Anda di halaman 1dari 14

Psikologi Kepribadian II Kelas C (Rabu)

03 Oktober 2018

ALBERT BANDURA DAN WALTER MISCHELL

Oleh:

Ira Wido Lestari (171301134)

Cantika Vallery Josephine (171301135)

Dayu Kamalena (171301136)

Ignesia Melania (171301137)

Wulan Kania (171301138)

Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara

Ganjil 2018/2019
A. SEJARAH DAN RIWAYAT TOKOH
Albert Bandura (1925)
Albert Bandura lahir di Mundare, Alberta Utara, Kanada. Ia tumbuh besar dan bersekolah
hingga SMA di perkampungan kecil yang hanya memiliki satu sekolah. Pada tahun 1949, setelah
hanya 3 tahun di University of British Columbia, Bandura lulus dengan sebuah penghargaan di
bidang utamanya, psikologi. Setelah kelulusannya, Bandura melanjutkan sekolah pascasarjana di
University of Iowa dengan minat belajarnya akan fenomena klinis. Di Universitas Lowa, Bandura
terpengaruh oleh Kenneth Spence mengenai penekanan umum pada analisis konseptual yang cermat
dan penelitian eksperimental yang teliti. Selain spence, Bandura juga dipengaruhi dalam hal
pengaplikasian prinsip behavioral kepada studi kepribadian dan perilaku sosial oleh Neal Miller dan
John Dollard. Bandura meraih gelar doktor dalam bidang psikologi klinis (1952) dan masuk ke
Stanford University menghabiskan karier akademiknya di sana. Ia meneliti proses interaktif dalam
psikoterapi dan meneliti kecenderungan agresi seorang anak yang disebabkan oleh keluarga.
Saat Bandura berada di Stanford, Bandura bertemu Robert Sears, yang pada 1950-an sedang
mempelajari pengaruh keluarga terhadap perilaku sosial dan proses identifikasi. Dipengaruhi oleh
karya ini, Bandura mulai mempelajari pembelajaran sosial agresi, ia meneliti kecenderungan agresi
seorang anak yang disebabkan oleh keluarga, ia bekerja sama dengan Richard Walters, mahasiswa
doktoralnya yang pertama. Dalam penelitian awal ini, peran pemodelan perilaku manusia diberi
fokus khusus, dan upaya para peneliti ini menghasilkan program penelitian laboratorium lengkap ke
faktor penentu dan mekanisme pembelajaran observasional.
Bandura aktif dalam urusan ilmiah dan profesional, telah bertugas di berbagai dewan
penasehat dan parels dari pemerintah federal serta berbagai komite dan komisi dari American
Psychological Association. Dia telah menjabat sebagai presiden kedua asosiasi tersebut dan
Asosiasi Psikologi Barat. Dia juga pernah bertugas di dewan editorial sekitar 20 jurnal, dan untuk
jangka waktu 10 tahun dia menjadi editor serial teori pembelajaran sosial untuk Prentice-Hall.
Walter Mischel (1930)
Walter Mischel lahir di Vienna.Mishels menghabiskan 9 waktu pertama hidupnya dekat dengan
rumah Freud. Mischel melarikan diri bersama keluarganya dari Nazi pada tahun 1938 dan menetap
di New York City. Sebelum sempat kuliah, ayahnya sakit dan Walter terpaksa bekerja serabutan
sampai akhirnya dia berhasil kuliah di New York University. Dia sangat tertarik pada seni lukis
juga patung dan berbagi hidup menjadi seniman. Pada tahun 1951 Mischel memulai studi tentang
psikologi klinis di Universitas Kota New York sekarang.
Pada saat yang sama ia menjadi pekerja sosial, menghabiskan banyak waktu di Lower East Side
New York City. Dia segera pindah ke Ohio State University, di mana dia berhubungan dengan
Julian Rotter dan George Kelly. Terkesan dengan karya teoretisi, Mischel telah mencoba untuk
mengintegrasikan teori pembelajaran sosial dan teori kognitif ke dalam penelitian dan konstruksi
teori sendiri.
Pada tahun 1982, Mischel menerima Distinctishcd Scientific Contribution Award dari American
Psychological Association pada tahun 1978 dia menerima penghargaan serupa dari APA's Division
of Clinical Psychology. Dia telah menjadi Fellow di Center for Advanced Studies in the Behavioral
Sciences dan telah melayani banyak komite ilmiah dan profesional.
B. DEFINISI KEPRIBADIAN
Albert Bandura
Teori belajar sosial bandura tentang kepribadian, berdasarkan pada formulasi sebelumnya,
"pendekatan penjelasan perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik terus-menerus antara
kognitif, perilaku, dan determinan evironmental". dengan proses Bandura yang menyebut
determinisme timbal balik, orang mempengaruhi nasib mereka dengan mengendalikan kekuatan
lingkungan, tetapi mereka juga dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan ini. Jadi, teori belajar menurut
bandura merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara tingkah laku,
person/kognitif, dan lingkungan dimana seseorang berada. Ketiga aspek ini sangat berpengaruh
terhadap pembentukan pola perilaku pada anak. Pola perilaku pada anak terjadi dari hasil
observation (pengamatan) dan self efficacy. Proses pembentukan pola perilaku pada anak meliputi
atensi,retensi,reproduksi, dan motivasi.
Walter mischel
Pendekatan disposisional dan sifat global terhadap kepribadian benar-benar telah merugikan
individu yang ia klaim, dengan mengabaikan keunikan individu. mischel menjelaskan bahwa dia:
menafsirkan individusebagai menghasilkan beragam perilaku dalam menanggapi beragam kondisi;
perilaku yang dipancarkan diamati dan kemudian terintegrasi secara kognitif oleh pemain, serta
oleh orang lain yang melihatnya, dan dikodekan pada dimensi semantik dalam istilah trait. Dengan
demikian, sementara paradigma kepribadian tradisional memandang sifat sebagai penyebab
intrapsikik konsistensi perilaku, posisi saat ini melihat mereka sebagai istilah ringkasan yang
diterapkan untuk mengamati perilaku.
Teori yang dikemukakan oleh mischel mengindikasikan bahwa perilaku manusia pada
umumnya dibentuk oleh interaksi dari sifat kepribadian yang stabil dengan situasi yang
dihadapinya.
C. STRUKTUR KEPRIBADIAN
Ide dasar Bandura adalah bahwa pembelajaran dapat terjadi melalui proses observasi atau
dengan adanya contoh, bukan semata-mata oleh penguatan langsung. Bandura tidak menyangkal
pentingnya penguatan langsung sebagai cara untuk memengaruhi perilaku, tetapi ia menantang
gagasan bahwa perilaku dapat dipelajari atau diubah hanya melalui penguatan langsung.
BOBO DOLL STUDIES
Eksperimen yang dilakukan Bandura melibatkan seorang anak kecil yang di instruksikan menonton
sebuah vidio orang dewasa yang memukul dan menendang boneka bobo. Ketika anak kecil tersebut
ditinggalkan sendiri bersama boneka, mereka mencontoh perilaku yang baru saja mereka lihat.
Modelling (peniruan)
Melalui peniruan, dengan mengamati suatu prilaku seseorang dapat memperoleh respons yang
belum pernah dilakukan sebelumnya dan untuk memperkuat atau melemahkan respon yang ada.
Disinhibtion
Disinhibition, mengacupadamelemahnyapenghambatanataupengekanganmelaluipaparan model.
The Effects of Society’s Models
Atasdasarpenelitian yang luas, Banduramenyimpulkanbahwabanyakperilaku — baikdanburuk,
normal dan abnormal — dipelajaridenganmeniruperilakuorang lain.
Characteristics of the Modeling Situation
Banduradanrekan-rekannya (Bandura, 1977, 1986) menyelidikitigafaktor yang
ditemukanpadapemodelanpengaruh: karakteristik
Walter Mischel
Struktur kepribadian yang ditekankan oleh teori social – kognitif pada umumnya mencakup
kognitif. Empat konsep struktural : kompetensi dan keterampilan, ekspektansi dan keyakinan,
standar perilaku, dan tujuan personal.
Kompetensi dan  Keterampilan
Inti pandangan teori ini adalah perbedaan antara individu disebabkan oleh kompetensi dan
keterampilan yang dimiliki oleh individu tersebut, contohnya variasi keterampilan social, sebagian
orang bersikap introvert pada suatu lingkungan karena kurangnya keterampilan social. Sebagian
yang lain bersikap ektrovert karena mereka menguasi banyak tingkatan keterampilan social.
Sedangkan kompetensi mencakup cara berpikir individu dalam keterampilan memecahkan berbagai
masalah kehidupan.
Kompetensi memiliki dua tipe pengetahuan:
1. Pengetahuan dekralatif, yaitu pengetahuan yang dapat disampaikan dengan kata-kata
2. Pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan yang tidak dapat disampaikan dengan kata-kata.
Kompetensi meliki dua inflikasi:
1. Spesifisitas konteks: keterampilan alamiah yang dimiliki individu, namun pada kondisi atau
situasi keterampilan tersebut tidakdapatdiaplikasikan, dengan kata lain seseorang yang
kompeten dalam satu koteks bisa jadi tidak kompeten dikondisi lain.
2. Perubahan psikologis: seseorang yang kurang keterampilan dalam bidang kehidupan dapat
berubah menjadi seseorang yang memliki banyak keterampilan dengan cara mereka dapat
terlibat dalam interaksi baru seperti: orang baru, lingkungan baru dengan demikian mereka akan
mendapat kompetensi baru
Keyakinan dan Ekspektansi
Yaitu struktur kepribadian yang menekankan pada perbedaan keyakinan individu dalam
memahami situasi, dan mengembangkan ekspektasi tentang situasi di masa depan. Ekspektansi
seseorang bisa jadi bervariasi di tiap – tiap situasi, semua orang berharap tindakan mereka dapat
mendatangkan reaksi, peluang atau imbalan yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Contohnya
seseorang tertawa riang gembira di pesta versus ketika berada di dalam tempat ibadah. “peluang
berpacaran” dimana berpacaran dapat berpeluang menjadi sesuatu yang yang menenangkan atau
peluang menimbulkan ketegangan yang terjadi di setting social atau di sekolah.
Tujuan
Tujuan adalah representasi mental individu dengan cara menyiapkan target tertentu untuk
melakukan tindakan, memotivasi dan mengarahkan perilaku mereka sendiri setelah membayangkan
masa depan. Dalam sebuah sistem tujuan, sebagian tujuan lebih utama atau penting dibandingkan
sebagian tujuan yang lain, tergantung apa yang paling penting bagi mereka pada waktu itu, apa
peluang dari lingkungan. Sistem tujuan sering kali dianggap memiliki struktur hierarkis, yaitu
tujuan pada level yang lebih tinggi(misalnya, diterima di fakultas hukum universitas negeri
ternama) mengorganisir tujuan di level lebih rendah, (misalnya, mendapatkan peringkat yang bagus
di perguruan tinggi) yang pada gilirannya mengorganisasi tujuan level lebih rendah lagi(contohnya,
belajar untuk ujian).
Standar Evaluatif
Salah satu yang penting dalam teori sosial kognitif adalah standar evaluatif yang berkaitan
dengan diri seseorang atau "standar personal". Standar personal merupakan hal penting bagi
motivasi dan performa manusia.Orang memiliki standar pribadi mereka sendiri mengevaluasi
perilaku mereka sendiri. Jelas ada pengaruh eksternal terhadap standar ini. Standar personal
memiliki fondasi sosial; standar personal merupakan hal penting bagi motivasi dan performa
manusia. Orang-orang biasa mendapatkan standar performa dengan mengamati performa orang lain
(Bandura, 1986).

D. PROSESPEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Albert Bandura
The Process of Observational Learning
Bandura menganalisis pembelajaran observasi dan menemukan hal tersebut diatur oleh
empat mekanisme: attentional procesess, retention processes, production processes, dam inventive
and motivational process.
Attentional Processes
Pembelajaran observasi atau modeling tidak terjadi apabila subjeknya memperhatikan.
Subjek dapat melihat model secara akurat untuk menerima informasi yang diperlukan untuk meniru
perilkaku model.
Atensi pada perilaku model bervariasi sebagai fungsi dari kognitif pengamat dan
kemampuan perseptual dan nilai perilaku dari model. Semakin tinggi perkembangan kemampuan
kognitif dan pengetahuan kita mengenai perilaku yang dimodelkan, semakin kita hati-hati dalam
memperhatikan model dan melihat perilakunya.
Retention Process
Partisipasi dalam penelitian harus menginat aspek penting dari perilaku model untuk
mengulanginya kembali. Untuk mempertahankan apayang seharunsnya, kita harus menyandi dan
menggambarkannya secara simbolik. Proses penyimpanan internal dari representasi simbolik dan
pembentukan gambar disebut proses kognitif.
Kita menyimpan informasi mengenai perilaku model dengan dua cara: melalui sistem
representasi internal imaginal atau sistem verbal. Pada sistem imaginal, kita membentuk gambar
yang mudah ditarik ketika mengobservasi model. Dalam pembelajaran observasi, kita membentuk
gambar mental dari perilaku model dan menggunakannya sebagai basis untuk meniru.
Sistem representasi verbal memiliki kemiripan dan melibatkan penyandian verbal dalam
beberapa perilaku yang diobservasi. Contohnya, selama observasi kita mendeskripsikan kepada diri
sendiri apa yang dilakukan model tersebut. Deskripsi ini dapat diulang tanpa menunjukkan perilaku
tersebut. Ketika kita ingin melakukan aksi, penyandian verbal memberi petunjuk, peringatan, dan
isyarat. Simbol gambar dan verbal diartikan dengan bagaimana kita mengobservasi situasi dan
mengulangnya kembali.
Production process
Mengartikan simbol representasi imaginal dan verbal menjadi perilaku nyata memerlukan
proses, yang dideskripsikan sebagai latihan. Walaupun kita dapat menerima, menyimpan, dan
mengulang representasi simbolik dari perilaku model, kita mugnkin belum dapat melakukan
perilaku tersebut dengan benar.
Incentive and Motivational Processes
Tidak peduli bagaimana kita menerima dan menyimpan perilaku yang kita observasi atau
bagaimaa kemampuan kita untuk melakukannya kembali, kita tidak dapat melakukannya tanpa
proses motivasi atau dorongan. Ketika terdapat dorongan, observasi lebih mudah dilakukan dalam
aksi. Dorongan juga mempengaruhi proses perhatian dan penyimpanan.
Dorongan untuk belajar dipengaruhi oleh antisipasi reinforcement atau hukuman. Melihat
bahwa perilaku model menghasilkan imbalan atau menhindari hukuman dapat menjadi dorongan
kuat untuk memperhatikan, mengingat, dan melakukan perilaku dengan benar. Bandura
menunjukkan bahwa walaupun reinforcement (penguatan) dapat mempermudah belajar, hal tersebut
tidak diperlukan agar terjadinya pembelajarn. Banyak faktor selain dari imbalan menentukan apa
yang kita terima, simpan, dan mengulangkembali.
RECIPROCAL DETERMINISM
Bandura memperkenalkan sebuah prinsip teori yang dinamakan reciprocal determinism
pada tahun 1986. Prinsip ini digunakan untuk menganalisis isu tentang sebab dan akibat dalam
penelitian terhadap kepribadian.Bandura mengembangkan model reciprocal determinismyang
terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku (behavior), person/kognitif, dan
lingkungan(environment). faktor- faktor ini bisa saling berinteraksi untuk memenuhi pembelajaran:
faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor kognitif
mempengaruhi perilaku, dan sebagainya.

Dalam model pembelajaran Bandura, peran person/ kognitif memainkan peran penting. Faktor
person (kognitif) yang ditekankan Bandura pada masa belakangan ini adalah self-efficacy, yakni
keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Bandura juga
mengatakan bahwa self-efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku.

Self-Reinforcement
Self-reinforcement adalah  memberikan reward kepada diri sendiri untuk memenuhi,
melampaui, atau tidak memenuhi harapan atau standar diri sendiri.Self-reinforcement sama
pentingnya dengan reinforcement yang diberikan oleh orang lain, terutama untuk anak-anak dan
orang dewasa yang lebih tua. Kita menetapkan standar pribadi dari perilaku dan prestasi. Kita
menghargai diri kita sendiri untuk memenuhi atau melampaui harapan dan standar ini dan kita
menghukum diri kita sendiri karena kegagalan kita. Self-reinforcement bisa terlihat seperti saat
memiliki sepasang sepatu olahraga baru atau mobil baru, atau bisa juga emosional seperti
kebanggaan atau kepuasan dari pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Punishment yang diberi
sendiri dapat dinyatakan dengan rasa malu, bersalah, atau depresi karena tidak terjadi seperti
keinginan kita.
Self-Efficacy
Self-efficacy adalah perasaan kita akan kecukupan, efisiensi, dan kompetensi dalam
menghadapi kehidupan. Lainnya yang digambarkan oleh Bandura adalah self-efficacy dalam
pengertian persepsi kita tentang kontrol yang kita miliki selama hidup kita. Orang berusaha
mengendalikan kontrol atas kejadian yang mempengaruhi kehidupa mereka. Orang yang rendah
dalam self-efficacy merasa tidak berdaya, tidak mampu mengendalikan kejadian kehidupan. Mereka
percaya bahwa usaha yang mereka lakukan sia-sia. Ketika mereka menghadapi hambatan, mereka
dengan cepat menyerah jika usaha awal mereka menangani masalah tidak efektif. Orang yang
sangat rendah dalam self-efficacy bahkan tidak akan berusaha untuk mengatasi karena mereka
yakin bahwa tidak ada yang mereka lakukan akan membuat perbedaan.
Orang yang memiliki self efficacy tinggi percaya bahwa mereka dapat menangani kejadian dan
situasi dengan efektif. Karena mereka berharap berhasil mengatasi hambatan, mereka bertekad
mengerjakan tugas dan sering tampil di level yang tinggi. orang-orang yang rendah dalam self-
efficacy, dan mereka mengungkapkan sedikit keraguan diri. Mereka memandang kesulitan sebagai
tantangan dan bukan ancaman dan secara aktif mencari situasi baru. Self-efficacy yang tinggi
mengurangi rasa takut akan kegagalan, meningkatkan aspirasi, dan memperbaiki kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir analitis.
self efficacy membentuk bagaimana respon diri kita terhadap kehidupan kita. Seseorang akan
mengukur self efficacy berdasarkan 4 sumber:

 performance Attainment
 vicarious experiences
 verbal persuasion
 Physiological and emotional arousal

Walter Mischel
Self-Control and Delay of Gratification
Terkadang kita dituntut untuk melakukan sesuatu sendiri, tetapi kita tidak dapat
melakukannya. Dan juga dalam beberapa situasi kita dituntut berhenti untuk melakukan sesuatu,
beberapa perilaku yang menurut kita nyaman namun dapat membahayakan diri sendiri ataupun
orang lain.
Ketika kasus control diri melibatkan penundaan seseuatu yang baik sebagai upaya untuk
mendapatkan yang lebih baik dimasa mendatang disebut fenomena grafitasion
Learning Delay of Gratification Skills
Riset dalam teori sosial kognitif menyatakan bahwa kemampuan orang untuk menunda
gravitasi memiliki basis sosial. Modeling dan obeservasional bagi perkembangan standart performa
untuk kesuksesaan dan pemberian imbalan yang berfungsi sebagai dasar penundaan gratifikasi.
Efek dari model yang melakukan perilaku penundaan pada anak tergambar dengan jelas pada
penelitian Bandura dan Mischel (1965). Hasilnya menunjukkan high-delay children dalam tiga
kondisi (model nyata, model simbolik, tidak ada model) ini berubah menjadi perilaku delay-of-
reward menjadi kepuasaan langsung.
Michel’s Delay of Gratification Paradigma
Dalam paradigma Mischel delay of gratification, orang dewasa yang berinterkasi dengan
anak-anak dari prasekolah memberitahu kepada anak tersebut bahwa mereka perlu
meninggalkannya selama beberapa menit. Anak tersebut akan diberikan hadiah yang lebih besar
apabila ia dapat menunggu. Apabila ia tidak dapat menunggu, ia dapat membunyikan bel dan hanya
diberikan hadiah kecil.
Delay of gratification yang dikemukakan Mischel dengan jelas mengilustrasi kapasitas
manusia dalam mengontrol diri. Behaviorist beragumen bahwa ini hanya dapat menjelaskan
perilakun anak—anak. Penelitian Michel mengilustrasi kemampuan dari perilaku klasik yang tidak
terpikiran, yaitu pengaruh perilaku terhadap representasi mental dari imbalan. Orang-orang
memiliki kapasitas untuk mengatasi potensi frustasi dari keadaan delay of gratification dengan
menerapkan strategi mental.

E. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Albert Bandura
Menurut Bandura, kebanyakan pembelajaran terjadi tanpa adanya penguatan (reinforcement).
Dalam penelitiannya, seseorang dapat mempelajari respon baru dengan mengamati orang lain,
bahkan belajar itu akan tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari, dan model yang
diamati tidak menerima reinforcement dari tingkah lakunya tersebut.
• Masa kanak-kanak
Pada masa infancy meniru secara langsung masih terbatas karena kapasitas kognitif belum
berkembang, diperlukan observasi dahulu sebelum mampu menirukan. Ketika bayi mulai mencoba
menirukan perilaku maka harus diulangi beberapakali kali lagi, dan harus sesuai dengan
kemampuan sensorimotornya. Perilaku yang kita pandang menguatkan dan dipilih untuk ditiu akan
berubah seiring berjalannya usia. Anak yang lebih muda reinforsemen awalnya dengan
menggunakan stimulus fisik seperti makanan, afeksi atau hukuman. Anak yang lebih tua
mengasosiasikan reinforsemen dengan menunjukkan tanda persetujuan dari model tertentu dan
sesuatu yang tidak menyenangkan dengan menunjukkan penolakan.
Self-efficacy berkembang secara bertahap. Infant mulai mengembangkan self-efficacy ketika
mereka mencoba melatih kemampuan fisik dan kemampuan sosialnya. Mereka memahami
mengenai konsekuensi dari yang mereka lakukan baik kemampuan fisik, sosial dan kompetensi
bahasa. Masa awal self-efficacy berpusat pada orang tua. Studi menunjukkan bahwa laki-laki
dengan self-efficacy yang tinggi memiliki hubungan yang hangat dengan ayah-nya ketika masih
kana-kanak. Ibu lebih banyak menuntut dibandingkan ayah, menginginkan prestasi dan performans
yang lebih. Namun, wanita dengan self-efficacy yang tinggi mendapatkan tekanan dari ayah-nya
untuk mendapatkan prestasi ketika masih-anak-anak (Schneewind, 1995).
Pengaruh orang tua dalam self-efficacy anak akan berkurang seiring dengan dunia anak yang
semakin luas seperti adanya saudara, peers dan orang dewasa lainnya. Bandura meyakini bahwa
urutan kelahiran dalam suatu keluarga cukup penting. Ia berpendapat bahwa anak sulung dan anak
tunggal memiliki perbedaan mengenai menilai kemampuan mereka sendiri dibandingkan anak
tengah maupun bungsu. Saudara dengan jenis kelamin yang sama lebih kompetitif dibandingkan
yang tidak, yang juga mempengaruhi berkembangnya self-efficacy. Peers menyediakan referensi
perbandingan menilai prestasi seseorang.
Guru berpengaruh terhadap self-efficacy anak melalui kemampuan kognitif dan pemecahan
masalah. Murid sering menilai dirinya dengan orang lain memalui evaluasi guru terhadap mereka.
Dalam pandangan Bandura sekolah yang menggunakan kemampuan grouping akan merusakself-
efficacy dan kepercayaan diri ketika anak ingin bergabung dengan lower-group.
- Remaja
Transisi pada masa ini termasuk coping dengan yang diinginkan dan tekanan, mulai dari tumbuhnya
rasa waspada terhadap sex dan pilihan untuk universitas dan karir. Remaja harus menetapkan
kompetensi baru dan penilaian dari kemampuan mereka. Bandura mencatat bahwa kesuksesan di
tahap ini bergantung pada level self-efficacy yang terbentuk di masa kanak-kanak.
- Dewasa
Bandura membagi masa dewasa kedalam 2 periode, yakni dewasa muda dan tengah. Dewasa
muda termasuk penyesuaian seperti pernikahan, menjadi orang tua dan kemajuan karir. Self-
efficacy yang tinggi diperlukan untuk hasil yang baik untuk pengalaman ini. Orang dengan self-
efficacy yang rendah tidak dapat menghandle situasi ini dan cenderung gagal. Usia tengah pada
masa dewasa juga membuat stress sebagaimana orang-orang mengevaluasi karir, keluarga dan
kehidupan sosialnya. Seperti kita melewati batas kita dan mendefinisikan ulang tujuan kita, kita
harus menemukan kesempatan untuk meningkatkan self-efficacy kita.
- Usia tua
Penilaian ulang self-efficacy pada masa ini cukup sulit. Menolak kemampuan mental dan fisik,
pensiun, dan menarik diri dari kehiadupan sosial memaksa munculnya babak baru dari penilaian
diri. Self-efficacy yang menurun akan mempengaruhi kemampuan fisik dan mental dalam hal
pemenuhan diri. Bila kita tidak percaya bahwa kita da[at melakukan sesuatu yang bisa kita nikmati
sebelumnhya maka kita tidak akan pernah mecobanya lagi. Untuk Bandura, self-efficacy adalah
faktor yang krusial dalam menentukan kesuksesan atau kegagalan sepanjang perjalanan hidup,
Walter Mischel
Teori kepribadian harus bersifat integratif. Teoritikus harus mencoba mengintegrasikan
pengetahuan ilmiah dari berbagai bidang studi ke dalam model person yang komprehensif.
Teoritikus sosial-kognitif biasanya memanfaatkan karya dalam psikologi kognitif,
psikologiperkembangan, neuroscience, dan terutama psikologi sosial dalam upaya mereka
membangun model individu dan perbedaan individual yang komprehensif.
Fitur kedua adalah para teoritikus sosial-kognitif percaya bahwa ilmu kepribadian harus fokus
kepada individu. Teoritikus sosial-kognitif tidak hanya memanfaatkan metode riset “nomotetis”
tetapi juga “idiografis;. Mereka telah mencoba mengembangkan metode teori dan riset yang
membicarakan idiosinkrasis individu yang unik.
Yang ketiga, Bandura dan Mischel tertarik pada aplikasi praktis dari ide teoritis mereka. Mereka
menekankan bahwa "dasar" untuk mengevaluasi teori adalah ide teoritis yang
membangun psikolog, dan masyarakat pada umumnya, untuk mengembangkan peralatan yang
praktis yang dapat digunakan oleh manusia.
F. PSIKOPATOLOGI
Albert Bandura
Tujuan Bandura dalam mengembangkan teori kognitif sosialnya adalah mengubah perilaku
yang dipelajari oleh masyarakat yang dianggap tidak normal atau tidak diinginkan. Bandura
sependapat dengan Eysenck dan Wolpe bahwa terapi tingkah laku dapat efektif mengurangi reaksi
kecemasan. Dia tidak percaya bahwa tekanan emosional menjadi elemen kunci penyebab reaksi
takut yang berlebihan, sehingga harus dihilangkan agar tingkah laku dapat berubah. Menurutnya,
masalah pokoknya adalah orang percaya bahwa dirinya tidak dapat menangani situsi tertentu secara
efektif. Karena itu perludikembangkan self-efficacy, agar terjadi perubahan tingkah laku. Konsep
determinis respirokal menganggap tingkahlaku dipelajari sebagai akibat dari interaksi antara
pribadi-tingkahlaku-lingkungan, termasuk tingkahlaku yang menyimpang. Tingkah laku patologis
itu dipengaruhi oleh faktor kognitif, proses neurofisiologis, pengalaman masa lalu yang mendapat
penguatan dan nilai fasilitatif dari lingkungan:
Walter Mischel
Menurut teori sosial kognitif perilaku maladptif bersumber dari proses belajar yang
disfungsional. Proses kognitif juga memainkan peran pada psikopatologi dalam ,erangka evaluasi
diri disfungsional, khusunya dalam kerangka rendahnya kecakapan diri yang disadari atau
ketidakcakapan yang disadari.
G. ASSESMENT
Assessment in Bandura’s Theory
Bandura berfokus pada perilaku dibandingkan variabel motivasi internal. Bandura
menyetujui operasi kognitif variabel.Dalam studi self-efficacy, perilaku dan variabel kognitif diuji
secara kuantitatif. Self-efficacy yang berkenaan dengan fobia diukur dengan research dari self-
rating partisipan dari jumlah tugas dalam tes penolakan perilaku yang diekspektasi dapat
diselesaikan. Tes kecemasan pada mahasiswa dilakukan dengan tes inventori kepribadian.
Demikian, asesmen perilaku dan variabel kognitif penting dalam pendekatan social-learning untuk
personaliti.
Penelitian mengenai Bandura
Self efficacy
- Perbedaan umur dan gender
Menurut penelitian, anak-anak dan orang dewasa menunjukkan bahwa rata-rata laki-laki
memiliki skor lebih tinggi dalam self-efficacy dibandingkan perempuan. Self-efficacy meningkat
pada masa anak-anak dan awal dewasa, puncaknya pada middle-age dan berkurang setelah berusia
60 tahun. (Gecas, 1989: Lachman, 1985 dalam Hall).
- Penampilan fisik
Menurut Bandura penampilan fisik dapat mempengaruhi reinforcement yang diterima dari orang
lain dan bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri. Studi menunjukkan bahwa penampilan fisik
memiliki efek lebih baik atas perasaan mereka yang dikendalikan, dibandingkan self-esteem
ataupun kesehatan mereka. Sebagai contohnya untuk lelaki dewasa memiliki wajah yang baby face
akan merugikan karena mereka akan diperlakukan berbeda, sementara hal ini cukup member
keuntungan pada kaum wanita.
- Performans akademik
Menurut penelitian,self-efficacy dan perfomans akademik memiliki korelasi yang positif. Guru
yang percaya diri dan memiliki self-efficacy yang tinggi dengan kemampuannya akan
menghasilkan prestasi yang baik pada siswa. Self-efficacy siswa berkaitan dengan motivasi, tingkat
usaha, dan kegigihan di dalam kelas. Menurut Bandura terdapat 2 jenis sekolah dalam hal
penanaman self-efficacy. Sekolah yang berorientasi pada prestasi namun melalaikan mengabaikan
praturan dan regulasi, yang kedua yakni sekolah yang tidak berorientasi pada prestasi namun
mendidik siswa dengan disiplin.
- Pemilihan karir dan performansi pekerjaan
Semakin tinggi self-efficacy seseorang makan kemungkinan karir akan lebih luas dan kuat. Self-
efficacy yang rendah membatasi pertimbangan seseorang dalam penentuan karirnya. Menurut
penelitan self-efficacy mahasiswi tingkat awal lebih rendah dibandingkan mahasiswa tingkat awal.
Pekerja dengan self-efficacy yang tinggi akan berfokus pada analisa dan pemecahan sementara yang
rendah berfokus pada kegagalan. Studi menunjukkan bahwa pekerja dengan self-efficacy yang
tinggi lebih sukses dalam program training dan melaporkan kepuasan kerja, komitmen organisasi,
dibandingkan yang yang rendah (Salas & Cannon-Bowers, 2001 dalam Hall)
- Kesehatan fisik
Self-efficacy berefek pada beberapa kesejahteraan fisik. Menurut sebuah penelitian. Perempuan
yang diajarkan relaksasi dan olahraga pernapasan untuk mengurangi rasa sakit ketika proses
melahirkan dipercayai memiliki kontrol yang lebih baik dalam menahan rasa sakit dibandingkan
yang tidak. Semakin tinggi self-efficacy dan kontrol maka semakin baik toleransi dalam
menghadapi situasi tidak nyaman (Manning & Wright, 1983 dalam Hall)
Self-efficacy juga berkaitan dalam mempertahankan perilaku sehat. Kebiasaan gaya hidup
menambah atau merusak. Hal ini memungkinkan seseorang untuk menggunakan perilaku tertentu
dalam menjaga hal penting dan menjaga kualitas kesehatannya. Efikasi mempengaruhi setiap tahap
dalam perubahan personal, baik seseorang mempertimbangkan untuk merubah perilaku sehat, atau
mendapatkan motivasi untuk melakukan hal tersebut.
- Kesehatan mental
Menurut penelitian siswa yang memandang dirinya lemah dalam sosial dan akademik lebih
mudah mengalami depresi. Hal ini juga berbanding lurus dengan penelitian yang dilakukan dengan
orang dewasa sebagai subjek.
- Coping stress
Penambahan self-efficacy dan kontrol diri secara positif berhubungan dengan kemampuan untuk
coping stress dan meminimalisir efek berbahaya. Studi menunjukkan bahwa self-efficacy yang
tinggi dapat membantu wanita untuk coping stess terhadap aborsi. Menurut penelitian imigran dari
Jerman Timur ke Jerman Barat setelah kejadian Berlin Wall menunjukkan bahwa mereka dengan
self-efficacy yang lebih tinggi lebih mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, terutama
segi ekonomi.
Televisi dan perilaku agresif
Penelitian mennnjukkan anak-anak lelaki yang sebelumnya tidak agresif menjadi lebih agresif
setelah menonton sebuah film yang banyak menunjukkan perilaku agresif. Penelitian lainnya juga
menunjukkan bahwa mereka yang berada di usia pertengahan 20 memiliki korelasi positif antara
jumlah tontonan agresif yang mereka tonton ketika usia 6-10 tahun dan perilaku agresif mereka
ketika dewasa, dengan kata lain kekerasan yang berada di televisi mengenai anak-anak dan
membuat mereka semakin agresif di usia dua puluhan.
Assessment in Walter’s Theory
Kontribusi utama teori kepribadian telah memusatkan perhatian pada sejauh mana faktor-
faktor situasional mengatur perilaku; orang membuat tanggapan yang mereka pikir akan mengarah
pada penguatan dalam situasi yang dihadapi; Orang tidak selalu konsisten dalam berperilaku; orang
vs situasi sebagai penentu perilaku
Teori Walter Mischel Kepribadian menyatakan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh
dua hal-atribut tertentu dari situasi tertentu dan cara di mana ia melihat situasi. Berbeda dengan
teori-teori kognitif sosial tradisional, Mischel berpendapat bahwa seseorang hanya berperilaku
dengan cara yang sama setiap kali suatu tindakan sangat mungkin untuk menghasilkan hasil yang
sama. Dia menekankan bahwa kita memiliki perbedaan individual, jadi nilai dan harapan kita harus
dipertimbangkan dalam memprediksi perilaku dan kepribadian seseorang.
Menurut Mischel, ada lima variabel orang yang berkontribusi terhadap kondisi situasi
tertentu. Mereka digunakan dalam memprediksi bagaimana seseorang kemungkinan besar
berperilaku.
1. Kompetensi - Kemampuan intelektual kita serta keterampilan sosial.
2. Strategi Kognitif - Persepsi yang berbeda dari peristiwa tertentu. Contohnya, Apa yang
mungkin "mengancam" bagi Anda mungkin "menantang" orang lain.
3. Harapan - Hasil yang diharapkan dari berbagai perilaku yang diwujudkan oleh orang dalam
pikirannya.
4. Nilai Subyektif - nilai masing-masing kemungkinan hasil dari berbagai perilaku.
5. Sistem pengaturan diri - kelompok aturan dan standar dimana orang beradaptasi untuk
mengatur tingkah lakunya.
H. ISSUE OF HUMAN NATURE
Albert Bandura

Posisi Bandura jelas mengenai isu kehendak bebas (free will) versus determinisme. Karena
manusia bisa mengatur perilakunya sendiri, bukan berarti dia bisa bebas melakukan apa saja
sekehendak hatinya. Bandura mendefinisikan kebebasan (freedom) sebagai sejumlah pilihan yang
tersedia dan kesempatan untuk melakukannya. Perilaku dikendalikan oleh orang melalui proses
kognitif, dan oleh lingkungan melalui situasi sosial eksternal. Bandura menyebut pandangan ini
determinisme timbal balik. Dia mencatat bahwa orang bukanlah "benda tak berdaya yang
dikendalikan oleh kekuatan lingkungan atau agen bebas yang bisa menjadi apapun yang mereka
pilih. Baik orang maupun kekuatan lingkungannya, merupakan determinasi timbal balik satu sama
lain. Dia kemudian memperkenalkan konsep timbal balik triadik, di mana terdapat tiga factor yaitu,
perilaku, proses kognitif, dan variabel lingkungan yang saling berinteraksi.
Meskipun perilaku kita dipengaruhi oleh kekuatan sosial dan lingkungan eksternal, kita
tidak akan menjadi seseorang yang tidak berdaya dengan peduli terhadap mereka. Reaksi kita
terhadap sttimuli adalah pengaktifan diri sesuai dengan ekspektasi kita yang dipelajari. Mengikuti
peraturan Bandura untuk pembelajaran observasional, kami mengamati dan menafsirkan efek
potensial dari tindakan kami dan menentukan perilaku mana yang sesuai untuk situasi tertentu.
Kami mengkodekan dan menggambarkan kejadian eksternal ini secara simbolis dan mengantisipasi
bahwa perilaku tertentu akan membawa respons tertentu. Dengan demikian, kita memilih dan
membentuk perilaku kita untuk mendapatkan penguatan dan menghindari hukuman.
Sudut pandang ini menerima kesadaran diri, penguatan diri, dan bentuk internal peraturan
perilaku lainnya. Penguatan tidak secara otomatis mengubah perilaku. Bila hal itu menimbulkan
perubahan, biasanya karena individu sadar akan apa yang diperkuat dan mengharapkan imbalan
yang sama untuk berperilaku seperti itu lagi. Beberapa tingkatan dari self direction berinteraksi
dengan kejadian masa lalu dan sekarang. Dengan demikian, kita dipengaruhi oleh kekuatan
eksternal dan membalikkan arah dan arah pengaruh tersebut. Gagasan arah perilaku diri mewakili
lingkungan. Bandura percaya bahwa individu menciptakan lingkungan mereka sendiri. Dia
menyarankan agar perilaku abnormal, yang ia anggap tidak lebih dari kebiasaan buruk, dapat
diubah dengan teknik modifikasi perilaku.Pada isu nature-nurture, Bandura mengemukakan kalau
sebagian besar perilaku adalah dipelajari dan faktor genetiknya hanya berperan kecil. Namun, ia
menyadari bahwa faktor keturunan seperti tipe tubuh, pematangan fisik, dan penampilan dapat
mempengaruhi orang untuk menerima, terutama di masa kanak-kanak. Pengalaman masa kecil itu
penting dalam teori Bandura. Pembelajaran masa kecil mungkin lebih tidak berarti daripada belajar
di masa dewasa. Standar kinerja internal kami, yang mempengaruhi keefektifan diri kami, terbentuk
di masa kanak-kanak, bersamaan dengan seperangkat perilaku ideal. Namun, pengalaman masa
kecil bisa jadi tidak terpelajar di akhir hayat, dan standar dan perilaku kinerja baru dapat diganti.
Walter Mischell
Menurut Mischell perilaku itu bergantung pada situasi, contohnya ada kalanya siswa yang
jujur malah menyontek saat ujian, padahal dia tidak pernah mencuri atau suka berbohong. Dalam
hal ini terlihat jelas bahwa free will memiliki peran lebih besar terhadap kepribadian seseorang
dibanding determinisme. Selain itu, Mischell juga setuju dengan Bandura yaitu kita tidak
memperhatikan stimulus yang ada dalam lingkungan kita, melainkan secara selektif mengkonstruksi
atau membangun dunia nyata versi diri kita sendiri. Mischell juga yakin bahwa manusia
menggunakan strategi regulasi diri untuk mengontrol perilaku mereka melalui tujuan yang
diberikan pada diri sendiri dan konsekuensi yang dibuat oleh diri sendiri. Hal ini berkaitan dengan
issue human nature optimism vs pessimism. Sehingga optimism lebih berperan dibanding
pessimism menurut Mischell. Sebagian besar orang memiliki konsistensi tertentu dalam perilaku
mereka, Walter terus menekanakan bahwa situasi memiliki efek yang sangat penting pada perilaku.
Sehingga, Walter menekankan bahwa bahwa ada keseimbangan (equillibrium) antara sebuah situasi
dengan perilaku yang akan dilakukan.
Perilaku disebabakan oleh sifat-sifat personal secara global saja, namun oleh persepsi orang
terhadap dirinya pada situasi tertentu. Menurut Mischel kedua disposisi itu adalah miliknya
tergantung kondisi dan situasinya. Pandangan kondisional ini yakin bahwa perilaku dibentuk oleh
disposisi pribadi dan proses kognitif-afektif tertentu. Jika teori sifat yakin disposisi global adalah
penentu utama perilaku, maka Mischel yakin kepercayaan, nilai, tujuan, kognisi dan perasaan
seseorang berinteraksi disposisi-disposisi itulah penentu utama perilaku. Hal ini berarti segala
tindakan atau perilaku yang di tunjukkan sesuai dengan kondisi yang terjadi. Ini berarti issue nature
lebih dominan dibanding natural atau alami. Mischel juga yakin kepercayaan, nilai, tujuan, kognisi
dan perasaan seseorang berinteraksi disposisi-disposisi itulah penentu utama perilaku dan ini
berkaitan dengan Uniqueness. Karena teori Mischell mengemukakan bahwa suatu perilaku
dipengaruhi oleh kondisi, maka dalam hal ini ada keseimbangan antara pengalaman masa lalu
dengan masa kini. Karena, suatu perilaku yang dilakukan bukan dipengaruhi oleh pengalaman akan
tetapi lebih kepada kondisi yang sedang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Hall, C. S, & Lindzey, G. 1985. introduction to Theories of Personality. John Wiley & Sons.
USA.

Schultz, D., & Schultz E. S. (1994). Theories of personality ed). California: Brooks/ Cole
Publishing Company.

Pervin, Lawrence. 2004. Psikologi Kepribadian. McGraw-Hill Company, Inc.

Anda mungkin juga menyukai