Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

OBSERVASI DALAM SETTING KLINIS


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikodiagnostik II

Dosen Pengampu:
Fuji Astutik, M.Psi

Disusun oleh :
Aulia Nur Aqila 210401110181
Ahmad Bintang Wirayudha 210401110183
Fawwaz Zain 210401110184
Anas Stasya Hamzah 210401110186
Siti Hajar Nur Farida 210401110188
Hashifah Nura 'Aina 210401110189
M. Rizqon Kamil 210401110211

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami haturkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayahnya makalah observasi dalam setting klinis ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Salawat serta salam semoga terlimpah pada panutan umat manusia, Nabi Muhammad SAW.
Makalah observasi dalam setting klinis ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikodiagnostik II di Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Makalah
merupakan karya tulis pelajar atau mahasiswa sebagai laporan hasil pelaksanaan tugas mata
kuliah.
Makalah ini diperuntukkan untuk mengantar pemahaman mahasiswa di Fakultas Psikologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengenai observasi dalam setting klinis. Adanya pengantar
ini membantu mahasiswa untuk membangun pemahaman serta memperluas wawasan terkait
pemanfaatan teknologi dalam proses konseling. Pola pikir serta pemahaman yang tepat akan
membantu mahasiswa untuk berpikir kritis dan bersikap bijak dalam menjalani kehidupan sehari-
hari.
Dengan mengharapkan ridha Allah SWT, makalah ini tentu tidak lepas dari kekurangan
sehingga masukan dari berbagai pihak sangat diperlukan. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsihnya sehingga makalah ini bisa hadir.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 4
C. Tujuan .............................................................................................................................................. 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Observasi merupakan kegiatan sistematis dalam merekam pola perilaku manusia, objek
dan peristiwa tanpa menggunakan pertanyaan atau berkomunikasi dengan subjek. sedangkan
dalam setting klinis observasi sendiri merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk
mengolah data menjadi fakta yang diperlukan dalam sebuah assessment klinis. Maka dari itu,
penting bagi seorang mahasiswa psikologi untuk memahami seperti apa dan bagaimana observasi
dalam setting klinis.
Pada saat ini observasi merupakan instrumen utama selain wawancara dan tes psikologi,
dalam setting klinis juga demikian. bagaimana seorang mahasiswa psikologi mengetahui
observasi dalam setting klinis seperti apa penyusunannya, bagaimana pengambilan datanya, apa
saja yang diperlukan dalam observasi setting klinis itu semua merupakan sebuah keharusan bagi
seorang mahasiswa psikologi untuk mengetahui dan mengimplementasikan dengan baik observasi
ini.
Sehubungan dengan begitu pentingnya observasi dalam setting klinis ini bagi mahasiswa
psikologi maka pemakalah menyusun makalah ini yang akan menjelaskan secara rinci tentang
observasi dalam setting klinis. harapannya setelah disusunnya makalah ini akan memudahkan para
mahasiswa psikologi untuk memahami dan mengimplementasikan observasi dalam setting klinis
dengan baik dan benar, agar dapat memperlancar belajar dalam psikologi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dan tujuan dari Observasi dalam setting klinis ?
2. Apa saja dimensi observasi ?
3. Apa saja alat pengumpulan dan pencatatan data observasi ?
4. Bagaimana peran observer dalam observasi ?
5. Hal-hal apa saja yang harus diobservasi ?
6. Bagaimana langka-langkah dalam observasi ?
7. Bagimana pencatatan dari hasil observasi ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui observasi dalam setting klinis.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Observasi dalam Setting Klinis

1. Definisi Observasi

Observasi adalah proses sistematis dalam merekam pola perilaku manusia, objek dan
kejadian-kejadian tanpa menggunakan pertanyaan atau berkomunikasi dengan subjek. proses
tersebut mengubah fakta menjadi data. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan
secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomena tersebut. Observasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan proses
penyelidikan untuk mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis untuk penegakan
diagnosis psikologis, yang didalamnya terdapat proses pengukuran dan penggunaan berbagai
teknik untuk mampu memahami dan mendiagnosis variabel psikologis. Psikodiagnostik bukan
hanya milik psikologi klinis, walaupun istilah diagnosis didominasi di psikologi klinis.

Observasi merupakan metode paling lama dan mendasar dalam penelitian. Pendekatan
eksperimental, studi kasus naturalistik, semuanya melibatkan observasi untuk melihat apa yang
sedang atau yang telah dilakukan oleh para subjek. Karena itu, pembahasan observasi dijabarkan
secara lebih lengkap untuk kejelasan aplikasinya.

Metode observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif terhadap


penelitian yang dilakukannya. Impresi dan perasaan pengamat akan menjadi bagian dari data yang
pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti. Bagi seorang
psikolog, observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan:

1. Memungkinkan mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur menggunakan alat
ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak anak.
2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak anak sebagaimana
orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
3. Observasi dirasakan lebih tidak mengancam dibandingkan cara pengumpulan data yang
lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat dibandingkan
orang dewasa sebab orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila
merasa sedang diobservasi.

5
2. Tujuan Observasi

a. Untuk keperluan asesmen awal, biasanya dilakukan ruang konseling misalnya di ruang
tunggu, halaman, kelas atau ruang bermain.

b. Untuk menentukan kelebihan dan kelemahan observee dan menggunakan kelebihan


tersebut untuk meningkatkan keahlian klien.

c. Untuk merancang rencana individual (individual plan) bagi klien berdasarkan


kebutuhannya.

d. Sebagai dasar atau titik awal dari kemajuan klien.

e. Bagi anak anak dapat berguna untuk mengetahui perkembangan pada tahap tertentu.

f. Untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan klien.

g. Digunakan dalam memberi laporan pada orang tua, guru, dokter, dan lain-lain.

h. Sebagai informasi status anak di sekolah untuk keperluan bimbingan dan konseling.

B. Dimensi Observasi
Dalam penerapan observasi, terdapat beberapa dimensi yang ada. Secara umum
terdapat tiga dimensi observasi, yaitu :
1. Partisipan dan Non-partisipan.
Dimensi partisipan adalah observasi yang dimana observer berperan aktiv atau ikut
berpartisipasi langsung di lapangan, sedangkan dimensi non-partisipan adalah
observasi dimana observer tidak terlibat aktiv dan hanya mengamati secara pasif.

2. Overt (terbuka) dan Covert (tertutup).


Dimensi overt merupakan dimensi observasi yang dilakukan secara terbuka atau
diketahui oleh subjek observasi (terang-terangan), sedangkan dimensi covert
sebaliknya, yaitu dilakukan secara tertutup tanpa diketahui/disadari subjek observasi
(sembunyi-sembunyi).

3. Alamiah dan Buatan


Dimensi alamiah adalah observasi yang dilakukan secara langsung pada lokasi
terjadinya suatu fenomena dan tanpa adanya pengaturan atau setting tertentu sehingga
observer hanya mengamati perilaku dari subjek observasi. Sedangkat pada dimensi
buatan observasi dilakukan dengan setting atau pegaturan tertentu pada subjek untuk
mendapatkan perilaku tertentu.

6
Dimensi-dimensi tersebut selalu ada didalam suatu observasi dengan komposisi yang
berbeda-beda. Beberapa komposisi yang dapat terjadi yaitu :
▪ POA (partisipan-overt-alamiah)
▪ PCB (partisipan-covert-buatan)
▪ NOA (non partisipan-overt-alamiah)
▪ Dan komposisi dimensi yang lain.
Menurut Patton (dalam Ardani, Rahayu, & Sholichatun, 2007), terdapat beberapa
pertimbangan dalam memilih dimensi yang akan digunakan dalam observasi, yaitu :
● Apakah observer akan berpartisipasi aktif atau pasif dalam setting yang akan
diamati?
Observer harus memutuskan sejauh mana ia akan terlibat didalam suatu observasi
dan hal tersebut bergantung pada beberapa faktor, seperti sifat fenomena yang
diobservasi, konteks politis, dan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Menurut patton hal
yang paling penting adalah menyesuaikan derajat partisipasi dengan karakteristik
subjek atau objek yang diteliti, sifat interaksi observer dan subjek, serta konteks sosial
politik pada fenomena yang diteliti.
● Apakah observer akan melakukan observasi secara terbuka atau tertutup?
Perlu diketahui bahwa pada umumnya manusia akan menunjukkan perilaku berbeda
dengan biasanya jika mengetahui bahwa dirinya sedang diamati. Dan sebaliknya jika
ia tidak mengtahui maka manusia akan berperilaku biasa seperti kesehariannya.
Dimensi tertutup memungkinkan observer mengungkap apa yang terjadi
sesungguhnya, akan tetapi terdapat nilai etis agar observer memberitahukan dan
meminta izinkepada subjek.
● Apakah observasi perlu dilakukan dalam waktu yang lama tauhanya dalam waktu
terbatas?
Umumnya pada bidang ilmu sosial observasi digunakan untuk mengungkap pola-
pola realitas sosial dan kompleksitasnya. Seperti pada ilmu antropologi observasi
dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, seperti berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun guna mendapatkan pemahaman holistik terkait budaya kemlompok
yang diteliti. Sedangkan pada ilmu praktis lain observasi tidak membutuhkan jangka
waktu yang lama seperti pada observasi terhadap fenomena spesifik yang berlangsung
pada waktu tertentu saja.
● Terkait dengan fokus observasi: pada fenomena utuh atau pada aspek-aspek khusus?
Terdapat observasi yang membutuhkan perhatian yang luas pada semua aspek dari
fenomena yang diamati, sehingga fokus observasi adalah pada fenomena secara utuh
atau keseluruhan. Sedangkan terdapat pula observasi yang hanya membutuhkan fokus
pada aspek-aspek atau elemen-elemen tertentu saja dari fenomena yang sedang
diamati.

7
C. Alat Pengumpulan dan Pencatatan Data Observasi
Untuk menunjang keefektifan dan keakuratan hasil observasi, dalam prosesnya
tentu dibutuhkan beberapa alat bantuan. Dalam hal ini, terdapat beberapa alat yang
umumnya digunakan saat observasi dalam situasi yang berbeda-beda. Antara lain:
● Anekdotal
Anekdotal adalah catatan singkat, ringkas, serta tidak menghakimi terkait
hal-hal penting selama proses observasi. Umumnya anekdotal berisi perilaku-
perilaku yang dilakukan seorang anak yang bersifat factual dan objektif. (Mukhtar,
2020)
Anekdotal ini umumnya diberikan oleh seorang guru kepada muridnya. Hal
tersebut dapat membantu guru untuk mengetahui keadaan siswa pada tahun
pertama. Sehingga guru tersebut dapat melakukan asesmen kemajuan, evaluasi
pembelajaran, serta identifikasi perubahan pemahaman dan kesulitan pada
siswa.(Kurnia, 2018) Selain itu, anekdotal juga dapat digunakan untuk menguji
dugaan tentang perilaku atau gaya belajar siswa, mengidentifikasi kondisi yang
dapat memperkuat perilaku, serta untuk mendapatkan informasi, menguji dugaan
atau ide dalam mengevaluasi kemajuan atau kemunduran.
Contoh format anekdotal sebagai berikut:

sumber gambar: www.123dok.com

8
Contoh format lain:

sumber gambar: www.123dok.com

Terdapat beberpa poin penting terkait anekdotal, antara lain:


a. Anekdotal menggunakan teknik pencatatan naratif.
b. Observer mencatat hal-hal penting dan bersifat segera pada perlaku yang
istimewa.
c. Tidak terfokus kepada satu anak atau kelompok, serta tidak terbatas pada
kemunculan perilaku baru.
d. Pencatatan dan analisa bersifat objektif dan sesuai keadaan lapangan.
e. Tidak terikat spesifikasi waktu tertentu (spontan)
Selain itu, anekdotal ini juga memiliki beberapa variasi. Antara lain:
a. Bersifat tematik: misalnya perilaku imitasi anak pada orang dewasa.
b. Bersifat interval: tidak terfokus kepada tema tetapi pada perilaku yang muncul
dalam kurun waktu tertentu
c. Pencatatan akumulasi terjadinya perilaku tertentu untuk dianalisis.

9
● Catatan berkala
Catatan berkala merupakan sebuah metode pencatatan hal-hal penting
selama observasi dalam waktu tertentu.(Ardi Ardani et al., 2007) Catatan berkala
tidak mencatat kejadian-kejadian khusus seperti anekdotal. Yang dilakukan
observer yakni observasi tingkah laku seseorang dalam kurun waktu tertentu serta
mencatat kesan-kesan umumnya. Adapun ciri-ciri dari metode ini yakni:
Menurut jenisnya, catatan berkala memiliki 2 jenis, yakni envent sampling
dan time sampling. Perbandingan antara keduanya antara lain:
a. Kesamaan sampel perilaku
b. Time sampling fokus pada waktu tertentu dan event sampling fokus pada
perilaku subjek
c. Time sampling fokus pada event, dan event sampling fokus pada eksplorisasi
karakteristik event
d. Time sampling dilakukan pada kurun waktu tertentu, sedangkan event sampling
bebas.
e. Time sampling fokus pada frekuensi dan durasi guru berbibara, dan event
sampling fokus kepada lawan bicara guru, serta hasil dan penyebab perilaku.
f. Observer pada event sampling menunggu kemunculan perilaku, tidak ada
batasan waktu, fokus pada perilaku.

● Check list
Dalam Check list, observer terlebih dahulu menyusun struktur observasi
dengan memilih dan mendefinisikan kriteria tingkah laku yang diamati.(Kurnia,
2018) Sehingga dalam pelaksanaannya observer hanya memberi tanda centang
pada tempat yang telah ditentukan. Check list berbentuk daftar yang berisi nama
subyek dan faktor-faktor yang diamati hal tersebut bertujuan agar catatan observasi
lebih mudah dan sistematis.(Ardi Ardani et al., 2007) Dalam metode ini informasi

10
terkait frekuensi, durasi, dan kualitas perilaku tidak diberikan. Metode ini
digunakan pada time sampling, event sampling. Berikut contoh format check list.
sumber gambar: www.bocahkampus.com

● Rating scale
Rating scale merupakan pencatatan gejala menurut tingkatannya. Secara
general, rating scale terdiri dari daftar yang berisi kriteria perilaku yang harus
dicatat secara bertingkat. Dengan rating scale, observer hanya memberi tanda-
tanda tertentu dan mencocokkan pada tingkatan perilaku tertentu. Rating scale
memiliki kemiripan dengan metode check list. Pada hal ini yang membedakan
yakni format pencatatannya.
Rating scale didesain untuk mengukur kuantifikasi impresi dan
pengamatan. Metode ini juga termasuk penilaian kuantitatif tentang tingkat

terjadinya perilaku atau bagaimana perilaku ditampakkan. Metode ini juga dapat

11
mengukur ciri sifat dan perilaku yang tidak dapat diungkap oleh strategi lain.
Contoh format rating scale sebagai berikut:
sumber gambar: www.bocahkampus.com

Terdapat beberapa eror yag umumnya terjadi dalam metode ini, antara lain:
a) Hallo Effects
Observer terpikat oleh kesan-kesan yang baik yang tidak menjadi objek fokus

observasi. Hal ini membuat hasil observasi bersifat subjektif.


b) Generosity Effect
Keinginan untuk berbuat baik kepada observe dalam keadaan-keadaan
tertentu yang membuat observer ragu.
c) Carry over Effect
Hal ini terjadi ketika observer tidak dapat memisahkan satu gejala dengan
gejala lain. Pencatatan satu gejala dan gejala lain tidak akan menghasilkan
fakta yang sebenarnya.

12
● Mechanical Devices
Mechanical device merupakan perkembangan alat optik yang mirip kamera
untuk menyelidiki tingkah laku orang. Kekurangan dari alat ini yakni biaya yang
cukup besar. Di sisi lain alat tersebut juga memiliki beberapa kelebihan. Antara
lain:
⮚ Rekaman dapat diputar kembali
⮚ Kecepatan pemutaran dapat diatur untuk menganalisa dengan teliti terkait
tingkah laku manusia.
⮚ Sebagai alat untuk melatih observer dalam kemampuan dan ketelitian pada
saat observasi.

sumber gambar: www.mechanical-device.com

D. Observer
Spradley (1980) menyatakan bahwa peran observer dalam metode observasi adalah:
1. Observer tidak berperan sama sekali
Dalam observasi observer tidak berperan, kehadiran dalam area penelitian hanya
untuk melakukan observasi tetapi tidak diketahui oleh subyek yang diamati.Observasi
tersebut dapat dilakukan misalnya dengan menggunakan kaca "one way mirror",
misalnya mengamati tingkah laku sekelompok anak dengan perilakunya di dalam
kelas, suatu ruangan atau kelas, atau menggunakan teropong jarak jauh untuk
mengamati tingkah laku seseaorang atau sekelompok orang. Pengamatan semacam itu
dapat dilakukan dengan menggunakan rekaman video sehingga peneliti benar-benar
tidak melakukan peran sama sekali.
2. Obsever berperan pasif
Dalam jenis ini observer mendatangi peristiwa, tetapi kehadirannya di lapangan
menunjukkan peran yang paling pasif. Kehadirannya sebagai orang asing diketahui
oleh orang yang diamati, dan memiliki pengaruh tertentu. Agar tidak mempengaruhi
sifat alamiah subyek, sebaiknya peneliti tidak membuat catatan selama penelitian,
kecuali mungkin dengan menggunakan perekaman secara tersembunyi. Begitu
pengamatan selesai, peneliti harus segera membuat catatan sesegera mungkin sebelum
tertumpuk oleh informasi lainnya.

13
3. Observasi berperan aktif
Dalam observasi ini bergantung pada kondisi subjek yang di teliti, peneliti dapat
mengambil berbagai kemungkinan peran dalam situasi tersebut. Cara ini dilakukan
hanya untuk dapat mengakses data yang diperlukan untuk penelitian. Keberadaan
peneliti sebenarnya diketahui oleh subyek yang diteliti, tetapi peneliti telah dianggap
sebagai bagian dari mereka dan kehadirannya tidak mengganggu atau mempengaruhi
sifat naturalistiknya. Apa yang dilakukan peneliti sama dengan apa yang dilakukan
subyek yang diteliti.
4. Observer berperan penuh
Pada observasi ini peneliti dapat menjadi anggota resmi dari kelompok yang
diamati, orang dalam atau orang luar tetapi dianggap sebagai orang dalam. Peran
peneliti dalam observasi adalah terlibat penuh, tidak hanya berpartisipasi aktif dalam
kegiatan subyek yang diteliti, tetapi juga bisa menjadi pengarah acara agar sebuah
peristiwa terarah sesuai dengan skenario peneliti agar integritas internal dan data
tercapai.
Dalam melakukan observasi ada beberapa hal yang mempengaruhi kecermatan
dalam observasi, yaitu:
● Prasangka dan keinginan dari observer
● Keterbatasan panca indera, kemampuan pengamatan dan ingatan manusia
● Keterbatasan wilayah pandang
● Kemampuan untuk menggunakan alat pencatatan
● Ketelitian pencatatan hasil-hasil observasi
● Ketepatan alat dalam observas
● Pengertian observer tentang gejala yang diobservasi
● Kemampuan menangkap hubungan sebab akibat tergantung pada keadaan mental,
indera pada suatu waktu.
Oleh karena itu, untuk dapat menjadi seorang observer yang baik harus memiliki
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Memahami latar belakang tentang materi yang akan diobservasi untuk
mengobservasi tentang perkembangan anak, seorang observer harus menguasai
teori tentang perkembangan yang harus dilalui oleh setiap anak.
2. Mampu memahami kode / tanda-tanda tingkah laku untuk membedakan tingkah
laku yang satu dengan yang lainnya. Seorang observer harus memiliki kemampuan
untuk membedakan tanda-tanda tingkah laku agar dapat membedakan tingkah laku
yang satu dengan yang lain. Juga perlu mengetahui perbedaan mengekspresikan
emosi pada masing-masing kelompok masyarakat. Contoh: ekspresi wajah marah,
sedih, gembira.
3. Membagi perhatian. Seorang observer harus mampu membagi perhatiannya antara
mengamati tindakan yang dilakukan oleh observee dan mencatat perilaku tersebut.

14
4. Dapat melihat sesuatu secara detail. Seorang observer harus mampu mengamati
perilaku observee hingga ke detail terkecil, karena perilaku yang dianggap tidak
penting justru merupakan perilaku yang sangat penting.
5. Dapat mereaksi dengan cepat dan menerangkan contoh-contoh tingkah laku secara
verbal/non verbal. Seorang observer harus bisa memahami dengan cepat perilaku
yang ditunjukkan oleh observee dan bagaimana respon yang harus diberikan.
6. Menjaga hubungan antara observer dan observee. Kemampuan menjalin hubungan
yang baik dengan observe merupakan faktor yang sangat penting dalam observasi.

E. Hal-hal yang Diobservasi


Banyak beberapa hal-hal, peristiwa-peristiwa, masala-masah, gejala-gejala yang dapat
diobservasi. Dalam melakukan observasi ada beberapa poin yang biasanya perlu
diperhatikan antara lain :
❖ Penampilan fisik, yang meliputi kodisi fisik observee, misalnya tinggi badan,
berat badan, warna kulit, dan lain-lain.
❖ Gerakan Tubuh/ penggunaan anggota tubuh. Misalnya : bagaimana postur
tubuh dan bagian mana yang kurang banyak digerakkan (misalnya observee
selalu mennggerak-gerakan tangan ketika berbicara dan sebagainya).
❖ Ekspresi wajah, bagaimana ekspresi wajah observee ketika dia sedang
berbicara.
❖ Pembicaraan, yaitu bagaimana isi pembicaraan yang dilakukan.
❖ Reaksi emosi, yaitu bagaimana reaksi emosi observee. Dalam penelitian
seorang observee perlu memperhatikan bagaimana reaksi emosi observee
terhadap suatu masalah yang ingin diteliti.
❖ Aktivitas yang dilakukan, misalnya jenisnya, lamanya, dengan siapa, di mana,
dan sebagainya.

F. Langkah-langkah
1. Mencari tahu terlebih dahulu pengetahuan apa yang akan diobservasi.
Peneliti akan dapat mengamati serta mengingat sifat yang lebih terperinci dari
sesuatu ketika peneliti memiliki pengetahuan terlebih dahulu mengenai apa yang
akan ia observasi dan jenis fenomena-fenomena apa saja yang perlu dicatat. Maka
dari itu, peneliti harus mengetahui serta menentukan terlebih dahulu apa saja yang
perlu diobservasi.
2. Selidiki tujuan-tujuan (umum-khusus) dari masalah penelitian untuk mengetahui
apa yang harus diobservasi.
Yang menentukan apa yang harus diobservasi adalah perumusan masalah serta
aspek-aspek khusus dari penyelidikan. Maka dari itu, peneliti harus menyelidiki
secara mendalam dan menggunakan penyelidikan-penyelidikan terdahulu yang

15
memiliki hubungan dengan masalah penelitian yang akan dilakukan guna untuk
memperoleh petunjuk mengenai apa yang harus diobservasi dan dicatat.
3. Membuat suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi.
Hal ini penting untuk menentukan terlebih dahulu symbol statistik dan rumusan
deskriptif yang akan digunakan untuk mencatat hasil observasi. Metode ini
menghemat waktu serta menstandarkan alur kerja observasi yang dilakukan
terhadap banyak peristiwa. Banyak orang yang merasa perlu mencatat hasil
pengamatan mereka, tetapi mereka tidak bisa melakukannya dikarenakan
kurangnya metode pencatatan yang efektif. Untuk melakukan hal ini, pada
umumnya menggunakan check list. Check list ini akan menghemat waktu
pencatatan serta jika dibuat dengan secara cermat maka akan memungkinkan
penyelidik mencatat secara teliti unsur unsur khusus dari gejala yang akan
diselidiki.
4. Membatasi macam-macam tingkat kategori yang digunakan.
Kecuali mencatat jumlah frekuensi dari suatu jenis tingkah laku, karena peneliti
perlu mengetahui besar kecilnya jenis tingkah laku yang muncul.
5. Melakukan observasi secermat-cermatnya.
6. Mencatat tiap gejala secara terpisah.
7. Mengetahui dengan baik alat-alat pencatatan serta tata cara mencatat sebelum
melakukan observasi.

G. Pencatatan Hasil Observasi

Pencatatan lapangan harus ditulis secara lengkap dimana didalamnya berisi hal-hal penting
yang terjadi di lapangan lengkap dengan keterangan tempat dan waktunya. Penulisan catatan
lapangan harus dilakukan secara langsung dilapangan sebab observasi tidak hanya mengandalkan
ingatannya saja, yang terkadang menghasilkan persepsi yang berbeda daripada secara pencatatan
secara langsung.

Penulisan catatan lapangan harus ditulis secara deskriptif dengan menyertakan dimana
observasi dilakukan, kapan observasi dilakukan, bagaimana suasananya, siapa saja yang ada
dilapangan, bagaima pola interaksi yang terbentuk. Penulisan secara deskriptif ini bertujuan untuk
membuat pembaca dapat memvisualisasikan tentang bagiamana setting yang diamati.

Guba dan Lincoln memaparkan terkait pedoman dalam pembuatan catatan lapangan:

● Pembuatan catatan lapangan, yaitu gambaran umum peristiwa-peristiwa yang telah diamati
oleh peneliti. Dalam hal ini pengamat bebas membuat catatan, dan biasanya dilakukan pada
malam hari setelah melakukan observasi.
● Buku harian, yang dibuat dalam bentuk yang teratur dan ditulis setiap hari, yang isinya
diambil dari catatan lapangan.

16
● Catatan tentang satuan-satuan sistematis, yaitu catatan rinci tentang tema yang muncul
● Catatan kronologis, yang merupakan catatan rinci tentang urutan peristiwa dari waktu ke
waktu.
● Peta konteks, yang dapat berbentuk peta, sketsa atau diagram. Dengan peta konteks ini
dapat diperoleh gambaran umum tentang posisi subyek serta perkembangannya.
● Taksonomi dan kategori, yang dikembangkan selama analisis di lapangan.
● Jadwal observasi berisi deskripsi waktu secara rinci tentang apa yang dikerjakan, apa yang
diamati, di mana, kapan, dan lain-lain.
● Siometrik, merupakan diagram hubungan antara subyek yang sedang diamati.
● Panel, yaitu pengamatan terhadap seseorang atau sekelompok orang secara periodik.
● Kuesioner, yang diisi oleh pengamat untuk memberikan balikan kepada pengamat
sehingga dapat lebih mengarah kan dan memperbaiki teknik pengamatannya.
● Umpan balik dari pengamat lainnya, juga dapat memperbaiki teknik pengamatan yang
dipergunakannya.
● Checklist, dibuat untuk mengecek apakah semua aspek informasi yang diperlukan telah
direkam.
● alat elektronik, misalnya kamera atau perekam video yang disembunyikan.
● "Topeng Steno”, yaitu alat perekam şuara yang diletakkan secara tersembunyi di tubuh
peneliti.

Banister (1994) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menulis catatan observasi:

● Deskripsi tema,
● Deskripsi tentang karakteristik orang-orang yang diamati.
● Deskripsi mengenai siapa yang melakukan observasi.
● Deskripsi mengenai perilaku yang ditunjukan oleh orang-orang yang diamati.
● Interpretasi sementara terkait kejadian yang diamati.
● Alternatif interpretasi lain.
● Eksplorasi perasaan dan penghayatan terhadap kejadian yang diamati.

17
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Observasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan proses penyelidikan untuk
mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis untuk penegakan diagnosis psikologis,
yang didalamnya terdapat proses pengukuran dan penggunaan berbagai teknik untuk mampu
memahami dan mendiagnosis variabel psikologis. Psikodiagnostik bukan hanya milik
psikologi klinis, walaupun istilah diagnosis didominasi di psikologi klinis.

Ada beberapa tujuan dari observasi dalam setting klinis diantaranya: untuk keperluan
asesmen awal, biasanya dilakukan ruang konseling misalnya di ruang tunggu, halaman, kelas
atau ruang bermain, untuk menentukan kelebihan dan kelemahan observee dan menggunakan
kelebihan tersebut untuk meningkatkan keahlian klien, untuk merancang rencana individual
(individual plan) bagi klien berdasarkan kebutuhannya, dan lain-lain.

Dalam penerapan observasi, terdapat beberapa dimensi yang ada. Secara umum terdapat
tiga dimensi observasi, yaitu : partisipan dan non-partisipan, terbuka dan tertutup, alamiah dan
buatan. Menurut Patton (dalam Ardani, Rahayu, & Sholichatun, 2007), terdapat beberapa
pertimbangan dalam memilih dimensi yang akan digunakan dalam observasi, yaitu : Apakah
observer akan berpartisipasi aktif atau pasif dalam setting yang akan diamati?, Apakah
observer akan melakukan observasi secara terbuka atau tertutup?, Apakah observasi perlu
dilakukan dalam waktu yang lama tauhanya dalam waktu terbatas?, Terkait dengan fokus
observasi: pada fenomena utuh atau pada aspek-aspek khusus?

Untuk menunjang keefektifan dan keakuratan hasil observasi, dalam prosesnya tentu
dibutuhkan beberapa alat bantuan. Dalam hal ini, terdapat beberapa alat yang umumnya
digunakan saat observasi dalam situasi yang berbeda-beda. Antara lain: anecdotal, catatan
berkala, check list, rating scale, dan mechanical devices.

Spardley (1980) menyatakan bahwa peran obsever dalam metode observasi yaitu : observer
tidak berperan sama sekali kehadiran dalam area penelitian hanya untuk observasi tetapi tidak
diketahui oleh subyek yang diamati, observerberperan pasif kehadirannya diketahui leh rang
yang diamati, observer berperan aktif dalam observasi, observer berperan penuh tidak hanya
aktif berpartisipasi dalam kegiatan subyek yang diteliti tetapi juga bisa menjadi pengarah acara.

Dalam melakukan observasi ada beberapa poin yang biasanya perlu diperhatikan antara lain:
penampilan fisik, gerakan tubuh/ penggunaan anggota tubuh, ekspresi wajah, pembicaraan,

18
reaksi emosi, dan aktivitas yang dilakukan, misalnya jenisnya, lamanya, dengan siapa, di mana,
dan sebagainya.

Terdapat beberapa langkah-langkah dalam obsevasi antara lain : mencari tahu apa yang akan
diobservasi, menyelidiki tujuan-tujuan dari masalah penelitian untuk mengetahui apa yang
harus diobservasi, membuat cara untuk mencatat hasil observasi, ,membatasi macam-macam
kategori yang digunakan, melakukan observasi secermat-sermatnya, mencatat setiap gejala
secara terpisan, dan mengetahui dengan baik alat-alat pencarian serta tata cara mencatat
sebelum melakukan observasi.

Penulisan catatan lapangan harus ditulis secara deskriptif dengan menyertakan dimana
observasi dilakukan, kapan observasi dilakukan, bagaimana suasananya, siapa saja yang ada
dilapangan, bagaima pola interaksi yang terbentuk. Penulisan secara deskriptif ini bertujuan
untuk membuat pembaca dapat memvisualisasikan tentang bagiamana setting yang diamati.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ardi Ardani, T., Tri Rahayu, I., & Sholichatun, Y. (2007). PSIKOLOGI KLINIS.
Kurnia, I. (2018). TEKNIKTEKNIK PENCATATAN - ppt download. SlidePlayer.
https://slideplayer.info/slide/13656198/
Mukhtar, Z. (2020). Analisis Tumbuh Kembang Anak Usia Dini dengan Asesmen Anecdotal
Record. KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early Childhood Education, 3(1), 70–84.
https://doi.org/10.24014/KJIECE.V3I1.9501

20

Anda mungkin juga menyukai