Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH EKONOMI KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN

PENDIDIKAN SISWA

MATA KULIAH EKONOMI DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Dr. Sukirman, M.Pd.

Ditulis oleh:

Agus Mujahidin

2207046040

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penyusun sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengaruh Ekonomi Keluarga Terhadap Perkembangan Pendidikan Siswa” dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam pembuatan makalah ini, penyusun mendapatkan dorongan dan
dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Sukirman, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan yang telah membimbing penyusun dalam menyusun
makalah ini.

Saya sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempuna dan
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Hal ini dikarenakan masih kurangnya ilmu
pengetahuan kami sebagai penyusun. Walaupun demikian, kami telah berusaha semampu
penyusun untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan bagi semua pihak yang
membacanya. Selain itu, penyusun juga mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Akhir kata kami mengucapkan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan, baik dalam penulisan maupun penyampaian
materi dalam makalah ini.

Yogyakarta, 28 Oktober 2023

Agus Mujahidin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................................


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................................
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................

A. Ekonomi Keluarga .......................................................................................................


B. Perkembangan Pendidikan Siswa ................................................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................................................

A. Keismpulan ..................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan yang diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya adalah proses yang disebut pendidikan.
Pendidikan juga dapat dilihat sebagai kegiatan konstan dan terarah yang dibuat untuk
mendorong lingkungan belajar mengajar yang memungkinkan siswa untuk
mewujudkan potensi terbesar mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pendidikan adalah suatu proses pembelajaran bagi peserta didik yang mempunyai
tujuan yang harus dipenuhi guna meningkatkan bakatnya melalui pendidikan. Tuhan
Yang Maha Esa pada dasarnya merancang manusia untuk di didik agar dapat hidup
sesuai dengan standar masyarakat, dan terdapat keterkaitan antara pendidikan dengan
kebutuhan dasar manusia (Suciningrum & Rahayu, 2015).
Setiap orang di era globalisasi ini, baik yang mampu maupun yang tidak
mampu, sangat menghargai pendidikan, terutama bagi mereka yang mampu
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Faktor kunci kemajuan
pendidikan seorang anak tentunya adalah keadaan ekonomi keluarga yang mendukung
pendidikannya. Dengan demikian, pendidikan yang baik dapat menghasilkan generasi
muda yang memiliki wawasan luas. Situasi keuangan keluarga adalah tempat
kembalinya semuanya, sehingga ada cukup uang untuk sekolah. Kenyataannya,
memperoleh pendidikan yang baik sulit bagi mereka yang ingin bersekolah, namun
anak muda yang lahir dari keluarga yang tidak mampu membayar biaya sekolah dapat
menghasilkan pendidikan yang berkualitas karena tidak ada kendala ekonomi yang
terkait dengan bersekolah di sekolah yang baik (Wirawan, 2015).
Masyarakat yang memiliki akses terhadap layanan yang dapat diandalkan di
bidang pendidikan sangat mudah untuk mendapatkannya, namun sangat sulit bagi
orang lain yang kurang beruntung untuk mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai
dengan harapan mereka. Situasi ekonomi dalam keluarga sangat terkait dengan
banyak cara kebutuhan manusia dapat ditafsirkan dalam kaitannya dengan ekonomi.
Keluarga adalah kelompok sosial pertama yang dimiliki anak-anak dan
merupakan jembatan penting antara individu dan kelompok. Status atau kedudukan
keluarga dalam ekonomi keluarga baik dalam mencari nafkah maupun memenuhi
kebutuhan individu yang bersangkutan adalah kondisi ekonomi yang sedang
dibicarakan. Menurut Soekanto Soejono (2001: 21), keadaan ekonomi ini dapat dinilai
dengan mengetahui pekerjaan/pekerjaan seseorang tempat tinggal, lokasi, dan sumber
uang (Rejeki, 2020).
Pendidikan berkualitas tidak harus murah atau gratis. Di sini, tanggung jawab
pemerintah yang sebenarnya adalah menyediakan akses pendidikan berkualitas tinggi
bagi masyarakat kelas bawah dan memastikan setiap warga negara mendapatkan
pendidikan. Namun pada kenyataannya, yang sebenarnya ingin dilakukan oleh
pemerintah hanyalah menghindari akuntabilitas. Pada kenyataannya, kurangnya
sumber daya tidak dapat menjadi pembenaran bagi pemerintah untuk tidak mengambil
tindakan yang tepat (Rahayu, 2011).
Bidikutama.com adalah sebuah website. Di Indonesia, kita sudah terbiasa
dengan masalah biaya sekolah menengah atas. Indonesia memang memiliki biaya
pendidikan yang jauh lebih rendah daripada negara lain yang tidak menawarkan
sistem pendidikan gratis. karena tidak semua orang Indonesia mampu membiayai
pendidikan anaknya. Anak-anak berkecil hati oleh hal ini, yang mencegah mereka
untuk maju di sekolah mereka. Jumlah anak muda yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan pasca-sekolah menengah karena tantangan keuangan harus
dipertimbangkan saat menentukan tindakan pemerintah dalam situasi ini: (
https://bidikutama.com/akademik/opini/pengaruh- kondisi-ekonomi-keluarga-
terhadap-tingkat-pendidikan- anak/ ).
Dengan memberikan beasiswa kepada siswa berprestasi dan menerapkan
sistem prestasi yang lebih baik, yang akan meningkatkan keinginan siswa untuk
belajar.

B. Rumusan Masalah
Maka rumusan masalahnya adalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekonomi keluarga?
2. Bagaimana perkembangan Pendidikan siswa?

C. Tujuan Penelitian
Membantu masyarakat kurang mampu agar dapat terus bersekolah,
melanjutkan pendidikan, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, pemerintah juga harus
menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka. Manusia pada hakekatnya sama, tetapi
yang membedakannya dengan spesies lain adalah kemampuannya untuk mencerna
dengan baik dan berkembang sesuai dengan nilai-nilainya.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor ekonomi
keluarga yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan pendidikan
siswa. Ini dapat mencakup akses terhadap sumber daya pendidikan, dukungan
keluarga, dan lingkungan belajar yang memadai.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ekonomi Keluarga
1. Status Ekonomi Keluarga
Pengertian kalimat “status ekonomi keluarga” Status berarti keadaan atau
kedudukan (orang, badan) dalam berhubungan dengan masyarakat di
sekelilingnya. Ekonomi berarti urusan keuangan rumah tangga ( organisasi,
negara) di masyarakat istilah ekonomi biasanya berhubungan dengan
permasalahan kaya dan miskin, keluarga berarti ibu bapak dan anak-anaknya
satuan kekerabatan yang mendasar dalam masyarakat. Status sosial pada ekonomi
keluarga ini pada setiap lingkungan masyarakat dengan sengaja atau tidak sengaja
terbentuk dengan sendirinya dalam kontek ini Soekanto mengutip keterangan Aris
toteles : “Bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang
kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang ada di tengahtengahnya”
(Soekanto, 1990).
Ucapan demikian sedikit banyak membuktikan bahwa dizaman itu,
mempunyai kedudukan yang bertingkat tingkat dari bawah ke atas. Seorang
sosiolog terkemuka yaitu Pitirim A. Sorokin, mengatakan: Mengatakan bahwa
sistim lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum bagi masyarakat yang hidup
teratur. Barangsiapa yang memiliki barang yang berharga dalam jumlah yang
sangat banyak di angap dalam masyarakat kelasa atasan. Mereka yang hanya
sedikit memiliki sesuatu yang berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai
kedudukan yang rendah. Di antara lapisan yang atasan dan lapisan yang rendah
ada lapisan yang jumlahnya dapat di tentukan sendiri oleh mereka yang hendak
mempelajari sistem lapisan masyarakat itu (Soekanto, 1990).
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam
proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang disusun dengan sengaja
untuk mengejar tujuan bersama. Secara teoritis semua manusia dianggap sama
sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataanya hidup kelompok-kelompok
sosial halnya tidak demikian. Perbedaan atas lapisan merupakan gejala unifersal
yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya
proses-proses lapisan masyarakat didapatkan pokok-pokok tersebut dijadikan
pedoman:
a. Sistem lapisan berpokok pada sistem pertentangan di dalam masyarakat.
Sistem tersebut mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat tertentu yang
menjadi obyek penyelidikan.
b. Sistem lapisan yang dapat di analisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai
berikut:
a) Distribusi hak hak istimewa seperti halnya kekayaan, keselamatan,
penghasilan wewenang dan sebagainya.
b) Sistem pertetentangan yang diciptakan masyarakat.
c) Kriteria sistem pertentangan yaitu didapat dari kwalitas pribadi,
keanggotaan kelompok, kerabat tertentu.
d) Lambang-lambang kedudukan seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian,
perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi.
e) Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
f) Solidaritas di antara kelompok-kelompok individu yang menduduki
kedudukan yang sama dalam sistem sosia masyarakat.

Adapula yang menggunakan istilah kelas hanya pada lapisan yang


berdasarkan pada sistem ekonomi dan lapisan yang berdasarkan kehormatan di
dalam masayarakat. Mak Weber mengadakan pembedaan antara dasar
ekonomis dan dengan dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap menggunakan
istilah kelas dalam semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis di
baginya lagi dalam sub-sub kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi
dengan menggunakan kecakapanya. Di samping itu Mak Weber juga masih
menyebutkan golongan kehormatan khusus dari masayarakat yang dinamakan
Stand.

Josep Schumpeter mengatakan bahwa: Ternbentuknya kelas-kelas dalam


masyarakat adalah karena di perlukan untuk menyesuaiakan masyarakat
dengan keperluan-keperluan yang nyata. Maka kelas dan gejala-gejala
Kemasyarakatan lainya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila di
ketahui riwayat terjadinya.
Dengan demikian mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat, akan
tetapi wujudnya dalam masyarakat juga berlainan. Karena tergantung pada
bentuk dan kebutuhan masing-masing masyarakat. Jelass bahwa kedudukan
peranan yang di anggap tertinggi. Tak bayak individu yang mempunyai
persyaratan demikian, bahkan mungkin hanya segolongan kecil dalam
masyarakat. Maka oleh sebab itu pada umunya warga lapisan atas (Upper-
class) tidak terlalu bayak apabila di bandingkan dengan lapisan menengah
( middle class) dan lapisan bawah ( lower class). Gambaran sederhana di atas
merupakan gejala umum yang kadangkala mempunyai pengecualian. Seperti
di uraikan sebelumnya wujud sistem lapisan dan jumlahnya dalam masyarakat
tergantung dari penyelidik yang meneliti suatu masyarakat tertentu.

2. Aspek-Aspek Dalam Ekonomi Keluarga


Di atas penulis telah menyinggung tentang kondisi ekonomi keluarga yang
berbeda-beda di dalam bermasyarakat terdapat beberapa lapisan ekonomi yang
berbeda yaitu ekonomi mampu, ekonomi sedang dan ekonomi keluarga tidak
mampu.
a) Ekonomi Keluarga Mampu
Suatu kenyataan yang tidak bisa di sangkal lagi bahwa ekonomi
merupakan faktor yang menentukan perilaku seseorang di dalam masyarakat
dan juga lingkunganya. Di dalam masyarakat terdapat kelas-kalas ekonomi
yang dapat dikatakan ekonomi keluarga mampu di bandingkan dengan
ekonomi keluarga yang lainya. Di dalam kehidupan sehari- hari ekonomi
keluarga mampu berbeda dengan ekonominya dengan eknomi keluarga di
bawahnya. Perbedaan–perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan antara
kelas ekonomi keluarga mampu dan ekonomi keluarga lemah. Akhirnya
menyebabkan perbedaan antara keluarga mampu dan keluaga kurang mampu
berdasarkan tingkat ekonomi keluarganya.
Marx mengatakan: Selama mayarakat masih terbagi ke dalam kelas-
kelas, maka pada kelas yang berkuasalah yang akan terhimpun segala
kekuasaan dan kekayaan. Hukum, filsafat, agama dan kesenian merupakan
refleksi dari status ekonomi tersebut. Namun demikian, hukum-hukum
perubahan berperan baik dalam sejarah sehingga keadaan tersebut dapat
berubah baik dengan adanya revolusi. Akan tetapi ketika masih ada kelas yang
berkuasa maka tetap terjadi exploisasi terhadap kelas yang lebih lemah.
Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi ekonomi, yaitu suatu keadaan bahwa
keluarga merupakan suatu sosial yang mandiri, yang di situ anggota
keluarganya mengkomsumsi barang-barang yang diproduksinya. Dalam
kontek ini keluarga membutuhka dukungan dana atau keuagan yang
mencukupi kebutuhan produksi keluarga. Ini dikarenakan keluarga juga
berfungsi sebagai pendidikan bagi seluruh keluarganya, memberikan
pendidikan kepada anak-anak dan remaja.
Yang lebih pada masyarakat itu lebih memudahkan keluarga yang
mmpuyai ekonomi keluarga mampu di bandingkan dengan status ekonomi
yang berada di bawahnya. Selain itu mereka mempunyai banyak kemudahan-
kemudahan akibat dari dukungan perekomonian yang mapan di dalam
mencukupi kebutuanya dan juga di dalam mendidik anak-anaknnya.
Ukuran atau kriteria yang bisa di pakai untuk menggolongkan anggota
masayarakat ke dalam suatu lapisan adalah ukuran kekayaan, ukuran
kekuasaan, ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan. Ukuran-ukuran
di atas amat menentukan sebagai dasar sistem lapisan dalam masyarakat. Pada
masyarakat tradisional orang yang membuka tanahlah yang mempunyai kelas
paling tinggi, keturunan dan kerabat pembuka tanah di anggap masyarakat
desa sebagai kelas tertinggi. Lapisan atasan masyarakat tertentu dalam istilah
sehari-hari di namakan elit. Dan biasanya lapisan golongan atasan merupakan
golongan kecil dalam masyarakat dan juga mengendalikan masyarakat.
Kekayaan dapat dijumpai dalam masyarakat ini dan di anggap sebagai hal
yang wajar.

b) Status Ekonomi Keluarga Sedang


Status yang bayak terdapat di lingkungan masyarakat adalah status
golongan sedang. Status golongan ini dapat hidup di tengah-tengah
masyarakat yang bermacmmacam, didalam golongan ini seseeorang tidak
berlebihan di dalam membelanjakan hartanya juga tidak kekurangan di dalam
mencukupi kebutuan keluarganya.
Status mereka dapat berkomunikasi baik dengan status di atasnya juga
dapat berkomunikasi baik dengan status di bawahnya. Di dalam tingkatan ini
jarang di temui masalah yang menonjol di dalam berkomunikasi dengan status
yang lainya. Sebagaimana di kemukakan W.A. Gerungan Tingkah aku yang
tidak wajar paling sedikit dialami oleh anak-anak yang berlatar belakang sosial
ekonomi menengah. Ini menunjukkan kelas ekonomi sedang dapat
berkomunikasi dengan baik denga status ekonomi yang lain hal ini
menyebabkan kelas ini tidak ada permasalah yang mendasaar didalam
psikologis anak di dalam bergaul.
Ukuran status keluarga sedang tidak terlalu menonjol di bandingkan
status-status yang ada di atasnya di sebabkan status ini terlalu banyak di dalam
lingkungan masyarakat . Status ini dapat di tentukan oleh lingkungan yang
bersangkutan. Pada dasarnya status keluarga ini dapat memenui kebutuanya
seperti kebayakan keluarga lainya, hanya saja yang membedakanya adalah
tingkatan fasilitas yang di gunakan berbeda dengan fasilitas ekonomi di
atasnya. Tapi mereka di tinjau dari sudut kelayakan mereka masih layak untuk
hidup dengan orang-orang pada umumnya.
Di dalam karyanya Durkheim meyatakan bahwa: Unsur baku dalam
masyarakat adalah adalah faktor solidaritas, dia membedakan antara
masyarakat-masyarakat yang bercirikan faktor solidaritas mekanis dan
memiliki solidaritas organis. Dalam masyarakat dengan solidaritas mekanis,
warga-warga masyarakat belum mempunyai diferensisasi pembagian kerja.
Sedangkan masyarakat organis sudah mempunyai pembagian kerja yang di
tandai dengan derajat spesialisasi tertentu.

c) Ekonomi Keluarga Tidak Mampu


Status keluarga yang ketiga adalah status ekonomi keluarga lemah,
status ini dapat dikatakan status ekonomi keluarga tidak mampu (miskin)
biasanya status ini kebayakan berasal dari pedesaan dan juga daerah
pemukiman masyarakat yang tertinggal. Akibat dari kemiskinan sangatlah
berdampak pada kehidupan manusia, terutama pada pendidikan dan juga
kebutuan mencukupi kebutuan hidupnya. Kemiskinan sangatlah banyak
menyebabkan anak-anak bekerja membantu keluarganya di dalam mencukupi
kebutuhanya, padahal mereka masih di wajibkan di dalam mencari
pendidikan. Akibat dari kemiskinan banyak anak-anak putus sekolah.
Sebagai mana di kutip tadjudin Noer Efendi mengemukakan: Banyak
gadis kecil sudah belajar berbelanja sendiri di pasar untuk kebutuan
keluarganyadan kalau ibunya berbelanja di pasar mereka dapat menggantikan
sang ibu untuk waaktu-waktu singkat. Sedangkan anak laki-laki bekerja
sebagai buruh pembuat rokok di toko, sebagai tukang karcis bis, sebagai
tukang jahit dan tukang kayu.
Sangatlah buruk bagi perkmbangan masyarakat, keterbelakangan
akibat masyarakat tidak dapat memperoleh pendidikan merupakan efek dari
kemiskinan. Dari kajian tersebut dapat di pastikan kondisi keluarga ekonomi
lemah sangatlah tidak menguntungkan bagi kehidupan keluarga. Maka dari itu
kemiskinan harus segera di tangani dengan serius, agar masa depan kehidupan
keluarga menjadi lebih baik.
Akar kemiskinan di Indonesia tidak hanya harus di cari dalam budanya
malas bekerja. Sementara itu keterbatasan wawasan, kurangnya keterampilan
dan kurangnya kesehatan dan etos kerja yang buruk, semuanya merupakan
faktor internal. Dan faktor external yaitu kesehatan yang buruk, rendahnya gizi
masyarakat mengakibatkan rendahnya pendapaan dan terbatasnya sumber
daya alam.
Ada sejumlah teori yang yang di kolaborasi berkaitan dengan
kemiskinan dan kelas sosial, Teori teori tersebut ringkasanya dapat di
kelompokkan dalam dua kategori yaitu yang berfokus dalam pada tingkah laku
individu daan teori mengarah pada atuktur sosial. Teori tingkah laku
merupakan teori tentang pilihan, harapan, sikap, motiasi, dan kapital manusia.
Secara keseluruhan teori dalam kategori ini tersajikan dengan baik dalam teori
ekonomi neoklasik.
Pandangan stukturalis yang bertolak belakang dengan pendapat di atas
di awaali dengan baik oleh teori kelompok Marxis, Yaitu: Bahwa hambatan-
hambatan stuktural yang sistematik telah menciptakan ketidak samaan dalam
kesempatan, dan berkelanjutanya penindasan terhadap kelompok miskin oleh
kelompok kapitalis.
Singkatnya teori perilaku individu menyakini bahwa sikap individu
yang tidak produktif telah mengakibatkan lahirnya kemiskinan. Di sisi lain,
Teori stuktur sosial melihat bahwa kondisi miskinlah yang mengakibatkan
perilaku tertentu pada setiap individu yaitu munculnya sikap individu yang
tidak produktif merupakan akibat dari adaptasi dengan keadaan miskin.
Pada tingkat extrim pada kedua model teori tersebut bersifat sangat
normaif, teori perilaku individu melakukan tuduhan moral bahwa orang yang
tidak produktif di karenakan mereka lemah di bidang kualitas, latihan,
moralitas dan mereka harrus bangkit dan beerbuat lebih baik. Di pihak lain
teori stuktural menilai bahwa stuktur sosial yanag ada saat ini tidak adil
terhadap kelompok miskin sehingga harus di rubah. Teori stuktural lebih
mengfokuskan pada penyebab stuktural dari pada masalah kemiskinan.
Ada sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat di butuhkan oleh
anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuan rasa aman,
dihargai, disanyangi, dan kebebasan untuk menyatakan diri. Rasa aman
meliputi perasaan aman secara material dan mental, perassaan aman secara
material yaitu tercukupinya kebutuhan pakaian, makanan dan juga serana lain
yang diperlukan sejauh tidak berlebihan sesuai dengan kemampuan orang tua.
Rasa aman secara mental yaitu berupa perlindungan emosional, ketegangan,
membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi, dan membarikan
bantuan dalam menstabilkan emosinya.

Jadi iklim keluarga itu mengandung tiga unsur.


a) Kharakteristik khas internal keluarga yang berbeda dengan keluarga lain.
b) Kharakteristik khas itu dapat memengaruhi perilaku individu dalam
keluarga itu(termasuk emaja).
c) Unsur kepemimpinan dan keteladanan dalam keluarga.

Dalam Islam, anak merupakan anugrah sekaligus titipan yang harus dijaga.
Islam memiliki pandangan pada dasarnya anak yang lahir pada dasarnya suci,
ibarat kertas putih. Kedua orang tua lah yang menjadikan anak tersebut
menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Keluarga merupakan lingkungan
terdekat untuk membesarkan, mendewasakan, dan di dalamnya mendapatkan
pendidikan pertama kali.

Keluarga merupakan lingkungan yang paling kuat dalam membesarkan anak


yang belum sekolah. Karena itu keluarga mempunyai peran yang penting
dalam perkembangan remaja. Keluarga yang baik akan berpengaruh positif
bagi remaja sedangkan keluarga yang kurang baik akan berpengaruh negatif.
Oleh karena sejak kecil anak di besarkan oleh keluarga dan untuk seterusnya
sebagian besar waktunya di habiskan di dalam keluarga.

B. Perkembangan Pendidikan Siswa


Perkembangan adalah bertambah kemampuan atau skill dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan sel-
sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang dengan
menurut caranya, sehingga dapat memenuhi fungsinya.
Hurlock (1980: 2) menyatakan perkembangan sebagai rangkaian perubahan
progesif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Daele sebagaimana dikutip Hurlock (1980: 2) menyatakan “perkembangan berarti
perubahan secara kualitatif.” Berkembang merupakan salah satu perubahan organisme
ke arah kedewasaan dan biasanya tidak bisa diukur oleh alat ukur. Contohnya
pematangan sel ovum dan sperma atau pematangan hormon-hormon dalam tubuh.
Perkembangan pendidikan siswa merujuk pada proses pertumbuhan dan
perubahan yang terjadi pada siswa dalam hal pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai selama masa pendidikan mereka. Ini melibatkan perkembangan fisik,
kognitif, sosial, emosional, dan moral siswa. Perkembangan pendidikan siswa
melibatkan kemampuan siswa untuk memahami dan menguasai materi pelajaran,
mengembangkan keterampilan belajar, berinteraksi dengan teman sekelas dan guru,
serta mengembangkan sikap positif terhadap belajar dan pendidikan. Perkembangan
pendidikan siswa juga mencakup aspek pengembangan kepribadian, seperti
pengembangan kemandirian, tanggung jawab, dan kemampuan beradaptasi.

Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang
mencolok, yaitu:
1. Perubahan fisik
a. Perubahan tinggi badan, berat badan, dan organ dalam tubuh lainnya misalnya
otak, jantung, dan lain sebagainya.
b. Perubahan proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan
tubuh pada seorang anak.
2. Perubahan mental
a. Perubahan yang meliputi : memori, penalaran, persepsi, emosi, sosial, dan
imajinasi.
b. Hilangnya ciri-ciri sikap sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri sikap
sosial yang, misalnya egosentris yang hilang berganti dengan sikap prososial.

Ada beberapa perkembangan siswa/peserta didik yang bisa diidentifikaiskan yaitu :


1. Perkembangan Fisik.
Manusia terdiri dari fisik dan psikhis. Fisik merupakan tempat berkembang
berbagai perkembangan manusia. Di dalam fisik terjadi perkembangan kognitif,
sosial, moral, agama, dan bahasa. Fisik merupakan tempat bagi perkembangan
psikis manusia. Oleh sebab itu ada pepatah dalam Bahasa Latin yang menyatakan:
Man sano in carpore sano (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat).
Fisik manusia berkembang dalam beberapa tahapan, mulai tahap anak-anak usia
lanjut. Pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia dimulai dari masa anak-
anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Pertumbuhan fisik manusia dipengaruhi faktor internal dan eksternal, sehingga
bayi kembar sekalipun tidak memiliki irama perkembangan fisik yang sama, jika
tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang berbeda. Persamaan gen tidak
menjamin seseorang secara fisik akan tumbuh dan berkembang dengan pola yang
sama dengan yang lainnya. Demikian juga kesamaan lingkungan juga tidak
menyebabkan seseorang akan tumbuh dan berkembang secara fisik sama dengan
teman sebayanya. Terjadi interaksi yang cukup intens antara. faktor internal dan
eksternal dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia.

2. Perkembangan Kognitif.
Kognitif adalah kemampuan berpikir pada manusia. Menurut Terman
kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan Colvin
menyatakan kemampuan kognitif adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Hunt menyatakan kemampuan kognitif merupakan kemampuan
memproses informasi yang diperoleh melalui indera. Sedangkan Gardner
menyatakan kemampuan kognitif adalah kemampuan menciptakan karya.
Di dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa manusia pada saat dilahirkan tidak
mengetahui apapun, tetapi Allah membekalinya dengan kemampuan penginderaan
dan hati untuk mendapatkan pengetahuan. Penjelasan ini dapat ditemui dalam
Alquran surat an-Nahl/16: 78: Artinya: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

3. Perkembangan Sosial.
Perkembangan sosial merupakan kematangan yang dicapai dalam hubungan
sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi serta
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Manusia dilahirkan belum belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan
orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orangorang di lingkungannya. Kebutuhan berinteraksi
dengan orang lain telah muncul sejak usia enam bulan.
Saat itu anak telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota
keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial
lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Tidak
dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu
hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya. Interaksi sosial
merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.
Di dalam Islam manusia memiliki tanggung jawab sosial yang berat. Di dalam
Alquran surat al-Baqarah/2: 30 dinyatakan:
Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

4. Perkembangan Emosi.
Apakah yang disebut emosi? Sebagian orang mengartikan emosi sama dengan
perasaan. Orang-orang telah mencoba untuk memahami fenomena emosi selama
ribuan tahun. Definisi utama emosi mengacu pada perasaan kuat yang melibatkan
pikiran, perubahan fisiologis, dan ekspresi pada sebuah perilaku.
5. Perkembangan Moral.
Perkembangan moral adalah per- kembangan yang berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan,
kesadaran untuk melakukan perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa
cinta terhadap perbuatan baik. Moral berkembang sesuai dengan usia anak. Moral
berasal dari bahasa Latin mores sendiri berasal dari kata mos yang berarti
kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Selanjutnya Salam mengartikan moral sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan kesusilaan (Salam, 2000:2).
Sjarkawi (2006: 34) menyatakan moral adalah nilai kebaikan manusia sebagai
manusia. Moral memandang bagaimana manusia harus hidup sebagai manusia
yang baik. Perbedaan kebaikan moral dengan kebaikan lainnya adalah kebaikan
moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Kebaikan moral mengandung
nilai-nilai yang universal tentang kemanusiaan. Sedangkan kebaikan lainnya
merupakan kebaikan yang dikaitkan dengan status seseorang misalnya status
sebagai siswa, suami, istri, dan lain-lain.

6. Perkembangan Agama.
Jika perkembangan moral anak tidak terjadi sejak lahir, per- kembangan
agama pada anak menurut ajaran Islam telah ada sejak anak lahir. Fitrah beragama
dalam diri manusia merupakan naluri yang menggerakkan hatinya untuk
melakukan perbuatan “suci” yang diilhami oleh Tuhan Yang Maha Esa telah ada
dalam diri anak sejak dia berada di tulang sulbi orang tuanya. Allah menyatakan
hal ini dalam firman-Nya pada Alquran surat al-A’râf/7: 172 yang berbunyi:
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengaruh ekonomi keluarga terhadap perkembangan pendidikan siswa tidak dapat
diabaikan. Diperlukan upaya bersama dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan
masyarakat untuk mengatasi disparitas dalam akses dan performa pendidikan. Hanya
dengan meningkatkan kesetaraan dalam pendidikan, kita dapat memastikan bahwa
setiap siswa memiliki peluang yang sama untuk meraih kesuksesan melalui
pendidikan.
B. Saran
Semoga pemerintah, masyarakat dan orang tua senantiasa bisa berkolaborasi untuk
menyelesaikan permasalahn ini. Sehingga setiap anak bangsa Indonesia bisa
mendapatakan Pendidikan sebagimana tujuan negara dan amanat konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai