Anda di halaman 1dari 20

HAKIKAT, PRINSIP DAN TUJUAN PENDIDIKAN DASAR

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Landasan dan Problematika Pendidikan Dasar
yang diampu oleh
Dr. Azizatus Zahro, S.Pd., M.Pd
Dr. Aynin Mashfufah, S.Pd., M.Pd

Oleh Kelompok 3

Atikah Nur Istiqomah (212103850815)


Trio Erawati Siregar (212103850806)

HALAMAN SAMPUL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


karunia, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Hakikat, Tujuan dan Prinsip Pendidikan Dasar”. Penyusunan
makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Dasar.

Penyusunan makalah ini tentu melibatkan banyak pihak dalam proses


penulisannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr.
Syamsul Hadi, M.Pd, M.Ed selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan penelitian di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini
berguna bagi semua pihak terutama civitas akademi.

Malang, 10 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Pengertian Hakekat Pendidikan 4
2.2 Prinsip Pendidikan 5
2.4 Fungsi Pendidikan Dasar 9
2.5 Karakteristik Pendidikan Dasar 10
BAB III PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa lepas dari


kehidupan manusia. Dalam zaman yang semakin modern ini, pendidikan
merupakan modal yang harus kita miliki dalam menghadapi tuntutan
zaman. Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh faktor pendidikan.
Jika pendidikan dalam suatu bangsa itu baik, maka akan dapat mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas baik dalam segi spiritual,
intelegensi dan keterampilan. Selain itu, pendidikan merupakan proses
yang penting dalam mencetak generasi bangsa selanjutnya. Apabila hasil
dalam proses suatu pendidikan gagal maka akan sulit dicapainya kemajuan
suatu bangsa.
Pendidikan itu sendiri merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
sangat komplek. Banyak aktor yang saling mempengaruhi dan saling
menunjang. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk
menunjang hidupnya. Melalui pendidikan yang manusia dapat membuka
wawasannya dan hidup lebih baik. Pendidikan bisa diperoleh melalui
lembaga-lembaga pendidikan mulai pendidikan dasar hingga Perguruan
Tinggi. Pendidikan di Sekolah Dasar sangatlah penting bagi peserta didik
karena hal ini merupakan dasar perkembangan pengetahuan yang
diperoleh siswa. Oleh karena itu, dalam suatu proses pembelajaran antara
guru dan siswa harus terjalin komunikasi yang baik. Seperti halnya dalam
metode pembelajaran yang digunakan hendaknya dapat membangkitkan
semangat siswa tanpa megesampingkan penguasaan dan pemahaman
materi yang disampaikan.
Pendidikan dasar memiliki peran penting dalam mewujudkan
tujuan pendidikan yang keberadaannya merupakan fondasi dari pendidikan
pada jenjang di atasnya. Dalam pelaksanaannya pendidikan merupakan
suatu sistem yang di dalamnya terkandung berbagai unsur atau komponen

1
dalam penyelenggaraan pendidikan. Komponen yang dimaksud antara lain
unsur tujuan, siswa, guru, kurikulum. Dari berbagai komoponen itulah
maka masing-masing unsur harus bekerja secara maksimal dalam rangka
pencapaian tujuan.
Pendidikan dasar adalah pendidikan tingkat paling dasar yang
diselenggarakan di sekolah dasar untuk memberikan dasar pengetahuan,
sikap dan keterampilan bagi siswa. Dari tahun ke tahun perubahan zaman
semakin berkembang, oleh karena itu pembaruan pendidikan perlu
ditingkatkan agar kualitas pendidikan semakin baik. Salah satunya adalah
dalam hal belajar mengajar. Zaman dahulu arti mengajar adalah
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa dan guru menjadi
sumber informasi utama bagi siswa yang belajar. Namun sekarang
pengajaran lebih menekankan siswa terlibat dalam pembelajaran, jadi
tidak hanya sebagai objek yang menerima materi pelajaran melainkan
siswa juga turut serta dalam mendapatkan pengalaman belajar.
Berdasarkan, uraian latar belakang tersebut, penting bagi penulis untuk
menganalisis dan memperdalam kajian teori dari berbagai sumber
mengenai hakikat, prinsip, tujuan, fungsi dan karakteristik pendidikan
dasar sebagai dasar gambaran untuk menambah pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan paparan latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat Pendidikan Dasar?
2. Apa yang dimaksud dengan prinsip Pendidikan Dasar?
3. Apa saja tujuan Pendidikan Dasar?
4. Apa saja fungsi Pendidikan Dasar?
5. Apa saja karakteristik Pendidikan Dasar?

1.3 Tujuan

2
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka dapat
ditentukan tujuan makalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui pengertian hakikat Pendidikan Dasar
2. Untuk mengetahui prinsip Pendidikan Dasar
3. Untuk mengetahui tujuan Pendidikan Dasar
4. Untuk mengetahui fungsi Pendidikan Dasar
5. Untuk mengetahui karakteristik Pendidikan Dasar

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hakekat Pendidikan


Pendidikan merupakan suatu fenomena manusia yang sangat kompleks,
maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai sudut pandang,
seperti dari sudut pandang psikologi, sosiologi dan antropologi, ekonomi dan
politik. Pendidikan memiliki kekuatan (pengaruh) yang dinamis dalam
kehidupan manusia dimasa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai
potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu
dalam aspek fisik, intelektual, emosional, social, dan spiritual sesuai dengan
tahap perkembangan serta karateristik lingkungan fisik dan lingkungan social
budaya dimana dia hidup.
Di dalam Kamus Internasional Pendidikan (International Dictionary of
Education) pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga ciri utama sebagai
berikut.
1.Proses mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku
lainnya di dalam masyarakat, dimana dia hidup.
2.Proses sosial, dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) untuk mencapai
kompetensi sosial dan pertumbuhan individual secara optimum.
3.Proses pengembangan pribadi atau watak manusia
Tilaar (1999:28) merumuskan hakikat pendidikan sebagai suatu proses
menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat,
membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global.
Rumusan hakikat pendidikan tersebut memiliki komponen-komponen sebagai
berikut.
1. Pendidikan merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Artinya,
proses pendidikan mengimplikasikan bahwa peserta didik memiliki
kemampuan-kemampuan yang immanent (tetap ada) sebagai makhluk

4
sosial, dan juga mengimplikasikan bahwa manusia adalah makhluk yang
tidak pernah selesai.
2. Proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia.
Artinya keberadaan manusia adalah suatu keberadaan interaktif. Interaksi
manusia ini tidak saja dengan sesamanya, tetapi juga dengan alam, ide, dan
dengan Tuhannya.
3. Eksistensi manusia yang memasyarakat. Proses pendidikan adalah proses
mewujudkan eksistensi manusia yang memasyarakat. Dalam proses ini
terjadi internalisasi nilai-nilai, pembaruan dan revitalisasi (penyegaran)
moral.
4. Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu dan
ruang. Proses tersebut dapat menembus dimensi masa lalu, kini, dan masa
depan. Selain itu berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
komunikasi, proses pendidikan juga dapat menembus dimensi lokal,
nasional, regional dan global.

Pandangan tentang hakikat pendidikan yang bersifat holistik dan integratif itu
memandang peserta didik sebagai makhluk yang dikaruniai berbagai potensi dan
sistem nilai yang dianutnya dalam masyarakat. Pendidikan bukanlah proses
memaksakan kehendak guru kepada peserta didik, melainkan upaya
menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan peserta didik yaitu
kondisi yang memberi kemudahan pada peserta didik untuk mengembangkan
dirinya secara optimal. Potensi yang dimiliki oleh peserta didik hanya dapat
dikembangkan jika mengintegrasikan diri ke dalam kehidupan masyarakat dan
mewujudkan tata kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat.

Pendidikan Dasar adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional.


Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 tahun yang
diselenggarakan selama 6 (enam) tahun di sekolah dasar (SD) dan 3 tahun di
sekolah lanjutan pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang sederajat.
Pendidikan dasar bukan hanya memberi bekal kemampuan intelektual dasar

5
dalam membaca, menulis dan berhitung saja melainkan juga sebagai proses
mengembangkan kemampuan dasar peserta didik secara optimal dalam aspek
intelektual, sosial dan personal yang terintergarasi dan sesuai dengan
karakteristik perkembangannya.

2.2 Prinsip Pendidikan


Prinsip pendidikan berarti membahas tentang aturan hukum, sikap atau
bagaimana seharusnya pendidikan. Prinsip-prinsip pendidikan yang
dikemukakan di bawah ini diambil dari perspektif pendidikan. Perspektif ini
digunakan karena peserta didik atau siswa menjadi titik sentral dalam
pendidikan.
Perspektif pendidikan di Negara kita masih kurang menjadikan anak sebagai
titik sentral pendidikan karena berbagai faktor, antara lain faktor kebudayaan
kita dalam memperlakukan anak.Sejalan dengan ungkapan di atas, Sayidiman
(2000), mengemukakan pendapatnya bahwa inti dari budaya pendidikan di Era
Indonesia Baru adalah terwujudnya pendidikan yang menempatkan anak didik
sebagai titik sentral. Selama 32 tahun yang menjadi titik sentral adalah
pemerintah dengan segala peraturannya. Sekalipun seandainya yang menjadi
titik sentral itu adalah guru sebagai pendidik langsung kepada siswa di sekolah,
masih lumayan. Akan tetapi untuk masa depan hal ini pun masih kurang tepat,
terlebih jika pemerintah yang menjadi titik sentral. Sejalan dengan pandangan
di atas, Sunaryo Kartadinata (1996) menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan
siswa SD dan kesepadanannya dengan prinsip-prinsip pendidikan SD.
Prinsip-prinsip perkembangannya adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan adalah proses yang tak pernah berakhir, oleh karena itu
pendidikan atau belajar merupakan proses sepanjang hayat.
2. Setiap anak bersifat individual dan berkembang dalam percepatan
individual. Walaupun guru memahami dan memegang norma atau patokan
atau target tertentu, namun dia harus tetap memperhatikan keragaman
siswa secara individual dalam aspek fisik, psikis dan sosial.

6
3. Semua aspek perkembangan saling berkaitan. Pendidikan jasmani harus
menjadi wahana bagi perkembangan aspek lainnya, begitu pula proses
pembelajaran bidang studi lainnya harus selalu dikaitkan dengan berbagai
aspek perkemban gan anak.
4. Perkembangan itu terarah dan dapat diramalkan. Perkembangan individu
memiliki sekuensi tertentu dan dapat menjadi arah perkembangan. Secara
umum perkembangan manusia itu adalah sebagai berikut.
a. Bergerak dari kepala ke kaki atau dari pusat ke bagian.
b. Bergerak dari struktur ke fungsi.
c. Bergerak dari konkret ke abstrak.
d. Bergerak dari egosentris ke perspektif menuju pemahaman.
e. Bergerak dari heteronom ke otonom.
f. Bergerak dari absolutisme ke relativisme.
g. Bergerak spiral ke arah tujuan.
Prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan dasar, yaitu proses
pembelajaran di Sekolah Dasar harus bersifat terpadu dengan perkembangan
peserta didik, baik perkembangan fisik, kognitif, sosial, moral maupun
emosional. Artinya pengembangan bahan ajar dan proses pembelajaran di SD
harus bertitik tolak dari prinsip ketercernaan bagi peserta didik. Dengan kata
lain tugas ajar dan bahan ajar dilaksanakan sejalan dengan karakteristik
perkembangan peserta didik terutama di kelas-kelas awal. Untuk
memperdalam pemahaman tentang prinsip-prinsip pendidikan berbasis
perkembangan individu, menurut Sunaryo Kartadinata (1996:68–71). 1. Guru
sekolah dasar harus selalu peduli dan memahami anak sebagai keseluruhan.
2. Kurikulum dan proses pembelajaran di sekolah dasar harus bersifat
terpadu. Aspek keterpaduan meliputi tiga sub-aspek dan setiap aspeknya
memiliki prinsip tersendiri. Ketiga aspek itu adalah (1) aspek perkembangan
fisik, (2) aspek perkembangan kognitif, dan (3) aspek perkembangan
sosio-emosional dan moral.

7
Prinsip yang paling relevan dan penting bagi pembelajaran adalah anak
usia sekolah dasar harus dihadapkan kepada kegiatan aktif daripada kepada
kegiatan pasif. Dari aspek perkembangan kognitif, prinsip-praktis bagi anak
usia sekolah dasar adalah berikut:
a. Kurikulum atau proses pembelajaran harus menyajikan bahan ajaran
yang sepadan dengan perkembangan anak yang memungkinkan
mereka melakukan eksplorasi, berpikir, dan memperoleh kesempatan
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak lain dan orang
dewasa.
b. Prinsip praktis yang relevan dengan pembelajaran ialah bahwa anak
usia sekolah dasar harus diberi kesempatan untuk bekerja dalam
kelompok kecil, dan guru menciptakan kemudahan diskusi diantara
anak dengan jalan memberikan komentar dan dukungan atas pendapat
dan gagasan anak
Dari aspek perkembangan sosial-emosional dan moral, prinsip praktis
yang relevan adalah berikut:.
a. Guru perlu mengetahui pentingnya pengembangan hubungan
kelompok yang positif serta mengembangkan kesempatan dan
dukungan bagi kerja sama kelompok yang tidak sekadar
mengembangkan ranah kognitif, tetapi juga meningkatkan interaksi
sebaya.
b. Untuk mengembangkan perasaan mampu (kompeten) ini, anak usia
sekolah dasar perlu memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diakui oleh budayanya sebagai sesuatu yang penting terutama
kecakapan membaca, menulis, dan berhitung.
c. Guru dan orang tua perlu membantu anak menerima kata hatinya dan
memperoleh kemampuan mengendalikan diri.
Prinsip praktis yang relevan bahwa anak usia sekolah dasar dan
keragaman latar belakangnya memperluas keragaman metode pengajaran
dan bahan ajar dan diimplementasikan dengan baik maka perkembangan

8
yang optimal dari setiap siswa Sekolah Dasar kemungkinan besar dapat
dicapai.

2.3 Tujuan Pendididikan Dasar


Tujuan pendidikan merupakan gambaran kondisi akhir atau nilai-nilai
yang ingin dicapai dari suatu proses pendidikan. Setiap tujuan pendidikan
memiliki dua fungsi, yaitu : (a) menggambarkan tentang kondisi akhir yang
ingin dicapai, dan (b) memberikan arah dan cara bagi semua usaha atau
proses yang dilakukan. Di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah menumbuhkembangkan pribadi-pribadi yang (1) beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki
pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani,
(5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut
mempunyai implikasi imperatif atau mengharuskan semua tingkat
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Tujuan pendidikan SD harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan
nasional dan tujuan pendidikan dasar serta memperhatikan tahap dan
karakteristik perkembangan siswa, kesesuaiannya dengan lingkungan dan
kebutuhan pembangunan daerah, arah pembangunan nasional serta
memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
kehidupan umat manusia secara global.
Tujuan pendidikan di SD mencakup pembentukan dasar kepribadian siswa
sebagai manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan tingkat perkembangan
dirinya. Secara operasional pendidikan SD, dinyatakan di dalam Kurikulum
Pendidikan Dasar, yaitu memberi bekal kemampuan dasar membaca, menulis
dan berhitung, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi
siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka
untuk mengikuti pendidikan di SLTP/Mts.

9
2.4 Fungsi Pendidikan Dasar
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab menurut (UU Sisdiknas)
Para pakar pendidikan banyak yang sependapat bahwa fungsi pendidikan
adalah meliputi: (1) fungsi individuasi, (2) fungsi sosialisasi, (3) fungsi
nasionalisasi, dan (4) fungsi humanisasi. Di dalam prakteknya, perwujudan
antara fungsi yang satu dengan yang lainnya sulit dipisah-pisahkan.
Masing-masing dapat di jelaskan :
1) Individuasi merujuk pada proses untuk menjadi diri sendiri sebagai
pribadi yang unik, berbeda dengan pribadi yang lain. Seseorang
berupaya mencapai prestasi terbaik dalam hal tertentu dengan bertumpu
pada pemanfaatan segenap potensi yang dimilikinya tanpa tergantung
kepada usaha orang lain. Jadi individuasi merupakan tujuan dan fungsi
pendidikan yang paling hakiki.
2) Kedua adalah fungsi sosialisasi dan pembudayaan. Anak adalah
makhluk sosial yang dapat hidup dan berperikehidupan sebagai
manusia yang baik jika kehidupan lingkungan sosialnya baik. Dengan
fungsi ini pendidikan yang diselenggarakan harus selalu mendorong dan
mengkondisikan anak didik untuk melakukan apa yang disebut dengan
belajar sosial (social learning), anak diajarkan untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain dengan memahami, menghayati dan
melaksanakan sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
3) Ketiga adalah fungsi nasionalisasi. Fungsi ini mengandung arti bahwa
pendidikan harus mendidik anak untuk menjadi warga negara yang
baik. Dengan fungsi ini, pendidikan harus menumbuhkembangkan

10
kesadaran, kecintaan dan kebanggaan setiap anak didik untuk menjadi
warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
4) Keempat adalah fungsi humanisasi. Fungsi ini mengandung arti bahwa
pendidikan berkewajiban untuk menumbuhkembangkan anak untuk
menjadi bagian dari umat manusia di dunia, tanpa harus rikuh dengan
perbedaan suku, ras, dan agama. Dengan melaksanakan fungsi ini, anak
dididik untuk mengembangkan sikap saling menghargai atau toleran
terhadap perbedaan, hidup rukun dan damai dalam keragaman tanpa
kehilangan identitasnya sendiri. Jadi anak harus disiapkan untuk
mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan siapa pun dari negara
manapun asalnya agar dapat menjadi warga dunia (cosmopolitant) yang
baik, tetapi tetap memiliki identitas yang khas.

2.5 Karakteristik Pendidikan Dasar


Karakteristik pendidikan dasar meliputi beberapa komponen yang
saling terhubung didalamnya meliputi:
1. Siswa
Siswa sekolah dasar adalah anak-anak yang berumur antara 6 – 12
tahun. Siswa SD, terutama yang dikelas-kelas awal, masih memandang
dunia ini sebagai sesuatu keseluruhan yang terpadu (pandangan holistik).
Selain itu, variasi kemampuan siswa SD jauh lebih besar dari variasi siswa
SLTP atau SLTA. Karena di SD menerima siswa tanpa melihat
kemampuan dan latar belakang, tidak seperti SLTP atau SLTA yang
melalui tes atau NEM sehingga kemempuan siswa relatife sama.
2. Guru
Guru Sekolah dasar dianggap sebagai guru kelas karena setiap guru
dituntut untuk mampu mengajarkan semua mata pelajaran di SD, kecuali
agama dan penjaskes. Dia juga bertanggung jawab penuh akan kelas yang
dipegangnya, mulai dari kehadiran siswa sampai pemberian rapor.
3. Kurikulum

11
Secara umun kurikulum merupakan suatu program belajar bagi
murid yang memiliki tujuan yang ingin dicapai pengalaman belajar yang
diberikan dan strategi cara melaksanakan program tersebut. Fungsi
kurikulum bagi siswa diharapkan agar mereka mendapat sejumlah
pengetahuan dan kecakapan yang baru yang dapat dikembangkan dan
melengkapi bekal hidup mereka setelah terjun kemasyarakat.
4. Pembelajaran
Dasar-dasar pendidikan di sekolah dasar tak dapat terpisahkan dari
tujuan pendidikan sekolah dasar dan karakteristik siswa sekolah dasar agar
mendapatkan karakteristik pembelajaran yang ideal. Karakteristik
pembelajaran di sekolah dasar yaitu kegiatan konkret, kegiatan
manipulatif, dan pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu berusaha
menyajikan satu topik secara utuh dan bermakna bagi anak, dengan cara
mengaitkan topik-topik dari berbagai mata pelajaran, dan data dalam satu
mata pelajaran itu sendiri.
5. Gedung dan Peralatan Pembelajaran
Pada umumnya gedung SD terdiri dari 3-6 ruang kelas ,dan satu
ruang guru. Berbeda halnya dengan dengan gedung dan peralatan SD di
daerah-daerah terpncil, tidak ada ruang khusus untuk perpustakaan atau
administrasi bahkan ruang guru pun sering tidak tersedia. Namun jauh
berbeda dengan gedung dan fasilitas di daerah perkotaan yang umumnya
menpunyai ruang-ruang khusus dan peralatan pembelajaran yang jauh
lebih lengkap.
Ada enam alasan utama yang melatarbelakangi diterapkannya
pendidikan dasar sebagai pendidikan wajib bagi semua anak usia 7 sampai
dengan 15 tahun (Diknas, 2002).
1. Lebih dari 80% tenaga kerja Indonesia hanya berpendidikan sekolah
dasar dan bahkan kurang, yaitu mereka yang putus sekolah dan buta
aksara.

12
2. Pendidikan dasar merupakan jalan untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang dapat memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan
ekonomi.
3. Terdapat bukti-bukti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin besar peluang mereka untuk lebih mampu
berperanserta dalam kehidupan masyarakat dan negara serta lebih
memiliki kesadaran sebagai warga negara akan hak dan
kewajibannya.
4. Peningkatan usia wajib belajar dari 6 tahun menjadi 9 tahun
dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mereka (peserta didik), sehingga pada gilirannya akan
memperbesar peluang mereka untuk meningkatkan martabat,
kesejahteraan, dan makna hidupnya.
5. Pengalaman perkembangan di negara-negara industri baru di Asia
seperti Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Korea Selatan
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berjalan
seiring dengan meningkatnya pendidikan di negara tersebut.
6. Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam menghadapi zaman
ekonomi terbuka dan persaingan bebas, yaitu dimulainya pasar bebas
AFTA (ASEAN Free Trade Area) pada tahun 2003 dan dimulainya
APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) pada tahun 2010.

Sedangkan menurut kajian McMahon dkk. dalam (Koestoro,


2012) terdapat lima pendapat penting terkait dengan pendidikan dasar
universal yaitu: (1) mutu pendidikan, (2) potensi pengurangan kemiskinan
dan pengangguran, (3) peningkatan efisiensi pendidikan, (4) relevansi
pendidikan, dan (5) insentif untuk menumbuhkan peranserta masyarakat
setempat.

Makgiansar dkk., (1992: 3-4) dalam (Koestoro, 2012)


menyampaikan bahwa peningkatan mutu pendidikan harus mengacu pada
aspek kualitatif perkembangan pendidikan, yang dilihat secara lengkap

13
dari semua aspek sistem pendidikan. Keseluruhan aspek sistem pendidikan
itu adalah sebagai berikut; (1) Aspek input instrumen terdiri atas, (a) lahan
dan gedung, (b) ruang belajar, (c) tenaga, (d) buku dan alat-alat
pendidikan, (e) dana, dan (f) pengelolaan pendidikan, (2) Proses serta
disiplin pembelajaran, (3) Hasil pendidikan yaitu internal efisiensi, nilai
ebtanas murni, persentase lulusan, dan (4) Dampak pendidikan, yaitu
relevansi dengan dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat, dampak
terhadap disiplin nasional, pengaruh pendidikan terhadap pembangunan
nasional pada umumnya.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Dasar adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan
nasional. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 tahun
yang diselenggarakan selama 6 (enam) tahun di sekolah dasar (SD) dan 3
tahun di sekolah lanjutan pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang
sederajat. Yang memiliki prinsip praktis yang relevan bahwa anak usia
sekolah dasar dan keragaman latar belakangnya memperluas keragaman
metode pengajaran dan bahan ajar dan diimplementasikan dengan baik
maka perkembangan yang optimal dari setiap siswa Sekolah Dasar
kemungkinan besar dapat dicapai.
Yang mana pada tujuan pendidikan merupakan gambaran kondisi akhir
atau nilai-nilai yang ingin dicapai dari suatu proses pendidikan. Setiap
tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu : (a) menggambarkan tentang
kondisi akhir yang ingin dicapai, dan (b) memberikan arah dan cara bagi
semua usaha atau proses yang dilakukan. Hal itu di perkuat dengan 4 fungsi
Pendidikan meliputi: (1) fungsi individuasi, (2) fungsi sosialisasi, (3) fungsi
nasionalisasi, dan (4) fungsi humanisasi. Di dalam prakteknya, perwujudan
antara fungsi yang satu dengan yang lainnya sulit dipisah-pisahkan. Pada
karateristiknya sedangkan menurut kajian McMahon dkk. dalam
(Koestoro, 2012) terdapat lima pendapat penting terkait dengan pendidikan
dasar universal yaitu: (1) mutu pendidikan, (2) potensi pengurangan
kemiskinan dan pengangguran, (3) peningkatan efisiensi pendidikan, (4)
relevansi pendidikan, dan (5) insentif untuk menumbuhkan peranserta
masyarakat setempat.

3.2 Saran
Diharapkan setelah mengetahui hakikat pendidikan dasar, peneliti dan
pembaca mengetahui pengertian pendidikan dasar dan implementasi di

15
sekolah dasar untuk mengetahui mutu dan meningkatkan efisiensi
pendidikan.

16
Daftar Rujukan

Arfani, L. (2016). Mengurai hakikat pendidikan, belajar dan pembelajaran. Pelita


Bangsa Pelestari Pancasila, 11(2), 81–97.
https://pbpp.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPB/article/view/5160

Kartadinata, Sunaryo dan Nyoman Dantes. (1996). Landasan-landasan Pendidikan


Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru

Koestoro, B. (2012). Karakteristik Pendidikan Dasar (SD dan SMP) di Kota


Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan,
4(1), 42–64. https://doi.org/10.21831/jep.v4i1.617

Natawidjaja, Rochman. Pendidikan Guru dalam Rangka Pendidikan Dasar 9


Tahun. Bandung: Mimbar Pendidikan, No. 2 tahun VIII – Juli 1989.

Pasundan, T. (2018). Karakteristik Pendidikan Karater Siswa. XII(April), 32–38.

Sayidiman. (2000). Menuju Pendidikan Dasar yang Bermutu dan Efisien dalam
Otonomi Daerah. Jakarta: The Habibie Center.

Sumantri, M. & U. S. S. (2003). Pendidikan dasar dan menengah. Indonesia


Dalam Arus Sejarah VIII, 021, 1–39.

Taufiq, A. (2014). Hakikat Pendidikan di Sekolah Dasar. Pendidikan Anak Di SD,


1(1), 1–37. http://repository.ut.ac.id/4122/1/PDGK4403-M1.pdf

Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani


Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya.

17

Anda mungkin juga menyukai