Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II C ( RABU, 26 SEPTEMBER 2018)

“DOLLARD & MILLER”

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok 2:
Sakinah Ihtisyam (17-129)
Dian Rotua (17-130)
Khairina Mahdiyati (17-131)
Sithi Amandha Yudhitia (17-132)
Selvi Safira (17-133)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
GANJIL 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Dollard & Miller” untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Kepribadian II dengan tepat waktu. Dengan Harapan semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami pun menyadari makalah


ini masih mempunyai banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat serta
pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, September 2018

Penyusun
A. HISTORY
1. John Dollard

John Dollard lahir di Menasha, Wisconsin, pada tahun 1900. Ia berkuliah


di Universitas Wisconsin dan mendapatkan gelar sarjananya pada tahun 1922.
Kemudian setelah lulus Dollard bertugas sebagai asisten presiden Universitas
Chicago selama beberapa tahun, di mana ia juga mendapatkan gelar magisternya
pada tahun 1930 beserta gelar Ph.D-nya dalam bidang sosiologi pada tahun 1931
di universitas yang sama.

Dollard menghabiskan tahun berikutnya di Jerman sebagai Dewan Riset


Ilmu Pengetahuan Sosial di bidang psikologi sosial. Ketika berada di sana, ia
belajar mengenai psikoanalisis bersama Hanns Sachs, salah satu pengikut Freud,
di Institut Berlin yang mana salah satu analis pelatihannya adalah Karen Horney.
Selanjutnya di Amerika Serikat, Dollard menjadi anggota Western New England
Psychoanalytic Society.

Saat kembali ke kampung halamannya, Dollard menerima posisi sebagai


staf bagian Institut Hubungan Manusia di Universitas New Yale, yaitu sebuah
lembaga interdisipliner yang didirikan untuk mempertemukan para peneliti yang
berasal dari bidang ilmu antropologi, sosiologi, psikologi, maupun psikiatri
(Miller, 1982, hal. 587). Lalu pada tahun 1933, ia menjadi profesor sosiologi di
institut tesebut.

Salah satu karyanya yang pertama dan paling dihormati dan juga sebagai
pelopor analisis terhadap budaya serta kepribadian, yakni Caste and Class in a
Southern Town (1937). Buku tersebut merupakan gambaran studi yang jelas
mengenai akar imobilitas sosial hitam di sebuah kota kecil di bagian Selatan,
yang dianggap sebagai usaha yang sangat berani yang dilarang di Georgia dan di
Afrika Selatan (Miller, 1982, hal. 587). Buku tersebut juga berpengaruh dalam
menghancurkan dinding-dinding di antara berbagai ilmu sosial.

Tak lama setibanya di Yale, Dollard bertemu Neal Miller yang kebetulan
sedang berkuliah untuk gelar Ph.D-nya di bawah bimbingan Clark Hull.
Kerjasama pertama mereka bersama dengan Leonard Doob, O. Hobart Mowrer,
dan Robert Scars juga menghasilkan monografi yang terkenal hingga sekarang,
yaitu Frustration and Aggression (1939) yang merupakan formulasi dasar bagi
yang berkembang, sampai taraf tertentu, dari penelitian Dollard pada tahun 1937.
Selanjutnya, Dollard dan Miller juga bekerja sama dalam menulis dua buku yang
berjudul Social Learning and Imitation (1941) serta Personality and
Psychotherapy (1950), hingga berlanjut pada kerja sama mereka dalam sejumlah
penelitian maupun proyek lainnya.

Menurut Miller, Dollard merupakan salah satu psikoterapis paling awal


yang merekam wawancara psikoterapeutik karena ia memiliki semacam
keberanian untuk menggunakan hasil wawancara yang tidak diperbaiki dari
kasus-kasusnya sendiri demi memberikan murid-muridnya ilustrasi yang konkret
mengenai proses terapeutik. Ia juga menyertakan beberapa materi tersebut ke
dalam sebuah buku yang ditulisnya bersama Frank Auld dan Alice White yang
berjudul, Steps in Psychotherapy (1953).

Sepanjang karier profesionalnya, pemikiran Dollard yang tak kunjung


hilang adalah integrasi dari ilmu-ilmu sosial. Kemampuannya untuk
mengintegrasikan beberapa macam disiplin ilmu yang berbeda-beda dalam
kehidupan maupun pekerjaannya terutama pada saat disiplin ilmu tersebut tidak
mau bekerja sama. Kontribusi Dollard telah ditanggung oleh Miller yang
menuliskan bahwa "bila mencoba menyatukan kontribusi dari antropologi
sosiologi, psikologi, dan psikoterapi tidak lagi tampak begitu baru, itu karena
Dollard dan para pelopor lainnya memiliki keberanian dan keuletan dalam
menerobos hambatan tradisional'' (1982, hal. 588).

2. Neal Elgar Miller

Neal Miller lahir di Milwaukee, Wisconsin, pada tahun 1909 dan besar di
Bellingham, Washington. Ayahnya juga merupakan seorang psikolog yang
menjabat sebagai kepala Departemen Pendidikan dan Psikologi di Western
Washington State Teachers College. Setelah menerima gelar sarjana pada tahun
1931 di Universitas Washington, Neal Miller berkuliah untuk gelar MA-nya pada
tahun 1932 di Universitas Stanford University di bawah bimbingan Lewis M.
Terman, penulis tes IQ Stanford-Binet. Kemudian Miller berkuliah untuk gelar
Ph.D-nya pada tahun 1935 di Universitas Yale, di bawah bimbingan Clark L.
Hull. Pada saat itu juga ia bertugas sebagai asisten psikologi di Institute of
Human Relations. Pada waktu itulah ia bertemu dengan John Dollard dan
memulai tuganya sebagai asisten Dollard.

Pada tahun 1935, Miller melakukan perjalanan ke Eropa dalam sebuah


perkumpulan Dewan Riset Ilmu Sosial. Ketika di Wina, ia menjalani bidang
psikoanalisis yang ketat dengan Heinz Hartmann di Institut Psikoanalisis Wina
selama delapan bulan. Saat sudah kembali pada tahun 1936, Miller bergabung di
fakultas Hubungan Manusia di Institut Yale. Pada tahun 1966, Miller menerima
tawaran untuk mendirikan laboraturium psikologi fisiologis di Universitas
Rockefeller. Saat ini, Miller adalah pensiunan profesor Universitas Rockefeller,
tetapi ia masih berusaha produktif dalam menulis dan melakukan penelitian.
Miller dan istrinya tinggal di New York beserta kedua anaknya, Sara dan York.

Miller telah bekerja sebagai konsultan pada lembaga-lembaga


pemerintahan maupun institusi pribadi, termasuk Dewan Penelitian Nasional,
Lembaga Kesehatan Mental Nasional, dan Lembaga Penelitian Amerika. Selama
Perang Dunia II, Miller bertugas di Angkatan Udara dan menjadi pengawas di
Kantor Asisten Sekretaris Pertahanan, Pusat Pelatihan Penelitian, dan
Departemen Penelitian Sumber Daya Manusia.

Miller telah banyak dianugerahi baik di dalam maupun di luar profesinya.


Pada tahun 1954, ia menerima Medali Howard Crosby Warren dari Society of
Experimental Psychology. The American Association for the Advancement of
Science juga memberi Miller (dan James Okls) Newcomb Cleveland Prize pada
tahun 1957. Kemudian pada tahun 1959, Miller menerima Distinguished
Scientific Contribution dari APA. Dan di tahun 1965, ia menerima President's
Medal of Science, yaitu sesuatu yang jarang di antara para ilmuwan
behaviouristik.

Neal Miller juga telah menjabat sebagai presiden Eastern Psychological


Association (1952-1953) dan American Psychological Association (1960-1961).
Pada APA's 87th Annual Meeting tahun 1979, Miller mengundang seorang
perwakilan dari Cina dan ia memimpin delegasi resmi psikolog Amerika yang
pertama ke Cina. Atas undangan dari Chinese Academy of Sciences Institute of
Psychology, lima anggota delegasi mengunjungi Beijing, Universitas Shanghai
serta sekolah dan lembaga lainnya. Penelitian Miller yang terkini lebih
menekankan biofeedback dan behavioural medicine. Khususnya, ia tertarik
mengenai stres dan pembelajaran viseral.

B. STRUCTURE OF PERSONALITY

Habit atau kebiasaan adalah satu-satunya elemen dalam teori Miller dan
Dollard yang memiliki karakteristik struktural. Habit (kebiasaan), yang hanya
merupakan penghubung atau asosiasi antara stimulus dan respons, mewakili apa yang
relatif stabil dan bertahan dalam kepribadian. Namun, habit (kebiasaan) seseorang
bergantung pada peristiwa unik yang dia alami. Selain itu, konfigurasi kebiasaan
hanya sementara: kebiasaan hari ini dapat berubah sebagai hasil dari pengalaman
besok. Drive primer koneksi S - R bawaan juga berkontribusi terhadap struktur
kepribadian. Fenomena yang terakhir ini, bagaimanapun, umumnya kurang signifikan
daripada kebiasaan dan dorongan sekunder, karena mereka hanya mendefinisikan
kesamaan orang, bukan apa yang membuat seseorang unik.
C. DYNAMICS OF PERSONALITY

Miller dan Dollard lebih mengkonsenterasikan yang berkaitan dengan


motivasi, atau drive. Dollard dan Miller menyebutkan bahwa tidak hanya primary
drive yang digantikan oleh secondary drive, melainkan primary rewards juga
digantikan oleh secondary reward. Contohnya: senyuman orang tua sering dikaitkan
dengan aktivitas yang menyenangkan dan memberikan kenyamanan, menjadi
secondary reward yang kuat bagi seorang anak tersebut.

D. DEVELOPMENT OF PERSONALITY

Miller dan Dollard adalah tokoh dari teori kepribadian yang menemukan
proses transformasi dari bayi yang sederhana sampai masa dewasa yang kompleks,
yang merupakan hal yang penting dari masalah isu perkembangan. Pada bagian ini,
kita akan melihat bagaimana prinsip-prinsip teori pembelajaran formal psikoanalitik
datang bersamaan untuk menghasilkan teori perkembangan normal. Kemudian, kita
akan melihat bagaimana proses dasar yang sama, dapat membawa perkembangan
kepribadian neurotik.
1. Innate Equipment: Simple Respons and Primary Drive
Bayi memiliki sejumlah kecil refleks tertentu, yang sebagian besar
merupakan tanggapan khas terhadap rangsangan ataupun kelas rangsangan
tertentu. Misalnya jika kita menyentuh pipi bayi maka biasanya bayi akan
mengubah kepalanya kearah pipi tersebut, tanggapan ini disebut rooting refleks.
Bayi juga memiliki sejumlah hirarki respon bawaan, atau kecenderungan
tertentu untuk tanggapan muncul secara khusus stimulus situasi sebelum respon
tertentu lainnya. Contohnya, bayi cenderung mencoba untuk melarikan diri dari
stimulus yang tidak menyenangkan sebelum ia menangis.
Akhirnya, bayi memiliki seperangkat dorongan primer, atau rangsangan
internal yang kuat dan gigih, yang biasanya berkaitan dengan proses psikologis.
Dorongan ini misalnya, lapar, haus, dan rasa sakit memotivasi organism untuk
bertindak akan tetapi tidak menentukan apa tindakan yang spesifik yang akan ia
tampilkan

2. A Model for Development: Secondary Drive and The Learning Process


Percobaan ini (berpola setelah studi perintis seperti Miller, 1948 dan
Brown dan Jacobs, 1949) digambarkan akuisisi respon rasa takut melalui
pengkondisian klasik dan belajar berperan berikutnya dari respon perilaku
tertentu, seperti rintangan melompat atau menekan tuas, mediasi ketakutan dalam
belajar berkendara. Selain menggambarkan bagaimana drive sekunder, percobaan
kami menunjukkan operasi dari empat komponen penting dari proses
pembelajaran oleh Miller dan Dollard: drive, cue, respon, dan penguatan
(reward).

3. Classical Conditioning of a Fear Respons


Pada pengkondisian klasik tikus belajar untuk takut dengan bel. Tikus
diberikan bel stimulus netral yang dipasangkan dengan unconditioned stimulus
(UCS) dari kejutan, setelah itu tikus memunculkan perilaku yang khas atau
unconditioned response (UCR), setelah stimulus netral terus dipasangkan dengan
UCS beberapa kali, dan UCR terus muncul pada tikus, maka stimulus netral yaitu
bel menjadi conditioned stimulus (CS) dan respon takut tikus atau UCR menjadi
conditioned response (CR).
LEARNING OF EXTINCTION OF INSTRUMENTAL BEHAVIOR
Tikus-tikus dalam eksperimen yang dilakukan Dollard dan Miller belajar
banyak hal daripada hanya sekedar reaksi ketakutan. Tikus-tikus tersebut belajar
untuk melompati sekat secepat mungkin setelah mendengar bunyi bel (buzzer) dan
mereka juga belajar untuk menekan tuas (lever) dengan tujuan mengakhiri bunyi bel
ketika melompati sekat tidak lagi berguna untuk menghentikan bunyi bel. Dua respon
tersebut, melompati sekat dan menekan tuas adalah contoh dari instrumental learning
(Skinner menyebutnya dengan “operant conditioning”) karena respon tersebut adalah
instrumental dalam menghasilkan reinforcing event, itulah penghentian dari
percobaan buzzer-shock.
Mengingat kembali, di awal penyajian eksperimen buzzer-shock, tikus-tikus
mencicit dan gemetar.Mengapa awalnya mereka tidak merespon?Mengapa mereka
hanya melopati sekat? Karena hanya hal terakhir yang akan diikuti oleh reinforcement
(penguatan). Walaupun terdapat pengecualian, kejadian yang menurunkan atau
mengeliminasikan stimulus rangsangan (drive stimuli) biasanya meningatkan
kemungkinan adanya respon yang secara berkala mendampingi mulai muncul; seperti
kejadian yang disebut reinforcers.

Drive Drive (dorongan) adalah sebuah stimulus yang kuat yang mendorong
terjadinya sebuah tindakan namun tidak menentukan bentuk tindakannya. Contoh
pada eksperimen diatas ialah, drive dari rsa sakit mendorong tikus untuk melakukan
sesuatu, namun tidak jelas apa sesuatu yang harus dilakukan itu.
Kekuatan dari drive tergantung pada intensitas dari stimulus yang
membangkitkannya. Semakin kuat drive, semakin kuat atau gigih perilaku yang yang
dihasilkannya. Bayangan pada eksperimen diatas, jika kejutan listrik yang diberikan
pada tikus lemah maka upayanya untuk melarikan tidak terlaku kuat, sebaliknya jika
kita menggunakan kejutan listrik yang kuat, aktivitas tikus akan menjadi dahsyat.
Secondary drive atau drive yang dipelajari diperoleh berdasarkan primary
drive; rasa takut (secondary) dibangun diatas driverasa sakit (primary). Setelah
secondary drive dimiliki, hal tersebut akan memotivasi untuk mempelajari respon
baru seperti fungsi dari primary drive. Kekuataan dari secondary drive ini tergantung
kepada kekuatan dari primary drive dan reinforcement yang didapatkan.Pada
eksperimen di atas, jika peneliti menggunakan kejutan listrik yang lemah dan
percobaan dengan jumlah yang kecil, tikus kemungkinan menghasilkan ketakutan
yang kecil terhadap bunyi bel daripada jika peneliti menggunakan kejutan listrik yang
kuat dan dengan jumlah percobaan yang banyak.

Cue Cue (isyarat) adalah stimulus yang menentukan sifat dari respon. Cue
adalah petunjuk yang ada pada stimulus sepanjang pemahaman subjektif individu.
Perilaku tikus melompati sekat adalah respon terhadap beberapa cues. Pertama, tikus
dikondisikan untuk merespon bunyi bel sebagai kejutan listrik, bunyi bel
diakuisisikan sebagai cue.Selanjutnya, suara bel menjadi cue untuk tikus melompati
sekat.Setelah tikus faham bahwa tuas dapat dijadikan alat penghilang rasa sakit, maka
tuas menjadi cue untuk ditekan ketika ada bahaya. Jenis dan kekuatan cue bervariasi,
dan variasi itu menentukan bagaimana reaksi terhadapnya.

Response Response adalah aktivitas yang dilakukan organisme. Menurutu


Dollard dan Miller, sebelum respon dapat dikaitkan dengan stimulus, respon harus
trjadi lebih dulu. Contohnya, seorang anak tidak dapat mulai belajar untuk membaca
kata sampai dia benar-benar mencoba membaca.Dalam situasi tertentu, suatu stimulus
menimbulkan beberapa respon tertentu, urutan asli dari respon tersebut disebut initial
hierarchy of response. Belajar (learned) akan menghilangkan beberapa respon yang
tidak perlu yang mengarah kepada resultant hierarchy yang lebih efektif dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.

Reinforcement Agar belajar terjadi, Dollar dan Miller mengatakan bahwa


harus ada reinforcement (hadiah) yang muncul dan reinforcement paling baik
didefinisikan sebagai penurunan dorongan (drive reduction).

Extinction Extinction adalah hilangnya beberapa respon ketika respon tidak


lagi diperkuat atau (reinforced). Tugas yang nyata dari extinction adalah untuk
mengeliminasi respon yang gagal sehingga respon lainnya dapat muncul.Pada
eksperimen di atas, respon melompati sekat tidak padam walaupun mendapat
penguatan (reinforcement) berupa berhentinya pemberian kejutan listrik. Hal tersebut
hanya ketika melompati sekat sudah tidak berhasil dalam mengurangi learned drive
pada ketakutan yang merespon extincuish dan tikus akan mempelajari respon yang
baru.
Dollard dan Miller membandingkan tikus yang terus takut terhadap bahaya
dengan manusia yang cemas. Jika kita dapat melihat proses initial learning, tidak ada
yang misterius mengenai ketakutan dan upaya untuk melarikan diri; jika kita dapat
melihat apa yang menyebabkan kecemasan orang neurotik, kita dapat mengerti
tentang perilakunya.
Salah satu metode untuk mengeliminasi respon yang gigih disebut dengan
counterconditioning: respon yang kuat yang cocok dengan respon pertama yang
terkondisis dengan stimulus awal.

Generalization Dollar dan Miller berpendapat ada dua tipe interaksi individu
dengan lingkungannya.Pertama, interaksi yang umumnya memiliki respon yang
dampaknya sesegera mungkin muncul (immediate effect) terhadap lingkungan dan
dituntun oleh cue atau situasi tunggal.Kedua, respon menghasilkan isyarat (cue-
producingresponse) yang memiliki fungsi utama untuk memberikan jalan agar
generalization atau discrimintaion dapat terjadi.
4. Higher Mental Process

Menurut Dollard dan Miller, ada dua jenis interaksi seseorang dengan
lingkungan. Tipe pertama dari interaksi umum memiliki efek pada lingkungan dan
dikendalikan oleh sebuah cue atau cue situation. Tipe kedua melibatkan cue-
producing responses yang mengarah kepada respon yang lain. Cue-producing
responses biasanya diperantarai oleh beberapa rangkaian kejdian internal yang
disebut dengan ”train of thought” seperti mengingat sesuatu yang dibutuhkan,
berpikir bahwa kita membawa cukup uang, dan memutuskan akan pergi ke toko
apa.

Dollar dan Miller mengatakan “Langage is the human example par


excellence of a cue-producing response,”. Bahasa dalam berbicara, pikiran, kata-
kata yang tertulis, dan sikap semua menjadi cue-producing response. Dua fungsi
paling penting dari dari cue-producing response adalah generalization dan
discrimination. Dengan melabel dua tau lebih kejadian pada waktu yang sama,
kita meningkatkan generalizaton diantara situasi cue.

Distinction (perbedaan) yang dibutuhkan diantara stimulus juga dapat


diciptaka. Faktor sosiokultural secara umum menjelaskan jenis distinction apa
yang orang dapat cptakan. Dollard dan Miller membuat penekanan yang besar
mengenai peran bahasa pada motivasi (motivation), penghargaan (reward), dan
tinjauan masa depan (foresight). Kata-kata dapat dijadikan sebagai mekanisme
ikatan-waktu (time-binding mechanism): orang dapat memperkuat (reinforces)
perilaku dimasa kini dengan mejelaskan konsekuensi di masa depan secara verbal.

Reasoning, pada dasaranya dalah proses penggantian secra internal, cue-


producing response untuk tindakan yang jelas, hal ini lebih efisien untuk melawan
masalah dari pada melakukan tindakan trial and error. Reasoning mempersingkat
proses untuk memilih sebuah tindakan dengan memungkinkan kita untuk tes
alternatif tanpa benar-benar mencoba mengeluarkan mereka

5. The Social Context

Kemampuan untuk memakai bahasa dan respon isyarat sangat dipengaruhi


oleh konteks sosial tergantung pada tempat dimana orang itu berkembang.
Sebagian besar interaksi anak dengan lingkungannya berhubungan dengan
bagaimana menghasilkan simbol komunikasi verbal (verbal cues), serta
bagaimana memahami simbol verbal yang dibuat oleh orang lain. Bahasa adalah
produk sosial, dan kalau proses bahasa itu penting, lingkungan sosial pasti juga
penting dalam perkembangan kepribadian.

Miller dan Dollard menekankan mengenai saling ketergantungan antara


tingkah laku dengan lingkungan sosiokultural. Ia menunjukan bagaimana psikolog
memberikan prinsip beljar yang membantu ilmuwan sosial memperhitungkan
kejadian kultural yang penting secara sitematik dan juga bagaimana ilmuwan
sosial membantu teori belajar, menyesuaikan prinsip belajar dengan pengalaman
manusia yang real pada kondisi belajar. Bagi Miller dan Dollard, prinsip-prinsip
belajarnya dapat diterapkan lintas budaya. Meraka yakin bahwa perilaku
seseorang dapat dipengaruhi oleh masyarakat.

6. Critical Training Situation


Dollard dan Miller mempertimbangkan 12 tahun pertama kehidupan
sangat penting dalam menentukan perilaku orang dewasa. Anak yang lebih tua
dan orang dewasa memiliki cara untuk keluar dari situasi yang sangat frustasi.
Bayi belum belajar untuk berharap dan menghibur dirinya sendiri; belum belajar
untuk berpikir dan merencanakan dan dengan demikian untuk menghilangkan
frustasi dengan membangun masa depan.
Dollard dan Miller mengidentifikasi empat yang mudah menghasilkan
konflik dan gangguan emosional: situasi makan pada masa bayi, toilet training
atau kebersihan, pelatihan seks dini; dan latihan dalam mengatur kemarahan dan
agresi.
Kelaparan melibatkan beberapa drive yang kuat pertama rangsangan
pengalaman bayi. Menurut dollard dan miller, penanganan bayi rangsangan ini
menyediakan model untuk cara orang dewasa akan menangani pengurangan drive
lain di kemudian hari. Dollard dan Miller percaya bahwa situasi feeding signifikan
mempengaruhi hubungan interpersonal masa depan. Jika dalam pengalaman
pertama ini keintiman anak kurang memuaskan drive, ia akan mengasosiasikan
senang dengan ibunya (atau ayah atau orang lainnya). Dan generalisasinya,
kesenangan akan datang untuk dihubungkan dengan orang lain juga. Tetapi jika
makan disertai dengan kemarahan dan rasa sakit, anak dapat belajar untuk
menghindari interaksi sosial.
7. Unconsciousness Process
Dollard dan Miller membagi isi-isi ketidaksadaran menjadi dua. Pertama
ketidaksadaran berisi hal yang tidak disadari, seperti stimuli, drive dan respon
yang dipelajari bayi sebelum bisa berbicara sehingga tidak memiliki label verbal.
Juga apa yang dipelajari secara nonverbal, dan detil dari berbagai keterampilan
motorik. Ketidaksadaran yang kedua, berisi apa yang pernah disadari tetapi tidak
bertahan dan menjadi disadari karena adanya repression. Kita belajar untuk
repress, atau untuk menghindari pikiran tertentu, seperti respon lainnya yang kita
pelajari. Karena "tidak berpikir" hal-hal yang menakut-nakuti kita akan berkurang,
yang dinamakan reinforcement. Represi dapat menjadi bagian standar dari
repertoire kita.
Kecenderungan untuk represi dimulai sejak kanak-kanak. Anak-anak
sering dihukum yang menyebabkan seorang anak untuk menggeneralisasi dari
tindakan dihukum untuk memikirkan tindakan dan dengan demikian untuk
menekan pikiran itu. Untungnya, manusia belajar membedakan serta untuk
menggeneralisasi: seorang anak juga dapat belajar bahwa itu adalah hak untuk
berpikir tentang hal-hal tertentu meskipun tidak semua hak untuk melakukannya.
8. A Model of Conflict
Salah satu formulasi terbaik Dollard dan Miller adalah model perilaku
konflik mereka. Tidak seorang pun dapat menghindari berbagai motif dan
kecederungan, dan konflik yang sering mendasari kesengsaraan dan gejala
neurotic seseorang. Menurut Dollard dan Miller, konflik semacam itu mencegah
orang membuat respon yang biasanya akan mengurangi drive yang tinggi.
Pemeriksaan model para peneliti ini akan membantu kita memahami dinamika
konflik baik dalam perilaku normal maupun perilaku neurotic.

Dollard dan Miller (Dollard and Miller, 1950; Miller, 1994, Miller 1951)
membuat lima asumsi dasar tentang perilaku konflik. Pertama kecenderungan
seeorang untuk mendekati tujuan positif menjadi semakin kuat semakin dekat
orang tersebut mencapai tujuan tersebut. Kecenderungan ini disebut dengan
gradient of approach. Kedua, kecenderungan menghindari dari stimulus negative
semakin kuat ketika orang semakin dekat dengan stimulus negative tersebut yang
disebut dengan gradient of avoidance.

Dua asumsi pertama ini berasal dari dua dan lebih banyak prinsip-prinsip
dasar :menurut gradien penguatan, efek langsung dari hadiah dan hukuman lebih
besar daripada yang tertunda, semakin cepat efeknya. Dan menurut prinsip
generalisasi stimulus, pembuatan respons terhadap stimulus tertentu adalah fungsi
dari tingkat kesamaan antara stimulus itu dan yang asli atau mirip;semakin mirip
rangsangan, semakin besar pula respponnya. Karena rangsangan di sekitar tujuan
lebih mungkin memiliki kesamaan semacam itudaripada rangsangan di kejauhan
dan bahwa pendekatan atau kecenderungan penghindaran akan lebih kuat ketika
semakin mendekati tujuan.

Asumsi ketiga, peningkatan gradient of avoidance lebih besar dari gradient


of approach. Asumsi keempat menyatakan bahwa pendekatan dalam drive yang
terkait baik approach atau avoidance akan meningkatkan tingkat gradient.
Artinya, peningkatan motivasi, akan menyebabkan pendekatan atau
kecenderungan penghindaran menjadi lebih kuat pada jarak yang diberikan dari
tujuan.

Menurut asumsi kelima dari Dollard dan Milelr, ketika dua respon
bersaing, maka yang lebih kuat yang akan terjadi. Misalnya, ketika ada persaingan
antara kecenderungan untuk mendekati dan kecenderungan untuk menghindar, itu
adalah hasil bersih dari jarak subyek dari setiap tujuan dan kecuraman setiap
gradien yang menentukan : respons yang mana yang akan terjadi.

Atas dasar kelima asumsi ini, Dollard dan Miller memprediksi cara orang-
orang menghadapi berbagai jenis konflik yang akan merespons. Jenis konflik yang
paling umum adalah yang diciptakan oleh kemunculan stimulant pendekatan dan
penghindaran tendensi terhadap objek atau situasi yang sama. Resolusi dari
konflik semacam itu tergantungpada apakah kekuatan satu atau kecenderungan
lain dapat diubah dan apa sebenarnya gerakan yang dilakukan orang tersebut.
Dollard dan Miller membagi konflik kedalam tiga bentuk :

 Approach –Avoidance Conflict


Ketika individu yang dihadapkan pada pilihan nilai yang positif dan
negative pada suatu situasi.
 Avoidance-Avoidance Conflicts
Ketika individu dihadapkan pada dua pilihan yang kedua pilihan tersebut
adalah sama sama bernilai negative.
 Approach-Approach
Ketika individu dihadapkan pada pilihan yang kedua pilihan tersebut
adalah sama-sama bernilai positif.
E. PSYCHOPATOLOGY

Inti dari setiap nerosis adalah konflik bawah sadar yang kuat yang hampir
selalu berasal dari masa kanak-kanak. Seringkali selama salah satu dari empat situasi
pelatihan krisis, anak-anak mengembangkan kecemasan atau rasa bersalah yang kuat
tentang ekspresi kebutuhan dasar, yang membentuk konflik yang berlanjut hingga
dewasa.

1. Psychotherapy
Meskipun ada beberapa perbedaan termonologis, Dollard dan Miller
mengajukan kondisi terapi yang konvensional dan procedural, yaitu terapis yang
mendorong pasien untuk dapat dengan bebas mengekspresikan perasaan-perasaan
mereka. Terapis mencoba untuk membantu pasien memahami perasaan mereka
dan bagaimana perasaan itu berkembang. Kontribusi Dollard dan Miller yang
paling berpengaruh adalah teori analisa pembelajaran mengenai apa yang muncul
dalam psikoterapi tradisional. Individu yang membutuhkan terapi, Dollard dan
Miller beranggapan bahwakecemasan dan rasa bersalah tidak dapat dihilangkan
karena individu telah mengembangkan teknik untuk menghindari apapun yang
membangkitkan emosi. Contohnya adalah Ibu A menghindari rasa cemas dengan
cara menghitung detak jantungnya dan lain-lain.
Terapi mencoba untuk mengatur kondisi yang dapat mengarahkan pada
hilangnya emosi yang menimbulkan masalah. Individu didorong untuk
mengekspresikan pikiran dan emosi yang terlarang dan untuk mengalami rasa
takut dan rasa bersalah yang mereka bangkitkan. Dalam situasi terapi,
konsekuensi yang ditakuti tidak terjadi.. Mula-mula pasien cenderung hanya
membicarakan masalah yang cukup menyedihkan. Contohnya tadi, walaupun Ibu
A secara konsisten mendorong untuk mengatakan apa pun yang terlintas dalam
pikirannya, untuk waktu yang lama ia menghindari topic yang bersumber dari
permasalahan fundamentalnya.
Karena kecemasan dan rasa bersalah yang terkait dengan masalah-masalah
ini memudar, efek kepunahan menggeneralisasikan ke lainnya, masalah yang
lebih mengganggu, membuatnya lebih mudah bagi orang untuk menghadapi
mereka. Jadi setelah menceritakan luka kecil di masa kanak-kanak, tanpa
dikecam oleh terapisnya, Ibu A mampu melepaskan rayuan oleh saudara
angkatnya.
F. ASSESSMENT

Untuk mengilustrasikan penelitian mereka, maka akan dibagi menjadi dua tipe
investigasi, yaitu : (1) mendalami konsep psikoanalisa dari displacement, dan
menghubungkannya ke fenomena dari generalisasi stimulus. (2) mendalami dasar
psikologi belajarnya Miller.

1. Studies of Displacement
Displacement adalah mengarahkan dorongan-dorongan yang tidak sesuai
pada sejumlah orang atau objek eksternal sehingga dorongan aslinya tersembunyi.
Displacement dapat digunakan sebagai pertahanan diri: seseorang bisa saja takut
untuk mengekspresikan kemarahannya, lalu menahan dan menekan emosi
tersebut, setelah itu mengekspresikan kemarahan itu di situasi yang berbeda.

2. Autonomic Nervous System Learning


Eksperimen Dollard dan Miller menunjukkan bahwa binatang dan manusia
pada tahap tertentu dapat belajar mengontrol autonomic nervous system (ANS);
mereka dapat belajar mempercepat dan memperlambat denyut jantung atau
kontraksi ususnya. Ini memberi peluang instrumental conditioning untuk dipakai
mengobati gangguan fisik seperti denyut jantungnya dan tekanan darah.
Fenomena ini mengembangkan ranah biofeedback dalam hal penanganan masalah
gangguan fisik.

2.7 Issue of Human Nature

Free will Determinism

Nature Nurture

Past experiences Present experiences

Uniqueness Universality

Equilibrium Growth

Optimism Pessimism

free

1. Free Will < Determinism


Habit dipengaruhi dan terikat pada motivasi dan dorongan.
2. Nature < Nurture
Dollard dan Miller berfokus pada pembelajaran stimulus dari luar atau lingkungan.
3. Past Experience < Present Experience
Dollard dan Miller percaya bahwa perilaku manusia bisa berupah, dapat dilihat
melalui kepercayaan mereka tentang classical conditioning.
4. Uniqueness < Universality
Mereka percaya bahwa primer maupun secondary drive ada pada setiap manusia
5. Optimism > pesimism
Mereka percaya semua orang dapat berubah ketika kita percaya kita bisa meski sulit.

KESIMPULAN

Dalam sistem Dollard dan Miller, aspek kepribadian yang relatif abadi termasuk kebiasaan
dan dorongan sekunder. Dorongan sekunder merupakan komponen penting dalam motivasi
manusia. Pengoperasian drive primer jarang terlihat di masyarakat modern barat. Kebanyakan
perilaku mencerminkan operasi dari dorongan yang diperoleh seperti kecemasan, rasa malu
dan keinginan untuk memiliki kesenagan.
DAFTAR PUSTAKA

Hall, Calvin., dkk. (1995). Introduction of Theories of Personality. USA; John


Willey & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai