Anda di halaman 1dari 31

ANALISA KEPRIBADIAN PEMALU MENURUT

TEORI GORDON ALLPORT

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah psikologi
kepribadian dosen pengampu Tri Sutanti, S.Pd., M.Pd

Halam

disusun oleh:

1. Frandika A. R 1400001024
2. Antika Jaspapa 1800001150
3. Febrina Millenia Safira 1800001156
4. Ryan Kurnia Romadhon 1800001176
5. Firdauziah Rayhan N 1800001196

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2019
PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia setiap harinya mempunyai banyak pemikiran


yang berbeda-beda. Variasi pemikiran tersebut karena adanya perubahan
jaman yang mulai beranjak menuju pada taraf yang lebih canggih. Banyak
kita temukan hal-hal yang membuat seseorang menjadi cemas dan
terkadang sampai pada taraf depresi. Salah satu kecemasan sosial yang
selama ini dihadapi oleh orang-orang adalah perasaan malu dan rendah diri.
Orang tua merasa cemas dan risau melihat anaknya mempunyai sikap yang
pemalu. Sementara orang yang berambisi ingin sukses pun merasa cemas
memikirkan keadaannya yang selalu rendah diri dan tak mampu melakukan
pergaulan dengan lingkungan yang baru
Jika kita mempunyai rasa malu yang tinggi, akan menjadikan kita
tak akan pernah dapat bermasyarakat dan bergaul dengan baik. Orang
pemalu memang tergolong orang yang tak beruntung dalam hidup
sosialnya. Adalah tepat jika ada pepatah kuno yang mengatakan “Malu
bertanya sesat di jalan”. Seorang yang memiliki kepribadian pemalu,
hidupnya tak akan mengalami kesuksesan yang memuaskan. Mereka tak
akan mampu menduduki puncak karir tertinggi. Lebih-lebih kalau rasa malu
itu sudah parah, orang itu akan cenderung menutup diri, menyendiri, dan
akhirnya merasakan suatu kesepian dan tekanan jiwa ( depresi ) serta
beranggapan bahwa dunia ini tidak menyenangkan. Agar kita dapat
menghindari maupun mengatasi rasa malu yang merugikan, terlebih dahulu
kita harus mengenali tentang rasa malu itu sendiri.
Untuk itulah, makalah ini kami buat. Kami merasa perlu
menyampaikan tentang materi kepribadian pemalu ini, karena kehidupan
kita tidak lepas dari pergaulan dengan orang lain.
KAJIAN LITERATUR

a. Konsep teoritis tentang topik kepribadian pemalu


1) Pengertian
Pemalu dapat didefinisikan sebagai perasaan gelisah yang dialami
seseorang terhadap pandangan orang lain atas dirinya. Perilaku pemalu
adalah sikap bawaan sejak lahir, hal ini nampak bahwa ada bayi yang
cenderung menarik diri dengan menangis bila didekati orang selain
ibunya atau pengasuhnya. Hal ini adalah wajar, karena setiap individu
memerlukan waktu untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan yang
baru.
Pemalu adalah suatu sikap bawaan atau karakter yang terberi sejak
lahir atau pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil belajar atau
respons terhadap suatu kondisi tertentu. Secara pemalu sebagai suatu
keadaan dalam diri seseorang di mana orang tersebut sangat peduli
dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas karena
penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik diri
Pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil belajar atau respons
terhadap suatu kondisi tertentu. pemalu adalah rasa tidak nyaman, cemas
di dalam setiap kegiatan sosial khususnya karena mereka tidak
memahami lingkungannya. malu adalah merasa sangat tidak senang,
takut akan direndahkan, takut hina dan sebagainya karena berbuat
sesuatu yang kurang baik.
2) Faktor penyebab
Faktor yang mempengaruhi perilaku anak menjadi pemalu disebabkan
oleh:
a. Masa Kanak-Kanak yang Kurang Gembira
Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal yang kurang
menyenangkan pada masa kanak-kanaknya. Misalnya orang tua
sering berpindah-pindah, orang tua bercerai, orang tua
meninggal, dipaksa pindah sekolah atau dihina oleh teman dan
sebagainya. Semua pengalaman itu mengakibatkan
terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka
menghindar atau mundur, dan tidak berani bergaul dengan orang
yang tidak dikenal.
b. Kurang Bermasyarakat
Sifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar
belakang di mana ia diabaikan oleh orang tuanya, atau
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri,
terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami
hubungan sosial yang normal dengan masyarakat.
c. Perasaan Rendah Diri
Mungkin perasaan malu itu timbul karena anak bertubuh
pendek, bersikap kaku atau mempunyai kebiasaan yang jelek,
lalu berusaha menutupinya dengan cara menyendiri atau
menghindari pergaulan dengan orang lain. Karena kurang
merasa percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding
dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri di
keramaian.
d. Pandangan Orang Lain
Melabel anak dengan sebutan pemalu. Anak yang dilabel
dengan sebutan tersebut akan membuat dirinya tidak berani
mencoba dan mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya.
Sifat pemalu juga bisa muncul bila anak pernah dicemooh atau dicela
di depan orang lain, sehingga menyebabkan si anak merasa takut pada
reaksi yang diberikan orang lain terhadap perbuatan dan tingkah
lakunya.
Banyak anak yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain
yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa
sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahwa guru dan teman-temannya
berpendapat sama, sehingga anak ini benar-benar menjadi seorang
pemalu.
3) Cara mereduksi
Ada beberapa cara untuk mengatasi anak pemalu:
a. Memerlukan Introspeksi
Orang tua atau orang dewasa memberikan rasa aman yang
cukup kepada anak-anak dan mengasihi mereka. Anak diberi
kesempatan untuk mengungkapkan si hatinya.
b. Memberikan Kepercayaan
Dengan membangun rasa percaya diri terhadap orang lain.
Orang tua harus mempercayai anak supaya dengan semakin
dipercayai anak belajar semakin percaya dengan orang lain.
c. Memperluas Hubungan Sosial
Bila anak menjadi pemalu karena tidak mempunyai
kesempatan untuk sering bergaul, maka sebaiknya orang tua
mengajak anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga
anak terdorong untuk bergaul dengan orang lain.
Pemalu termasuk salah satu permasalahan anak usia dini, di
mana kemampuan anak dalam bersosialisasi dan berinteraksi
belum berlangsung maksimal. Untuk itu anak memerlukan
proses adaptasi atau penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Apabila proses adaptasi ini dapat dilalui dengan baik, maka
proses interaksi akan berjalan dengan optimal. Hal ini
dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua dan
lingkungan sekitar dalam memberikan dan membentuk
kemampuan sosial kepada anak. Pada dasarnya sikap pemalu
berkaitan dengan perasaan takut. Perasaan takut yang dimaksud
adalah bentuk perilaku anak yang tidak memiliki keberanian
untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya.
Sebagai orang tua atau pendidik harusnya bersikap tanggap
terhadap sikap pemalu anak pemalu. Karena perlu waktu yang
cukup lama untuk mengarahkan anak. Selain itu kerja sama
antara pendidik dengan orang tua harus di adakan untuk
menghadapi sikap anak yang pemalu. Sehingga sikap anak dapat
diminimalisir.
b. Hasil Penelitian tentang Pemalu
1. Analisis dan hasil penelitian dari Jurnal Internasional yang berjudul “What
Shy Individuals Do to Cope With Their Shyness: A Content Analysis And
Evaluation of Self-Selected Coping Strategies”
Analisis isi dari tanggapan tertulis dari 158 individu pemalu
dilakukan untuk menyelidiki sifat dari strategi yang mereka pilih sendiri
yang mereka gunakan untuk mengatasi rasa malu mereka. Klasifikasi,
bersama dengan frekuensi penggunaannya, dari strategi yang dipilih sendiri
oleh empat penilai mengidentifikasi 10 kategori yang terpisah, dengan lima
teratas berlabel extraversion paksa (65%), meyakinkan diri meyakinkan diri
(26%), extraversion pendidikan ( 15,2%), mencari bantuan profesional
(14,6%), dan ekstraversi yang dibantu alkohol (12,7%). Evaluasi strategi
yang dipilih sendiri menunjukkan bahwa mereka terkait dengan fitur
karakteristik yang tidak lengkap, merugikan diri sendiri, dan / atau
berpotensi berbahaya (misalnya, pengobatan sendiri). Saran tentang
bagaimana individu pemalu dapat meningkatkan efektivitas strategi yang
dipilih sendiri untuk menghadapi rasa malu mereka dan implikasi terapeutik
yang terkait dengan mencari bantuan profesional untuk rasa malu disajikan.
Klasifikasi dan pengorganisasian deskriptif pernyataan
menghasilkan 10 kategori strategi berbeda yang dipilih sendiri oleh individu
pemalu yang dilaporkan menggunakan untuk mengatasi rasa malu mereka,
yang masing-masing dijelaskan secara rinci di bawah ini. Secara
keseluruhan, 91,2% responden mencoba setidaknya satu strategi untuk
mengatasi rasa malu mereka, 40% mencoba dua strategi, dan 15% mencoba
sebanyak tiga strategi, sementara 8,2% menyatakan Analisis strategi-demi-
strategi dari hasil mencakup penilaian frekuensi penggunaan relatif dari
strategi tertentu dan sampel pernyataan pribadi yang diberikan oleh individu
yang pemalu, dalam percakapan; Namun, setelah beberapa detik saya
menjadi diam. Saya memiliki masalah untuk menjaga agar percakapan tidak
terus mengalir.
Penelitian ini menyelidiki apa yang dikatakan orang pemalu yang
mereka lakukan untuk mengatasi rasa malu mereka. Pola hasil menunjukkan
bahwa individu pemalu melaporkan sejumlah strategi yang berbeda ketika
mencoba untuk mengatasi rasa malu mereka. Strategi yang dipilih sendiri
yang paling sering dilaporkan oleh individu yang pemalu adalah strategi
extraversion yang dipaksakan.
Implikasi terapeutik Pola-pola hasil ini memiliki implikasi penting
untuk pengembangan program spesifik untuk mengobati berbagai dimensi
rasa malu. Lebih khusus, daripada hanya memaksa diri mereka untuk masuk
ke situasi sosial tanpa keterampilan sosial yang diperlukan dan, dengan
demikian, mengalami kecemasan dan kekecewaan, individu pemalu harus
disarankan untuk memilih terlebih dahulu strategi-strategi yang akan
memberi mereka keadaan Sementara data kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini memang menawarkan beberapa manfaat metodologis untuk
studi rasa malu, sifat retrospektif yang tidak terkendali di mana informasi
itu diperoleh harus dilihat sebagai batasan. Menanggapi keterbatasan ini,
penelitian masa depan harus dilakukan dalam upaya untuk mereplikasi dan
memvalidasi

2. Analisis dan hasil penelitian dari Jurnal Internasional yang berjudul


“Responding To Introverted And Shy Students: Best Practice Guidelines For
Educators And Advisors”
Dari jurnal yang telah dipaparkan diatas adalah bahwa introvert
berbeda dengan extrovert,introvert dikenal dengan suka menyendiri dan
antisosial tetapi extrovert justru kebalikannya yaitu menyukai keramaian
dan suka bergaul. Biasanya seseorang yang memiliki kepribadiaan introvert
biasanya orang tersebut pemalu. Menurut sebuah studi oleh Schaubhut &
Thompson, termasuk lebih dari 100.000 siswa yang terdaftar di 75 jurusan
berbeda di institusi pendidikan tinggi, mayoritas jurusan perguruan tinggi
memiliki jumlah siswa yang sama yang introvert dan ekstrovert. Hasil ini
sesuai dengan survei yang dilakukan antara 2007 dan 2010, oleh para
peneliti di Pusat Aplikasi Jenis Psikologis (CAPT) yang menemukan bahwa
40,6% dari mahasiswa sampel yang diambil adalah introvert (L. Abbitt,
Pustakawan di CAPT, November . 4, komunikasi telepon 2012).
Pannapacker menyarankan bahwa perkiraan ini mungkin rendah karena
stigma budaya yang melekat pada introversi dan akibatnya, beberapa siswa
tidak mau mengakui, bahkan secara rahasia, preferensi seperti tinggal di
rumah dan membaca sebagai pengganti menghadiri acara sosial
Orang introvert dan pemalu sering dilihat oleh teman sekelas dan
pendidik yang tidak memahami mereka sebagai orang yang takut, antisosial,
dan tidak mahir secara sosial. Namun, salah satu kekuatan introvert adalah
bahwa mereka berteman baik; mereka adalah pendengar yang baik dan
sering memiliki banyak informasi tentang hal itu mereka bersedia berbicara
panjang lebar dengan orang-orang yang mereka percayai. Karena introvert
cenderung sangat jeli mereka memperhatikan orang-orang dan hal-hal di
dekatnya, dan pandai mendeteksi nuansa berbagai situasi. Kesadaran
mereka yang meningkat akan kehalusan interaksi sosial, dan kecenderungan
mereka untuk meneliti dengan cermat memungkinkan mereka untuk
memberikan umpan balik yang berharga. Orang pemalu memiliki beberapa
kekuatan yang sama dengan introvert karena mereka peka terhadap orang
lain dan menjadi pendengar yang baik. Mengungkapkan perasaan dan
pengetahuan Individu yang tertutup dan pemalu biasanya tidak
mengungkapkan perasaan mereka kepada orang lain kecuali mereka
mengenalnya dengan baik, dan mungkin tidak secara sukarela membagikan
informasi seperti yang sering dilakukan orang yang lebih ekstrover.
Menghadapi Introvert dan orang yang pemalu cenderung tidak
nyaman dengan konflik terbuka dan akibatnya menghindarinya. Jadi, jika
mereka tidak puas dengan nilai atau memiliki masalah dengan teman
sekelas, mereka cenderung untuk meningkatkan kekhawatiran mereka - jika
mereka menaikkannya sama sekali - dengan cara yang relatif tidak aktif dan
tidak agresif. Ketika dihadapkan oleh individu yang sangat marah, orang
introvert dan pemalu cenderung menarik diri atau menjadi diam, dan
mungkin berusaha untuk meminimalkan kontak di masa depan dengan
individu tersebut. Orang ekstrovert, sebaliknya, biasanya lebih nyaman
dengan konfrontasi, dan cenderung mengekspresikan kemarahan mereka
secara lebih spontan dan kuat.
Kutipan dari Robert J. Coplan, seorang peneliti rasa malu di Ottawa,
Kanada, sebagaimana dicatat dalam Kain [4] meringkaskan keadaan siswa
yang pemalu dan tertutup di sekolah dan perguruan tinggi kontemporer:
“Siapa pun yang merancang konteks ruang kelas modern adalah tentu saja
tidak memikirkan siswa yang pemalu atau pendiam. Dengan ruangan yang
sering penuh sesak, stimulasi tinggi dan fokus pada kinerja lisan kelas
modern adalah mimpi terburuk siswa yang pendiam jika seorang guru
mengajukan pertanyaan dan siswa itu tidak langsung menjawab, hal yang
paling umum adalah guru tidak melakukannya. tidak punya waktu untuk
duduk dan menunggu, tetapi harus pergi ke orang lain, dan di belakang
kepala mereka mungkin berpikir bahwa siswa tidak sepintar atau tidak
mengerjakan pekerjaan rumah. Menulis Karya tertulis adalah bidang di
mana siswa yang pemalu dan tertutup dapat benar-benar bersinar, asalkan
mereka memiliki keterampilan penguasaan menulis yang memadai.
Introvert akan berharap memiliki waktu untuk memproses pemikiran
mereka dan memoles pekerjaan mereka sebelum itu disampaikan karena
mereka lebih memilih untuk menjaga pekerjaan tertulis kasar tetap pribadi
sampai mereka punya waktu untuk merenung dan sempurna. Mereka
mungkin, bagaimanapun, bersedia untuk memungkinkan mitra studi yang
dipercaya atau teman untuk memberi mereka umpan balik pada proyek
tertulis sebelum mereka diserahkan atau disajikan. Mencari Hadiah Istilah
sensitivitas hadiah mengacu pada tingkat di mana seorang individu tertarik
dan bersemangat dengan kegiatan dan pencarian yang tampaknya akan
menghasilkan semacam hadiah sensasi atau emosi yang diinginkan, nilai
yang bagus, atau nilai atau beberapa simbol pengakuan formal lainnya.
3. Analisis dan hasil penelitian dari Jurnal Internasional yang berjudul “Self-
Identified Childhood Shyness and Perceptions of Shy Children: Voices of
Elementary School Teachers”
Berdasarkan jurnal yang telah dipaparkan, Coplan dan Armer (2007)
mendefinisikan rasa malu sebagai perasaan gelisah atau ragu-ragu seorang
individu ketika dihadapkan dengan sebuah novel atau situasi yang tidak
dikenal. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa rasa malu, terutama
pada anak usia dini, dapat menimbulkan risiko untuk kesulitan penyesuaian
kemudian seperti masalah internalisasi (misalnya, kecemasan, gejala
depresi), masalah dengan teman sebaya (misalnya, penolakan, viktimisasi),
dan kesulitan sekolah (misalnya, miskin prestasi akademik, penolakan
sekolah). Rasa malu masa kanak-kanak memainkan peran penting dalam hal
belajar dan sosialisasi dan dapat memiliki efek mendalam pada pikiran,
perasaan, dan perilaku individu yang dapat terbawa hingga dewasa.
Penelitian ini menyelidiki bagaimana rasa malu pada masa kanak-kanak
yang diidentifikasi sendiri dapat memengaruhi persepsi guru saat ini tentang
rasa malu di antara murid-murid mereka. Penelitian ini menyelidiki
bagaimana rasa malu pada masa kanak-kanak yang diidentifikasi sendiri
dapat memengaruhi persepsi guru saat ini tentang rasa malu di antara murid-
murid mereka. Analisis mengungkapkan tema faktor sosial, faktor pribadi,
dan yang berkaitan dengan rasa malu yang berkontribusi terhadap rasa malu
masa kecil. Selain itu, pengalaman rasa malu pada masa kanak-kanak ini
tampaknya berkontribusi pada persepsi guru tentang rasa malu saat ini (di
antara guru yang mengidentifikasi diri sebagai anak-anak yang pemalu).
Meningkatnya kesadaran akan rasa malu, khususnya di tingkat
sekolah dasar telah menjadi perhatian, terutama karena guru menganggap
rasa malu sebagai masalah yang mungkin terjadi di lingkungan sekolah.
Guru menganggap anak-anak pemalu lebih kompeten secara sosial dalam
hal kerja sama dan pengendalian diri dibandingkan dengan anak-anak yang
lebih berani dan cenderung menjadi pendengar yang baik, lebih kecil
kemungkinannya untuk mendapat masalah, dan cenderung untuk
mengalami masalah. mengembangkan hubungan yang intim dan dekat
dengan satu atau dua teman. Sebaliknya, guru juga menganggap anak-anak
pemalu kurang kompeten secara sosial dalam bidang ketegasan. Hughes dan
Coplan (2010) menemukan bahwa guru cenderung menilai anak-anak
pemalu kurang kompeten secara akademis, terlepas dari kinerja akademik
anak yang sebenarnya, berdasarkan pada nilai tes standar. Ini memiliki
implikasi penting bagi prestasi siswa, karena siswa yang pemalu mungkin
dianggap kurang terlibat dan oleh karena itu, memiliki keterampilan
akademik yang lebih lemah daripada anak-anak yang lebih aktif. Hasil
penelitian ini menunjukkan ada cara yang berbeda untuk menafsirkan rasa
malu, yang mengarah ke berbagai jenis konsekuensi.
Berdasarkan wawancara yang ditranskrip menjadi subyek analisis
konten. Menurut Berg (2001), analisis konten berusaha untuk memahami
"lebih baik perspektif (s) dari produsen kata-kata ini" (hal. 242). Analisis
data dilakukan dengan tangan, menyoroti dan mengelompokkan data yang
ditranskrip ke dalam kode. Analisis tangan mengharuskan peneliti membaca
data, mengkode dengan tangan dan mengorganisasikannya ke dalam tema
berikutnya (Creswell, 2008). Pengkodean data diselesaikan secara induktif,
dengan penulis pertama membaca semua transkrip untuk istilah-istilah
kunci berulang yang ada dalam data (Berg, 2001). Menyoroti kata-kata
kunci sepanjang wawancara menyebabkan munculnya kode, dan kemudian
digunakan untuk membuat skema pengkodean (Lampiran) yang digunakan
untuk semua wawancara guru. Keandalan didirikan dengan memiliki kode
penulis kedua semua transkrip secara independen menggunakan lembar
kode yang dikembangkan untuk tujuan penelitian ini. Keandalan didirikan
pada 95% dan perbedaan dalam pengkodean dinegosiasikan antara dua
penulis pertama.
Analisis awal mengungkapkan 10 dari 14 (71%) peserta
mengidentifikasi diri sebagai "pemalu" ketika mereka masih anak-anak.
Dari 10 peserta ini, sembilan (90%) menunjukkan bahwa mereka tidak
lagi.Pemalu Identifikasi Anak / Lao, Akseer, Bosacki & Coplan. Pemalu
sebagai orang dewasa. Sisa empat (29%) peserta melaporkan bahwa mereka
baik keluar atau tidak "malu" atau "tidak malu" sebagai anak-anak. Dari
empat peserta ini, satu (25%) menunjukkan bahwa mereka malu saat
dewasa, tergantung pada situasi.

c. Konsep teoritis tentang teori kepribadian Gordon Allport


1) Pandangan manusia
Pada tahun 1966, Allport mengemukakan pandangan epistemologis
untuk meneliti kepribadian yang disebutnya ‘realisme heuristik’.
Pandangan ini menerima asumsi umum, “bahwa manusia adalah
makhluk yang real, bahwa setiap manusia memiliki suatu organisasi
neuropsikis yang real, dan bahwa tugas kita ialah memahami organisasi
ini sebaik mungkin”. Gambaran kodrat manusia yang dikemukakan
Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat
dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar, kekuatan yang
tak dapat dilihat dan tak dapat dipengaruhi. Orang-orang yang sehat
tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar, dan tingkah laku mereka
tidak ditentukan oleh nafsu-nafsu (yang dikendalikan oleh setan-setan)
yang jauh.
Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan
pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa
yang neurotis. Akan tetapi individu yang sehat yang berfungsi pada
tingkat rasional dan sadar, tentu menyadari sepenuhnya kekuatan-
kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-
kekuatan itu juga.
2) Struktur kepribadian
Traits adalah kunci dalam mendefinisikan strukur kepribadian
menurut Allport.. Allport berpendapat bahwa pengertian-pengertian
kebiasaan, traits, sikap, diri (self) dan kepribadian itu masing-masing
bermanfaat dan berbeda satu sama lain. Allport menekankan pada trait,
di mana ia menyatakan bahwa intensi itu berbeda dari attitude. eori-teori
Allport kemudian dinamakan “trait psychology”.
Di sisi lain, tanggapan Allport mengenai temperamen juga berbeda
dan mendetail. Bagi Allport temperamen adalah konstitusi kejiwaan
atau bagian dari jiwa yang melalui darah dan memiliki hubungan dengan
jasmaniah / biologis dan bersifat hereditas, termasuk juga mudah
tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatan bereaksi,
kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan
intensitat suasana hati; gejala ini tergantung kepada faktor
konstitusional.
Pada akhirnya, kontribusi terbesar Allport adalah teorinya mengenai
Trait. Ia mengklasifikasikan beberapa trait, dan merevisinya menurut
perkembangan teorinya sendiri. Dia berhasil membedakan antara trait
sebagai hal yang dimiliki setiap induvidu sebagai identitas dan attitude
yang dimiliki setiap individu. Sumbangsih terbesar Allport adalah
pengembangan dan penarikan perhatian psikolog pada kepribadian
terutama dari perspektif bagaimana individu memandang dirinya
sendiri.
a. TRAITS (PERSONALITY TRAITS)
Traits menurut teori Allport adalah proses
mental/neuropsikis yang berkapasitas dan mampu mengarahkan
stimulus yang akan menghasilkan perilaku yang adaptif atau
ekspresif.
i. Karakter Traits
Menurut Allport ada beberapa karakteristik traits:
a) nyata dan benar-benar ada di setiap individu,
bukan hanya sekadar label dan sebutan (claim)
b) menjadi kausal (sebab) dari suatu perilaku yang
biasanya terjadi
c) empiris (bisa di identifikasi indra)
d) masing masing salaing berkorelasi
e) fleksibel dan berubah sesuai situasi(versatilitas)
ii. Individual Traits dan Common Traits
Berdasarkan teorinya mengenai distifikasi
antara Trait dan Attitude, Allport kemudian
mengklasifikasikan traits dalam 2 bentuk :
a) Individual Traits : keunikan pada seseorang dan
menunjukkan karakter mereka.
b) Common Traits : perilaku yang dilakukan oleh
sejumlah manusia, misalnya sebagai bagian dari
budaya.
iii. Personal Dispositions
Allport merevisi beberapa teori sebelumnya
(dalam terminologi) . personal dispositions artinya
dimana perilaku tidak memiliki intensitas dan
signifikansi yang sama.
c) Cardinal traits adalah sifat yang berperan besar
dalam kehidupan dan trait yang kuat
d) Central traits adalah sifat yang lebih umum dan
khas yang menonjol dari perilaku manusia itu
sendiri.
e) Secondary traits adalah sifat yang lebih spesifik
dan tidak terlalu mendeskripsikan kepribadian.
Sifat ini berfungsi lebih terbatas, khusus pada
respons yang didasarnya serta perangsang
tertentu dan tidak konsisten.
Habit (kebiasaan) adalah respon yang tidak fleksibel dan
spesifik terhadap suatu stimuli, bisa bergabung/dikombinasikan
dengan trait lain.
Attitudes (sikap) adalah makna yang hampir sama dengan
traits, kecuali bahwa attitudes memiliki objek tertentu yang lebih
spesifik, dan melibatkan pertimbangan dan evaluasi baik positif
maupun negatif (baik mendukung atau menolak).
Perbedaan antara sifat (trait) dan sikap (Attitude) termasuk
sulit dalam teori Allport. kedua-duanya itu adalah respons dan
memiliki kekhasan, selain itu keduanya juga dapat memulai atau
membimbing tingkah laku hal ini juga diperngaruhi hasil dari faktor
genetis-genetis dan belajar. Namun kalau diteliti terdapat perbedaan
antara kedua hal tersebut.
SIKAP (ATTITUDE) SIFAT (TRAIT)
-berhubungan dengan suatu objek -tidak berhubungan dengan
-cenderung berlingkup kecil suatu objek
-dapat berbeda-beda dari yang -sifat yang hampir selalu besar
khusus ke lebih umum dan ruang lingkup yang luas
-biasanya memberikan penilaian -selalu bersifat umum
(menerima atau menolak) -tidak memeberikan penilaian

b. INTENSI
Penyelidikan mengenai intensi atau keinginan individu
mengenai masa depan lebih penting daripada kejadian di masa
lalu (Allport). Istilah intensi menurut Allport meliputi beberapa
pengertian:
a. harapan-harapan
b. keinginan-keinginan
c. ambisi
d. cita-cita
e. niat untuk melakukan sesuatu.
Dalam hal inilah terlihat jelas perbedaan Allport dengan lain-
lain ahli teori kepribadian dewasa ini. Teori Allport menunjukkan,
bahwa apa yang akan dicoba dilakukan oleh seseorang merupakan
kunci dan hal terpenting bagi apa yang dikerjakannya sekarang. Jadi
kalau dewasa ini, banyak ahli yang mengutamakan masa lampau,
maka pendapat Allport itu mirip sekali dengan pendapat Adler dan
Jung; walaupun tidak ada alasan untuk mengatakan adanya
pengaruh dari mereka ini.

c. TYPE
Allport membedakan antara sifat dan type. Menurut Allport,
orang dapat memiliki suatu sifa, tetapi tidak dapat memiliki
sesuatu type. Type adalah konstruksi ideal si pengamat, dan
seseorang dapat disesuaikan dengan type itu tetapi dengan
konsekuensi diabaikan sifat-sifat khas individuilnya. Sifat dapat
mencerminkan sifat khas pribadi sedangkan type lebih
menyembunyikannya. Jadi bagi Allport, type menunjukkan
perbedaan-perbedaan buatan yang tidak begitu cocok dengan
kenyataan, sedangkan sifat adalah refleksi sebenarnya daripada
yang sebenar-benar ada.
d. PROPARIUM
Proprium adalah istilah yang diciptakan Allport yang
mengindikasikan semua fungsi self atau ego. Hal ini juga
disebut fungsi proprium (propriate function) daripada
kepribadian. Fungsi tersebut adalah kesadaran jasmani, self
identity, self-esteem, self extention, rational thinking, self
image, propriate stiving, dan fungsi mengenal. Semua itu
bagian-bagian yang vital daripada kepribadian. Proprium tidak
dibawa sejak lahir tetapi berkembang didalam perkembangan
individu. Allport menggunakan kata proprium daripada self
karena lebih mudah dipahami sebagai sifat atau fungsi
kepribadian secara umum.
Ada tujuh aspek dalam perkembangan proporium :
i. Bodily Self : tahap 1-3.Pada 3 tahun pertama, bayi menjadi
lebih peduli terhadap keberadaan dirinya dan
membedakan tubuhnya dari objek-objek yang ada
disekitarnya.
ii. Self Identity : anak-anak membuktikan dan menemukan
identitas mereka tetap terlepas dari perubahan di
lingkungan mereka.
iii. Self-esteem : anak-anak mulai bangga pada prestasi
(pencapaian) yang mereka raih.
iv. Extension of self : tahap ke 4-5. umur 4 sampai 6 tahun.
Pada masa ini anak mengakui objek-objek yang ada di
sekitarnya dan orang-orang disekitar lingkungan mereka.
v. Self-image : anak-anak mengembangkan gambaran aktual
dan idealis dalam diri mereka dan perilaku mereka serta
menjadi lebih peduli terhadap kepuasan (atau
ketidakpuasan) terhadap harapan Orangtua.
vi. Self as a rational coper : tahap 6. Umur 6-12 tahun, anak-
anak mulai mengapli-kasikan alasan dan pengetahuan
untuk mencapai solusi terhadap masalah yang mereka
hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
vii. Propriate striving : tahap 7. pada masa remaja awal
(sebelum teenage) mulai membentuk tujuan jangka
panjang dan rencana.
3) Dinamika kepribadian
Allport menekankan bahwa pengaruh keberadaan seseorang pada
masa sekarang tidak hanya ada di dalam teori kepribadiannya tetapi juga
ada dalam pandangan motivasinya. Dia juga menegaskan bahwa
kehidupan masa lalu atau masa lampau tidak lagi dapat menjelaskan
perilaku seseorang ke depannya, kecuali hanya sebagai motivasi saja.
Sehingga allport hanya terfokus kepada kehidupan individu di masa
depan ketimbang dimasa lalu.
Allport menentang teori Freud yang terfokus pada alam bawah sadar
seseorang. Menurut Allport proses kognitif seseorang juga memiliki
peran penting, yang mana suatu rencana dan tujuan seseorang dibuat
secara sadar. Sehingga ia menyimpulkan bahwa kehidupan di masa lalu
tidak ada hubungan dan sangkut-pautnya dengan kehidupan mendatang
dari tiap individu, kehidupan masa lalu itu hanya sebagai motivasi atau
dukungan ke arah yang lebih baik.
Kemudian Allport juga menjelaskan proses dari kepribadian itu
dalam sebuah konsepnya, “functional autonomy”. Konsep ini
menjelaskan bahwa motif kematangan, kesehatan emosional seseorang
tidak terhubung secara fungsional kepada pengalamannya di masa lalu
sejak ia lahir. Dari konsep tersebut dapat diketahui bahwa Allport
berpendapat bahwa motivasi dari tiap individu itu bersifat independen
dan tidak terikat atau terhubung dengan hal yang lainnya.
Konsep ini terdiri atas dua level fungsi otonom, yaitu Perseverative
functional autonomy dan Propriate functional autonomy.
i. Perseverative functional autonomy merupakan level yang dasar,
berkaitan dengan perilaku seseorang yang sudah menjadi
kegiatan rutin, seperti kecanduan atau tindakan fisik yang
berulang. Contohnya : perokok.
ii. Propriate functional autonomy merupakan level yang lebih
penting ketimbang level Perseverative functional autonomy
dan penting untuk pemahaman motivasi dewasadihubungan pada
nilai-nilai, self-image, dan gaya hidup.
Selain itu, terdapat tiga prinsip pada level propriate functional
autonomy, yaitu:
i. Organizing the energy level, menjelaskan bagaimana kita
memperoleh motif baru
ii. Mastery and competence, mengacu pada level yang mana akan
kita pilih untuk memuaskan motif
iii. Propriate patterning, menjelaskan perjuang (usaha)
terhadap konsistensi danintegrasi kepribadian
4) Perkembangan kepribadian
Menurut Allport perkembangan kepribadian manusia akan selalu
berubah-ubah seiring berjalannya waktu.
3 Fase perkembangan Allport :
a. Anak-anak
b. Transformasi anak – anak
c. Masa dewasa
a. Masa Anak – Anak
Masa ini dimulai dari masa neonatus yang menjadi awal
perkembangan dari kepribadian anak. Pada masa perkembangan ini
anak mulai bisa melakukan gerakan refleks yang belum bisa
dibedakan. Ekspresi emosi anak pada masa ini cenderung monoton
dan akan mengalami perkembangan sesuai dengan masa yang
dilewatinya.
b. Masa Transformasi Anak – Anak
Pada masa ini, perkembangan kepribadian seseoarang akan
terlihat dari :

 diferensiasi
 integrasi
 pematangan
 belajar
 kesadaran (sugesti)
 harga diri
 inferioritas ataupun kompensansi
 mekanisme psikoanalitis
 otonomi fungsional
 reorintasi mendadak trauma
 objektivitas
 insting
 humor
 pandangan hidup
c. Masa Dewasa
Merupakan masa terpenting dalam perkembangan
kepribadian seseorang. Masa – masa ini sangat menentukan
bentuk kepribadian seseorang melalui tingkah laku yang
ditujukannya.
Menurut Allport, seseorang dikatakan dewasa, jika :
 mulai bisa memproyeksikan kebutuhannya tidak hanya untuk masa
sekarang tapi untuk masa yang akan datang (extension self)
 mulai mengenal apa yang diinginkannya dan yang menjadi kebutuhannya
serta mengerti akan hal – hal yang bisa memberikan kesenangan pada dirinya
(insight & humor)
 mengerti arti dan tujuan hidup yang dijalaninya, mulai memiliki pandangan
hidup atau filsafat hidup yang terus dipertahankan.
Pada masa perkembangan kepribadian, unsur religius menjadi unsur yang
sangat penting untuk membentuk kepribadian seseorang.

5) Perkembangan pribadi sehat


a. Memiliki kebutuhan yang terus menerus dan bervariasi serta
menyukai tantangan-tatangan baru.
b. Tidak menyukai hal-hal yang rutin dan mencari pengalaman-
pengalaman baru.
c. Mengambil risiko, berspekulasidan menyelidiki hal-hal baru.
d. Aktivitas yang menghasilkan ketegangan.
e. Melalui tantangan dan pengalaman baru manusia dapat bertumbuh
dan berkembang.
f. Pribadi sehat berfungsi secara sadar dan menyadari sepenuhnya
kekuatan-kekuatan yang membimbing dan dapat mengontrol
kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
g. Pribadi yang matang tidak dikontrol oleh traumadan konflik mas
kanak-kanak.
h. Kebahagiaanbukan suatu tujuan hidup melainkan hasil dari
keberhasilan integrasi kepribadian dalam mengejar inspirasi dan
tujuan hidupnya.
i. Kepribadian yang sehat “prinsip penguasaan dan
kemampuan” Principle of mastery and competency.
j. Proprium “Self”= Setiap pribadu memiliki keunikan masing-
masing.
6) Perkembangan pribadi tidak sehat
Perkembangan pribadi tidak sehat menurut Allport
Allport memiliki pemikiran mengenai pribadi yang tidak sehat,
ketidak-matangan, kesehatan emosi, kepribadian tidak dewasa adalah
sebagai berikut :
a. Tidak mampu merasakan dunia, mengingat pengalaman dan
bagaimana pikiran yang kita tunjukkan (berhubungan dengan
propriate functional autonomy ).
b. Tidak mampu untuk mempertahankan konsistensi dan integrasi
kepribadian
c. Tidak berfungsi secara matang, motivasinya dependent
d. Dependent terhadap orang tua/orang sekitar
e. Perkembangan psikologis yang terhambat mengakibatkan dewasa
neurotik yang berasal dari pengalaman yang tidak menyenangkan
pada masa kanak-kanak
STUDI KASUS

a. Identitas Subyek
Inisial subyek: D. A
Pendidikan terakhir: SMA
Anak: Sulung
b. Analisis tingkah laku subyek
Tingkah laku pemalu yang nampak dari subyek adalah jarang
berbicara panjang, suka menyendiri. Faktor yang menyebabkan subyek
menjadi pemalu adalah dari lingkungan teman sebaya, dengan cara
temannya membully subyek. Akibat dari perilaku pemalu tersebut, subyek
tidak terlalu aktif dalam bidang organisasi atau aktif dalam kegiatan belajar
mengajar dikelas.
Teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara secara
langsung dengan subyek dan observasi karena subyek merupakan teman
dekat dari salah satu anggota dari kelompok kami.
ANALISIS KEPRIBADIAN PEMALU DENGAN
MEGGUNAKAN TEORI KEPRIBADIAN ALLPORT

Analisis kepribadian pemalu ditinjau dari teori kepribadian Allport berdasarkan

1. Struktur kepribadian
a. Traits
Traits menurut teori Allport adalah proses mental/neuropsikis
yang berkapasitas dan mampu mengarahkan stimulus yang akan
menghasilkan perilaku yang adaptif atau ekspresif. Jadi pada
studi kasus di atas bahwa subyek tersebut memiliki perilaku
pemalu karena mendapat stimulus yang negatif dari lingkungan
luar dengan dia dibully oleh teman-temannya. Karena mendapat
stimulasi yang negarif maka akan menghasilkan perilaku yang
tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar
b. Intensi
Keinginan individu mengenai masa depan lebih penting daripada
kejadian di masa lalu (Allport). Pada studi kasus ini subyek ingin
menjadi orang yang tidak pemalu lagi atau dalam artian ingin
menjadi yang lebih baik daribapda masalalunya
c. Type
Type adalah konstruksi ideal si pengamat, dan seseorang dapat
disesuaikan dengan type itu tetapi dengan konsekuensi diabaikan
sifat-sifat khas individuilnya. Dari studi kasus diatas bahwa dia
ingin menjadi peribadi yang lebih baik dengan cara lebih aktif
dibidang akademik
d. Proparium
Proprium adalah istilah yang diciptakan Allport yang
mengindikasikan semua fungsi self atau ego Pada studi kasusu
diatas bahwa dia ingin ingin mengubah kepridian pemalu, dia
mengubah kepribadian tersebut dengan cara aktif dibidang
akademik disitu dia berlajar untuk tidak menjadi pemalu lagi
2. Dinamika kepribadian
Allport menekankan bahwa pengaruh keberadaan seseorang
pada masa sekarang tidak hanya ada di dalam teori kepribadiannya
tetapi juga ada dalam pandangan motivasinya. Dia juga menegaskan
bahwa kehidupan masa lalu atau masa lampau tidak lagi dapat
menjelaskan perilaku seseorang ke depannya, kecuali hanya sebagai
motivasi saja. Sehingga allport hanya terfokus kepada kehidupan
individu di masa depan ketimbang dimasa lalu.
Jadi pada kasus diatas bahwa masa lalu subyek yang dulunya
sering dibully oleh teman-temannya karena tidak mempunyai ayah
karena sudah bercerai dengan ibunya tidak lagi bisa menjelaskan
perilaku dia kedepannya akan menjadi pemalu atau pun sebaliknya.
Tapi disisi lain masa lalu hanya bisa menjadi motivasi saja

3. Perkembangan kepribadian
a. Masa anak-anak
Masa ini dimulai dari masa neonatus yang menjadi awal
perkembangan dari kepribadian anak. Di dalam studi kasus ini
individu tersebut sedikit kekurangan kasih sayang dari kedua
orang tuanya karena orang tuanya bercerai yang menyebabkan
individu tersebut kurang kasih sayang
b. Transformasi anak-anak
Perkembangan kepribadian pada studi kasus diatas terlihat dari
reorintasi mendadak trauma karena individu saat sekolah dasar
kelas 6 dibully tidak punya ayah karena kedua orang tuanya
bercerai yang menyebabkan individu trauma dan menjadi pemalu
c. Masa dewasa
Merupakan masa terpenting dalam perkembangan kepribadian
seseorang. Masa – masa ini sangat menentukan bentuk
kepribadian seseorang melalui tingkah laku yang ditujukannya
Karena individu tersebut belum memasuki masa dewasa jadi
belum bisa diulas
4. Perkembangan pribadi tidak sehat
Allport memiliki pemikiran mengenai pribadi yang tidak
sehat, ketidak-matangan, kesehatan emosi, kepribadian tidak
dewasa adalah sebagai berikut :
a. Tidak mampu merasakan dunia, mengingat pengalaman dan
bagaimana pikiran yang kita tunjukkan (berhubungan dengan
propriate functional autonomy ). Pada studi kasus di atas bahwa
individu tersebut tidak mampu merasakan dunia karena dia
beranggapan seolah-oleh dunia luar tidak menganggap dirinya
ada
b. Tidak mampu untuk mempertahankan konsistensi dan integrasi
kepribadian.
c. Tidak berfungsi secara matang, motivasinya dependent
d. Dependent terhadap orang tua/orang sekitar
e. Perkembangan psikologis yang terhambat mengakibatkan
dewasa neurotik yang berasal dari pengalaman yang tidak
menyenangkan pada masa kanak-kanak
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

a. Bagaimana peranan keluarga/orang tua dalam mereduksi perilaku pemalu


1. Beri dia semangat
Sifat pemalu anak akan semakin menjadi parah apabila
orangtua tidak menghargainya dan juga tidak memberikan
semangat. Contoh tindakan yang salah terhadap anak pemalu adalah
mengatakan kepadanya bahwa sifat pemalu tidak ada membawa
keuntungan dan dia bisa kalah dengan teman-temannya.
Berilah semangat dengan kata-kata positif seperti misalnya
kepercayaan Anda kepadanya bahwa dia akan sangat disukai bila
berteman dengan banyak orang misalnya. Atau, mengatakan bahwa
dia punya banyak potensi untuk mengembangkan bakat-bakatnya.
2. Jangan suka menjelek-jelekkan orang lain
Kegemaran orang tua untuk menilai buruk orang lain juga
dapat membuat anak semakin pemalu dan enggan untuk
menunjukkan potensi dirinya. Pasalnya, dia terbiasa dengan fakta
bahwa setiap perilaku kita akan dinilai oleh orang lain dan
dibicarakan keburukannya di belakang. Nah, jangan sampai anak
Anda punya pikiran negatif seperti itu. Kurangi bahkan hilangkan
kegemaran membicarakan keburukan orang lain di depan anak.
Selain itu, tunjukkan kepadanya bahwa setiap orang
sebenarnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
yang harus diterima, selama mereka tidak merugikan orang lain dan
tidak melanggar norma serta etika yang ada di tengah masyarakat.
3. Menjadi tempat berkeluh kesah yang baik
Jadilah tempat curhat atau berkeluh kesah yang baik bagi
anak. Dengarkan setiap keluhan anak dan jangan menghakiminya.
Keengganan orang tua untuk mendengarkan anak akan membuat
anak menjadi rendah diri dan akan memperparah sifat pemalunya.
Bukan hanya sifat pemalu anak, orangtua yang jauh dari
anak-anaknya juga akan membuat anak menjadi malas untuk
berkembang karena menurutnya, seberapa pun besarnya prestasi
yang mereka hasilkan, orangtua tetap tidak akan pernah
menghargainya.
4. Biasakan bertemu orang-orang baru
Sifat orang tua yang terlalu protektif akan membuat sifat
pemalu anak menjadi semakin menjadi-jadi. Pasalnya l, mereka
tidak terbiasa bertemu dengan orang banyak dan tidak tahu
bagaimana cara bersosialisasi yang baik dan benar. Nah, sejak dini
ajarkanlah anak untuk bersosialisasi dengan kawan-kawan
sebayanya.
Tanamkan sifat-sifat sopan di dalam dirinya dan ajarkan
bagaimana cara menghargai orang lain. Namun, bila anak sedang
dilanda suasana hati yang buruk atau terlalu lelah untuk
bersosialisasi, jangan pernah memaksanya untuk berinteraksi
dengan orang lain. Bila anda terbiasa untuk memaksanya maka dia
akan menjadi semakin malas untuk berteman dengan orang lain
karena bagi aktivitas tersebut sangat menyebalkan.
5. Memaksimalkan potensinya
Ada banyak anak yang menjadi pemalu karena dia tidak
memahami apa perannya di dunia ini. Dia menganggap bahwa
dibandingkan teman-temannya, dia tidak memiliki kelebihan
apapun
Sebagai orangtua yang baik, Anda dapat mengatasi hal ini
dengan cara memaksimalkan potensi anak. Perkenalkan anak pada
berbagai hal yang baru tumbuhkan minatnya pada bidang-bidang
tertentu. Dukung segala hal yang menjadi hobinya sepanjang hal
tersebut positif serta tidak mengganggu proses belajar mengajar di
sekolah. Jangan pernah mengatai anak dengan sebutan-sebutan yang
tidak baik dan membuat dirinya menjadi minder
b. Bagaimana peranan bimbingan dan konseling untuk mereduksi perilaku
pemalu
Sebagai suatu proses yang bersifat kontinyu dan berkesinambungan,
perkembangan siswa tentu tidak selamanya berjalan tanpa hambatan.
Berbagai permasalahan sering kali dialami oleh siswa dan tidak jarang
permasalahan tersebut memerlukan penyelesaian yang cepat dan tepat agar
tidak menimbulkan masalah baru yang mempengaruhi perkembangan dan
kehidupan remaja. Salah satu permasalahan yang kerap kali muncul di
kalangan siswa terutama pada masa remaja adalah kecenderungan shyness.
Bimbingan dan konseling berperan penting untuk memfasilitasi
siswa agar mampu mencapai perkembangannya secara optimal.
Perkembangan yang harus dicapai siswa disekolah yaitu perkembangan diri.
Khususnya untuk memperoleh pemahaman dan penerimaan diri secara
objektif dan konstruktif dalam rangka menumbuhkan rasa percaya diri
dengan pelatihan komunikasi interpersonal.

c. Kesimpulan
Anak pemalu cenderung akan menghindari keramaian dan takut
untuk bergaul dengan temannya. Anak yang memiliki sifat pemalu biasanya
mudah merasa takut dan penuh keragu-raguan dalam melakukan sesuatu.
Rasa percaya diri pada anak pemalu akan meningkat tergantung dari
lingkungannya. Dalam hal ini, orang tua mempunyai andil cukup besar,
apakah anak akan semakin pemalu atau justru dapat mengatasi sikap pemalu
dalam dirinya. Anak dengan karakter pemalu memilki kelebihansama
seperti anak lainnya. Hanya saja anak pemalu dalam mengekspresikan diri
cenderung diam-diam atau sembunyi-sembunyi.
Pada awalnya anak mengidentifikasi diriya dengan ibu atau
ayahnya. Sedangkan masa selanjutnya akan mengembangkan dirinya
sendiri dan mulai mencari jati dirinya sendiri. Dengan perkembangan
pergaulan dan pandangan anak-anak mulai mengidentifikasi dirinya dengan
tokoh-tokoh, pahlawan-pahlawan, pimpinan masyarakat atau orang-orang
yang berprestasi dalam bidang olahraga dan sebagainya. Kemandirian,
Introvert dan Ekstrovert, Internalisasi, Imitasi,ketergantungan dan juga
bakat dapat menuntun proses perkembangan anak.
REFERENSI

Carducci, B. E. (2000). What shy individuals do to cope with their shyness: A


content analysis. Shyness: Development, Consolidation and Change, 46(1),
171–185.

Condon, M., & Ruth-Sahd, L. (2013). Responding to introverted and shy students:
Best practice guidelines for educators and advisors. Open Journal of
Nursing, 03(07), 503–515. https://doi.org/10.4236/ojn.2013.37069

Dananjaya, D. N. (2016). Sikap psikologis. 1–37

Lao, M. G., Akseer, T., Bosacki, S., & Coplan, R. J. (2013). Self-identified
childhood shyness and perceptions of shy children: Voices of elementary
school teachers. International Electronic Journal of Elementary Education,
5(3), 269–284.

Ii, B. A. B., Kepribadian, A. K., & Kepribadian, P. K. (2005). No Title. 8–54.

Ii, B. A. B., Dan, S., & Dan, B. (2017). No Title. 11–32.

Novikasari Meli , Ali, H. (n.d.). Peranan Guru Dalam Mengatasi Anak Pemalu Di
Raudhatul Athfal Dharma Wanita Kementerian Agama. (3), 1–18. Retrieved
from http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/10187/9885

.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai