Anda di halaman 1dari 14

MAKNA DALAM DEIKSIS TINJAUAN PRAGMATIK

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Linguistik Arab

DOSEN PENGAMPU

Dr. Zam Zam Afandi, M.Ag.

(19631111 199403 1 002)

DISUSUN OLEH :

Vania Cahyaningtyas
18201010035

MAGISTER BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2019
DAFTAR ISI .................................................................................................................................2
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ...................................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................................................. 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
A. Definisi Pragmatik ................................................................................................................................ 5
B. Sejarah Lahirnya Pragmatisme ............................................................................................................. 6
C. Tokoh Berdasarkan Urutan Tahun dan Publikasi ................................................................................. 7
D. Sekilas Perbedaan Pragmatik, Sintaksis, Semantik, dan Sosiolinguistik .............................................. 8
E. Kajian Pragmatik Deiksis.................................................................................................................... 10
a. Deiksis persona ............................................................................................................................... 11
b. Deiksis Tempat ............................................................................................................................... 11
c. Deiksis Waktu ................................................................................................................................. 12
BAB III....................................................................................................................................................... 13
PENUTUP.................................................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 14

PRAGMATIK

Linguistik Arab | 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan
identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur merupakan masyarakat yang timbul
karena rapatnya komunikasi atau integrasi simbolis, dengan tetap menghormati kemampuan
komunikatif penuturnya tanpa mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang
digunakan. Dalam bahasa terdapat subsistem fonologi, gramatika, dan leksikon yaitu dunia bunyi
dan dunia makna yang bertemu dan membentuk struktur. Di antara keduanya itu terdapatlah
konteks yang mempengaruhi keserasian sistem suatu bahasa. Konteks adalah unsur di luar
bahasa yang kemudian dikaji dalam pragmatik. Pragmatik adalah studi baru dalam ilmu bahasa
di dunia termasuk Indonesia. Namun, perkembangannya sangat pesat. Hal ini dimungkinkan
karena adanya sifat-sifat bahasa yang dapat dimengerti melalui linguistik, agar bahasa dapat
digunakan dalam komunikasi. Linguistik adalah studi yang jangkauannya semakin meluas
sehingga menyebabkan pandangan mengenai hakikat bahasa dan batasan linguistik juga berubah
dan semakin meluas. Banyak pemikir pragmatik bermunculan bersama karyanya, membawa
pengetahuan dan perkembangan baru bagi studi yang dapat dikatakan baru seumur jagung ini.

Pragmatik berkaitan dengan bagaimana masyarakat bahasa (speech community)


menggunakan bahasa mereka; bagaimana percakapan diungkapkan di dalam sustu peristiwa
tutur, yakni apakah secara langsung atau tidak, strategi bertutur mana yang dipilih, apakah
maksud penutur disampaikan secara tersurat atau tersirat. Penggunaan bahasa yang demikian
sangat dipengaruhi oleh kondisi pragmatik. Kondisi pragmatik terkait dengan nilai-nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan. Satuan unit analisis dalam kajian pragmatik adalah ujaran.
Dengan demikian, kajian pragmatik mencakup kajian bahasa sebelumnya. Pragmatik tidak dapat
lepas dari kajian sintaksis, misalnya, karena makna tidak dapat lepas dari gramatika dan tidak
lepas dari kajian semantik makna ujaran tidak akan penah bisa lepas dari makna per kata yang
membangun sebuah ujaran. Ujaran juga tidak bisa dilepaskan dari konteks percakapan yang

PRAGMATIK

Linguistik Arab | 3
dilatar belakangi budaya yang beragam dari penuturnya. Dengan demikian kajian pragmatik bisa
dilihat kajian bahasa yang lebih utuh. Untuk lebih jauhnya mengetahui pembahasan tentang
pragmatik, pemakalah akan memaparkan di dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep pragmatik beserta perkembangan sejarahnya ?
b. Bagaimana kajian deiksis menggunakan metode pragmatik ?

C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui konsep pragmatik beserta perkembangan sejarahnya.
b. Untuk mengetahui kajian deiksis menggunakan metode pragmatik.

PRAGMATIK

Linguistik Arab | 4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pragmatik
Pragmatik merupakan salah satu disiplin ilmu bahasa yang memfokuskan kajiannya pada
makna yang dikaitkan dengan konteks. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Nababan, bahwa
pragmatik merupakan kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari
penjelasan pengertian.1 Lebih jauh, Parker, sebagaimana dikutip oleh Putu Wijaya menjelaskan
bahwa pragmatik merupakan disiplin ilmu yang mengkaji makna yang dikaitkan dengan konteks
dan yang tidak tercakup dalam teori semantik.2

Yule (1996: 3) menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu

 Bidang yang mengkaji makna pembicara.


 Bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya.
 Bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang
dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara.
 Bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi
partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.

Parker (1986:11) mengemukakan pragmatik sebagai salah satu cabang ilmu bahasa yang
mempelajari bahasa secara eksternal atau berdasarkan makna konteks. Berikut penjelasan yang
diutarakan oleh Parker.

“Pragmatics is distinct from grammer, which is the study of the internal structure or
language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate”.

1
P.W.J. Nababan, Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya), (Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pendidikan Tinggi, Depdikbud, 1987), hlm. 2.
2
Dewa Putu Wijaya, Dasar-dasar Pragmatik, (Yogyakarta: Andi, 1996), hlm. 2.
PRAGMATIK

Linguistik Arab | 5
Dari kutipan yang dikemukakan Parker tersebut dapat dijelaskan bahwa kajian pragmatik
berbeda dari kajian tata bahasa yang mengkaji tentang struktur internal bahasa, tetapi pragmatik
merupakan ilmu bahasa yang mengkaji tentang bagaimana bahasa digunakan untuk
berkomunikasi. Kata kunci menurut Parker terletak dari makna yaitu bahasa yang digunakan
dalam situasi berkomunikasi. Situasi berkomunikasi yang dimaksud adalah konteks ketika
sebuah ujaran digunakan mempengaruhi makna dari ujaran tersebut.

Dari beberapa pendapat ahli bahasa tersebut, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan
salah satu cabang ilmu bahasa yang mengkaji makna suatu bahasa ditinjau dari penggunaan
bahasa dalam berkomunikasi atau terkait dengan konteks (eksternal) ketika bahasa digunakan
dalam berkomunikasi.

B. Sejarah Lahirnya Pragmatisme


Bahasa sebagai sesuatu yang bersifat abstrak dan manasuka sulit untuk diterjemahkan.
Begitupun kaum strukturalis mengalami hambatan dalam memaknai bahasa ketika dihadapkan
pada suatu konteks. Pada tahun-tahun sebelumnya, khususnya tahun 1930-an, linguisitk menurut
kaum struktural dianggap hanya mencakup fonetik, morfologi, dan fonemik. Kemudian, pada era
Bloomfield, kajian sintaksis dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan makna
dikesampingkan dalam pencaturan linguistik karena dianggap terlampau sulit untuk diteliti dan
dalam proses analisis.
Pada tahun 1950-an dengan berkembangnya teori linguistik Chomsky, sintaksis telah
mendapatkan tempat dalam linguistik. Dalam teorinya, linguistik yang berlatar belakang filsafat
mentalis ini menegaskan bahwa sintaksis merupakan bagian dari linguistik yang bersifat sentral.
Gagasan kesentralan sintaksis itu kemudian mendatangkan pradigma baru dalam dunia
linguistik. Sekalipun linguistik Chomsky dianggap lebih maju disbanding era linguistik
sebelumnya, bagi tokoh ini masalah makna masih dianggap sulit untuk dianalisis.
Pada awal tahun 1970-an, para linguis yang bernuansa transformasi generatif seperti Ross
dan Lokoff, menyatakan bahwa kajian sintaksis itu tidak bisa memisahkan diri dengan
konteksnya. Sejak saat itu pula lahir sosok baru dalam dunia linguistik yang disebut prgmatik,
khususnya untuk linguistik yang berkembang dibelahan bumi Amerika. Dapat dikatakan bahw

PRAGMATIK

Linguistik Arab | 6
dengan munculnya tokoh-tokoh itu telah menandai telah runtuhnya hipotesis tentang teori-teori
bahasa yang telah berkembang di era-era sebelumnya.
Istilah pragmatik sebenarnya sudah mulai dikenal sejak masa hidupnya seorang filusufi
terkenal bernama Charles Morris. Dalam memunculkan istilah pragmati‫ن‬, Morris mendasarkan
pemikirannya berdasarkan gagasan filusufi-filusufi pendahulunya seperti Charles Shanders
Phierce, dan John Lokey yang banyak menggeluti ilmu tanda dan ilmu lambang semasa
hidupnya yang biasa dinamai semiotika (semiotics). Dengan berdasarkan pada gagasan filusufi
itu, Morris membagi ilmu tanda dan ilmu lambang ke dalam tiga bagian yakni sintaktika
(sintaktics) yakni ilmu tentang relasi formal tanda-tanda, semantika (semantics) yakni studi relasi
tentang tanda-tanda dengan objeknya, dan pragmatika (pragmatics) yakni studi relasi tentang
tanda-tanda dengan penafsirnya. Berawal dari filusufi ternama inilah pragmatik terlahir dan
bertengger dalam dunia linguistik.
Linguistik yang lazimnya disebut sebagai ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa keseharian
manusia, memiliki beberapa cabang. Cabang-cabang tersebut secara linguistik dapat diurutkan:
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Dari urutan cabang-cabang linguistik
itu, tampak bahwa pragmatik merupakan ilmu linguistik yang paling baru.

C. Tokoh Berdasarkan Urutan Tahun dan Publikasi


 Charles Morris (1938)
 Halliday (1960)
 Austin (1962)
 Searle (1969)
 Grice (1975)
 Keenan (1976)
 Goody (1978)
 Fraser (1978)
 Gumperz (1982)
 Leech (1983)
 Yule (1996)

PRAGMATIK

Linguistik Arab | 7
 Van Dijk (1998 - 2000)3

D. Sekilas Perbedaan Pragmatik, Sintaksis, Semantik, dan Sosiolinguistik


Perbedaan pragmatik, sintaksis, semantik, dan sosiolinguistik dapat dijelaskan secara ringkas
seperti berikut. Charles Morris (1946) yang membagi pengkajian bahasa menjadi tiga, yaitu:

a. Pragmatik, yaitu kajian hubungan unsur-unsur bahasa dengan pemakai bahasa.


b. Sintaksis, yaitu kajian tentang hubungan antara unsur-unsur bahasa atau menjurus bisa
disebut juga suatu ilmu yang membahas harokat akhir suatu kata beserta kedudukan kata
tersebut dalam sebuah kalimat.

Contoh : -Maksud dari membahas harokat akhir dari suatu kata adalah, misalnya :

‫ذهة األم إلً السىق‬

bacanya: dzahabal ummu ilas suuqi

artinya: ibu telah pergi ke pasar

Nah, pada kata ummu kita ketahui harokat akhirnya adalah dengan dhommah, nah
mengapa bisa begitu? Kenapa tidak dibaca dengan kasroh menjadi ummi, atau dengan fathah
menjadi umma, atau dengan sukun menjadi umm? Maka disinilah peranan ilmu nahwu
dibutuhkan. Jika kita mengetahui ilmu nahwu, maka kita bisa mengatakan mana yang benar
sesuai kaidahnya.

-Lalu, yang dimaksud dengan kedudukan kata dalam kalimat adalah, misalnya :

‫ذهة األم إلً السىق‬

bacanya: dzahabal ummu ilas suuqi

artinya: ibu telah pergi ke pasar

3
Yayuk Eny Rahayu, Konsep Dasar Pragmatik, (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta 2014), hlm. 5-7.
PRAGMATIK

Linguistik Arab | 8
Dalam bahasa indonesia, kita mengenal subyek, obyek, dan predikat. Dalam bahasa arab
juga ada yang seperti itu, nah seperti itulah kedudukan kata jika dalam bahasa arab, cuma
nantinya akan lebih banyak lagi jenisnya.

"Ibu telah pergi ke pasar", kata Ibu di dalam Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai subyek,
dalam bahasa arab akan disebut fa'il.

c. Semantik, yaitu kajian tentang hubungan unsur-unsur bahasa dengan maknanya.

Contoh : Hubungan antara dua atau lebih unit leksikal yang mempunyai kesamaan arti.

‫سنَحٌ = َعا ٌم‬


َ = Tahun

d. Sosiolinguistik mengkaji hubungan penggunaan bahasa dengan pengguna.4

Contoh : Bahasa arab amiyah sering disebut dialek. ‘Amiyah sebernarnya merupakan dialek
lokal dari masing-masing wilayah yang masuk dalam penyebaran islam. Menurut Alam S Kaye
dialek arab dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu dialek arab barat dan dialek arab timur.
Dialek tetap ada d‫ش‬ri dulu sampai sekarang, namun dialek mengalami perkembangan seiring
terjadinya kontak bahasa arab klasik (yasu’i, 1990:120).

Bentuk dialek yang mengalami perubahan yaitu :

1) Bunyi konsonan hamzah ( ‫ ) ء‬dalam bahasa arab klasik menjadi bu‫ي‬yi konsonan ( ‫ء و ي‬
) pada dialek mesir. Contoh (‫ )راس‬asal (‫)رأس‬.
2) Bunyi konsonan (‫ )ث‬pada bahasa arab klasik diganti dengan huruf (‫ )ت‬pada dialek mesir
contoh (‫ )توب‬asal (‫)ثوب‬.
3) Bunyi konsonan (‫ )ذ‬pada arab klasik berunbah menjadi (‫ )د‬contoh (‫ )ذاب‬asal (‫)داب‬.
4) Bunyi konsonan (‫ )ق‬pada arab klasik berubah menjadi (‫ )ء‬contoh (‫ )أ ط‬asal (‫)قط‬.
5) Bunyi diftong au pada arab klasik menjadi bunyi o.
6) Bunyi konsonan (‫ )ج‬dilafadkan dengan ‘g’ dari bunyi asli ‘j’.

4
P.W.J Nababan, Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya (untuk selanjutnya disebut Ilmu Pragmatik), (Jakarta:
Dep. P dan K, 1987), hlm. 1.
PRAGMATIK

Linguistik Arab | 9
Pemakaian bahasa dialek ‘amiyah menjadi surut seiring menuatnya pemakaian bahasa arab
klasik atau modern sebagai bahasa resmi pemerintahan, bahasa akademis, bahasa sastra dan
bahas jurnalistik dialek amiyah mutsaqofin adalah dialek arab yang dipengarui bahasa arab klasik
yang digunakan pengantar diskusi kebudayaan dan peradaban. Dialek amiyah mutanawwirin
adalah dialek bahasa arab yang telah dipengaruhi bahasa dialek klasik yang digunakan sebagai
percakapan sehari hari oleh para pedagang dalam jual beli. Dialek amiyah ummiyin adalah dialek
yang tidak mendapat pengaruh dari dialek klasik.

E. Kajian Pragmatik Deiksis


Menurut Purwo (1984:1) deiksis adalah sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila
berganti-ganti tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan
tempat di tuturkannya kata itu, misalnya: kata saya, sini, sekarang. Lyons (1995:270) memberi
pengertian bahwa deiksis berasal dari kata Yunani yang berarti “menunjuk” atau “menunjukkan”
hal ini telah menjadi istilah teknis dalam teori tata bahasa, untuk menangani ciri-ciri “penentuan”
bahasa yang berhubungan dengan watak dan tempat ujaran.

Dalam KBBI (1995: 217), deiksis diartikan sebagai hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di
luar bahasa; kata tunjuk pronomina, ketakrifan, dan sebagainya. Deiksis disebut juga informasi
kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda,
tempat, ataupun waktu, misalnya he, here, now. Ketiga ungkapan itu memberi perintah untuk
menunjuk konteks tertentu agar makna ujaran dapat dipahami dengan tegas. Tenses atau kala
juga merupakan jenis deiksis. Misalnya then hanya dapat dirujuk dari situasinya.

Deiksis merupakan salah satu bagian dari ilmu pragmatik yang membahas tentang ungkapan
atau konteks yang ada dalam sebuah kalimat.

Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila acuan/rujukan/referennya berpindah-pindah


atau berganti-ganti bergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan bergantung pula pada
saat dan tempat dituturkannya kata itu.

Dalam kajian pragmatik dikenal ada tiga kategori dasar secara tradisional dalam deiksis,
yaitu: (i) deiksis persona, (ii) deiksis tempat, (iii) deiksis waktu.

PRAGMATIK

Linguistik Arab | 10
a. Deiksis persona
Deiksis persona berkaitan dengan peran atau peserta yang terlibat dalam peristiwa berbahasa,
yang dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: (i) kategori orang pertama, (ii) kategori orang
kedua, dan (iii) kategori orang ketiga. Deiksis persona biasanya berupa kata ganti orang (saya,
kamu, mereka, dan sebagainya; dalam Bahasa Arab ‫ أند‬, ‫هى‬, ‫ أنا‬, dan sebagainya). Di samping itu,
digunakan pula bentuk sapaan (saudara, bapak, ibu, dan sebagainya; dalam Bahasa Arab ‫ شُخ‬,
‫ فضُلح‬, ‫ سعادج‬, dan sebagainya). Dalam kaitannya dengan pengajaran pragmatik, yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana menggunakan deiksis persona tersebut dengan tepat. Dengan
perkataan lain, dalam suatu peristiwa berbahasa, pemakai bahasa dituntut untuk dapat
menggunakan deiksis persona sesuai dengan kaidah sosial (sosio-kultural) dan santun berbahasa
dengan tepat.

Contoh :

 Menunjukkan pembicaraan persona I : ‫ أنا النثٍ ال مرب‬: ‫( قال زسىل صلً هللا علُه و سلن‬Rasulallah
saw bersabda: Aku adalah Nabi tidak bohong).
 Menunjukkan pembicaraan persona II : ‫( أند الرٍ احثثد اخرها‬Engkau adalah seorang yang
saudaranya aku senangi).
 Menunjukkan pembicaraan persona III : ٍ‫ هٍ ذحةّ تناذ‬.ٍ‫( هٍ شوجر‬Dia adalah istriku. Dia
menyayangi putri-putriku).5

b. Deiksis Tempat
Deiksis tempat adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang (tempat) dipandang dari lokasi
pemeran dalam suatu peristiwa berbahasa. Deiksis tempat berkaitan dengan yang dekat dengan
pembicara (ini ‫ هرا‬di sini ‫) هنا‬, dan tidak dekat dengan pembicara (di sana ‫هناك‬, itu ‫ ( ذلل‬dan lain
sebagainya. Dalam kaitannya dengan pengajaran pragmatik, yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana menggunakan dan menafsirkan wujud-wujud deiksis tempat dalam berbahasa secara
tepat, sesuai dengan konteksnya.

Contoh : ‫( هرا حقُقح حثٍ إلُل‬Inilah bukti cintaku kepadamu).

5
Ahmad Al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’, (Surabaya : Al-Hidayah, 1960),
hlm. 126-127.
PRAGMATIK

Linguistik Arab | 11
‫( ذالل دازحسنٍ هثازك الجدَد‬Itu adalah rumah Husni Mubarak yang baru).6

c. Deiksis Waktu
Deiksis waktu menunjuk kepada pengungkapan jarak waktu dipandang dari waktu sesuatu
ungkapan dibuat oleh pembicara. Leksem waktu yang berdeiktis misalnya sekarang ( ‫اِن‬
kemarin( (‫ أهس‬besok( ( ‫ غدا‬besok) dan sebagainya.

Dalam hubungannya dengan pengajaran pragmatik, yang penting adalah melatih siswa
menggunakan dan menafsirkan leksem waktu yang berdeiksis dalam kegiatan berbahasa. 7

Contoh : ‫) شزخ أسراذٌ حسنٍ تاألهس‬Saya mengunjungi guru saya, Husni kemarin(.

‫( سىف َجٍُء صاحثٍ حسنٍ هن تىنرُانل غدا‬Sahabatku Husni akan datang dari Pontianak besok).

‫( شسب اسراذنا حسنٍ الدخان هنفسدا الثازحح‬Guru kita Husni merokok sendirian tadi malam).8

6
Ahmad Al-Hasyimi, al-Qawaid al-Asasiah li al-Lughah al-Arabiyah, (Bairut : Daar al-kutub al-ilmiah), hlm. 94.
7
Suyono, Pragmatik, Dasar-dasar dan Pengajarannya, (Malang : Yayasan Asah Asih Asuh Malang, 1990), hlm.
11.
8
Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjamahan Arab Indonesia, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 38.
PRAGMATIK

Linguistik Arab | 12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik penting dipelajari
dalam program studi linguistik. Pentingnya pragmatik dalam linguistik setidaknya yakni,
pragmatik merupakan satu-satunya tataran dalam linguistik yang mengkaji bahasa dengan
memperhitungkan penggunanya. Yang dahulu jika kalimat sulit untuk dipahami dari segi makna
dan arti tersebut, sekarang sudah terbongkar solusi dari itu semua khususnya dalam bidang
linguistik dimungkinkan adanya sifat-sifat bahasa yang dapat mudah dimengerti lewat studi
kajian pragmatik ini. Dan banyak pula tokoh-tokoh yang bermunculan bersama karyanya juga.

PRAGMATIK

Linguistik Arab | 13
DAFTAR PUSTAKA
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang : CV IKIP Semarang Press.
Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta : Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pendidikan
Tinggi, Depdikbud.
Wijaya, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta : Andi.
Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford : Oxford University Press.
Gunarwan, Asim. 2004. Dari Pragmatik ke Pengajaran Bahasa (Makalah Seminar
Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Singaraja : IKIP Singaraja.
Suyono. 1990. Dasar-dasar dan Pengajarannya. Malang : Yayasan Asah Asih Asuh
Malang.
Rahayu, Yayuk Eny. 2014. Konsep Dasar Pragmatik. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Yahya, Muhammad Madarik. 2014. Makna dalam Deiksis Tinjauan Semantik-Pragmatik
dan Ma’ani. Jurnal Pusaka. 9 (1) : 36-40.

PRAGMATIK

Linguistik Arab | 14

Anda mungkin juga menyukai