuk berbagai alasan. Generasi-generasi selanjutnya sudah memiliki pengalaman pekerjaan yang mencakup penekanan yang lebih kuat pada pekerjaan yang berorientasi kognitif. penekanan pada pemrosesan informasi mengalami peningkatan terutama dalam pekerjaan dapat meningkatkan kemampuan intelektual individu. Kesehatan yang baru berhubungan dengan performa tes intelegensi yang menurun pada orang dewasa lanjut usia. Latihan dan olahraga dihubungkan dengan keberfungsian kognitif yang lebih tinggi pada orang dewasa lanjut usia (Santrock, 2012: 202) 3) Gunakanlah atau Anda akan Kehilangan Perubahan-perubahan dalam pola aktivitas kognitif mengakibatkan adanya keterampilan- keterampilan kognitif yang tidak terpakai dan mengalami atropi (Hughes, 2010). Konsep tersebut sesuai dengan peribahasa yang mengatakan “gunakanlah atau anda akan kehilangan” (use it or lose it). Aktivitas mental yang dapat membina keterampilan kognitif pada orang-orang lanjut usia adalah aktivitas-aktivitas seperti membaca buku, mengisi teka-teki silang, mengikuti kuliah dan menonton konser. “gunakanlah atau anda akan kehilangan” juga merupakan komponen signifikan dari model keterlibatan optimasi kognitif yang menekankan tentang bagaimana keterlibatan intelektual dan sosial bisa memperlambat penurunan terkait usia untuk perkembangan intelektual (La Rue, 2010; Park & Reuter-Lorenz, 2009; Stine-Morrow dan kawan-kawan, 2007) (Santrock, 2012: 182) 4) Pelatihan Keterampilan Kognitif Terdapat dua kesimpulan utama yang diperoleh dari penelitian mengenai pelatihan keterampilan kognitif pada orang-orang lanjut usia: (1) pelatihan dapat meningkatkan keterampilan kognitif orang-orang lanjut usia, (2) di masa dewasa akhir terjadi sejumlah kemunduran dalam hal kekenyalan (Santrock, 2012: 202) 5) Neurosains Kognitif dan Proses Menjadi Tua Perubahan-perubahan yang berlangsung di otak dapat memengaruhi fungsi kognitif dan perubahan-perubahan fungsi kognitif dapat memengaruhi otak (Smith, 2007). Artinya apabila orang lanjut usia tidak menggunakan working memory mereka secara teratur (pembahasan use it or lose it). Koneksi-koneksi yang terjadi di lobus prefrontal dapat mengalami atropi. Selain itu, intervensi kognitif yang mengaktifkan working memory orang dewasa dapat meningkatkan koneksi-koneksi neural (Santrock, 2012: 184) b) Perkembangan Bahasa Banyak orang tua merasakan pengalaman kesepian dan depresi di usia tua, disebabkan karena hidup sendirian atau karena kurangnya ikatan keluarga dekat dan adanya pengurangan hubungan dengan budaya asal mereka, sebab mereka tidak memiliki kemampuan untuk secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan komunitas. Pada usia lanjut, tak dapat dielakkan bahwa orang kehilangan koneksi dengan jaringan persahabatan dan bahwa mereka lebih susah menemukan dan memulai persahabatan yang baru. Sulitnya menemukan dan memulai persahabatan yang baru berkaitan dengan aspek keterampilan fonologi orang dewasa lanjut usia berebda dengan keterampilan orang dewasa yang lebih muda (Clark-Cotton dkk., 2007). Cara bicara orang dewasa lanjut usia biasanya volumenya lebih rendah, tidak terartikulasi dengan tepat dan tidak begitu lancar (lebih banyak jeda, pengulangan dan koreksi). Terlepas dari perbedaan usia keterampilan berbicara orang dewasa lanjut usia masih memadai untuk berkomunikasi sehari-hari. Para peneliti telah menemukan informasi yang bertentangan tentang perubahan dalam cara bicara (ekspresi verbal yang diperluas dalam pembicaraan atau tulisan) dengan penuaan. Satu aspek dari cara berbicara dimana perbedaan usia ditemukan mencakup menceritakan kembali sebuah kisah atau memberikan instruksi untuk menyelesaikan sebuah tugas. Ketika terlibat dalam cara berbicara jenis ini, orang dewasa lanjut usia cenderung menghilangkan elemen kunci, menciptakan percakapan yang kurang lancar dan lebih sulit untuk disimak (Clark Cotton, dkk., 2007).
Faktor-faktor nonbahasa dapat merupakan faktor-faktor yang menyebabkan
kemunduran keterampilan bahasa pada orang-orang lanjut usia (Obler, 2005). Menurunnya kecepatan dalam pemrosesan informasi dan meurunnya working memory, khususnya dalam hal kemampuan menyimpan informasi di dalam pikiran ketika melakukan pemrosesan, cenderung berkontribusi terhadap kurangnya efisiensi berbahasa pada orang-orang lanjut usia (Stine- Morrow, 2007) (Santrock, 2012: 186)
c) Pekerjaan dan Pensiun
Kemampuan kognitif adalah salah satu prediktor terbaik untuk performa kerja pada orang-orang lanjut usia. Para pekerja lanjut usia cenderung lebih sedikit absen, lebih sedikit mengalami kecelakaan, dan lebih memperoleh kepuasan kerja, dibandingkan dengan rekan- rekannya yang lebih muda (Warr, 2004). Ini berarti bahwa para pekerja yang lebih tua dapat memiliki nilai yang cukup penting bagi sebuah perusahaan, melebihi kompetensi kognitif mereka. Singkatnya usia mempengaruhi banyak aspek dalam pekerjaan. Meskipun demikian, banyak studi mengenai persewaan dan unjuk kerja – mengungkapkan kasus yang tidak konsisten. Faktor-faktor kontekstual yang penting, seperti komposisi usia dari suatu departemen atau kelompok pelamar, pekerjaan semuanya memengaruhi keputusan mengenai pekerja lanjut usia. Hal lain yang juga penting diketahui adalah bahwa streotip terhadap pekerja lanjut usia dan jenis tugas-tugas yang ditangani, dapat membatasi peluang karir mereka dan mendorong pensiun dini atau pembatasan pekerja yang berdampak pada mereka (Finkelstein & Farrel, 2007). Sebagai contoh sebuah studi menemukan bahwa streotip negatif yang berkembang cukup luas yang ditujukan pada orang- orang lanjut usia menyatakan bahwa mereka sebaiknya tidak dipekerjakan lagi (Gringart, Helmes & Speelmen, 2005) (Santrock, 2012: 188) Pensiun merupakan suatu proses bukan merupakan suatu peristiwa (Moen, 2007). Banyak penelitian mengenai pensiun yang dilakukan lebih merupakan penelitian cross-sectional dibandingkan penelitian longitudinal dan lebih berfokus pada laki-laki dibandingkan perempuan. Orang-orang lanjut usia yang menunjukkan penyesuaian yang paling baik terhadap pensiun, adalah mereka yang sehat, memiliki keuangan yang memadai, aktif, lebih terdidik, memiliki jaringan sosial yang luas yang meliputi kawan-kawan dan keluarga, serta biasanya puas dengan kehidupannya sebelum mereka pensiun (Jokela & Kawan-kawan, 2010; Raymo & Sweeney, 2006) (Santrock, 2012: 190) d) Kesehatan Mental Gangguan-gangguan mental pada orang-orang lanjut usia merupakan persoalan utama, timbulnya masalah ini, pada orang-orang lanjut usia tidak lebih sering dibandingkan pada orang dewasa yang lebih muda (Busse & Blazer, 1996). Hal yang paling sering terjadi adalah masalah depresi (Santrock, 2012: 191) Jurnal yang berjudul Loneliness, depression and sociability in old age, menyatakan tentang depresi atau terjadinya depresi simtomatologi adalah suatu kondisi yang menonjol antara orang tua, dengan dampak kualitas hidup dan kesejahteraan yang terjadi secara signifikan. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa prevalensi gejala depresi meningkat dengan usia (Kennedy, 1996). Gejala depresi tidak hanya memiliki tempat penting sebagai indikator psikologis kesejahteraan tetapi juga diakui sebagai prediktor signifikan kesehatan dan umur panjang. Studi longitudinal menunjukkan peningkatan gejala depresi bermakna dikaitkan dengan peningkatan kesulitan dengan aktivitas hidup sehari-hari (Penninx et al., 1998). Data berbasis masyarakat menunjukkan bahwa orang tua dengan gangguan depresi utama berada pada peningkatan risiko kematian (Bruce, 1994). Ada juga studi yang menunjukkan bahwa gangguan depresif mungkin terkait dengan penurunan fungsi kognitif (setitik et al., 1995). Teori yang medukung pernyataan tentang depresi ini dinyatakan oleh Santrock, 2012: 204 bahwa depresi sering disebut juga “demam umum” dari gangguan mental Depresi mayor adalah suatu gangguan suasana hati dimana individu merasa sangat tidak bahagia, kehilangan semangat, merendahkan diri dan bosan. Orang ini tidak merasa baik, mudah kehilangan stamina, memiliki nafsu makan yang rendah, tidak bergairah dan tidak termotivasi. Depresi mayor demikian luas tersebar sehingga disebut “demam umum” dari gangguan mental. (Santrock, 2012: 191). Hal ini juga memperlihatkan adanya hubungan antara keramahan dan usia tua. Keramahan memainkan peran penting dalam melindungi orang dari pengalaman tekanan psikologis dan meningkatkan kesejahteraan. George (1996) meringkas beberapa efek secara empiris didukung dengan baik dari faktor-faktor sosial pada gejala depresi di kemudian hari, dan melaporkan bahwa bertambahnya usia, status ras atau etnis minoritas, status sosial ekonomi yang lebih rendah dan mengurangi kuantitas atau kualitas hubungan sosial dikaitkan dengan tingkat peningkatan gejala depresi. Isolasi sosial merupakan faktor risiko utama untuk fungsional kesulitan pada orang tua. Hilangnya hubungan penting dapat menyebabkan perasaan kekosongan dan depresi. "Orang- orang yang terlibat dengan hubungan positif cenderung untuk menjadi lebih tidak terpengaruh oleh masalah sehari-hari dan memiliki rasa yang lebih besar kontrol dan kebebasan. Orang-orang tanpa hubungan sering menjadi terisolasi, diabaikan, dan depresi. Mereka yang terperangkap dalam hubungan yang miskin cenderung untuk mengembangkan dan memelihara persepsi negatif terhadap diri sendiri, menemukan hidup yang kurang memuaskan dan sering kekurangan motivasi untuk mengubah keadaannya"(Hanson & Carpenter, 1994). e) Agama Agama dapat memenuhi sejumlah kebutuhan psikologis pada orang-orang lanjut usia, membantu mereka mennghadapi kematian yang akan datang, menemukan dan membina penghayatan akan makna dan pentingnya hidup, serta menerima kemunduran yang tidak terelakkan karena usia (Daaleman, Perera & Studenski, 2004; McFarland, 2010).