Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRAGMATIK DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA JENJANG SD

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Inovasi Pembelajaran Bahasa SD

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ida Zulaeha, M. Hum.
Dr. Panca Dewi Purwati, M. Pd.

Disusun Oleh:

Zumaroh 2399010038
Dwi Kurniawati Handayani 2399010043

JURUSAN PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM MAGISTER
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023

i
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Tugas
Pragmatik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Jenjang SD”. Makalah ini
disusun unutk memenuhi tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Bahasa SD
yang diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan pembaca.
Penulis juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah
bersedia membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam
makalah ini penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan, baik
dalam susunan tata bahasa maupun sistematikanya. Oleh karena itu penulis
selalu terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga
dalam pembuatan makalah yang akan datang, penulis dapat membuat lebih baik
lagi.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Penulis mengharapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 6
A. Pengertian Pragmatik ...................................................................................... 6
B. Jenis – jenis Pragmatik .................................................................................... 6
C. Prinsip-prinsip Dalam Pragmatik ................................................................... 11
D. Penerapan Pragmatik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD .............. 13
BAB III SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 15
A. SIMPULAN .................................................................................................. 15
B. SARAN ......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial, sehingga secara naluriah terdorong
untuk bergaul dengan manusia lain, baik untuk mengekspresikan kepentingannya,
mengatakan pendapatnya, maupun mempengaruhi orang lain. Manusia dapat
memenuhi semua kepentingan tersebut dengan bahasa. Eksitensi bahasa hampir
mencangkup segala bidang kehidupan karena segala sesuatu yang dihayati,
dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh seseorang hanya dapat diketahui orang
lain, jika telah diungkapan dengan bahasa.
Bahasa sebagai suatu naluriah yang dimiliki manusia untuk
mengkomunikasikan ide-ide, emosi dan keinginan yang menggunakan simbol
yang dibuat untuk tujuan tertentu (Wiratno & Santosa dalam Asip 2022). Bahasa
adalah alat komunikasi yang bermakna (Noermanzah dalam Asip 2022). Tidak
dapat dibayangkan apa yang terjadi apabila manusia tidak memiliki bahasa. Oleh
karena itu, kebutuhan manusia untuk selalu berinteraksi dengan lingkungannya,
baik dalam bentuk komunikasi, kerja sama, maupun mengidentifikasikan diri,
menyebabkan bahasa tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia.
Perlu disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian
pesan yang berlangsung apabila antara penutur dan mitra tutur memiliki kesamaan
makna tentang pesan yang dikomunikasikan tersebut. kesamaan makna antara
penutur dan mitra tutur tersebut sangat bergantung pada konteks tuturannya.
Artinya, makna sebuah tuturan akan berbeda jika konteks tuturannya berbeda.
Oleh sebab itu, untuk mempelajari dan memahami makna bahasa (tuturan)
dibutuhkan disiplin ilmu yang mampu menjabarkan bentuk bahasa dengan
konteksnya, yaitu Pragmatik.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

4
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang diduga mampu menciptakan suasana yang kondusif; interaktif,
dinamis, terbuka, inovatif, kreatif, menarik, dan menyenangkan adalah pendekatan
pragmatik.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan pragmatik?
2. Apa jenis-jenis pragmatik?
3. Apa prinsip-prinsip dalam pragmatik?
4. Bagaimana penerapan pembelajaran pragmatik di SD?

C. Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian pragmatik
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pragmatik
3. Untuk mengetahui prinsip – prinsip dalam Pragmatik
4. Untuk mengetahui penerapan Pragmatik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
di SD.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pragmatik
Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang terkait
dengan makna yang disampaikan oleh si penutur terhadap si pendengar atau
pembaca dalam suatu konteks atau situasi yang dilakukan dalam berkomunikasi.
Para pakar mendefinisikan istilah pragmatik secara berbeda beda. Yule
(dalam Dewi, 2019) menyebutkan empat definisi pragmatik yaitu :
a) bidang yang mengkaji makna
b) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya
c) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji
makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasi oleh pembicara
d) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi
partisipasi yang terlibat dalam percakapan.
Sejalan dengan pendapat yule diatas, Purwo (dalam Dewi, 2019)
mendefiniskan pragmatiksebagai telaah makna tuturan (utterance) menggunakan
makna yang terkait konteks. Hal ini sesuai dengan pendapat Nababan (dalam
Dewi, 2019) yang menyatakan bahwa pragmatik ialah kajian tentang
kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-
konteks yang sesuai dengan kalimat.
Dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan
kajian ilmu bahasa yang disampaikan si penutur kepada mitra tutur yang
berkaitan dengan makna kata yang diujarkan dengan konteks yang berkaitan
dengan ujaran tersebut.

B. Jenis – jenis Pragmatik


1) Tindak Tutur
Tindak tutur merupakan suatu ujaran yang mengandung tindakan sebagai
suatu fungsional dalam komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur.
Berkenaan dengan tuturan, ada tiga macam tindak tutur:

6
a. Tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan
kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah
sintaksisnya. Contoh:
Ani: “Ibu sedang memasak di dapur”
Kalimat tersebut memiliki informasi bahwa ibu dari si Ani sedang memasak di
dapur.
b. Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan
dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu
dilakukan,dan lain sebagainya. Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan beberapa
fungsi dalam pikiran pembicara. Contoh:
Ayah: “Ujian sudah dekat”
Jika sang Ayah bicara pada anaknya, maka yang timbul di pikiran anak
mungkin saja bisa berupa teguran dari sang Ayah agar dia lebih rajin belajar
karena ujian sudah dekat.
Tindak tutur ilokusi terbagi dalam lima bentuk, yaitu sebagai berikut:
1. Asertif (Assertives). Tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada
kebenaran atas apa yang dikatakanya. Misalnya menyatakan,
menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim.
2. Direktif (Directives). Tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan
maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam
tuturan itu. Misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, dan
menasihati.
3. Ekspresif (Expressives). Tindak tutur yang bentuk tuturan berfungsi untuk
menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu
keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf,
menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa.
4. Komisif (Commisives). Tindak tutur yang bentuk tuturannya berfungsi
untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya, berjanji, bersumpah,
dan menawarkan sesuatu.
5. Deklarasi (Declarations). Tindak tutur yang bentuk tuturannya berfungsi
untuk menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya

7
berpasrah, memecat, memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan
menghukum.
c. Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan
untuk mempengaruhi mitra tutur. Tindak tutur perlokusi memiliki akibat
tuturan (hal yg dilakukan pendengar akibat ilokusi). Tindak tutur perlokusi
terjadi bila lawan tutur melakukan sesuatu setelah adanya lokusi dan ilokusi.
Contoh tindak tutur perlokusi misalnya: "Rumahnya jauh". Tuturan tersebut
diujarkan oleh penutur kepada ketua perkumpulan. Makna ilokusinya adalah
penutur bermaksud menyampaikan bahwa orang yang dibicarakan tidak dapat
terlalu aktif di dalam organisasinya, adapun efek perlokusi yang diharapkan
oleh penutur adalah agar ketua perkumpulan tidak terlalu banyak memberikan
tugas kepada orang yang dibicarakan tersebut.
2) Implikatur
Implikatur adalah penafsiran yang tidak langsung atau dengan kata lain
makna tuturan yang disembunyikan agar hal yang diimplikasikan tidak nampak
terlalu mencolok. Implikatur mengacu kepada jenis “kesepakatan bersama”antara
penutur dan lawan tuturnya, kesepakatan dalam pemahaman, bahwa yang
dibicarakan harus saling berhubungan. Jenis – jenis Implikatur antara lain:
a. Implikatur konvensional adalah implikatur yang diperoleh langsung dari makna
kata, bukan dari prinsip percakapan.
Contoh: Muhammad Ali adalah petarung yang indah.
Kata ‘petarung’ pada contoh tersebut berarti ‘atlit tinju’. Pemakanaan tersebut
bersifat konvensional karena secara umum orang sudah mengetahui bahwa
Muhammad Ali adalah seorang petinju yang legendaris. Jadi, dalam konteks
contoh tersebut orang akan memahami kata petarung dengan makna lain yakni
petinju.
Berdasarkan pemaparan tersebut disimpulkan bahwa implikatur konvensional
merupakan makna yang implisit akan tetapi umumnya orang bisa memahami
maksud dari makna tersebut.
b. Implikatur nonkonvensional atau implikatur percakapan adalah implikasi
pragmatik yang tersirat di dalam suatu percakapan

8
Contoh: Seorang kakak mengatakan pada adiknya yang sedang menangis:
“Bapak datang. Jangan menangis lagi!”
Pernyataan tersebut bukan berarti seorang bapak yang datang dari suatu
tempat, tapi kebiasaan Si Bapak yang marah jika melihat anaknya menangis,
sehingga kakak menyuruh adiknya untuk tidak menangis lagi
3) Deiksis
Deiksis merupakan kata atau frasa yang menunjuk kepada kata, frasa, atau
ungkapan yang telah dipakai atau yang akan diberikan. Dalam kajian pragmatik,
deiksis dapat dibagi menjadi jenis-jenis sebagai berikut:
a. Deiksis Orang
Deiksis orang adalah pemberian rujukan kepada orang atau pemeran serta
dalam peristiwa berbahasa Dalam kategori deiksis orang, yang menjadi
kriteria adalah peran pemeran serta dalam peristiwa berbahasa tersebut.
Bahasa Indonesia mengenal pembagian kata ganti orang menjadi tiga yaitu,
kata ganti orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga.
Contoh: “Saya dan Ani makan di tempat yang kami sukai”
‘kami’ merujuk pada ‘saya dan Ani’.
b. Deiksis Tempat
Deiksis tempat adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat
yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu
Dalam berbahasa, orang akan membedakan antara di sini, di situ dan di sana.
Hal ini dikarenakan di sini lokasinya dekat dengan si pembicara, di situ
lokasinya tidak dekat pembicara, sedangkan di sana lokasinya tidak dekat dari
si pembicara dan tidak pula dekat dari pendengar.
Contoh: “Duduklah bersamaku di sini”.
c. Deiksis Waktu
Deiksis waktu adalah pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau
jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Contohnya
kemarin, lusa, besok, bulan ini, minggu ini, atau pada suatu hari.

9
Contoh:
1. Gaji bulan ini tidak seberapa yang diterimanya.
2. Saya tidak dapat menolong Anda sekarang ini.
d. Deiksis Wacana
Deiksis wacana adalah rujukan kepada bagian-bagian tertentu dalam wacana
yang telah diberikan atau yang sedang dikembangkan. Deiksis wacana
ditunjukkan oleh anafora dan katafora. Sebuah rujukan dikatakan bersifat
anafora apabila perujukan atau penggantinya merujuk kepada hal yang sudah
disebutkan.
Contoh kalimat yang bersifat anafora: Mobil keluaran terbaru itu harganya
sangat mahal. Kata ‘itu’ merujuk pada ‘mobil’ yang telah disebutkan
sebelumnya, sehingga berupa dieksis anafora.
Sebuah rujukan atau referen dikatakan bersifat katafora jika rujukannya
menunjuk kepada hal yang akan disebutkan. Contoh kalimat yang bersifat
katafora dapat dilihat dalam kalimat berikut.
1. Di sini, digubuk tua ini mayat itu ditemukan.
2. Setelah dia masuk, langsung Toni memeluk adiknya.
e. Deiksis sosial adalah mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial
antara pembicara dan lawan bicara atau penulis dan pembaca dengan topik
atau rujukan yang dimaksud dalam pembicaraan itu. . Contoh deiksis sosial
misalnya penggunaan kata mati, meninggal, wafat dan mangkat untuk
menyatakan keadaan meninggal dunia. Masing-masing kata tersebut berbeda
pemakaiannya. Begitu juga penggantian kata pelacur dengan tunasusila, kata
gelandangan dengan tunawisma, yang kesemuanya dalam tata bahasa disebut
eufemisme (pemakaian kata halus). Selain itu, deiksis sosial juga ditunjukkan
oleh sistem honorifiks (sopan santun berbahasa). Misalnya penyebutan
pronomina persona (kata ganti orang), seperti kau, kamu, dia, dan mereka,
serta penggunaan sistem sapaan dan penggunaan gelar. Contoh pemakaian
deiksis sosial adalah pada kalimat berikut.
1. Apakah saya bisa menemui Bapak hari ini?
2. Saya harap Pak Haji berkenan memenuhi undangan saya.

10
C. Prinsip-prinsip Dalam Pragmatik
Terdapat dua prinsip dalam pragmatik, antara lain:
1. Prinsip kerjasama
Dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama, setiap penutur harus
mematuhi empat maksim percakapan (Grice dalam Marni. 2021). Pengertian
maksim (bidal) adalah penjabaran atau pengejawantahan prinsip-prinsip yang
terdapat dalam ilmu pragmatik. Keempat maksim tersebut sebagai berikut.
a) Maksim Kuantitas (The Maxim of Quantity)
Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan
kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan
bicaranya. Atau secara singkat dalam maksim ini informasi yang dibutuhkan
tidak lebih dan tidak kurang. Contoh maksim kuantitas pada tuturan berikut.
“Kakak saya bernama Lestari, salah seorang dosen seni tari di Universitas
Negeri Semarang”.
b) Maksim Kualitas (The Maxim of Quality)
Maksim percakapan ini mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal
yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada
bukti-bukti yang memadai. Dalam maksim ini, informasi yang dibutuhkan
adalah yang benar dan si penutur mempunyai bukti kebenarannya.
Contoh: “Kakak saya adalah alumni dari Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang”.
c) Maksim Relevansi atau Hubungan atau Kegayutan (The Maxim of Relevance)
Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan
kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Informasi yang
disampaikan mempunyai relevansi dengan pokok percakapan. Contoh:
Anak: “Pak, perutku sakit karena lapar sekali”
Bapak: Bagaimana kalau kita ke rumah sakit saja?”
d) Maksim Pelaksanaan atau Cara ( The Maxim of Manner)
Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara
langsung, tidak kabur, tidak taksa, tidak berlebih- lebihan, runtut, singkat
padat, dan secara tertib-teratur. Contoh maksim cara dengan kalimat yang

11
wajar: “Bersihkan ruang kelas!”
Tuturan ini disampaikan kepada orang normal, artinya tindakan yang
dilakukan mitratutur yakni membersihkan kotoran yang ada di dalam ruang
kelas.
2. Prinsip Kesopanan
Kesopanan atau kesantunan adalah perlakuan suatu konsep yang tegas yang
berhubungan dengan tingkah laku sosial yang sopan yang terdapat di budaya atau
suatu masyarakat. Khususnya dalam bahasa, sopan santun atau tatakrama
berbahasa adalah menghargai dan menghormati pesapa.
Ada 6 maxim dalam prinsip kesopanan (Leech dalam Marni 2021), antara
lain:
1) Maksim Kebijaksanaan/ kedermawanan (Tact Maxim)
Para peserta pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain. Contoh:
A : “Ada yang bisa saya bantu? Mari saya bawakan!”
B : “Tidak usah”
2) Maksim Penerimaan (Approbation Maxim)
Para peserta pertuturan diharapkan penutur sedapat mungkin menghindari
mengatakan sesuatu yang tidak mengenakkan orang lain. Contoh:
Bolehkah saya bantu? Mari saya bantu. Apakah Anda bersedia membawakan?
Mari saya antarkan! Tolong saya dihantarkan.
3) Maksim Kemurahhatian (Generisity Maxim)
Peserta tutur diharapkan untuk memaksimalkan rasa hormat pada orang lain,
meminimalkan rasa tidak hormat pada orang lain. Misalnya:
“Rumahmu sebenarnya bagus, tetapi sayangnya dekat pabrik”
4) Maksim Kerendahatian (Modesty Maxim)
Para peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara
mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Peserta tutur dapat meminimalkan
rasa hormat pada diri sendiri dan memaksimalkan rasa tidak hormat pada diri
sendiri.
A : “Kamu sangat pandai dalam membobol gawang lawan”

12
B :“Tidak, biasa saja mungkin itu hanya kebetulan (menyempurnakan
ketidakhormatan pada diri sendiri dan memperkecil rasa hormat kepada diri
sendiri).
5) Maksim Kesetujuan atau Kecocokan (Agreement maxim)
Para peserta tutur diharapkan saling membina kecocokan antara diri penutur
dan mitra tutur.
Misalnya:
A : “Anak itu baik sekali”
B : “Iya, aku bangga melihatnya”
6) Maksim Kesimpatian (Sympathy Maxim).
Diharapkan agar peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak
yang satu dengan yang lainnya.
Misalnya:
A : “Saya lolos di UMPTN, Jon”
B : “Selamat, ya”
A : “Baru-baru ini dia telah meninggal”
B : “Oh, saya turut berduka cita”

D. Penerapan Pragmatik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
baik secara lisan maupun tulisan.
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya
dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan
berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan
berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya
secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara.
Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa
depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang
komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami.

13
Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. Di
dalam komunikasi, satu maksud atau satu fungsi dapat dituturkan dengan berbagai
bentuk tuturan. Misalnya, seorang guru yang bermaksud menyuruh muridnya
untuk mengambilkan buku puisi di kantor, dia dapat memilih satu di antara
tuturan-tuturan berikut:
(1) Ambilkan buku puisi di ruangan saya!
(2) Disini tidak ada buku puisi.
(3) O, ternyata tidak ada buku puisi.
(4) Disini tidak ada buku puisi, ya?
(5) Mengapa tidak ada yang mau mengambil buku puisi?
Dengan demikian untuk maksud “menyuruh” agar seseorang melakukan
suatu tindakan dapat diungkapkan dengan menggunakan kalimat imperatif seperti
tuturan (1), kalimat deklaratif seperti tuturan (2-3), atau kalimat interogatif seperti
tuturan (4-5). Jadi, secara pragmatis, kalimat berita (deklaratif) dan kalimat tanya
(interogatif) di samping berfungsi untuk memberitakan atau menanyakan sesuatu
juga berfungsi untuk menyuruh (imperatif atau direktif).
Penggunaan pendekatan pragmatik dalam pengajaran Bahasa Indonesia
juga didasari oleh prinsip bahwa guru mengajarkan bahasa Indonesia sebagai
sebuah keterampilan, antara lain pengintegrasian antara bentuk dan makna,
penekanan pada kemampuan berbahasa praktis, dan interaksi yang produktif
antara guru dengan siswa.
Dengan demikian pragmatik menempati kedudukan yang sangat
menentukan dalam kegiatan berbahasa. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan
berbahasa (guru dan murid) akan melakukan komunikasi dengan lancar dan
menghindarkan salah pengertian atau salah tafsir terhadap apa yang semestinya
dikehendaki.

14
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Pragmatik merupakan kajian ilmu bahasa yang disampaikan si penutur
kepada mitra tutur yang berkaitan dengan makna kata yang diujarkan dengan
konteks yang berkaitan dengan ujaran tersebut.
Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
baik secara lisan maupun tulisan.
Penggunaan pragmatik dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar dimaksudkan untuk melatih dan membiasakan siswa untuk berbicara
sesuai konteks situasi tutur senyatanya sehingga siswa dapat memperoleh manfaat
praktis untuk diterapkan dalam peristiwa komunikasi sehari-hari.

B. SARAN
Melalui pengajaran bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu
menangkap ide yang diungkapkan dalam bahasa Indonesia, baik lisan maupun
tertulis, serta mampu mengungkapkan gagasan dalam bahasa Indonesia, baik
secara lisan maupun tertulis. Penilaian hanya sebagai sarana pembelajaran bahasa,
bukan sebagai tujuan. Diharapkan agar di kelas terjadi suasana interaktif sehingga
tercipta masyarakat pemakai bahasa Indonesia yang produktif. Tidak ada peran
guru yang dominan. Guru diharapkan sebagai “pemicu” kegiatan berbahasa lisan
dan tulis. Dengan mengetahui jenis – jenis pragmatik dan menggunakan prinsip-
prinsip pragmatik, Guru dan siswa akan melakukan komunikasi dengan lancar dan
menghindarkan salah pengertian atau salah tafsir terhadap apa yang semestinya
dikehendaki.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asip Muhammad, dkk. 2022. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD.
Bandung. CV Media Sains Indonesia.

Dewi, Resnita. 2019. Pragmatik: Antara Teori dan Praktik


Berbahasa.Yogyakarta. Deepublish.

Marni, Silvia dkk. 2021. Buku Ajar Pragmatik (Kajian Teoretis dan Praktik).
Purbalingga. CV Eureka Media Aksara.

Mukodas Arif Subekti. Pragmatik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.


Diakses pada 25 Agustus 2023. Pada
https://odazzander.blogspot.com/2011/10/pragmatik-dalam-pengajaran-
bahasa.html

Riadi, Muchlisin. Tindak Tutur (Pengertian, Fungsi dan Jenis-jenis). Diakses 26


Agustus 2023 pada https://www.kajianpustaka.com/2020/07/tindak-
tutur.html

WD, Putri. Makalah Pragmatik Lengkap. Diakses 24 Agustus 2023 pada


http://seluruhtugas.blogspot.com/2018/01/makalah-pragmatik-
lengkap.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai