Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikilogi Pendidikan
yang diberikan oleh ibu Dra. Hj. Erni Hestiningrum M.A
KELOMPOK 4 :
RENSANELA C (1800001185)
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
dan anugerah-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “Resiliensi
Dalam Dunia Pendidikan” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan yang diberikan oleh ibu Dra. Hj. Erni Hestiningrum M.A.
Tidak lupa ucapan terimakasih saya tujukkan kepada pihak-pihak yang turut
mendukung terselesaikannya makalah ini kepada bapak ibu Dra. Hj. Erni
Hestiningrum M.A. selaku dosen Psikologi Pendidikan.
kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Resiliensi Didalam Dunia
Pendidikan”. kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat,
mengingat tidak ada yang sempurna tanpa adanya saran yang mendukung.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resiliensi adalah kapasitas individu untuk menghadapi, mengatasi,
memperkuat diri dan tetap melakukan perubahan sehubungan dengan masalah
yang di alami, setiap individu memiliki kapasitas untuk menjadi resilien.
Kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah di timpa kemalangan atau
bertahan di tengah lingkungan dengan tekanan yang berat bukanlah sebuah
keberuntungan, menunjukkan adanya kemampuan dalam diri individu yang di
kenal dengan istilah resiliensi. Berbagai kendala atau peristiwa kemalangan
tersebut di sebut adversitas. Ada individu yang mampu bertahan dan pulih
secara efektif namun ada pula yang gagal karena tidak berhasil keluar dari
situasi yang tidak menguntungkan. Dengan ini individu membutuhkan
dukungan dan bimbingan dari orang orang sekitarnya, serta membutuhkan
modal dalam pengembangan dirinya.
Dalam makalah ini kami mengambil 4 permasalahan yang berkaitan
dengan Resiliensi yaitu Kuota Bagi Mahasiswa Miskin Ditambah, Tetap
Melaksanakan UTS dengan lantai berlumpur, Tak Penuhi Persyaratan 9 SMK
DIY Menumpang UNBK DI Sekolah Lain, dan Sisihkan Rezeki demi Tebus
Ijazah. Selain itu makalah ini juga akan membahas apek-aspek yang berkaitan
dengan pokok-pokok permasalahan tersebut. Dengan permasalahan tersebut,
kami akan mengambil judul "Resiliensi Dalam Dunia Pendidikan".
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan dalam
penambahan kuota mahasiswa miskin?
2. Apakah bencana alam mempengaruhi semangat belajar siswa SD N 1
Bawak Klaten dalam mengahadapi UTS ?
3. Apa yang dilakukan pihak sekolah untuk tetap melaksanakan UNBK
meski tidak memenuhi persyaratan?
1
4. Mengapa ijazah para siswa masih banyak yang tertahan dan apa yang
dilakukan wali kota setempat dalam membantu siswa tersebut ?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kuota Bagi Mahasiswa Miskin Ditambah
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menargetkan
menambah kuota beasiswa untuk mahasiswa dari latar belakang ekonomi
miskin hingga hampir dua kali lipat dalam lima tahun mendatang. Jumlah
mahasiswa miskin ditargetkan menjadi 1 juta orang dalam lima tahun
kedepan. Berdasarkan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi tahun 2018 jumlah
mahasiswa miskin sebanyak 690.000 orang, padahal total mahasiswa
indonesia 7.5555.839 orang.
“Pada 2019 kuota untuk Bidikmisi bertambah menjadi 130.000 atau satu
setengah kali dari jumlah tahun 2018. Namun hal ini belum cukup untuk
meningkatkan jumlah mahasiswa miskin” kata Natsir.
Karena itu Natsir per 2020 pemerintah menyediakan skema baru berupa
Kartu Indonesia Pintar (KP) kuliah. Siswa SMA sederajat yang memiliki
3
KTP ketika diterima kuliah akan langsung dimasukan ke program Bidikmisi.
Target lainnya adalah anak-anak miskin yang tidak menerima KIP. Mulai
2020 akan dibuka kuota KIP kuliah untuk 250.000 mahasiswa jika digabung
dengan program Bidikmisi, PPA, dan Adik kuota mahasiswa miskin untuk
lima tahun ke depan adalah 650.000 orang. Pengamat pendidikan tinggi, Edy
Sunandi berpendapat bentuk skema bantuan tak perlu dipermasalahkan tujuan
utama harus menambah jumlah akses mahasiswa miskin agar bisa kuliah.
Kesempatan kuliah bisa mengeluarkan mereka dari jebakan kemiskinan turun
temurun.
4
B. Tetap Melaksanakan UTS dengan Lantai Berlumpur
lumpur dan sampah masih berserakan dihalaman SD N I Bawak
Kecamatan Cawas Klaten, Jumat pagi. Bagian selasar dan sejumlah ruangan
seperti enam ruang kelas, ruang guru dan kepala sekolah, serta perpustakaan
pun dipenuhi lumpur. Meski begitu 18 siswa kelas VI tetap berkonsentrasi
mengerjakan soal ujian tengah semester (UTS) didalam kelas dengan lantai
berlumpur.
5
Dampak yang menimpa sekolah kali ini paling parah meski pada tahun
sebelumnya juga seperti ini tetapi ada buku mata pelajaran untuk tahun
pelajaran mendatang yang ikut basah dan saat itu tidak ada persiapan sama
sekali karena air masuk ke sekolah pada pukul 19.00 WIB.
6
syarat penyelenggaraan UNBK sendiri. Misalnya karena jumlah siswa yang
tidak banyak atau keterbatasan fasilitas komputer.
Dalam satu ruangan ada seorang fasilitator teknisi dan proktor. Selain
mereka dilarang masuk ke ruang ujian menurut kordinator sub rayon 2.
Menurutnya intern SMK N 2 Yogyakarta sendiri juga sudah mempersiapkan
diri. Kalau dalam hal akademis sudah dilakukan sejak awal tahun pelajaran.
Secara teknis, sekolah menyediakan 11 laboratorium dengan masing-masing
ruangan 36 komputer. Terpisah Kepala SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta
Misdar SE MM menambahkan, sekolahnya sebagai anggota sub rayon 2
sudah siap menggelar UNBK ada 250 siswa dari sekolah tersebut yang
mengikuti UNBK. SMK Tamansiswa Jetis tidak menyediakan genset
bergantung kepada listrik dari PLN. Ada tiga laboratrium yang digunakan
untuk UNBK. Siswa berasal dari kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan
Ringan, Teknik Komputer Jaringan, Multi Media dan Teknik Instansi Tenaga
Listrik.
7
D. Sisihkan Rezeki Demi Tebus Ijazah
Senyum mengembang di bibir puluhan alumnus sejumlah sekolah. Mereka
mendapatkan ijazah yang selama ini tertahan karena masalah biaya. Ijazah
tersebut ditebus Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo dan diberikan
kepada pemiliknya dirumah dinas Loji Gandrung. Menjadi wali kota bukan
hanya piawai mengambil kebijakan. Kedekatan dan kepedulian kepada
masyarakat perlu diwujudkan. Sebagai orang tua, wali kota juga memahami
kesulitan memenuhi biaya sekolah karena itu, dia menyisihkan penghasilan
sebanyak-banyaknya untuk menebus ijazah macet warga Kota Bengawan.
Kami orang tua juga ikut prihatin ada ijazah yang masih ditahan karena
urusan biaya.jadi mumpung masih ada rezeki saya bantu (Dana, Red) untuk
menebus ini apa yang saya dapat dari pemerintah. Jadi saya kembalikan lagi
kepada masyarakat secara ikhlas. Kegiatan tersebut dilakukan sejak 13 tahun
yang lalu ketika dirinya masih menjabat sebagai wali kota yang apabila
dikalkulasikan per pekan wali kota menghabiskan sekitar Rp 60 juta untuk
menebus ijazah. Kemudian untuk melakukan hal tersebut perlu keselektifan
dan harus survai apakah benar-benar perlu dibantu atau tidak. Prioritas dari
keluarga yang tidak mampu maka orang tua juga diajak untuk datang.
Sementara itu, Mayang Kumala Sari, 20, lulusan SMK N 3 Surakarta 2017
mengaku senang sekaligus terharu karena ijazahnya ditebus wali kota.
Mayang mengatakan bahwa kekurangan biaya Rp 1,7 juta karena hanya
bapak yang bekerja dan harus memenuhi biaya kehidupan sehari-hari jadi
sulit untuk melunasinya itupun sudah saya bantu kerja.
8
memastikan apakah benar benar perlu di bantu atau tidak. Prioritas yang di
bantu adalah keluarga kurang mampu dan utuk pengambilannya orang tua
harus hadir.
9
BAB III
PEMBAHASAN
“Pada 2019 kuota untuk Bidikmisi bertambah menjadi 130.000 atau satu
setengah kali dari jumlah tahun 2018. Namun hal ini belum cukup untuk
meningkatkan jumlah mahasiswa miskin” kata Natsir.
10
Karena itu Natsir per 2020 pemerintah menyediakan skema baru berupa
Kartu Indonesia Pintar (KP) kuliah. Siswa SMA sederajat yang memiliki
KTP ketika diterima kuliah akan langsung dimasukan ke program Bidikmisi.
Target lainnya adalah anak-anak miskin yang tidak menerima KIP. Mulai
2020 akan dibuka kuota KIP kuliah untuk 250.000 mahasiswa jika digabung
dengan program Bidikmisi, PPA, dan Adik kuota mahasiswa miskin untuk
lima tahun ke depan adalah 650.000 orang. Pengamat pendidikan tinggi, Edy
Sunandi berpendapat bentuk skema bantuan tak perlu dipermasalahkan tujuan
utama harus menambah jumlah akses mahasiswa miskin agar bisa kuliah.
Kesempatan kuliah bisa mengeluarkan mereka dari jebakan kemiskinan turun
temurun.
Kesimpulan dari kasus diatas ada aspek yang terkait yaitu Empati yang
secara umum aspek empati menjelaskan yaitu kemampuan untuk memahami
dan memiliki kepedulian terhadap orang lain. Kaitannya dengan aspek ini
yaitu masih banyak mahasiwa yang membutuhkan kuota beasiswa, pengamat
pendidikan tinggi Edy Suandi Hamid ikut merasakan hal tersebut dengan
memberikan kepada mereka kesempatan sesuai kemampuan masing-masing
sehingga merka bisa mendapatkan atau mengembangkan pekerjaan yang
lebih baik.
11
B. Tetap Melaksanakan UTS dengan Lantai Berlumpur
lumpur dan sampah masih berserakan dihalaman SD N I Bawak
Kecamatan Cawas Klaten, Jumat pagi. Bagian selasar dan sejumlah ruangan
seperti enam ruang kelas, ruang guru dan kepala sekolah, serta perpustakaan
pun dipenuhi lumpur. Meski begitu 18 siswa kelas VI tetap berkonsentrasi
mengerjakan soal ujian tengah semester (UTS) didalam kelas dengan lantai
berlumpur.
12
Dampak yang menimpa sekolah kali ini paling parah meski pada tahun
sebelumnya juga seperti ini tetapi ada buku mata pelajaran untuk tahun
pelajaran mendatang yang ikut basah dan saat itu tidak ada persiapan sama
sekali karena air masuk ke sekolah pada pukul 19.00 WIB.
Kesimpulan dari kasus diatas ada aspek yang terkait yaitu Optimisme
dalam hal ini meskipun SD N 1 Bawak mengalami banjir lumpur yang
berserakan dilantai akibat luapan Sungai Dengkeng para siswa tetap
bersemangat melaksanakan UTS dengan saling bahu membahu
membersihkan lumpur karena bersikap optimis menuntut ilmu itu penting
bagi masa depan apapun rintangan yang ada harus dilewati. Secara umum
aspek optimisme ini menjelaskan apabila optimisme ada pada indiviu
menandakan bahwa individu tersebut percaya bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk mengatasi kemalangan dimasa depan.
13
syarat penyelenggaraan UNBK sendiri. Misalnya karena jumlah siswa yang
tidak banyak atau keterbatasan fasilitas komputer.
Dalam satu ruangan ada seorang fasilitator teknisi dan proktor. Selain
mereka dilarang masuk ke ruang ujian menurut kordinator sub rayon 2.
Menurutnya intern SMK N 2 Yogyakarta sendiri juga sudah mempersiapkan
diri. Kalau dalam hal akademis sudah dilakukan sejak awal tahun pelajaran.
Secara teknis, sekolah menyediakan 11 laboratorium dengan masing-masing
ruangan 36 komputer. Terpisah Kepala SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta
Misdar SE MM menambahkan, sekolahnya sebagai anggota sub rayon 2
sudah siap menggelar UNBK ada 250 siswa dari sekolah tersebut yang
mengikuti UNBK. SMK Tamansiswa Jetis tidak menyediakan genset
bergantung kepada listrik dari PLN. Ada tiga laboratrium yang digunakan
untuk UNBK. Siswa berasal dari kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan
Ringan, Teknik Komputer Jaringan, Multi Media dan Teknik Instansi Tenaga
Listrik.
Kesimpulan dari kasus diatas ada aspek yang terkait yaitu Causal Analysis
dalam hal ini terdapat 9 SMK di DIY yang tidak memenuhi syarat dalam
jumlah siswa yang tidak banyak atau keterbatasan fasilitas komputer dengan
hal ini kemudian dianalisis bagaimana agar UNBK tetap berjalan kemudian
Koordinator SMK N 2 Yogyakarta melakukan koordinasi dengan beberapa
14
SMK untuk bergabung dan melaksanakan UNBK jadi keterkaitan dengan
causal analysis yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi secara akurat
penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi.
Kami orang tua juga ikut prihatin ada ijazah yang masih ditahan karena
urusan biaya.jadi mumpung masih ada rezeki saya bantu (Dana, Red) untuk
menebus ini apa yang saya dapat dari pemerintah. Jadi saya kembalikan lagi
kepada masyarakat secara ikhlas. Kegiatan tersebut dilakukan sejak 13 tahun
yang lalu ketika dirinya masih menjabat sebagai wali kota yang apabila
dikalkulasikan per pekan wali kota menghabiskan sekitar Rp 60 juta untuk
menebus ijazah. Kemudian untuk melakukan hal tersebut perlu keselektifan
dan harus survai apakah benar-benar perlu dibantu atau tidak. Prioritas dari
keluarga yang tidak mampu maka orang tua juga diajak untuk datang.
Sementara itu, Mayang Kumala Sari, 20, lulusan SMK N 3 Surakarta 2017
mengaku senang sekaligus terharu karena ijazahnya ditebus wali kota.
Mayang mengatakan bahwa kekuarangan biaya Rp 1,7 juta karena hanya
bapak yang bekerja dan harus memenuhi biaya kehidupan sehari-hari jadi
sulit untuk melunasinya itupun sudah saya bantu kerja.
Kesimpulan dari kasus diatas ada aspek yang terkait yaitu Empati yang
secara umum aspek empati menjelaskan yaitu kemampuan untuk memahami
dan memiliki kepedulian terhadap orang lain kaitannya dengan aspek ini yaitu
15
banyak siswa yang masih tertahan ijazah nya oleh pihak sekolah karena
masalah biaya kemudian Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo ikut
merasakan apa yang dirasakan oleh orang tua lain karena itu, dia menyisihkan
penghasilan sebanyak-banyaknya untuk menebus ijazah atau dengan kata lain
mementingkan kepedulian orang lain.
16
BAB IV
KESIMPULAN
1. Sebagai calon guru Bimbingan dan Konseling kita harus bisa membantu
siswa untuk lebih meningkatkan resiliensinya yaitu dengan membangun
komunikasi yang efektif dan dekat terhadap siswa dengan keluarganya,
memahami kondisi lingkungan siswa berada, membangun sikap
menghargai disekolah tanpa memandang status sosial budaya, ekonomi,
ras, agama maupun golongan tertentu, mengoptimalkan potensi yang
dimiliki siswa dibidang akademik maupun non akademik memfasilitasi
siswa yang memiliki permasalahan dengan pelayanan yang baik secara
individu ataupun kelompok.
3. Dapat dimbil garis besar tentang resiliensi bahwa dorongan siswa untuk
berprestasi dan tetap mengikuti pendidikan secara baik meskipun adanya
keterbatasan dalam ekonomi dan terkadang keterbatasan fasilitas
pendidikan. walaupun keterbatasan dalam segi ekonomi dan keterbatasan
dalam segi fasilitas pendidikan tidak membuat seseorang berputus asa
dalam menjalankan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
17
DAFTAR PUSTAKA
18