Hormat kami,
Penyusun tim makalah
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................1
A. Kesimpulan ..................................................................................................4
B. Saran .............................................................................................................5
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
3
Sebagai orang tua yang setiap harinya pasti akan selalu bertemu dan bersama
anaknya, hal yang harus dilakukan untuk mendampingi anaknya yang menderita
ADHD ini yaitu dengan bersikap Sabar. Sikap yang paling menentukan dalam
menghadapi anak berkebutuhan khusus adalah sabar. Mudah memang
mengucapkannya, namun tidak semua orang mampu menguasainya. Dalam
masalah psikologi, sabar adalah modal utama dalam mengasuh anak berkebutuhan
khusus, termasuk ADHD. Selain itu juga, kita harus pandai menyikapi tingkah
laku yang menyimpang dari anak tersebut untuk selanjutnya kita arahkan pada hal
yang positif. Selain itu, orang tua harus jeli menyikapi perilaku-perilaku yang
menyimpang karena anak berkebutuhan khusus hanya mapu melakukan tanpa
memikirkan akibatnya. Jika orang tua jeli, semua yang diutarakan dan
dilakukannya adalah suatu ungkapan dan keinginan untuk kesenangan. Juga
bersikap kreatif, misalnya untuk melatih konsentrasinya, orang tua bisa
memebelikan manik-manik dengan ukuran besar. Dan orang tua memberikan
sebuah contoh dalam pembuatan tasbih, hal ini akan membat anak melakukan
membuat tasbih. Kemudian bersikap tanggap, hal penting lainnya adalah tanggap
terhadap keinginan, ungkapan, atau perilaku anak. Sifat anak berkebutuhan
khusus rata-rata cepat meniru, terutama penyimpangan-penyimpangan, walaupun
hanya melihat atau mendengar sekilas.
Selain pendampingan yang dilakukan oleh orang tua di rumah. Di sekolah,
guru juga harus melakukan pendampingan untuk mengatasi anak ADHD seperti
menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki.Contoh
tingkah laku yang tidak dikehendaki adalah seorang anak keluar tempat duduk
sembarang waktu, melempar-lempar pensil teman ke jendela, berjalan-jalan di
kelas, berteriak-teriak di kelas, dan sebagainya. Di sini guru harus bisa mencari
alasan mengapa anak melakukan tingkah laku yang tidak dikehendaki. Beberapa
alasannya adalah anak membutuhkan perhatian, merasa bosan, keinginan
bergerak, ingin mengetahui sesuatu, ingin bebas dari udara apek, dan sebagainya.
Langkah pertama adalah menghilangkan alasan-alasan tersebut dengan
cara memberikan perhatian, mengubah kegiatan, atau membuka jendela kelas.
Jika teknik ini tidak memberikan hasil yang tidak diharapkan, pilihlah teknik lain
4
yang paling tepat dari teknik-teknik berikut ini. Ekstingsi (extinction), yaitu suatu
tingkah laku cenderung akan diulangi jika mendapat respon. Oleh karena itu, jika
tingkah laku tersebut tidak dikehendaki jangan direspon sampai anak
menghentikannya. Contohnya anak yang mengganggu dan tetap diabaikan kaang-
kadang ia bosan atas tingkah lakunya atau sadar karena guru dan teman-temannya
tidak terpancing, kemudan dia akan berhenti bertingkah laku mengangu.Setiasi
(Satiation), setiasi berupaya menghilangkan alasan yang menghasilkan tingkah
laku yang tidak dikehendaki. Misalnya, dengan memberikan perhatian sebelum
anak menuntut perhatian, segera mengalihkan kegiatan pada kegiatan lain
sebelum bosan. Contohnya, anak yang suka berteriak-berteriak di kelas, mintalah
anak tersebut untuk berteriak terus. Pemberian hukuman, terutama hukuman fisik
hanya akan mengurangi perilaku untuk sementara. Adapun hukuman yang keras
akan membuat situasi tegang dan penuh kebencian sehingga sangat
membahayakan kepribadian anak. Oleh karena it, cara ini sangat jarang dilakukan.
Jika penggunaan hukuman akan dilakukan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan
antara lain yaitu hukuman digunakan jika tidak ingi membiarkan suatu tingkah
laku berlanjut, misalnya anak yang agresif. Hukuman digunakan jika prosedur lain
tidak berhasil. Sebaiknya diberikan hukuman ringan yang terbukti efektif untuk
tingkah laku tertentu, dan jangan melakukan hukuman dalam keadaan marah.
Kemudian, Time out. Time out adalah menghilangkan kesempatan anak untuk
mendapatkan sambutan atau imbalan. Teknik ini dilakukan dengan cara anak
dipindahkan dari tempat di mana tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi, dan
membuat anak melewatkan waktu yang tidak menarik bagi dirinya. Waktu yang
dilewatkan harus diperhitungkan sesuai dengan usia anak sehingga tidak
berlebihan agar ia merasa diperlakukan secara adil. Biasanya, anak menghentikan
tingkah laku yang tidak dikehendaki tersebut. Jika tingkah laku tersebut diulangi
lagi, time out harus diberlakukan kembali.
Teknik mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki dilakukan dengn
cara memberi ulangan penguatan (reinforcement). Prinsip yang digunakan adalah
memberikan ulangan penguatan menunjuk pada suatu peningkatan frekuensi
5
respon di mana respon tersebut diikuti oleh konsekuensi tertentu. Reaksi terhadap
satu rangsang akan lebih kuat jika terdapat penguat pada tingkah lakunya.
Secara bertahap anak akan menyadari apa yang akan didapatkan jika
bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, penguat berupa
sambutan dengan imbalan dapat dilakukan jika anak memperlihatkan tingkah laku
yang dikehendaki. Dengan cara ini diharapkan anak semakin prcaya bahwa
dirinya akan memperoleh keberhasilan. Hendaknya, penguat atau hadiah
diberikan dengan segera setelah tingkah laku yang dikehendaki terjadi. Anak
dengan gangguan ini cenderung tidak sabar dan implusif sehingga menunggu
terlalu lama akan kurang baik baginya dan akan mengurangi kemauannya untuk
membentuk tingkah laku yang dikehendaki.
Dari kasus-kasus yang terjadi pada anak ADHD, maka perlulah adanya
pemahaman dan keuletan dalam pelaksanaan modifikasi perilakunya yang sangat
perlu untuk memperbaiki perilakunya dari yang tidak sesuai menjadi perilaku
yang sesuai dengan lingkungan dimana ia hidup, tumbuh dan berkembang. Maka
dari itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai salah satuk teknik modifikasi
perilaku, yaitu teknik ekstingsi yang diharapkan dapat memberikan wawasan
pengetahuan dan dapat membantu menerapkan teknik ini jika nanti memang
diperlukan ketika dilapangan.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun ruumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa teknik ekstingsi ini diperlukan untuk anak ADHD?
2. Bagaimana prosedur melakukan teknik ekstingsi untuk ADHD?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kompensatoris anak hiperaktif
2. Agar calon guru memahami teknik ekstingsi dengan baik dan dapat
menerapkannya dengan tepat dan baik ketika dilapangan nanti
6
D. MANFAAT PENULISAN
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
benda, dan kejadian yang membuat perilaku seseorang terpengaruh disebut
stimulus atau rangsangan.
Berdasarkan bisa dan tidaknya perilaku seseorang diamati oleh orang lain,
perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang teramati secara
langsung disebut perilaku overt (contohnya: berjalan, berbicara, melempar bola,
menendang seseorang) dan perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung oleh
orang lain disebut perilaku covert (contohnya: seorang mahasiswa saat akan maju
presentasi dalam benaknya berkata ”Saya berharap presentasi ini akan berhasil”
dan ia tampaknya merasa cemas (detak jantungnya meningkat). Dalam kasus ini,
berfikir/thinking dan merasa cemas/feeling merupakan salah satu bentuk perilaku
covert).
9
Fokus pada perilaku. Prosedur modifikasi perilaku didesain untuk
mengubah perilaku, bukan karakteistik pribadi atau sifat. Di dalam
modifikasi perilaku, perilaku yang akan dimodifikasi disebut sebagai
perilaku targat (target behavior). Ada dua bentuk target perilaku dalam
modifikasi perilaku:
Behavioral exceses adalah perilaku target yang negatif (tidak layak) yang
ingin dikurangi frekuensi, durasi, atau intensitasnya, contohnya: perilaku
merokok.
Behavioral deficit adalah target perilaku yang positif (lanyak) yang ingin
ditingkatkan frekuensi, durasi, atau intensitasnya, contohnya: perilaku
gemar membaca.
Prosedur yang digunakan berdasarkan pada prinsip behaviour (behavioral
principles). Adapun prinsip Dasar Dalam Modifikasi Perilaku adalah
sebagai berikut:
1. Reinforcement
2. Extinction
3. Punisment
4. Stimulus control, dan
5. Respondent conditioning
10
B. PEMAHAMAN TENTANG TEKNIK EXTINCTION
Contoh:
Rae, terbiasa untuk minum kopi setiap pagi sebelum mengikuti perkulihan.
Seperti biasa, Rae akan berhenti di sebuah mesin menyedia kopi, memasukkan
koin ke dalam mesin, menekan tombol pada mesin, dan segelas kopi akan segera
tersedia. Suatu hari, seperti biasa, Rea berhenti di sebuah mesin penyedia kopi,
memasukkan uang, menekan tombol pada mesin, dan ternyata tidak ada yang
terjadi (kopi tidak keluar). Ia menekan tombol lebih keras dan memukul atau
menendang atau membanting bagian bawah mesin untuk beberapa waktu, akan
tetapi ia tetap tidak mendapatkan kopi yang diinginkannya. Rea tidak mencoba
untuk menggunakan mesin penyedia kopi itu lagi selama satu minggu, tapi suatu
hari ia kembali mencoba menggunakan mesin itu lagi, dan ternyata kejadian yang
sama kembali terulang. Akhirnya Rea tidak lagi menggunakan mesin penyedia
kopi tersebut, Rea memilih untuk membeli kopi di toko yang ada di jalan menuju
sekolahnya.
11
frekuensi, jangka waktu, atau intensitas dari tingkah laku tidak diperkuat – atau
perilaku baru yang terjadi selama extinction – mungkin diperkuat, dan dengan
begitu extinction burst merupakan tujuan berharga.
Ketika sebuah tingkah laku tidak lagi diperkuat, akibatnya mungkin akan
mengikuti:
12
spontaneous recovery) saat ini mendapatkan penguatan, maka effek dari
extinction akan hilang. Berikut ini akan dibahas beberapa contoh kasus yang
mungkin akan membantu dalam pemahaman tentang ekstingsi.
Contoh kasus yang pertama misalnya ketika ada seorang anak yang
menangis di tengah malam yang mana itu akan sangat mengganggu waktu
istirahat kita dan tetangga. Mungkin ia menangis untuk mendapatkan perhatian
kita. Kemudian kita memberikan respon dengan memberikan perhatian kita
kepadanya. artinya perilaku anak menangis sudah mendapatkan penguatan dari
kita, ia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan dari kita. Mungkin saja anak
akan berhenti menangis waktu tengah malam itu setelah sudah mendapatkan
perhatian dari kita. Untuk malam pertama ia menangis di tengah malam sudah
beres.
Nah, maka ekstingsi ini adalah menghilangkan respon yang kita berikan
sebelumnya kepada anak. artinya menghilangkan penguat yang menyebabkan
perilaku anak yang tidak dikehendaki teulang. Ketika anak menangis tengah
malam, maka kita jangan memeberikan respon berupa perhatian. Artinya kita
mengabaikan perilakunya yang memang sebelumnya sudah mendapatkan penguat,
tetapi ternyata perilakunya tetap saja terulang. Maka penguat itu harus
dihilangkan. Penguat disini adalah sebagai respon dari kita terhadap stimulus dari
dari anak. ketika kita abaikan, lalu apa yang akan terjadi?
13
Yang terjadi mungkin adalah akan adanya peningkatan perilaku anak yang
disebut dengan ledakan ekstingsi. Mungkin anak akan menangis lebih keras,
bahkan akan mengamuk ataupun hal lainnya yang dapat menyertai tangisannya,
mengamuk akan muncuk sebagai perilaku baru. Jika hal itu terjadi maka dibiarkan
saja walaupun emosi anak akan meneingkat dalam beberapa waktu itu. Nanti
sampai ada muncul rasa bosan anak dengan perilakunya sendiri. Hal inilah
mungkin yang penting dalam teknik ekstingsi. Akan terjadi ledakan yang menjadi
puncak emosi anak. mungkin ini gambaran yang akan terjadi pada malam yang
akan datang setelah malam sebelumnya yang diberikan penguatan pada tangisan
anak.
Kemudian ka sus yang kedua adalah contoh dari hasil penelitian Hasazi
dan Hasazi (1972). Para peneliti melihat hal ini bahwa guru memberikan
“perhatian” untuk memperbaiki kesalahan seorang anak yang menuliskan angka
terbalik, perhatian yang sudag diberikan guru itu akan menimbulkan efek
penguatan reinforcing”. Kemudian guru tidak memebrikan perhatiannya lagi
tetapi kesalahan dalam penulisan huruf anak juga menurun. Artinya tidak
14
tergantung pada perhatian yang sudah diberikan guru pada anak tersebut.
Misalnya jika diberikan perhatian, kesalahan akan sedikit dan jika tidak diberikan
perhatian maka kesalahan akan banyak. Tidak seperti itu, disini dipahami bahwa
penguat yang sudah diberikan itu dialihkan yang dengan tujuan agar anak tidak
terbiasa dengan respon yang diberikan gurunya untuk menimbulkan suatu
perilaku.
Jika reinforcement atau penguatan muncul saat proses extinction, hal ini
membuat penurunan tingkah laku menjadi lama dan sulit. Hal ini karena
penguatan dari tingkah laku, saat extinction telah dimulai, sejumlah intermittent
reinforcement, menjadikan tingkah laku menjadi lebih resisten untuk extinction.
Sebagai tambahan, jika tingkah laku diperkuat selama episode spontaneous
15
recovery, tingkah laku dapat meningkat pada level ini sebelum extintion.
Contohnya saat tangisan anak di tengah malam telah mengalami extinction,
namun suatu ketika anak menangis lagi dan kita merespons atau memberi
penguatan terhadap tangisannya, maka tindakan kita ini akan menghambat
extinctionnya.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Ketika ingin memakai teknik ini sebagai teknik modifikasi perilaku, maka
yang harus dilakukan oleh guru adalah benar-benar memahami karakteristik anak
dan mempelajari perilaku anak sehingga teknik ini dapat difungsikan dengan
maksimal. Karena memang teknik ini tidak cocok untuk semua kasus yang terjadi.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196002011
987031-SUNARDI/karya_tls-materi_ajar_pdf/MODIFIKASI_PERILAKU.pdf.
Diakses peda tanggal 14 Desember 2016
http://ardirezpector17.blogspot.co.id/2014/05/makalah-adhd-attention-
deficit.html. Diakses peda tanggal 14 Desember 2016
http://www.ilmupsikologi.com/2016/04/Prosedur.Meningkatkan.Perilaku.
dan.Menghilangkan.Perilaku.html. Diakses peda tanggal 14 Desember 2016
http://www.jaymi-psikologi.com/2015/06/modifikasi-perilaku-tehnik-
extinction.html. Diakses peda tanggal 14 Desember 2016
http://dyahsari05.blogspot.co.id/2009/01/modifikasi-perilaku.html\.
Diakses peda tanggal 14 Desember 2016
18