PENDIDIKAN SISWA
Ditulis oleh:
Agus Mujahidin
2207046040
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penyusun sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengaruh Ekonomi Keluarga Terhadap Perkembangan Pendidikan Siswa” dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam pembuatan makalah ini, penyusun mendapatkan dorongan dan
dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Sukirman, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan yang telah membimbing penyusun dalam menyusun
makalah ini.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempuna dan
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Hal ini dikarenakan masih kurangnya ilmu
pengetahuan kami sebagai penyusun. Walaupun demikian, kami telah berusaha semampu
penyusun untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan bagi semua pihak yang
membacanya. Selain itu, penyusun juga mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Akhir kata kami mengucapkan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan, baik dalam penulisan maupun penyampaian
materi dalam makalah ini.
Agus Mujahidin
DAFTAR ISI
A. Keismpulan ..................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Maka rumusan masalahnya adalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekonomi keluarga?
2. Bagaimana perkembangan Pendidikan siswa?
C. Tujuan Penelitian
Membantu masyarakat kurang mampu agar dapat terus bersekolah,
melanjutkan pendidikan, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, pemerintah juga harus
menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka. Manusia pada hakekatnya sama, tetapi
yang membedakannya dengan spesies lain adalah kemampuannya untuk mencerna
dengan baik dan berkembang sesuai dengan nilai-nilainya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor ekonomi
keluarga yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan pendidikan
siswa. Ini dapat mencakup akses terhadap sumber daya pendidikan, dukungan
keluarga, dan lingkungan belajar yang memadai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ekonomi Keluarga
1. Status Ekonomi Keluarga
Pengertian kalimat “status ekonomi keluarga” Status berarti keadaan atau
kedudukan (orang, badan) dalam berhubungan dengan masyarakat di
sekelilingnya. Ekonomi berarti urusan keuangan rumah tangga ( organisasi,
negara) di masyarakat istilah ekonomi biasanya berhubungan dengan
permasalahan kaya dan miskin, keluarga berarti ibu bapak dan anak-anaknya
satuan kekerabatan yang mendasar dalam masyarakat. Status sosial pada ekonomi
keluarga ini pada setiap lingkungan masyarakat dengan sengaja atau tidak sengaja
terbentuk dengan sendirinya dalam kontek ini Soekanto mengutip keterangan Aris
toteles : “Bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang
kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang ada di tengahtengahnya”
(Soekanto, 1990).
Ucapan demikian sedikit banyak membuktikan bahwa dizaman itu,
mempunyai kedudukan yang bertingkat tingkat dari bawah ke atas. Seorang
sosiolog terkemuka yaitu Pitirim A. Sorokin, mengatakan: Mengatakan bahwa
sistim lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum bagi masyarakat yang hidup
teratur. Barangsiapa yang memiliki barang yang berharga dalam jumlah yang
sangat banyak di angap dalam masyarakat kelasa atasan. Mereka yang hanya
sedikit memiliki sesuatu yang berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai
kedudukan yang rendah. Di antara lapisan yang atasan dan lapisan yang rendah
ada lapisan yang jumlahnya dapat di tentukan sendiri oleh mereka yang hendak
mempelajari sistem lapisan masyarakat itu (Soekanto, 1990).
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam
proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang disusun dengan sengaja
untuk mengejar tujuan bersama. Secara teoritis semua manusia dianggap sama
sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataanya hidup kelompok-kelompok
sosial halnya tidak demikian. Perbedaan atas lapisan merupakan gejala unifersal
yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya
proses-proses lapisan masyarakat didapatkan pokok-pokok tersebut dijadikan
pedoman:
a. Sistem lapisan berpokok pada sistem pertentangan di dalam masyarakat.
Sistem tersebut mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat tertentu yang
menjadi obyek penyelidikan.
b. Sistem lapisan yang dapat di analisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai
berikut:
a) Distribusi hak hak istimewa seperti halnya kekayaan, keselamatan,
penghasilan wewenang dan sebagainya.
b) Sistem pertetentangan yang diciptakan masyarakat.
c) Kriteria sistem pertentangan yaitu didapat dari kwalitas pribadi,
keanggotaan kelompok, kerabat tertentu.
d) Lambang-lambang kedudukan seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian,
perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi.
e) Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
f) Solidaritas di antara kelompok-kelompok individu yang menduduki
kedudukan yang sama dalam sistem sosia masyarakat.
Dalam Islam, anak merupakan anugrah sekaligus titipan yang harus dijaga.
Islam memiliki pandangan pada dasarnya anak yang lahir pada dasarnya suci,
ibarat kertas putih. Kedua orang tua lah yang menjadikan anak tersebut
menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Keluarga merupakan lingkungan
terdekat untuk membesarkan, mendewasakan, dan di dalamnya mendapatkan
pendidikan pertama kali.
Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang
mencolok, yaitu:
1. Perubahan fisik
a. Perubahan tinggi badan, berat badan, dan organ dalam tubuh lainnya misalnya
otak, jantung, dan lain sebagainya.
b. Perubahan proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan
tubuh pada seorang anak.
2. Perubahan mental
a. Perubahan yang meliputi : memori, penalaran, persepsi, emosi, sosial, dan
imajinasi.
b. Hilangnya ciri-ciri sikap sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri sikap
sosial yang, misalnya egosentris yang hilang berganti dengan sikap prososial.
2. Perkembangan Kognitif.
Kognitif adalah kemampuan berpikir pada manusia. Menurut Terman
kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan Colvin
menyatakan kemampuan kognitif adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Hunt menyatakan kemampuan kognitif merupakan kemampuan
memproses informasi yang diperoleh melalui indera. Sedangkan Gardner
menyatakan kemampuan kognitif adalah kemampuan menciptakan karya.
Di dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa manusia pada saat dilahirkan tidak
mengetahui apapun, tetapi Allah membekalinya dengan kemampuan penginderaan
dan hati untuk mendapatkan pengetahuan. Penjelasan ini dapat ditemui dalam
Alquran surat an-Nahl/16: 78: Artinya: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
3. Perkembangan Sosial.
Perkembangan sosial merupakan kematangan yang dicapai dalam hubungan
sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi serta
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Manusia dilahirkan belum belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan
orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orangorang di lingkungannya. Kebutuhan berinteraksi
dengan orang lain telah muncul sejak usia enam bulan.
Saat itu anak telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota
keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial
lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Tidak
dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu
hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya. Interaksi sosial
merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.
Di dalam Islam manusia memiliki tanggung jawab sosial yang berat. Di dalam
Alquran surat al-Baqarah/2: 30 dinyatakan:
Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
4. Perkembangan Emosi.
Apakah yang disebut emosi? Sebagian orang mengartikan emosi sama dengan
perasaan. Orang-orang telah mencoba untuk memahami fenomena emosi selama
ribuan tahun. Definisi utama emosi mengacu pada perasaan kuat yang melibatkan
pikiran, perubahan fisiologis, dan ekspresi pada sebuah perilaku.
5. Perkembangan Moral.
Perkembangan moral adalah per- kembangan yang berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan,
kesadaran untuk melakukan perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa
cinta terhadap perbuatan baik. Moral berkembang sesuai dengan usia anak. Moral
berasal dari bahasa Latin mores sendiri berasal dari kata mos yang berarti
kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Selanjutnya Salam mengartikan moral sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan kesusilaan (Salam, 2000:2).
Sjarkawi (2006: 34) menyatakan moral adalah nilai kebaikan manusia sebagai
manusia. Moral memandang bagaimana manusia harus hidup sebagai manusia
yang baik. Perbedaan kebaikan moral dengan kebaikan lainnya adalah kebaikan
moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Kebaikan moral mengandung
nilai-nilai yang universal tentang kemanusiaan. Sedangkan kebaikan lainnya
merupakan kebaikan yang dikaitkan dengan status seseorang misalnya status
sebagai siswa, suami, istri, dan lain-lain.
6. Perkembangan Agama.
Jika perkembangan moral anak tidak terjadi sejak lahir, per- kembangan
agama pada anak menurut ajaran Islam telah ada sejak anak lahir. Fitrah beragama
dalam diri manusia merupakan naluri yang menggerakkan hatinya untuk
melakukan perbuatan “suci” yang diilhami oleh Tuhan Yang Maha Esa telah ada
dalam diri anak sejak dia berada di tulang sulbi orang tuanya. Allah menyatakan
hal ini dalam firman-Nya pada Alquran surat al-A’râf/7: 172 yang berbunyi:
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengaruh ekonomi keluarga terhadap perkembangan pendidikan siswa tidak dapat
diabaikan. Diperlukan upaya bersama dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan
masyarakat untuk mengatasi disparitas dalam akses dan performa pendidikan. Hanya
dengan meningkatkan kesetaraan dalam pendidikan, kita dapat memastikan bahwa
setiap siswa memiliki peluang yang sama untuk meraih kesuksesan melalui
pendidikan.
B. Saran
Semoga pemerintah, masyarakat dan orang tua senantiasa bisa berkolaborasi untuk
menyelesaikan permasalahn ini. Sehingga setiap anak bangsa Indonesia bisa
mendapatakan Pendidikan sebagimana tujuan negara dan amanat konstitusi.