Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS FILM MIRACLE WORKER (HELLEN KELLER)

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Ibu Harwanti Noviandari, M.Psi.

Disusun Oleh :

Dhyanita Octaviani (228620100521)


Aisyah Ayu Dianingsih (228620100611)
Tiara Fitri Handriani (228620100641)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

November 2022
1.1 Sipnosis Film

Film ini diangkat dari kisah hidup seorang aktivis Hak Asasi Manusia asal Amerika Serikat
yang bernama Hellen Keller.Pada saat ia berusia 19 bulan,ia sempat mengalami penyakit yang
kemungkinan adalah Rubella atau Demam Scarlet.Penyakit itu membuatnya menjadi Buta,Tuli
dan bisu sehingga Hellen sulit berkomunikasi dan mudah murah sehingga sulit untuk
mengajarinya.

Ayah Hellen (Arthur Keller) awalnya mengusulkan untuk membawa Hellen ke Rumah Sakit
Jiwa,namun hal iitu di tolak oleh istrinya (Kate Keller).Akhirnya Arthur memutuskan untuk
memanggil seorang guru untuk mengajari Hellen,dan terpilihlan Mrs.Anne Sullivan yang
dinilai sangat cocok untuk mengatasi Hellen dengan keterbatasannya.

Saat Mrs.Anne datang ke kediaman Hellen.Dibanding mendapat sambutan yang baik,ia


malah mendapat sambutan yang kurang mengenakkan sebab Hellen malah menganggapnya
sebagai ancaman,dan melempar semua barang barang Mrs.Anne.Mrs.Anne masih
menyikapinya dengan sabar dibanding marah atau membalas perbuatan Hellen.

Diawal orang tua Hellen sempat ragu dengan cara mengajar Mrs.Anne setelah melihat
Hellen yang terus kabur dari hadapannya,bahkan Hellen pernah mengunci Mrs.Anne di
kamarnya.Saat sarapan pagi bersama,Hellen makan menggunakan tangan dan mengambil
makanan dari piring ayah,ibu dan kakak tirinya (James Keller) .Orang tua Hellen menganggap
itu sudah menjadi hal yang wajar,namun bagi Mrs Anne itu adalah pola asuh yang buruk untuk
Hellen sehingga Mrs Anne memberi pelajaran kedisiplinan sebagai pelajara pertama untuk
Hellen.

Proses pembelajaran memang tidak berjalan dengan mudah sebab perilaku Hellen yang sulit
diatur,namun dengan susah payah Mrs.Anne berhasil membuat Hellen makan dari piring dan
melipat serbetnya sendiri.Namun sayangnya kemajuan ini tidak terlalu diapresiasi oleh keluarga
Keller,Mrs.Ann hampir diberhentikan dari pekerjaannya karna mereka menilai pengajarannya
membuat Hellen tertekan.Setelah diskusi yang alot keluarga Keller akhirnya mengizinkan
Mrs.Anne mengajar dengan caranya sendiri.Suatu malam.Mrs Anne melihat sebuah rumah tua
di dekat perkebunan yang lokasinya tidak jauh dari rumah Hellen,Ia pun memiliki ide untuk
mengajari Hellen ditempat itu,Tentu hal itu sempat ditentang kembali oleh orang tua
Hellen,tapi akhirnya keduanya mengalah dan memberikan Mrs.Anne waktu 2 minggu untuk
rencananya tersebut.

Awalnya Hellen sempat merasa takut dan berusaha menjauh dari Mrs.Anne,namun
perlaharan Mrs.Anne membantu Hellen beradaptasi dengan lingkungan baru juga mengajari
Hellen kosa kata baru dari benda yang ia temui disekitarnya.Tujuan Mrs.Anne sebenarnya tak
hanya melatih Hellen dalam hal berkomunikasi,namun juga dalam berperilaku yang baik
mengingat Hellen mempunyai emosi yang sulit dikendalikan.Dua minggu berlalu dengan
cepat,Hellen sedikit demi sedikit mulai mampu menggunakan isyarat tangan yang diajarkan
Mrs.Anne.Pada saat hari terakhir mereka di rumah tua itu,Mrs Anne sempat meminta tambahan
waktu untuk bersama Hellen,namun ditolak ibu Hellen.Mrs Anne khawatir jika kebiasaan lama
Hellen akan muncul kembali.

Esoknya pada saat makan siang bersama,Hellen melupakan adab makan yang sudah
Mrs.Anne ajarkan dan kembali makan dengan tangan dan enggan melipat serbetnya.Mrs.Anne
kembali bersikeras meminta tambahan waktu mengajari Hellen agar apa yang ia ia ajarkan pada
gadis itu tidak sia sia, dan lagi lagi ia mendapat pertentangan dari keluarga Hellen.

Namun Mrs. Anne tidak menyerah, ia kembali berusaha untuk mengajari Helen agar dapat
menerima ajaran-ajaran yang telah ia berikan pada Helen. Hingga pada akhirnya Helen dapat
memahami semua ajaran yang diberikan Mrs. Anne dan dapat menunjukkannya pada orang
disekitarnya bahwa ia telah berhasil mengalami perubahan menjadi lebih baik.

1.2 PENERAPAN TEORI

Pada film The Miracle Worker terdapat teori Behavioristik yang dapat dilihat dari perubahan
Hellen Keller yang di tandai dengan adanya srimulus dan respon. Menurut teori ini yang
terpenting adalah input yang berupa stimulus dan output berupa respon. Di dalam film ini
Helen Keller dalam memahami kata-kata atau nama-nama dengan benda yang di pegang atau
diraba mempunyai hubungan. Dan Anne Sullivan juga mengajarkannya secara berulang-ulang.
Dengan hal tersebut Helen Keller mendapatkan stimulus secara berulang dan akan terjadi
kebiasaan. Maka Helen akan merespon bentuk responya dengan melakukan apa yang telah di
ajarkan oleh Anne Sullivan selaku orang yang mengajari Helen.

1.

Pada bagian ini Hellen menusuk tangan Mrs.Anne Sullivan dengan pena nya sampai
terluka.Kate yang melihat itu langsung menarik sang putri yang sedikit memberontak menjauh
dari Mrs.Anne,lalu ia memberikan permen pada Hellen dengan maksud membuatnya tenang.Hal
itu lantas menimbulkan pertanyaan pada Mrs.Anne,ia bertanya pada Kate,ibu Hellen “Kenapa
dia mendapat hadiah setelah menusukku?”

Dalam Teori Ivan Pavlov classical conditioning theory adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi
(response).Setiap Helen marah dan mengamuk orang tuanya akan memberikan Hellen sebuah
permen sehingga ia merasa tenang selama beberapa saat,akhirnya Hellen pun terbiasa dengan
keadaannya tersebut sehingga ia menjadi anak yang manja juga sangat pemarah.
2.

Anne
Sullivan
meyakinkan
kedua orang tua
Helen bahwa
bahasa
adalah kunci
untuk bisa
sedikit merubah pikiran Helen, sehingga Anne Sullivan mulai mengajarkan Helen mengeja
nama-nama benda menggunakan jari-jarinya yang di tempelkan ke telapak tangan Helen. Anne
Sullivian mengajarkan Helen kata C-A-K-E di telapak tangan Helen dan Anne memberikan
Helen cake supaya bisa merasakan dan mengerti seperti apa itu cake. Anne Sullivan
memanfaatkan indra penciuman dan perasa Helen untuk mengenalkan bahwa setiap benda itu
mempunyai nama. Hal ini diajarkan pada Helen terus menerus. Dalam Teori belajar Skinner
didasarkan atas gagasan bahwa belajar adalah fungsi perubahan perilaku individu secara jelas.
Perubahan perilaku tersebut diperoleh sebagai hasil respon individu terhadap kejadian (stimulus)
dari lingkungan. penguatan stimulus diberikan berulang kali agar dapat menguatkan respon yang
dikehendaki.

3.
Ketika keluarga Helen makan bersama, Helen terbiasa dengan memakan makanan dari piring-
piring anggota keluarganya satu persatu dengan menggunakan tangan. Anne Sullivan tidak
menyukai perbuatan Helen itu, Anne berpikir jika Helen melakukan hal itu terus menerus tidak
bagus dan tidak bisa merubah Helen. Akhirnya Anne Sullivan mengajarkan Helen cara makan
menggunakan sendok dan garpu. Setiap kali Anne Sullivan meletakkan sendo ketangannya,
Helen akan melempar sendok tersebut. Anne tetap memberikan sendok ketelapak tangan Helen
secara berulang-ulang dan akhirnya dengan perasaan marah Helen mengikuti perintah Anne
makan dengan menggunakan sendok. Anne Sullivan mengajarkan Helen hal seperti ini berulang-
ulang setiap hari sehingga Helen terbiasa melakukan hal tersebut.

4.
Dari proses pembelajaran yang diberikan oleh Mrs. Anne kepada Helen merupakan
bentuk interaksi stimulus dan respon yang dilakukan hingga berulang-ulang kali. Mrs. Anne
berupaya (stimulus) untuk dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan reaksi yang dimunculkan
oleh Helen ketika belajar (respon) juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan.

Didalam teori behavioristik menurut Thorndike, belajar adalah pembentukan hubungan


stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Dalam artian dengan adanya stimulus itu maka
diharapkan timbul respon yang maksimal. Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan
error dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak-
banyaknya maka dapat dikatakan orang ini merupakan orang yang berhasil dalam belajar.
Dengan cara untuk membentuk hubungan stimulus dan respon ini dilakukan dengan diulang-
ulang.

Jadi menurut Thorndike dalam teori ini bahwa pengulangan-pengulangan respon dalam
menanggapi stimulus itu sangat penting sehingga dalam film tersebut Mrs. Anne mampu
menemukan tindakan yang tepat untuk dilakukan secara terus-menerus agar lebih tajam dan tidak
terjadi kemunduran dalam respon terhadap stimulus yang diberikan. Hingga pada akhirnya upaya
yang dilakukan tersebut dapat memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.

5.
Banyak dari film tersebut yang menunjukan perilaku irasional dari Helen, yang
disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki Helen dan emosinya yang berlebihan juga
pengaruh dari lingkungan tempat ia tinggal yang dimana keluarganya selalu menuruti
keinginannya hingga tidak ada yang dapat mengendalikan perilaku Helen.

Namun dengan hadirnya Mrs. Anne yang mulai menentang kebiasaan dari keluarga
Helen yang terlalu mudah menuruti keinginan Helen, Mrs. Anne mendidiknya untuk dapat
mengendalikan emosi dan perilakunya. Besar upaya yang dilakukan Mrs.Anne dalam membantu
Helen belajar mengubah pola pikir dan pola perilakunya agar menjadi lebih teratur.

Berulang kali Mrs. Anne berupaya untuk memberikan pengaruh baru untuk Helen,
hingga akhirnya berhasil diterima oleh Helen untuk dapat berperilaku lebih baik dari sebelumnya
walaupun masih dengan keterbatasan yang ia milki.

Hal itu termasuk dalam teori yang dikemukakan oleh Albert Ellis yaitu REBT (Rational
Emotive Behavior Therapy) yang dimana salah satu tahapannya ada proses disputing yang
dilakukan terapis untuk mengubah perilaku irasional yang dimiliki pasien menjadi perilaku
rasional.

Anda mungkin juga menyukai