Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TUGAS TUTORIAL 1
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
TUTOR : IBU Dr. ENENG FITRI AMALIA, S.Pd.,M.Pd.

JUDUL
ASAS PENDIDIKAN JASMANI

Oleh :
RISMAWATI 857334663
DENDI TRIYADI 857334649
HENDAR RUSLAN 857334688
ASEP SUTARMAN 857337565

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UPBJJ - UNIVERSITAS TERBUKA BOGOR
2021

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Rabb alam
semesta atas segala rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penilis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan judul “ASAS PENDIDIKAN JASMANI” Serta tidak lupa kita
panjatkan. Shalawat dan taslim kepada junjungan Nabiullah Muhammad SAW dan Kepada
keluarga, para sahabatnya dan kepada kita selaku ummatnya.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah PENDIDIKAN JASMANI DAN
OLAHRAGA. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut memberikan dorongan dan bantuan dalam penyelesaian
makalah ini. Oleh karena itu penulis menghaturkan ucapan terimah kasih dan penghargaan
yang setinggi- tingginnya terutama kepada ibu dosen kami yang setia membimbing kami
dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya dengan penuh kesadaran bahwasanya makalah ini masih terdapat


kesalahan dan kekhilafan. Namun demikian, penulis berharap dengan adanya makalah ini
sekurang- kurangnya dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam upaya mengetahui
dan memahami Asas Pendidikan Jasmani.

Cianjur, November 2021


Penyusun
RISMAWATI 857334663

DENDI TRIYADI 857334649

HENDAR RUSLAN 857334688

ASEP SUTARMAN 857337565

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………..……………………………………………………………………...… 1

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………. 2

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………...... 4

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….................................................. 5

C. Tujuan .………………………………………………………………………………………………….………………….. 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Jasmani…………………………………………………………..…………………….. 6

B. Pengertian Hakikat Pendidikan Jasmani……………………………………………………………………. 7

C. Kedudukan Pendidikan Jasmani ………………………………………………………….………………….. 10

D. Tujuan Pendidikan Jasmani ……………………………………………………..……………………………... 11

E. Perkembangan Keterampilan Gerak ……………………………………………………………………….. 13

F. Pentingnya Pendidikan Jasmani ………………………………………………………………………………. 14

G. Dasar Pendidikan Jasmani……………………………………………………….……………………………... 16

H. Pertumbuhan dan Perkembangan anak ………………………………………………………………… 16

I. Kebugaran dan kesehatan…………………………………………….……………………….………………… 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………............................................................. 20

B. Saran ……………………………………………………………............................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………..………. 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses yang memanfaatkan aktivitas fisik
untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas diri seseorang baik dalam hal fisik, mental,
serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan seseorang sebagai sebuah kesatuan
utuh, mahluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah
kualitas fisik dan mentalnya pendidikan jasmani adalah suatu ilmu pendidikan yang memiliki
kajian yang begitu luas. Titik fokusnya adalah memberikan peningkatan pada gerak fungsi,
Lebih utamanya penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak seseorang dan wilayah
pendidikan lainnya hubungan dari perkembangan tubuh fisik dan fikiran serta jiwanya.

Pendidikan diartikan dengan sebagai ungkapan dan kalimat namun pada akhirnya
memiliki esensi yang sama dimana jika disimpulkan akan bermakna jelas bahwa pendidikan
jasmani memanfaatkan alat fisik untuk pengembangan kebutuhan manusia. Dalam
kaitannya diartikan bahwa melalui fisik aspek mental dan emosional turut terkembangkan,
bahkan sampai pada penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain misalnya
pendidikan moral, yang penekanannya benr-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek
fisik tidak terkembangkan baik langsung maupun tidak. sungguh, pendidikan jasmani ini
karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi
seluruh aspek kehidupan harian seseorang.

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya,


penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai
alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan.
Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan
yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk
mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan
fisik dan mentalnya.

4
Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan
bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Banyak kita jumpai bentuk-bentuk
aktivitas jasmani yang menarik terutama di daerah yang memiliki lapangan luas dan banyak
penduduknya dan sampai sekarang pun kita masih senang bermain dengan melakukan
aktivitas fisik. Aktivitas jasmani atau fisik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua
kalangan umur baik anakanak, remaja, dewasa, maupun orang tua. Oleh karena itu,
pelajaran penjas tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain.

Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak
anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari
berbagai gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang
menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil
pembelajaran, seperti kebugaran jasmani yang rendah.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan tentang Pengertian Pendidikan Jasmani.


2. Menjelaskan tentang Pengertian Hakikat Pendidikan Jasmani.
3. Menjelaskan tentang Kedudukan Pendidikan Jasmani.
4. Menjelaskan tentang Hakikat Pendidikan Jasmani.
5. Menjelaskan tentang Tujuan Pendidikan jasmani.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Pendidikan Jasmani


2. Untuk mengetahui Kedudukan Pendidikan Jasmani
3. Untuk mengetahui Hakikat Pendidikan Jasmani
4. Untuk mengetahui Tujuan Pendidikan Jasmani

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan jasmani

Apakah sebenarnya pendidikan jasmani dan apa tujuannya? Secara umum


pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai berikut:

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dalam usaha
untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan ini oleh Bloom
dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yang
diadopsi dalam pendidikan jasmani, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik termasuk pula
dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

Pada dasarnya pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang


sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik
melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan,
dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan
watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
berkualitas berdasarkan Pancasila.

Secara sederhana pendidikan jasmani adalah suatu proses belajar untuk bergerak
dan bergerak untuk belajar. Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses
pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel
pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, tetapi penjas adalah bagian
penting dari pendidikan.

Secara singkat Pendidikan jasmani adalah Peroses pendidikan yang memanfaatkan


aktifitas tubuh yang direncanakan secara sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan
dan mengembangkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan
emosionalnya.

Pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani


atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan

6
mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak
secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi
yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.

B. Pengertian Hakikat Pendidikan Jasmani.

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan


aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
perubahan fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai
sebuah kesatuan utuh, makhluk total, bukan hanya menganggapnya sebagai seseorang yang
terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang
sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi,
pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah
pendidikan lainnya, hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya.
Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan
perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang
tunggal lainnya, seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan
total manusia.

Dapat dikemukakan bahwa pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan


dan kalimat. Namun esensinya seragam, yang jika disimpulkan bermakna jelas bahwa
pendidikan jasmani memanfaatkan aktivitas fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia.
Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui aktivitas fisik, aspek mental dan emosional pun
turut berkembang, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang
lain, misalnya pendidikan matematika, yang penekanannya benarbenar pada perkembangan
logika berpikir, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara
tidak langsung. Oleh karena itu, pendidikan jasmani ini hendaknya dapat menyebabkan
adanya perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
sehari-hari seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada
ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif.

Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, pendidikan jasmani diistilahkan


sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam

7
tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah
Romawi Kuno: Men sana in corporesano. Pertanyaan sulit di sepanjang zaman adalah
pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa
dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu disebut dualisme
yang mengarah pada penghormatan lebih pada aspek jiwa dan menempatkan kegiatan fisik
sebagai aksesorisnya.

Beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan


pendidikan jasmani (penjas) diantaranya adalah idealisme, realisme, pragmatisme,
humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme.

Aliran idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita.
Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan
pendidikan jasmani menurut aliran ini membentuk karakter manusia.

Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh bersifat
dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam
masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat.

Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika dipengaruhi oleh empirisme,


utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran
melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya dalam pendidikan
jasmani adalah menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru
dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.

Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang


memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, aliran
behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi perilaku. Tujuannya
untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa
tanggung jawab dalam kehidupan mengembangkan pribadi dan masyarakat.

Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif


individu mengonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui
asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan

8
pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk
menyelesaikan persoalan hidupnya.

Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat humanisme. Humanisme berpandangan


bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak (child centered). Tujuannya
untuk aktualisasi diri, perkembangan afektif, dan pembentukan moral, yaitu kepercayaan
yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari
pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.”
Motto tersebut sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan
jasmani tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh, yaitu jiwa,
tubuh, dan spirit. Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah
aktivitas fisik yang bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan
pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata
yang harus dikedepankan di sini bukanlah “Apakah kita percaya terhadap konsep holistik
tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam
masyarakat kita atau di antara pengemban tugas penjas sendiri?

Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme


di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri,
barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya
pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang
pasti masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan
fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah sehingga proses pembelajaran penjas di
sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek
fisik semata-mata. Bahkan dalam kasus di Indonesia, penekanan yang berat itu masih
dipandang lebih baik karena justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak
ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah yang memandang
bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali. Nilai-nilai yang terkandung di
dalam penjas untuk mengembangkan manusia utuh secara menyeluruh, sungguh masih jauh
dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh
kenyataan dalam pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus atau
contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada
kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti

9
yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan
apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktik) adalah sebuah duri dalam bidang
pendidikan jasmani kita.

Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga Bermain pada intinya
adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan
yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik.
Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain
dapat ditemukan di dalam keduanya.

Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat
kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk
permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan
jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional,
olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan


ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-
tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan
pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. untuk
kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak
harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama. Lalu
bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)?

Rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat
pula memenuhi salah satu definisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam
pandangan itu, aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang
kondisifisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau membunuh
waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik, mental dan sosial. Jay
B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja, dan karenanya
merupakan kebutuhan semua orang. Dengan demikian, penekanan dari rekreasi adalah
dalam nuansa “mencipta kembali” (re-creation) orang tersebut, upaya revitalisasi tubuh dan
jiwa yang terwujud karena menjauh’ dari aktivitas rutin dan kondisi yang menekan dalam
kehidupan sehari-hari.

10
C. Kedudukan pendidikan jasmani

Bangsa kita saat ini tengah digoncang dengan maraknya alat-alat tekhnologi yang
canggih dimasyarakat ditambah dengan adanya krisis ekonomi yang sangat memukul hati
bangsa kita, dan hingga kini rasa itu terus membekas bagaikan luka didalam sebagian besar
masyarakat kita belum lagi kondisi dunia saat ini yang dihadapkan pada perebutan
kekuasaan dan politik yang mengakibatkan ekonomi bangsa kita telah terjatuh pada
keadaan yang tak dapat terkendali lagi. Dan buah dari semua itu manghasilkan suatu
persoalan yang diantaranya harga barang yang tak dapat terkendali selalu pada level yang
tinggi, sulitnya hidup bagi para kaum kecil, ditambah konflik yang terus terjadi diberbagai
daerah dan kota, serta tinggginya pengangguran hingga defisit negeri kita yang semakin
memuncak.

Meskipun negara-negara maju telah mengambil langkah-langkah yang pasti


terhadap persoalan tersebut, namun negeri kita tetap dalam keadaan yang lemah, tidak
hanya itu namun kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi juga telah mencapai saat
yang begitu maju yang akhirnya menghadapkan kepada para remaja dan anak-anak kita
hidup pada gaya yang semakin jauh dari semangat perkembangan total,karena mereka lebih
asyik duduk dan bersantai yang akhirnya mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan
moralnya secara individu. Mereka lebih mengutamakan bahkan senang dengan gaya hidup
sedenter { kurang gerak}. Ini diakibatkan dengan adanya tekhnologi yang hampir semua
pekerjaan dan gerakan hanya dilakukan oleh serangkaian mesin yang tidak lain hanya
membuat orang menjadi malas. Akhirnya akan menimbulkan sebuah efek dimana kaki dan
tangan tidak dapat lagi melakukan olahraga sebagaimana mestinya, dalam keadaan serta
kondisi seperti inilah kita akan dapat mengetahi peranan makna dan kedudukan pendidikan
jasmani.

D. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam


berolahraga. Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan
anak yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan
pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di

11
atas benar belaka., sebab yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat
menyeluruh.

Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas


jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan
gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk
melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik
secara kelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan
sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar
orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk
permainan olahraga.

Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan


jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak
kalah pentingnya dalam domain afektif. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak
dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah
dewasa kelak.

Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan tugasnya.
Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara
matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk
disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai
pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan.

Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi domain
kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan
sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk

12
dalam perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan
pembelajaran pengembangan domain psikomotor.

Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu membiasakan diri untuk
mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-
prinsip yang mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat mendidik
itu dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan
sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh, yang akan
mendukung tercapainya aneka kemampuan.

E. PERKEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK

Perkembangan keterampilan gerak merupakan inti dari program pendidikan jasmani.


Perkembangan keterampilan gerak bagi anak-anak pendidikan dasar diartikan sebagai
perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar dan keterampilan gerak
yang berhubungan dengan olahraga. Keterampilan gerak tersebut selanjutnya
dikembangkan dan diperhalus hingga taraf tertentu yang memungkinkan anak mampu
untuk melaksanakannya dengan tenaga yang efisien dan sesuai dengan keadaan lingkungan
dan tujuan yang dimaksud. Ketika anak telah memiliki keterampilan gerak dasar yang
matang selanjutnya dapat menerapkan ke dalam berbagai permainan, olahraga, dan
aktivitas jasmani yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum mencapai pada
keterampilan gerak yang diinginkan, tentunya melalui tahapan-tahapan. Gabbard, Le Blanc,
dan Lowy (1987) mengutarakan tahapan kerja motorik sebagai berikut.

Tahapan Kerja Motorik

Terminal Tahapan Gerak Aktivitas Karakteristik

Berguling, duduk, meratap,


0-2 th, masa kanak-kanak Gerak tak sempurna merangkak, berdiri, berjalan,
dan memegang.
Gerak dasar dan Kesadaran gerak lokomotor,
2-7 th, masa anak-anak awal pemahaman efisien khusus nirlokomotor dan
(khas) manipulatif.
8-12 th, masa anak-anak Penghalusan keterampilan

13
dan penyadaran gerak,
menggunakan gerak dasar,
dalam tari,
permainan/olahraga, senam,
dan olahraga air.

12- dewasa, masa remaja Bersifat kompetisi dan


Spesialisasi
dan dewasa rekreasi

Dengan demikian, dapat dilihat pada umur berapakah anak mulai masuk sekolah
dasar, jenis kemampuan motorik apakah yang telah dikuasai anak, dan jenis kemampuan
motorik apakah yang harus dikembangkan oleh guru pendidikan jasmani. Oleh karena itu,
guru penjas hendaknya memahami setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan gerak
anak agar memperoleh manfaat aktivitas gerak secara optimal.

Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa indah, dipenuhi
keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah ungkapannya. Namun
demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi kebanyakan kita bahwa dunia yang
cemerlang itu terenggut muram dan bahkan hilang sebelum kita dewasa. Tiga kata kunci di
atas: gerak, gembira, dan belajar. Anak-anak suka bergerak dan suka belajar. Perhatikan
bagaimana anak-anak bermain di lapangan. Di sana akan tampak, mereka bergerak dengan
keterlibatan yang total dan dipenuhi kegembiraan. Belajar tidak lagi menarik bagi anak.
Keceriaan mereka terampas dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia anak-anak mereka.
Tidak heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak menyenangkan.

F. Pentingnya Pendidikan Jasmani

Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak.
Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit
hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang
bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak . Pendidikan Jasmani tampil untuk
mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program

14
yang direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi
intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi
lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap
sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran
yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang
perkembangan yang bersifat menyeluruh.

Secara umum, manfaat pendidikan jasmani disekolah mencakup sebagai berikut:

a) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak


b) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
c) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
d) Menyalurkan energi yang berlebihan
e) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun
emosional.

Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti
terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan
jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan
moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana
yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.

Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga

Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai
cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga
agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘
dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani
pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga
menyusup ke dalam proses pembelajaran

Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian. Pendidikan
jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-hati
dalam waktu yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar
anak menguasai keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih

15
menekankan pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah
ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap anak
mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan hanya dilakukan
dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti dan menikmati cara belajar
yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa selalu gagal, karena bagi mereka cara
latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah.

Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan segera
menyenangi permainan sepak bola. Tetapi bagaimana dengan anak-anak lain yang kurang
berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan sepak bola terlalu sulit dan
tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak menyukai pelajaran dan permainan sepak bola
tadi. Apalagi bila ketika mereka melakukan latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh
teman-teman yang lain atau bahkan oleh gurunya sendiri.

Anak-anak dalam ‘kelompok gagal’ ini biasanya mengalami perasaan negatif.


Akibatnya, citra diri anak tidak berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang rendah
diri. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua kecenderungan tadi bisa
dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai
latihan memperoleh pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang
harus dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula.

G. Dasar Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan
umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di sekolah akan
pincang.

Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu:

a) Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa,


b) Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
c) Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana
menerapkannya dalam praktek.

16
Untuk meneliti aspek penting dari penjas, dasar-dasar pemikiran seperti berikut perlu
dipertimbangkan.

H. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

manfaat dari pendidikan jasmani kecil ini dapat memberikan pengaruh yang positif
terutama terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Apabila pendidikan jasmani kecil
dilakukan dengan baik dan sesuai dengan kriteria tertentu, misalnya intensitas dan frekuensi
bermain memadai, maka akan banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan tersebut,
terutama dapat mempengaruhi pada pertumbuhan fisik dan perkembangan mental
psikologis anak didik. Beberapa pengaruh dan manfaat positif bagi anak dari kegiatan
bermain dalam suatu pendidikan jasmani di antaranya adalah merangsang pertumbuhan
fisik, perkembangan motorik, perkembangan mental psikologis, dan perkembangan fisiologi
tubuh, seperti neuromuscular, jantung, dan paruparu, termasuk kebugaran jasmani anak.

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan fisik pada masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Puncak pertumbuhan fisik terjadi pada masa balita dan usia 10-14 tahun.
Melalui pendidikan jasmani yang mengutamakan aktivitas fisik akan merangsang
pertumbuhan dan perkembangan fisik yang lebih cepat.

2. Perkembangan Motorik

Perkembangan kemampuan motorik terjadi pada masa anak-anak, harus dikembangkan


berbagai kegiatan motorik secara multilateral sehingga kemampuan motorik berkembang
dengan baik.

Manfaat pendidikan jasmani bagi anak dalam pembentukan gerak di antaranya:


a. Memenuhi keinginan untuk bergerak.
b. Menghayati ruang, waktu, bentuk termasuk perasaan irama.
c. Mengenal kemungkinan gerak itu sendiri.
d. Memiliki keyakinan dan perasaan sikap (kinestetik).
e. Memperkaya kemungkinan gerak.

17
3. Perkembangan Fungsional Tubuh

Secara fungsional, organ-organ tubuh mengalami penyempurnaan yang cepat Apabila


aktivitas fisik dilakukan secara teratur dan sesuai dengan perkembangan anak, maka anak
akan memiliki kesegaran jasmani yang memadai, dan pada akhirnya memiliki daya tahan
terhadap penyakit. Dengan adanya kemampuan untuk menahan penyakit diharapkan anak
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan tugas perkembangannya.

4. Perkembangan Mental

Perkembangan Mental Melalui pendidikan jasmani dapat dikembangkan beberapa sifat


positif yang akan membangkitkan keinginan anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tugas perkembangannya. Anak yang memiliki pengalaman bermain melalui
permainan akan memiliki perkembangan mental yang baik, menaati peraturan, jujur,
sportif, memiliki keberanian, sikap positif terhadap lingkungannya, pandai bergaul dan
memiliki kepercayaan diri yang kuat sehingga kelak setelah dewasa diharapkan akan mampu
dan berhasil mengarungi kehidupan yang sebenarnya di masyarakat.

Pengaruh pendidikan jasmani dalam pembentukan sosial psikologis, di antaranya:


a. Mengakui dan menerima peraturan dan norma bersama.
b. Belajar bekerja sama, menerima pimpinan dan dipimpin.
c. Belajar bertanggung jawab, berkorban, dan memberikan pertolongan.
d. Mengembangkan pengakuan terhadap orang lain sebagai diri pribadi dan
rasa hidup bermasyarakat.

I. Kebugaran dan kesehatan

Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang
terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta
dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan
berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti jantung
dan paru-paru. Sistem peredaran darah dan pernapasan akan bertambah baik dan efisien,
didukung oleh sistem kerja penunjang lainnya. Dengan bertambah baiknya sistem kerja
tubuh akibat latihan, kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan

18
dan kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti
kecepatan, kelincahan dan koordinasi.

1. Keterampilan fisik

Keterlibatan anak dalam asuhan permainan, senam, kegiatan bersama, dan lain-lain,
merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk menguasai berbagai
keterampilan. Keterampilan tersebut bisa berbentuk keterampilan dasar misalnya berlari
dan melempar serta keterampilan khusus seperti senam atau renang. Pada akhirnya
keterampilan itu bisa mengarah kepada keterampilan yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Terkuasainya prinsip-prinsip gerak

Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan anak


tentang prinsip-prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak mampu
memahami bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga tingkatannya yang lebih tinggi.
Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih bermakna.

3. Kemampuan berpikir

Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh anak dalam
pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak. Namun demikian dapat
ditegaskan di sini bahwa pendidikan jasmani yang efektif mampu merangsang kemampuan
berpikir dan daya analisis anak ketika terlibat dalam kegiatan-kegiatan fisiknya. Pola-pola
permainan yang memerlukan tugas-tugas tertentu akan menekankan pentingnya
kemampuan nalar anak dalam hal membuat keputusan..

4. Kepekaan rasa

Dalam hal olah rasa, pendidikan jasmani menempati posisi yang sungguh unik.
Kegiatannya yang selalu melibatkan anak dalam kelompok kecil maupun besar merupakan
wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam lingkup sosial. Dalam
kehidupan sosial, setiap individu akan belajar untuk bertanggung jawab melaksanakan
peranannya sebagai anggota masyarakat. Di dalam masyarakat banyak norma yang harus
ditaati dan aturan main yang melandasinya. Melalui penjas, norma dan aturan juga
dipelajari, dihayati dan diamalkan.

19
5. Keterampilan sosial

Kecerdasan emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat


mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini seseorang bisa
berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin. Anak-anak yang rendah
kemampuan pengendalian dirinya biasanya ingin memecahkan masalah dengan kekerasan
dan tidak merasa ragu untuk melanggar berbagai ketentuan.

6. Kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)

Melalui pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri (self esteem) anak akan
berkembang. Secara umum citra diri diartikan sebagai cara kita menilai diri kita sendiri. Citra
diri ini merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian anak. Dengan citra diri yang baik
seseorang merasa aman dan berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia. Dia mau dan
mampu mengambil resiko, berani berkomunikasi dengan teman dan orang lain, serta
mampu menanggulangi stress.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk


mempelajari berbagai kegiatan yang dapat membina sekaligus mengembangkan potensi
anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. selain itu, kedudukan
pendidikan jasmani sangat begitu penting dikalangan masyarakat kita sekarang ini dimana
dengan adanya tekhnologi cenderung membuat masyarakat malas akan melakukan kegiatan
karena mereka lebih suka duduk asyik dengan alat elektroniknya, dan akibatnya muncul
penyakit yang tidak semestinya ia derita.

Adapun manfaat yang kita dapatkan dari pendidikan penjaskes diantaranya:

1. dapat membentuk otot sehingga badan terlihat bagus.

20
2. Tubuh akan terasa lebih fresh dalam melakukan kegiatan setiap harinya serta pikiran
yang lebih tenang.
3. Dengan fisik yang kuat tubuh kita tidak akan mudah terserang penyakit.
4. Tulang dalam tubuh akan lebih kokoh / kuat.
5. Dengan adanya penjaskes maka berarti kita telah mencegah penyakit dalam tubuh
kita karena pepatah mengatakan ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’.

B. saran-saran

Demi kemajuan pemahaman di bidang pendidikan jasmani dan cara pengajarannya,


kami merasa sangat perlu memberikan saran kepada pembaca tentang anak didik yang akan
diajar / dibina. Bahwa seorang guru penjaskes sudah semestinya harus banyak menguasai /
mengetahui tentang keterampilan-keterampilan yang akan diajarkan kepada anak didik /
muridnya. sehingga apa yang ia ajarkan akan lebih bermanfaat dan dapat diterima dengan
baik oleh muridnya.

21
DAFTAR PUSTAKA
(MODUL PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA)

Agus, Mahendra. 2002. Perkembangan, Pertumbuhan, dan Kebutuhan Anak. FPOK IKIP
Bandung.

Akhmad Imran. 2016. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta.

Herman Subarjah. 2005. Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Fakultas Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Landy M. Joane, Landy J. Maxwell. 1992. P.E. Activities, Ready-to-Use for Grades K-2,
Complete Physical Education Activities Program, Parker Publishing Company, West Nyack,
New York.

Lutan Rusli, dkk. 1997. Manusia dan Olahraga, Seri Bahan Kuliah Olahraga di ITB. Kerja
sama ITB dan FPOK IKIP Bandung.

Malina, Robert M., dan Bouchard, Claude. 1991. Pengetahuan Umum Penjaskes. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nur, Lutfi. 2016. Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: Rizqi Press

22

Anda mungkin juga menyukai