Anda di halaman 1dari 17

LANDASAN EKONOMI PENDIDIKAN

MAKALAH
Yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan
dibina oleh Ibu Sukamti

Disusun oleh:
Kelompok 4 Offering C05
Firdaus Rizky Rahmawati (190331622879)
Mukafih Dzikro (190331622828)
Ryani Nur Azizah (190331622900)
Siti Widyawati (180341617501)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
AGUSTUS 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan dan juga waktu sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Landasan Ekonomi Pendidikan” selesai dengan
lancar dan tepat waktu. Terima kasih kami ucapkan kepada Bu Sukamti selaku pembimbing mata
kuliah Pengantar Pendidikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai acuan
sumber belajar mengajar di dalam perkuliahan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah kami. Oleh
karena itu, kami berharap pembaca memberikan kritikan yang konstruktif dan logis untuk
membangun kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Malang, 31 Agustus 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................4
2.1 Peran Ekonomi dalam Pendidikan.............................................................................4
2.2 Fungsi Produksi dalam Pendidikan...........................................................................6
2.3 Ekonomi sebagai Landasan Pendidikan....................................................................9
2.4 Efisisensi dan Efektifitas Dana Pendidikan.............................................................11
BAB III PENUTUP......................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................13
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Coombs et al, menawarkan konsepsi pendidikan seumur hidup dinyatakan bahwa hidup itu
adalah belajar. Berbagai usaha dilakukan pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah dengan menaikkan dana pendidikan sebesar
20% APBN. Pernyataan di atas sesuai dengan pemberitaan di salah satu media yang menyatakan
bahwa pemerintah menetapkan anggaran pendidikan sebesar Rp 492,5 triliun atau 20 persen dari
total anggaran belanja Negara senilai 2439 triliun. Pemenuhan dana pendidikan sebesar 20%
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen merupakan
cerminan keinginan segenap bangsa Indonesia untuk memiliki pendidikan yang lebih merata dan
berkualitas/bermutu. Pencapaian pendidikan nasional yang lebih merata dan bermutu ini lebih
jauh dinyatakan dalam PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 3
dan 4:
Pasal 3: “Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu”.
Pasal 4: “Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat”.
Undang-undang 1945 dan PP No. 19 /2005 tersebut memberikan isyarat bahwa pemenuhan
anggaran pendidikan yang memadai harus diorientasikan pada perwujudan layanan pendidikan
yang bermutu untuk semua. Permasalahan pemenuhan anggaran 20% ini telah menjadi polemik
yang cukup besar, baik di pemerintahan maupun masyarakat. Diantaranya karena alasan
ketidakmampuan Negara untuk membiayai pendidikan dengan porsi 20% sekaligus dari APBN.
Pada dasarnya, pembiayaan pendidikan ini bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah
pusat, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah I dan II (propinsi dan kab/kota).
Kondisi ini sebagaimana ditegaskan dalam PP 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
pasal 2 ayat (1) “Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat”. Implementasi perundang-undangan yang dimaksud
memerlukan tekad yang kuat dari pemerintah dan pemerintah daerah.

1
Penganggaran dana sebesar 20% dari APBN yang telah dicanangkan pemerintah ternyata
belum memberikan dampak positif yang signifikan. Masih terjadi beberapa permasalahan yang
timbul di lapangan. Salah satu masalah yang timbul adalah penyelewengan dana pendidikan.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat dana pendidikan tidak dikelola dengan baik
sehingga berpotensi menimbulkan kerugian bagi negara. Negara Indonesia merupakan Negara
kepualauan, yang beribu kota di Jakarta. Di Jakarta dapat dengan mudah menemukan sekolah
seperti PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi dengan berbagai macam fasilitas
lengkap yang ditawarkan. Tetapi fasilitas pendidikan di Jakarta seperti itu belum tentu kita
temukan di luar kota Jakarta, seperti pedalaman pulau sumatera, Kalimantan, Sulawesi, papua,
daerah-daerah terpencil lain di Indonesia bahkan di pulau jawa itu sendiri. Kehidupan di daerah
pedalaman berbanding terbalik dengan kehidupan di kota. Sangat ironis melihat anak-anak di
daerah pedalaman Indonesia yang masih jauh tertinggal tentang pendidikan. Padahal Indonesia
sudah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Tidak maksimalnya
pengelolaan anggaran tersebut mengakibatkan anak-anak di perdalaman banyak yang buta huruf,
tidak bisa berhitung dan belum bisa menggunakan teknologi-teknologi yang ada. Sekolah mereka
masih banyak yang rusak dan tidak layak untuk dipakai. Masalah lain terjadi pada sekolah di
Amerika terjadi pelanggaran finansial dalam pendidikan (Supreme Court of the United States
1973 411 U.S 1).
Ilustrasi di atas menggambarkan pentingnya hubungan antara ekonomi dan pendidikan yang
mana ekonomi pada dasarnya merupakan salah satu penopang dari keberhasilan proses
pendidikan. Tanpa kemampuan ekonomi maka akan sulit seseorang mendapatkan layanan
pendidikan unggul dan berkualitas. Jadi pada intinya dapat ditarik benang merah bahwa ekonomi
merupakan daya dukung utama keberhasilan proses pendidikan. Makalah ini akan mencoba
mendeskripsikan bagaimanakah peran ekonomi sebagai landasan dalam penyelenggaraan
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Peran Ekonomi dalam Pendidikan?
2. Bagaimana Fungsi Produksi dalam Pendidikan?
3. Bagaimana Ekonomi sebagai Landasan dalam Pendidikan?
4. Bagaimana Efisiensi dan Efektifitas Dana Pendidikan?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Peran Ekonomi dalam Pendidikan
2. Untuk mengetahui Fungsi Produksi dalam Pendidikan
3. Untuk mengetahui Ekonomi sebagai Landasan dalam Pendidikan
4. Untuk mengetahui Efisiensi dan Efektifitas Dana Pendidikan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Ekonomi dalam Pendidikan


Pendidikan menjadi sumber daya manusia untuk lebih cepat mengerti dan siap dalam
menghadapi perubahan di lingkungan kerja. Pendidikan sebagai hak asasi individu juga telah di
atur dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 10 yang menyatakan bahwa "setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan". Sedangkan pada ayat 3 menyatakan bahwa "pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa".
Perkembangan pengetahuan manusia melalui proses pendidikan formal saat ini berkaitan erat
dengan perkembangan ekonomi. Semua usaha yang akan dicapai melalui proses pendidikan,
terutama pendidikan formal juga senantiasa melibatkan ekonomi. Selain itu, ekonomi juga
berperan penting dalam pendidikan. Bagaimana tidak, jika ekonomi tidak mencukupi dalam satu
keluarga maka banyak anak yang tidak merasakan pendidikan.
Di era globalisasi ini peran ekonomi dalam pendidikan cukup berpengaruh. Salah satu
faktor yang membuat suatu perekonomian negara maju ialah dengan adanya pendidikan. Tidak
heran jika negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan
mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dengan adanya ekonomi dalam
pendidikan, sarana dan prasarana akan terpenuhi. Hal itu dapat menjadi faktor penunjang
perkembangan anak seperti kognisi, afeksi dan psikomotor.
Namun apakah peran ekonomi dalam pendidikan itu penting? Sebenarnya ada hal yang
lebih menentukan di banding ekonomi, yaitu dedikasi, keterampilan dan keahlian guru dalam
mengajar. Artinya, walaupun ekonomi tidak memadai, suatu lembaga pendidikan tetap bisa
sukses apabila pengelola, guru ataupun dosen-dosen memiliki dedikasi yang memadai, ahli
dalam bidangnya, dan memiliki keterampilan yang cukup dalam melaksanakan tugasnya. Fungsi
ekonomi dalam pendidikan yaitu untuk menunjang kelancaran proses pendidikan, bukan modal
yang di kembangkan untuk mendapatkan keuntungan yang melimpah. Selain itu, ekonomi dalam
pendidikan juga berfungsi sebagai materi pembelajaran dalam masalah ekonomi di kehidupan
manusia.

4
Dengan demikian, peranan ekonomi dalam pendidikan yaitu :
1. Penunjang keperluan pendidikan seperti sarana dan prasarana.
2. Membayar jasa dari segala kegiatan pendidikan misalnya penggunaan listrik, air, telpon,
dan lain-lain.
3. Mengembangkan individu yang berperilaku ekonomi, yaitu berperilaku hemat.
4. Meningkatkan motivasi kerja.
5. Memenuhi kebutuhan dasar para personalia pendidikan.

Beberapa pendapat tentang peran ekonomi dalam pendidikan menurut ahli :


1. Menurut Kolter (1985)
Peran ekonomi dalam pendidikan berkaitan erat dengan analisis, perencanaan,
implementasi, dan pengawasan yang memberikan perubahan nilai-nilai yang di hasilkan
dari sebuah proses pendidikan. Kotler memberi batasan peran ekonomi dalam sebuah
siklus dan proses pendidikan yang meliputi peran administrasi, peran psikologi, dan
peran produksi
2. Menurut Mutrofin (1996)
Menyatakan bahwa negara-negara maju memiliki komitmen yang jelas dalam
membangun sektor pendidikan. Komitmen tersebut di implementasikan dengan dukungan
ekonomi yang jelas pula. Dimana sistem ekonomi di orientasikan kepada kebutuhan
masyarakat modern yang meliputi : teknologi tinggi, fleksibilitas, dan mobilitas angkatan
kerja. Dalam konteks dan perspektif Indonesia, pembangunan pendidikan mendapat
tempat strategis, dengan munculnya link and match, kebijakan ini mengharapkan dunia
pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga kerja yang sesuai dengan pasaran kerja, mencakup
mutu, dan jumlah serta jenisnya dengan dukungan ekonomi yang memadai.
3. Menurut Vizey (1996)
Menyatakan ukuran populer dalam melihat peranan ekonomi dalam pendidikan adalah
mempertautkan ekonomi dan pendidikan itu sendiri. Hal ini di dasarkan pada asumsi
bahwa pendidikan merupakan human capital. Pemikiran ini muncul pada era
industrialisasi dalam masyarakat modern.

5
Argumen ini memiliki 2 aspek, yaitu :
 Pendidikan merupakan suatu bentuk investasi nasional untuk meningkatkan kualitas
SDM yang di butuhkan dalam pertumbuhan ekonomi modern
 Pendidikan di harapkan menghasilkan suatu peningkatan kesejahteraan dan
kesempatan yang lebih luas dalam kehidupan nyata.

2.2 Fungsi Produksi dalam Pendidikan


Thomas (dalam Pidarta, 2007) membagi produksi dalam pendidikan menjadi 3 macam.
Fungsi yang pertama adalah produksi administrartor. Fungsi yang kedua adalah produksi
psikologi. Fungsi yang ketiga adalah produksi ekonomi.
Fungsi yang pertama adalah produksi administrator. Pada fungsi ini yang dimaksud input
adalah segala sesuatu yang menjadi wahana dan proses pendidikan yang dapat di hitung dan di
nilai harganya dalam bentuk uang, antara lain: prasarana dan sarana belajar, termasuk kelas;
perlengkapan belajar, media dan alat peraga baik di kelas maupun di laboratrium; buku-buku dan
bentuk material seperti film, disket/hard disk; barang-barang habis pakai seperti zat-zat kimia
laboratorium, ATK dll; dan waktu guru/dosen dan personalia yang dipakai memproses peserta
didik. Sementara output dalam fungsi produksi adalah berbagai bentuk layanan dalam
memproses peserta didik. Layanan-layanan ini dihitung lewat sistem kredit semester atau SKS
dan lama waktu belajar peserta didik. Lembaga pendidikan yang baik akan memungkinkan harga
input sama atau lebih kecil daripada harga output. Biaya input akan dibayar oleh lembaga,
sedangkan biaya output akan dibayar oleh peserta didik.
Fungsi yang kedua adalah produksi psikologi. Inputnya sama dengan fungsi produksi
administrator, akan tetapi outputnya berbeda. Output fungsi produksi psikologi adalah semua
hasil belajar siswa yang mencakup: peningkatan kepribadian; pengarahan dan pembentukan
sikap; penguatan kemauan; peningktan estetika; penambahan pengetahuan ilmu dan teknologi;
dan penajaman pikiran dan peningkatan ketrampilan. Namun output fungsi ini tidaklah mudah,
karena tidak mudah mengkuantifikasi dan menguangkan aspek-aspek psikologi, dan harganya
hanya bisa di cari lewat kegunaannya di masyarakat serta kecocokannya dengan norma dan
kondisi masyarakat. Selain itu karena tidak adanya variabel kontrol terhadap proses belajar
mengajar di lembaga pendidikan.

6
Fungsi produksi ekonomi memiliki input sebagai berikut: semua biaya pendidikan seperti
pada input produksi admnistrator; semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan
pendidikan seperti uang saku, transportasi, membeli buku, ATK, selama belajar atau kuliah; dan
opportunity cost. Outputnya adalah tambahan penghasilan peserta didik apabila telah tamat dan
bekerja. Fungsi produksi ekonomi ini bertalian erat dengan marketing. Marketing adalah analisis,
perencanaan, implementasi, dan pengawasan yang memberikan perubahan nilai dengan target
pasar sebagai tujuan lembaga pendidikan yang mencakup: (1) mendesain penawaran; (2)
menentukan kebutuhan atau keinginan pasar dalam hal ini peserta didik sesuai dengan kebijakan
link and match; dan (3) menentukan harga efektif dengan mengadakan komunikasi, distribusi,
komunikasi, dan layanan. Dalam hal ini keuntungan marketing adalah: (1) meningkatnya misi
pendidikan secara sukses dan terselenggara dengan baik, sebab diisi dengan program yang baik;
(2) meningkatkan daya tarik terhadap petugas, peserta didik, dana donator; (3) meningkatkan
kepuasan masyarakat; dan (4) meningkatkan keefesiensi dan kegiatan pemasaran. Akan tetapi
dalam marketing juga terdapat kelemahan yaitu (1) lembaga pendidikan selalu dijadikan usaha
dagang, dikomersilkan dalam mendapatkan keuntungan; dan (2) idealisme pendidikan cenderung
diabaikan dalam dunia pendidikan di Negara kita.
Hanushek (dalam Psacharopoulos, 1987) menyatakan bahwa "production function relate
the various educational inputs to educational outputs". Dengan demikian proses pengolahan
inputs pendidikan menjadi outputs atau outcomes merupakan unsur penting untuk
menggambarkan fungsi produksi pendidikan secara lengkap.
Cohn (1979) menjelaskan bahwa input pendidikan meliputi karakteristik siswa, faktor-
faktor sekolah (school factors) dan pengaruh lain dari lingkungan masyarakat (non-school
factors). Input sekolah mencakup unsur sumberdaya manusia dan fisik. Sumberdaya manusia
antara lain: guru, kepala sekolah, pegawai administrasi dan staf pendukung lain, konselor,
laboran, dan pustakawan. Karakteristik sumberdaya manusia tersebut seperti pendidikan,
pengalaman, motivasi, beban tugas dan insentif yang diberikan dapat mempengaruhi proses
pendidikan dan selanjutnya berdampak pada hasil pendidikan. Adapun unsur fisik meliputi
antara lain: karakteristik bangunan, jumlah dan kualitas peralatan pendidikan, buku, dan
peralatan pendukung pembelajaran lainnya. Sementara itu input non-sekolah mencakup antara
lain: teman sejawat, status sosial ekonomi orang tua (pendidikan, pendapatan, kepemilikan buku
di rumah), suku, ukuran keluarga, karakteristik lingkungan siswa (seperti tingkat urbanisasi,

7
tingkat kemakmuran dan standar perumahan, komposisi penduduk, rata-rata pencapaian
pendidikan orang dewasa, dan rata-rata pendapatan dan kesejahteraan). Faktor-faktor ini dapat
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pretasi belajar siswa.
Menurut Schultz (dalam Cohn, 1979), output pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi
dua kategori, yaitu sebagai konsumsi dan investasi. Dalam konteks ini Vaizey (1962)
menganalogikan konsumsi seperti membeli roti atau susu, sebagai sesuatu yang langsung dapat
dinikmati, sementara investasi, seperti membeli mesin atau membangun toko, merupakan bentuk
pengeluaran saat ini untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka panjang. Dengan demikian
konsumsi dapat diartikan sebagai bentuk pengeluaran yang dapat langsung atau segera dinikmati
hasilnya; dan investasi merupakan bentuk pengeluaran saat ini yang baru dapat dinikmati
hasilnya setelah jangka waktu tertentu, secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Dalam
pendidikan, aspek konsumsi berhubungan dengan kegembiraan, kesenangan, status sosial,
keamanan (pengurangan angka kriminalitas) dan tenaga kerja terampil yang dapat diperoleh dan
dinikmati oleh siswa, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. Sementara itu aspek
investasi mencakup outcome pendidikan yang terkait dengan peningkatan keterampilan produktif
seseorang dan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masa depan. Contoh output pendidikan
yang bersifat investasi ini antara lain: keterampilan dasar matematik dan verbal, keterampilan
kreativitas, kebiasaan hidup sehat, dan penanaman nilai-nilai sosial dan moral yang mengarah
kepada pengembangan sikap kewarganegaraan, atau pengembangan sikap positif terhadap diri
sendiri, keluarga, teman dan masyarakat.
Proses produksi pendidikan tersebut dapat digambarkan sama seperti proses pendidikan
yang dikemukakan oleh Chapman (2002) sebagai berikut :

8
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil-hasil pendidikan dapat dinikmati oleh
individu peserta didik, keluarganya, masyarakat dan negara pada umumnya. Keuntungan tersebut
baik berupa konsumsi (dapat dinikmati secara langsung dalam jangka pendek) maupun investasi
(yang dapat dinikmati hasilnya setelah dalam jangka waktu yang relatif lama). Bagaimanapun
hasil-hasil pendidikan di atas, sangat tergantung pada cara pemrosesan inputs yang tersedia.

2.3 Ekonomi sebagai Landasan Pendidikan


Ekonomi merupakan sebuah cabang ilmu yang mengkhususkan kajian tentang
pengelolaan pendapatan dan pengeluaran memiliki implikasi terhadap implementasi proses
pendidikan. Pokok persoalan yang dianalisa dalam ilmu ekonomi adalah bagaimana cara
menggunakan pendapatan atau sumber-sumber daya tertentu agar ia dapat memberikan kepuasan
maksimum kepada seseorang atau sesuatu masyarakat serta bagaimana cara meminimumkan
penggunaan pendapatan atau sumber-sumber daya untuk mencapai suatu tingkat kepuasan
tertentu. Prinsip ekonomi lain yang juga perlu diperhatikan dalam implementasi proses
pendidikan menurut Pidarta (2007) adalah:

1. Prinsip ekonomi produsen


- Menghasilkan barang yang berkualitas

9
- Menekan biaya produksi serendah mungkin
- Mencari keuntungan maksimal
- Menghasilkan barang yang diminati dan selalu dicari oleh konsumen
2. Prinsip ekonomi distributor
- Menyalurkan barang dan jasa pada konsumen tepat waktu
- Memeratakan hasil produksi ke daerah-daerah yang memerlukan
- Membuat harga barang stabil atau tidak mengalami gejolak
3. Prinsip ekonomi konsumen
- Mendapatkan kepuasan semaksimal mungkin
- Terpenuhinya kebutuhan hidup
- Terhindar dari sifat konsumtif
- Mendapatkan barang yang bermutu dengan harga murah
- Terjadinya penghematan atau tidak

Kajian ekonomi tersebut menekankan pentingnya mengefisienkan pengeluaran dan


mengoptimalkan keuntungan atau pendapatan. Hal ini tentunya dapat dijadikan sebagai salah
satu prinsip dalam menjalankan proses pendidikan.
Proses pendidikan berkualitas hendaknya dapat dilaksanakan walaupun fasilitas moderen
belum tersedia. Guru dan kepala sekolah dituntut untuk kreatif menciptakan sarana dan prasarana
pembelajaran. Implikasi dari prinsip ini tentunya akan menjadikan proses pendidikan dapat
dilaksanakan dengan biaya yang lebih ringan namun kualitas tetap terjaga. Peranan ekonomi
dalam dunia pendidikan cukup menentukan tetapi bukan pemegang peranan utama. Fungsi
ekonomi dalam dunia pendidikan ialah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan dan juga
berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masa lah ekonomi pada kehidupan manusia. Kegunaan
ekonomi dalam pendidikan menurut Pidarta (2007) terbatas pada:
1. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama siswa.
2. Membiayai segala perlengkapan gedung.
3. Membayar jasa semua kegiatan pendidikan.
4. Untuk mengembangkan individu yang berprilaku ekonomi.
5. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan.
6. Meningkatkan motivasi kerja.

10
7. Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.
Landasan ekonomi memiliki peran penting dalam keberhasilan pelaksanaan proses
pendidikan, tanpa sokongan ekonomi proses pendidikan tidak bisa berjalan dengan lancar.
Sokongan ekonomi sebagai sebuah landasan dalam proses pendidikan memiliki implikasi pada
dua hal pokok, yaitu secara prinsipil dan secara material. Secara prinsipil peran tersebut meliputi
prinsip-prinsip ekonomi yang dapat diaplikasikan dalam implementasi pendidikan, sementara itu
secara material peran ekonomi berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan pembiayaan untuk
pelaksanaan proses pendidikan. Implikasi akhirnya antara pendidikan dan ekonomi menjadi
hubungan yang saling menciptakan. Ekonomi mampu mendorong pendidikan berjalan secara
efektif dan efisien sementara hasil pendidikan akan menciptakan manusia yang memiliki kualitas
sehingga mampu menggali dan mengoptimalkan sumber sumber ekonomi, sehingga laju
pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik.

2.4 Efisisensi dan Efektifitas Dana Pendidikan


Efisiensi dalam menggunakan dana pendidikan adalah penggunaan dana yang harganya
sesuai atau lebih kecil daripada produksi dan layanan pendidikan yang telah direncanakan.
Sedangkan yang dimaksud dengan penggunaan dana pendidikan secara efektif adalah apabila
dengan dana tersebut tujuan pendidikan yang telah direncanakan bisa tercapai dengan relatif
sempurna. Pemerintah perlu meningkatkan efisiensi penggunaan dana pendidikan karena dana
pendidikan yang relatif terbatas dan departemen pendidikan seringkali mengalami kebocoran
dana.
Terdapat beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan tingkat
efisiensi pendidikan. Faktor-faktor tersebut tersebut adalah:
1. Penggunaan uang yang sudah dialokasikan untuk masing-masing kegiatan.
2. Proses pada setiap kegiatan. Hal ini bisa dilihat langsung seperti dalam bidang
pendidikan dan pengajaran dan bisa juga diperiksa dan hasil laporannya seperti pada
bidang penelitian.
3. Hasil masing-masing kegiatan (Pidarta, 2007).

Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan efisiensi pendidikan, ada


beberapa langkah yang perlu diambil. Langkah-langkah tersebut antara lain:

11
1. Dalam penyusunan anggaran belanja, khususnya di perguruan tinggi, pemerintah
menyusun pedoman yang memakai kode-kode tertentu untuk memudahkan pengecekan.
2. Penyesuaian jumlah fakultas dengan kebutuhan pembangunan.
3. Menutup jurusan-jurusan yang lulusannya sudah dipandang terlalu banyak dan tidak
dapat mencari pekerjaan atau tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
4. Tidak mengangkat pegawai negeri baru, termasuk guru dan dosen, kecuali sebagai
pengganti mereka yang pensiun atau meninggal.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam dunia pendidikan, faktor ekonomi bukanlah sebagai peran yang utama, namun
memiliki peran yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan dalam pendidikan. Dengan
adanya biaya, sekolah dapat memberikan sarana dan prasarana lengkap yang bisa memenuhi
kebutuhan siswa dalam belajar, sehingga tujuan pemerintah untuk memajukan generasi muda
dapat tercapai. Salah satu faktor yang paling menentukan kehidupan dan kemajuan pendidikan
ialah dedikasi, keahlian, dan keterampilan pengelola dan pendidik di suatu lembaga pendidikan.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi dapat membantu masyarakat yang kurang mampu untuk
melanjutkan pendidikan di sekolah. Ekonomi ialah bagian dari sumber pendidikan yang mampu
membuat anak untuk mengembangkan afeksi, kognisi, dan keterampilan. Sehingga anak-anak
mampu menjadi tenaga kerja yang handal dan bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, serta
memiliki etos kerja yang bagus. Namun, dalam penggunaan dana pendidikan harus efisien dan
efektif, sehingga tujuan pendidikan yang telah terencana bisa dicapai dengan relatif sempurna.

13
DAFTAR RUJUKAN

Chapman, D. (2002). Management and Efficiency in Education: Goals and Strategies. Manila-
Hongkong: Asian Development Bank and Comparative Education Research Center, The
University of Hongkong.
Cohn, E. (1979). The Economics of Education. Cambridge, Massachusetts: Ballinger Publishing
Company.
Dewita, Selvi. 2014. Peran Ekonomi dalam Pendidikan. Di akses pada 29 Agustus 2019, dari
(http://selvidewita.blogspot.com/2014/12/peran-ekonomi-dalam-pendidikan.html?m=1)
Dodi Nandika. 2005. Kebijakan Pembangunan Pendidikan 2005-2009. Bandung UPI.

Kemendikbud. 2015. Rencana Strategis Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014-
2019.

Kemenkeu.2019.APBN 2019.(online). (https:\\www.kemenkeu.go.id)

Michael W. La Morte. 1982. School Law Cases and Concept Thrid Edition. Prentice Hall .Inc

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: Rineke Cipta
Psacharopoulos, G. (ed). (1987). Economics of Education: Research and Studies. New York:
Pergamon Press.
Saputra, W.N.E. 2014. Landasan Ekonomi Pendidikan. Makalah.
Sonhadji, A. 2013.Manusia, Teknologi, dan Pendidikan. Malang. IKIP Malang.
Vaizey. J. (1962). The Economics of Education. London: Faber and Faber Limited.

Wahyudi Ruwiyanto. 1994. Peranan Pendidikan dalam Pengentasan Masyarakat Miskin. Raja
Grafindo

Widiansyah, A. 2017. Peran Ekomomi dalam Pendidikan dan Pendidikan dalam Pembangunan
Ekonomi. Jurnal Human Capital, A Theoritical and Empirical Analysis with Spesial
Reference to Education. 17(2):208-210.

14

Anda mungkin juga menyukai