Anda di halaman 1dari 8

I.

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Megantara


Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 18 Maret 2007
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat lengkap : Perumahan Karang Pola No. 6, Jati Padang, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan
Anak ke :2
Saudara kandung :1
Tempat Sekolah : SDLB 02 Jakarta

Identitas Orang tua Ayah/Ibu


Nama ayah/ibu : Ahmad Hermawan / Nani Wahyuni
Tempat dan tangggal lahir : Panggulungan , 14-3-1975/Jakarta, 29-4-1977
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ayah : Pegawai Swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat lengkap : Perumahan Karang Pola No. 6, Jati Padang, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan

Psikologi klinis | 1
II. Hasil Interview Verbatim Dengan Orang Tua (Ibu)

a. Waktu dan tempat : 21 dan 28 Desember 2017 pukul 10.00 WIB di Rumah Pasien

Penulis : Selamat siang bu, mohon maaf ganggu waktunya, saya Dede Zaenudin
mahasiswa psikologi uhamka sedang ada tugas untuk mengobservasi
anak yang berkebutuhan khusus. Mohon maaf sebelumnya, kalo boleh
tau anak ibu punya ke khususan apa?

Subyek : Oh iya mas, anak saya itu retardasi mental tapi yang ringan

Penulis : kalo boleh tau lagi nih bu, sejak kapan ibu tau kalo anak ibu itu
retardasi mental ringan?

Subyek : Saya taunya dari 2 tahun yang lalu sebelum anak saya masuk SLB

Penulis : Oh gitu, bisa di jelaskan lebih dulu ngga bu kenapa anaknya bisa masuk
SLB

Subyek : Awalnya dulu sebelum masuk SLB, anak saya pernah sekolah di
sekolahan SD Negeri, tapi setelah 6 bulan saya lihat perkembangannya
ngga bisa ngikutin kayak anak seumuranya, saya mutusin anak saya
buat keluar dari sekolah itu dan saya manggil guru privat gitu buat
ngajar dia di rumah (homeschooling), udah jalan 2 tahun, saya lihat
perkembangan belajarnya masih sama. Saya mikir kenapa ini anak
saya? saya awalnya ngga percaya kalo anak saya punya ke khususan.

Tapi setelah saya konsultasi ke psikolog, anak saya di diagnosa


retardasi mental ringan setelah di test IQ dan IQ-nya itu 53. Dari situ
saya dapet saran dari psikolognya buat nyekolahin anak saya d SLB 02
Jakarta. Yasudah jadi saya daftarin anak saya d sekolahan tersebut dan
sekarang udah 2 tahun anak saya sekolah di situ.

Penulis : Tadikan awal mula Megan masuk SLB, nah.. pada saat proses
kehamilan atau kelahiran ada yang aneh ngga yang terjadi sama
Megan?

Psikologi klinis | 2
Subyek : Megan lahir normal, tapi setiap di imunisasi atau yang disuntik-suntik
dia pasti sakit. Megan juga ngga bisa minum ASI sama Susu sapi juga.
Step-step pertumbuhannyapun beda sama anak lainnya, dia bisa jalan
pas umur 19 bulan dan itupun merayap bukan merangkak seperti anak
kebanayakan. Dia baru bisa ngomong pas umur 6 tahun. Kalo kakaknya
normal beda sama Megan.

Penulis : Keseharian Megan di rumah seperti apa bu?

Subyek : Kalo pagi-pagi abis bangun tidur buka gorden kamar, terus kalo liat
barang-barang berantakan dia rapihin, pulang sekolahpun baju yang dia
pake di taro ke tempat gantungan. Alhamdulilahnya anak itu punya
tanggung jawabnya gitu. Dia itu paling suka main sepedahan, tapi
dengan anak-anak yang di bawah umur dia. Dia ngga suka kalo main
sama anak yang seumuran atau di atas umurnya, takut berantem.

Penulis : Hal yang paling di sukai Megan saat dirumah apa bu?

Subyek : Alhamdulillah.. Megan lebih suka sama hal-hal keagamaan, kayak


solawatan

Penulis : Setelah masuk SLB, progres perkembangan apa saja yang sekarang
sudah ibu lihat pada Megan?

Subyek : Sekarang megan udah mulai bisa menulis, yaa.. walupun masih acak-
acakan, sudah bisa menggambar

Psikologi klinis | 3
III. Dinamika Perkembangan Gangguan

Pada saat proses kelahiran Megan lahir dengan normal sama seperti anak
pada umumnya, namun setiap kali di imunisasi atau disuntik efeknya itu panas dan
selalu masuk rumah sakit jika setiap kali di imunisasi terkecuali polio, Pada
imunisasi pertama, megan masuk rumah sakit selama 6 hari, setelah sembuh Megan
masuk kembali kerumah sakit untuk transfusi darah karena kekurangan darah.
Selain itu Megan juga tidak bisa meminum ASI dan Susu sapi yang ada dipasaran,
pernah pada saat itu selama 2 tahun berturut-turut Megan masuk rumah sakit,
penyebabnya yaitu tidak bisa minum ASI ataupun Susu sapi yang ada dipasaran.
Megan baru bisa berdiri pada usia 19 bulan, namun tahapan sebelum berdirinya
berbeda dengan anak umumnya. Jika tahapan berdiri anak umumnya itu merangkak
namun Megan malah merayap.

Pada pendidikannya Megan pernah sekolah di SD Negeri reguler selama 6


bulan, namun dikarenakan ia tidak bisa mengikuti pembelajaran seperti anak
lainnya, ibunya langsung memindahkan proses pembelajaran di rumah
(Homeschooling). Setelah 2 tahun homeschooling tidak nampak progres
pembelajaran apapun dari Megan. Kemudian ibunya berkonsultasi pada psikolog
dan dilakukan test IQ. Hasilnya IQ Megan tercatat 53 dan psikolog mendiagnosa
Megan mempunyai kekhususan Retardasi Mental dan Psikolog tersebut
menyarankan supaya ibunya menyekolahkan Megan di SDLB kemudian Ibunda
Megan menerima saran itu dan menyekolahkan Megan di SDLB 02 Jakarta. Saat
ini Megan sudah 2 tahun mengenyam pendidikan di SDLB 02 Jakarta, progresnya
pun cukup terlihat seperti mulai bisa menulis walaupun masih berantakan dan
sudah bisa mewarnai gambar walaupun masih berantakan juga.

Pada kegiatan sehari-hari, setiap bangun tidur ia selalu membukakan gorden


pada kamarnya dan membereskan barang-barang yang ia punya ketika dalam posisi
berantakan. Tidak hanya itu, sehabis pulang sekolah atau bermain ia selalu
menempatkan pakaian yang sudah ia kenakan pada tempatnya. Megan lebih senang
bermain dengan anak yang umurnya dibawah dia, karena menurut ibunya, Megan
tidak suka bermain dengana anak seumurannya atau di atas umurnya karena sering
berantem.

Psikologi klinis | 4
IV. Diagnosa Multiaksial

Aksis I : F80.1 Gangguan Berbahasa Ekspresif


F81.3 Gangguan Belajar Campuran
Aksis II : F70 RETARDASI MENTAL RINGAN
Aksis III : None
Aksis IV :

a. Masalah dengan “primary support” (keluarga)


Megan merupakan anak yang sangat aktif, namun ia jarang sekali bertemu
dengan ayahnya karena sangat sibuk dengan pekerjaannya. Tidak hanya itu, ia
juga jarang bermain dengan kakaknya sendiri karena kakaknya sering
beranggapan bahwa Megan mengganggu dia ketika sedang bermain.

b. Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial


Di dalam lingkungan sosial Megan sangat aktif bermain, namun dengan
anak-anak yang dibawah usianya, dia tidak mau bermain dengan anak-anak yang
seumurannya ataupun usianya diatas dia karena anak-anak semuran dan di atas
umurnya yang berada disekitar dia lebih sering berantem.

c. Masalah pendidikan
Menurut ibunya, kemampuan Megan dalam akademik masih banyak yang
harus dipelajari seperti Menulis, Menghitung dan Membaca. Karena tulisan
megan masih acak-acakan, membaca masih terbata-bata, dan kesulitan untuk
berhitung.

d. Masalah Pekerjaan
Megan masih sekolah jadi belum ada masalah dalam pekerjaan ataupun
masalah pada kegiatan kesehariannya.

e. Masalah perumahan : Tidak ada (None)

f. Masalah ekonomi
Megan tergolong anak yang mempunyai keluarga dengan kalangan
menengah, karena ayahnya bekerja pada perusahaan swasta yang cukup
terkenal.

Psikologi klinis | 5
g. Masalah akses ke pelayanan kesehatan
Untuk masalah pengobatan ibunya telah melakukan terapi untuk Megan
seperti terapi wicara disekolahnya dan mengulas kembali mengenai pelajaran
dirumahnya

h. Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal : Tidak ada (None)


j. Masalah psikososial dan lingkungan lain : Tidak ada (None)

Aksis V : GAF 70 (beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik)

Psikologi klinis | 6
V. Saran dan Rencana Terapi

1. Saran

 Sebagai orang tua harus mengerti mengenai kebutuhan yang dimiliki oleh
anaknya, terus membimbingnya supaya memiliki kemampuan yang lebih
didalam kekurangannya
 Menjaga pola makan anak dengan memberikannya makanan dengan
kandungan gizi yang cukup.
 Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan anak yang seumurannya atau
diatas umurnya.
 Terus memotivasi anak supaya semangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajarannya

2. Rencana Terapi

a. Terapi Permainan atau dalam istilah psikologi disebut juga Play Therapy
merupakan teknik psikoterapi yang didasarkan pada asumsi, bahwa
keinginan-keinginan tak sadar seorang anak, konflik dan rasa
ketakutannya akan sering diketahui dengan melihat aktivitas bermainnya;
atau permainan yang dirancang membantu pasien, biasanya seorang
anak, guna melepaskan tegangan atau mempelajari penyesuaian yang
memadai kepada situasi yang mengganggunya

b. Terapi wicara memiliki peran penting dalam membantu perkembangan


bahasa dan motoric agar pasien yang mengalami abnormalitas dalam
berbicara dapat berkomunikas dengan masyarakat. Dalam
pelaksanaannya terapi ini melatih pasien agar dapat menggunakan sistem
encoding yakni kemampuan mempergunakan anggota tubuh untuk
membantu berbicara (menggunakan lengan serta ekspresi wajah). Terapi
ini juga membantu pasien agar mengerti tentang cara mengucapkan
seluruh bunyi bahasa yang benar.

Psikologi klinis | 7
DAFTAR PUSTAKA

Psikologi Abnormal ed ke-9 (Gerald C. Davison, Jhon M. Neale, Ann M. Kring), PT


Raja Grafindo Jakarta.
Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Frieda Mangunsong (2011),

Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ III, Dr. Rusdi Maslim SpKJ. PT.
Nuh Jaya, Jakarta, 2001

Psikologi klinis | 8

Anda mungkin juga menyukai