Anda di halaman 1dari 12

PRAGMATIK

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Lughoh

Dosen Pengampu:
M. Musthofa Ludfi, S.Pd., M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Ika Azizah Rahmania (12202193006)
2. Alaisa Madihata Bala (12202193007)
3. Zuhrotul Mustafidah (12202193131)

SEMESTER 5
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pragmatik ini dengan baik dan tepat waktu.
Terselesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan beberapa
pihak, sehingga penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Ma’unah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan.
3. Bapak Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
4. Bapak M. Musthofa Ludfi, S.Pd., M.Pd.I., selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Ilmu Lughoh yang telah memberikan pengarahan kepada kami.
5. Teman-teman yang telah bekerja sama, memberikan dukungan, serta motivasi
kepada penulis.
6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan makalah ini. Penulis juga berharap, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tulungagung, 06 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3
A. Hakikat Pragmatik ............................................................................................... 3
B. Bidang Kajian Pragmatik ..................................................................................... 4
C. Prinsip Kerja Sama dalam Pragmatik ................................................................... 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 8
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, aktivitas manusia tidak terlepas dari aktivitas berbahasa.
Dalam komunikasi dan interaksi manusia, bahasa mempunyai peranan yang
sangat penting. Komunikasi merupakan serangkaian tindak tutur yang
digunakan secara bersistem untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian bahasa
tidak hanya dapat dilakukan secara internal atau pada masalah keterbahasaan
saja. Bahasa dapat diteliti dari segi gejala-gejala pemakaiannya dalam
masyarakat. Belajar bahasa tidak hanya mempelajari pengetahuan tentang
bahasa saja, tetapi lebih dari itu bagaimana bahasa dapat digunakan sesuai
dengan konteks.
Pragmatik pada hakikatnya merupakan studi bagaimana bahasa itu
digunakan untuk berkomunikasi. Pragmatik berbeda dengan linguistik karena
pragmatik tidak membahas struktur bahasa secara internal, tetapi menelaah
makna-makna satuan lingual yang bersifat eksternal. Pragmatik tidak sekedar
mengkaji struktur bahasa, tetapi mencoba melihat hubungan antara bahasa dan
tindakan yang dilakukan oleh penuturnya.
Sopan santun dalam praktik bertutur sapa sudah berlangsung lama dan
dijalankan secara turuntemurun oleh sebagian besar masyarakat Indonesia
bahkan akhirnya menjadi bagian integral budaya masyarakat dalam berbahasa.
Namun, era sosial media yang membuat sekat antarnegara menjadi tidak ada
menjadikan praktik bertutur sapa dengan sopan santun perlahan mulai
ditanggalkan khususnya oleh generasi mudadan mahasiswa.Mereka beranggapan
cara bertutur itu yang terpenting tersampaikannya komunikasi tanpa harus
memperhatikan siapa mitra tutur. Hal ini sangat keliru karena dalam budaya
Indonesia sopan santun dalam bertutur harus dijunjung tinggi, ,kita harus bisa
membedakan siapa mitra tutur yang kita ajak berbicara untuk kemudian
berkomunikasi menggunakan ragam komunikasi yang tepat. Ada peribahasa
dalam bahasa Melayu yang berbunyi bahasa menunjukkan bangsa.Peribahasa ini
menunjukkan bahwasikap dan perilaku santun yang dimiliki para penutur bahasa
tertentu akan mencerminkan kualitas peradaban dan kemajuankebudayaan
bangsa yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa sebetulnya ada relasi

1
atau pertalian yangkuat antara masyarakat, bahasa, dan kebudayaan. Namun,
muncul pertanyaan segi-segi bahasa apa yang dapat digunakan sebagai indikator
penentu rendah atau tingginya peradaban dan martabat bangsa. Bahasa bertautan
erat sekali dengan pemakainya.Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua
peradaban di dunia ini dimulai dari bahasa sebagai faktor awal kemajuan
peradaban tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat pragmatik itu?
2. Apa saja bidang ajian pragmatik?
3. Bagaimana prinsip kerja sama dalam pragmatik?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui hakikat pragmatik.
2. Untuk mengetahui bidang kajian pragmatik.
3. Untuk mengetahui prinsip kerja sama dalam pragmatik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pragmatik
Pragmatik merupakan cabang linguistik yang semakin penting dalam
studi bahasa karena menguak penggunaan bahasa dan arti ungkapan
berdasarkan situasi yang melatarbelakanginya. Hal ini dilandasi oleh semakin
sadarnya para linguis bahwa upaya untuk menguak hakikat bahasa tidak akan
membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman terhadap
pragmatik, yakni bagian bahasa itu digunakan untuk komunikasi. Menurut
Purwo mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna tuturan
(utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Sedangkan
memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan
mempertimbangkan konteksnya, yakni penggunaan peristiwa komunikasi.
Hubungan pragmatik dan tindak tutur (speech act) sangat erat karena
tindak tutur merupakan pusat pragmatik. Pragmatik dapat dipahami dari
berbagai sisi antara lain :
1. Studi bahasa dalam komunikasi, khususnya penggunaan bahasa (hubungan
antara unsur bahasa dengan konteks dan situasi).
2. Masalah interpretasi (semantik) dan pengguna tuturan pada dunia realita.
3. Penggunaan dan pemahaman tindak ujar (speech act)
4. Pengaruh struktur kalimat karena hubungan pembicara-pendengar (penyapa-
pesapa).

Pragmatik berhubungan erat dengan semantik dalam studi makna. Sifat


komunikatif bahasa dapat dibuktikan dengan memahami semantik dalam
penggunaan bahasa dan konteks (pragmatik). Makna sendiri melibatkan baik
interpretasi semantik dari sebuah tuturan, maupun konteks keseluruhan.
Yule mengemukakan bahwa pragmatik mempunyai empat batasan
yaitu :
1. Bidang yang mengkaji makna pembicara (penulis) dan ditafsirkan oleh
pendengar (pembaca)
2. Bidang yang mengkaji makna berdasarkan konteks

3
3. Bidang yang mengkaji tentang bagaimana agar lebih banyak yang
disampaikan daripada yang dituturkan
4. Bidang yang mengkaji tentang ungkapan dari jarak hubungan.

Pada hakikatnya, pragmatik disamping sebagai ilmu (yang disejajarkan dengan


semantik) juga merupakan keterampilan atau kemampuan menggunakan bahasa
sesuai dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Untuk mengupayakan tindak
komunikatif, seorang penutur dituntut untuk memiliki kompetensi komunikatif
(communicative competence). Menurut Rivers kompetensi komunikatif adalah
kemampuan menggunakan bahasa dalam situasi komunikatif yang sebenarnya, yaitu
dalam situasi transaksi spontan yang melibatkan satu orang atau lebih. Sedangkan
Hymes (1972) menguraikan bahwa kompetensi komunikatif tidak hanya mencakup
bentuk linguistik suatu bahasa (pemilihan bentuk linguistik) tetapi juga hukum-hukum
sosialnya, yaitu pengetahuan atas kapan, bagaimana, kepada siapa sebuah ujaran
pantas dipakai. Jadi, kompetensi komunikatif mencakup kemampuan menyusun dan
memilh bentuk lingual (bahasa) dan menghubungkannya dengan kaidah sosial
bahasa. 1

B. Bidang Kajian Pragmatik

1. Tindak Tutur
Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur adalah bagian dari
pragmatik. Tindak tutur ( istilah Krisdalaksana “pertuturan” atau speec act,
speech event ): pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari
pembicara ( penulis ) dapat diketahui pembaca. Tindak tutur juga dapat
diartikan ujaran yang dibuat sebagai bagian dari interaksi sosial.
2. Praanggapan (presupposition)
Praanggapan (presuposisi) berasal dari kata to pre-suppose yang dalam bahasa
Inggris berarti to suppose before hand (menduga sebelumnya), dalam arti
sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu, penulis sudah memiliki
dugaan sebelumnya tentang lawan bicara atau hal yang dibicarakan. Selain
definisi tersebut.

1
Nuramila. Kajian Pragmatik: Tindak Tutur dalam Media Sosial. ( Banten: YPSIM,
2020), hal. 6

4
3. Implikatur (makna tersirat)
implied meaning atau implikatur adalah makna atau pesan yang tersirat dalam
ungkapan lisan dan atau wacana tulis. Kata lain implikatur adalah ungkapan
secara tidak langsung, yakni makna ungkapan tidak tercermin dalam kosa kata
secara literal, tetapi harus diterka oleh mitra tutur.
4. Deiksis
Deiksis merupakan salah satu kajian dalam pragmatik. Kata deiksis berasal dari
bahasa Yunani, yaitu deikitos yang berarti hal penunjukan secara langsung. Deiksis
merupakan penunjukan kata-kata yang merujuk pada sesuatu, yakni kata-kata tersebut
dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu penutur dan dipengaruhi situasi
pembicaraan. Sebuah kata pada deiksis dapat berubah berdasarkan situasi
pembicaraan. Deiksis dibedakan menjadi lima macam, yaitu deiksis persona, deiksis
tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial.
1) Deiksis persona berkaitan dengan penggunaan kata ganti persona berdasarkan
rujukan yang dituju dalam sebuah tuturan.
2) Deiksis tempat merujuk pada lokasi tempat yang digunakan dalam suatu tuturan.
Deiksis tempat digunakan untuk mengacu tempat berlangsungnya kejadian, baik
dekat (proksimal), agak jauh (semi-proksimal), maupun jauh (distal).
3) Deiksis waktu, yaitu menyatakan waktu/temporal yang tergambar dari leksem
temporal, yaitu deiksis waktu kini (present), lampau (past), dan mendatang
(future).
4) Deiksis wacana merupakan deiksis yang berkaitan dengan penggunaan ungkapan
dalam suatu ujaran untuk mengacu pada bagian dari ujaran yang mengandung
ungkapan.
5) Deiksis sosial adalah rujukan yang dinyatakan berdasarkan perbedaan
kemasyarakatan oleh partisipan dalam tuturan. Dengan memahami deiksis sosial,
maka menyebabkan ‘kesopanan’ atau menjadikan peserta tutur dapat saling
menghargai dalam kegiatan berbahasa atau etika berbahasa karena bahasa yang
digunakan selaras dengan aspek-aspek sosial budaya yang dianut oleh partisipan
dalam sebuah peristiwa tutur. Jadi, pemahaman mengenai deiksis sosial dalam
komunikasi memiliki peranan dalam mewujudkan sopan santun dalam berbahasa.

5
C. Prinsip Kerja Sama dalam Pragmatik

Orang memang harus memperhatikan prinsip kerja sama dan aneka maksimnya
agar dapat bertutur wajar. Orang harus juga memperhitungkan prinsip kesantunan
berbahasa dengan peranti maksimnya agar wujud tuturannya dianggap santun.
Selain memperhatikan keduanya, saat bertutur pun mesti memperhatikan peringkat
jarak sosial, peringkat status sosial, dan peringkat tindak tutur. Ketiganya dalam
pragmatik lazim disebut parameter pragmatik. Kesantunan berbahasa dapat dilihat dari
adanya maksim-maksim kesantunan yang ada dalam tuturan.
Grice (1975) mengemukakan bahwa di dalam rangka melaksanakan prinsip kerja
sama, setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan yaitu maksim kuantitas,
naksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan (dalam Wijana, 1996: 46
dan Rustono, 1999: 54). Pengertian maksim (bidal) adalah penjabaran atau
pengejawantahan prinsip-prinsip yang terdapat dalam ilmu pragmatik. Senada dengan
pembagian keempat maksim tersebut, Levinson (1983) mengemukakan bahwa maksim-
maksim tersebut meliputi; maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan
maksim cara (dalam Eti Setiawati dkk., 2007:15).
Penjelasan keempat maksim tersebut sebagai berikut :
1) Maksim Kuantitas ( The Maxim of Quantity )
Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan
kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya
atau secara singkat dalam maksim ini informasi yang dibutuhkan tidak lebih dan tidak
kurang.

2) Maksim Kualitas ( The Maxim of Quality )


Maksim percakapan ini mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal
yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-
bukti yang memadai. Dalam maksim ini, informasi yang dibutuhkan adalah yang
benar dan si penutur mempunyai bukti kebenarannya.

3) Maksim Relevansi atau Hubungan atau Keguyutan ( The Maxim of Relevance )


Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan
kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Informasi yang disampaikan
mempunyai relevansi pokok percakapan.

6
4) Maksim Pelaksanaan atau Cara ( The Maxim of Manner )
Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap percakapan berbicara secara
langsung, tidak kabur, ridak taksa, tidak berlebih-lebihan, runtut, singkat-padat, dan
secara teratur.2

2
Edy Tri Sulistyo. Pragmatik: Suatu Kajian Awal. (Surakarta: UNS Press,2014), hal. 25

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pragmatik merupakan cabang linguistik yang semakin penting dalam studi
bahasa karena menguak penggunaan bahasa dan arti ungkapan berdasarkan situasi
yang melatarbelakanginya. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis
bahwa upaya untuk menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang
diharapkan tanpa didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagian bahasa itu
digunakan untuk komunikasi. Pada hakikatnya, pragmatik disamping sebagai ilmu
(yang disejajarkan dengan semantik) juga merupakan keterampilan atau kemampuan
menggunakan bahasa sesuai dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Untuk
mengupayakan tindak komunikatif, seorang penutur dituntut untuk memiliki
kompetensi komunikatif (communicative competence). Bidang kajian pragmatik
terdiri dari tindak tutur, praanggapan, implikatur (makna tersirat) dan deiksis. Dan ada
empat prinsip kerja sama dalam pragmatik yaitu, maksim kuantitas, maksim kualitas,
maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan atau cara.

B. Saran
Demikian makalah tentang Pragmatik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang dapat membangun, sangat kami
harapkan guna perbaikan makalah kami selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nuramila.2020. Kajian Pragmatik: Tindak Tutur dalam Media Sosial. Banten: YPSIM
Tri Sulistyo, Edy.2014. Pragmatik: Suatu Kajian Awal. Surakarta: UNS Press.

Anda mungkin juga menyukai