Anda di halaman 1dari 10

TRANSFORMASI PAN-ARAB TV : TANGGAPAN BANGSA

DAN BUDAYA TERHADAP PROGRAM REALITY TV

Paragraf 1

Abstrak

Artikel ini menganalisis musim kedua dari program reality TV Arab bertema Arab Idol
sebuah serial TV yang disiarkan di saluran satelit Saudi MBC antara 8 Maret dan 22 Juni 2013.
Dengan menganalisis studi kasus Arab Idol ini, artikel ini mengeksplorasi kesuksesan yang cepat
dari program ini. Program ini juga mempunyai tujuan untuk berupaya menjalin komunikasi yang
baik antara online maupun TV dan berupaya untuk membongkar masalah yang berkaitan dengan
identitas, budaya, dan nasionalisme yang diperdebatkan. Program – program ini telah dianalisis
secara kritis oleh pengarang yang sangat berpengaruh yaitu Fowler (1991) dan Fairclough
(2003). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa perkembangan genre program TV diwilayah
tersebut telah membuka era baru tidak hanya untuk hiburan yang tidak biasa tetapi juga untuk
pertisipasi dan keterlibatan penonton. Sejauh ini dapat dianggap sebagai ruang bebas untuk
praktik demokrasi dan perbincangan tentang nasionalisme maupun identitas, program ini juga
dapat dianggap sebagai pemersatu yang mengkonsolidasikan tidak hsnys perasaan kepemilikan
nasional tetapi juga rasa kebersamaan Pan-Arab tentang masyarakat umum (komunitas global).
PENGANTAR

Pesatnya perkembangan teknologi satelit dan media elektronik telah menyebabkan


menjamurnya TV diseluruh dunia Arab. Pertumbuhan genre Reality TV adalah salah satu
perkembangan yang dihasilkan dari ini. Diseluruh wilayah Arab, program-program Reality
seperti : Who Wants to be a Millionaire, Star Academy, Super Star, Star Academy Maghreb,
Najm Alkhaleej, Al-Wady dan Arabs Got Talent telah menjadi populer dikalangan penonton dari
berbagai kelompok umur, terutama kaum muda. Meskipun program ini terlambat datang di dunia
Arab, sebenarnya acara - acara di TV sudah berhasil menjadi hitz dengan munculnya Rotana
(channel video musik Arab), The Middle East Broadcasting Channel (MBC), dan berbagai
channel TV swasta Lebanon. Sosok yang sering dikutip adalah Super Star (disiarkan di Lebanese
Future TV). Misalnya ketika dimusim kedua telah berhasil menerima 80 juta peminat. Beberapa
orang akan berpikir bahwa program Reality TV hanya memberikan konten yang melayani
segmen publik. Pandangan yang lebih dekat mengungkapkan bahwa program – program
semacam itu telah menimbulkan respon dan perdebatan yang rumit tentang politik, agama,
budaya, dan identitas diwilayah Arab.

Mengutip dari Friedman (2002), masyarakat mungkin setuju dengan pendapatnya bahwa
Reality TV di dunia Arab belum menerima banyak perhatian dari para sarjana karena kesulitan
dalam mengenali pengaruh ideologis, politik, dan budaya. Banyak program yang disiarkan
sebagai hiburan semata, tetapi melihat lebih dekat ternyata terdapat berbagai fakta membuktikan
ada pengaruh kuat mereka dan pesan halus yang dimuat secara budaya dan politik. Bisakah kita
disini berbicara tentang Arab Idol Effect dengan sebutan yang sama seperti saran peneliti yaitu
seri musik American Idol sebagai American Idol Effect ? (Koehler 2006). Pada tahun 2002 ketika
American Idol debut, program itu tidak diharapkan untuk membuat kesuksesan besar. Namun,
peringkat dari final musim pertama mencetak rating tertinggi di FOX ??cari diinternet ya,
setelah program olahraga. Pada tahun itu acara ini menarik lebih dari 23 juta pemirsa dan terus
berkembang pada tahun 2004 ketika mencapai 34 juta pemirsa dimusim ketiga (Bignell 2005).
Sebagai hasilnya, minat yang paling digandrungi akan memberikan dampak besar pada budaya
populer. American Idol terus mendominasi pada peringkat program2 di TV serta dengan cepat
akan diadopsi oleh berbagai saluran TV dari seluruh dunia. Program ini menjadi platform dalam
penciptaan bintang populer sebagai kontestan dan juri untuk diundang disaluran TV dan radio
terkenal di Amerika Serikat. Keberhasilan luar biasa lainnya didunia Reality Show juga telah
tercatat di Inggris Raya selama beberapa dekade terakhir ini. Annete Hill (2005), menemukan
dalam sebuah studi tentang Big Brother yang pada waktu itu sangat populer, bahwa sebenarnya
para audiens memiliki pilihan untuk menonton program TV pada genre yang serius seperti berita
bahkan berita terkini. Namun kesuksesan ada pada program fenomenal seperti Big Brother, Pop
Idol, dan pertunjukan lainnya. Menyinggung pembahasan sebelumnya, artikel ini mencoba untuk
mengungkap berbagai isu – isu yang muncul dari jenis program popular di TV Arab. Fokus pada
Arab Idol, penelitian ini bertujuan untuk membongkar masalah yang muncul dari jenis program
populer di TV Arab dengan tujuan untuk menganalisis alasan dibalik popularitasnya jenis
program di kalangan masyarakat. Dengan menggunakan analisis percakapan sebagai pendekatan
dan analisis wacana yang dikembangkan oleh Norman Fairclough (2003 : 16) dan Harvey Sacks
(David 1998), penelitian ini mengawasi dari aspek budaya, nasionalisme, identitas dan
bagaimana cara mereka menyelesaikan. Semua itu juga diawasi pada perdebatan yang berkaitan
dengan demokrasi, peran gender, pengawasan, peninjauan rutin, dan pengkontrolan saat mereka
muncul dalam berbagai episode.

Akan tetapi sebelum mendalami analisis dari program Arab Idol, hal ini sangat penting
untuk mendiskusikan perkembangan acara Reality TV Arab dari beberapa program populer yang
telah berdampak jelas pada channel TV Arab selama dekade terakhir ini.

HAWA SAWA

Hawa sawa yang dapat disebut juga “Love on Air”, merupakan salah satu program paling
kontroversial diantara Reality Show Arab. Tujuan utama dari program ini adalah perjodohan
(mak comblang), dengan membawa sekelompok wanita ke sebuah apartemen dibawah
pengaturan TV orang Libanon. Delapan wanita terpilih akan hidup di bawah pengawasan kamera
selama tiga bulan di mana penononton dapat melihat bagaimana mereka berperilaku dan juga
menanggapai penelepon yang mengajukan pertanyaan atau memberi mereka komentar tertentu
dari waktu ke waktu. Dibulan pertama berbagai calon mempelai pria akan dipersembahkan
kepada pemirsa, yang akan memilih calon pengantin wanita ideal untuk setiap pria. Puncaknya
tercapai ketika pasangan itu saling cocok dan channel ini akan ditayangkan siaran langsung di
TV dalam acara perjodohan, yang disaksikan jutaan pemirsa.
Persis dengan program- program TV lainnya, Hawa Sawa mengangkat berbagai
keprihatinan di kalangan khalayak Arab dan para pemimpin agama. Kritik yang berkaitan
dengan penyalahgunaan norma budaya Arab/Islam muncul di koran populer dan acara TV/ radio.
Perdebatan juga berkobar dijaringan media sosial tentang laki-laki dan perempuan yang belum
menikah sudah tinggal bersama di satu tempat dan berbagai kegiatan sehari-hari seperti
memasak, makan, membersihkan dan bernyanyi. Padahal situasi seperti itu biasanya dilihat
hanya pada acara drama TV saja dan tidak dalam program yang menampilkan situasi “kehidupan
nyata”.

KONTROVERSI BUDAYA

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, genre Reality TV telah menghadapi banyak
tantangan ketika pertama kali diperkenalkan di TV Arab. Ini dikarenakan asal usulnya dan nilai-
nilai budaya yang melekat pada program-program ini yang tidak biasa dengan norma-norma
budaya Arab dan Islam yang berorientasi Barat. Maka tidak mengherankan bahwa pada awal
tahun 2000, program-program Reality TV menyebabkan bentrokan antara budaya dan perang
hubungan masyarakat yang dekat diantara beberapa penyiar, pemimpin agama, organisasi
masyarakat sipil, serta anggota masyarakat lainnya, yaitu di wilayah Teluk (negara mana aja
cari diinternet ya). Tokoh agama terkenal seperti Dr. Mohamed Al-Arifi, sangat mengkritik
channel MBC karena mengabaikan perhatian pada negara Arab dan menjadikan kontestan di
Arab sibuk mengikuti kompetisi bernyanyi dan menari. disamping itu juga apa yang sedang
terjadi pada orang-orang Suriah. Dalam akun Twitternya, Al-Arifi menyatakan :

Bahwa channel MBC milik negara saya, yang menayangkan situs-situs islam, sekarang
seakan-akan telah mengalihkan perhatian umat Muslim dengan bernyanyi. Sementara rakyat
kami di Suriah sedang mengalami tumpah darah, perempuan-perempuan disana diperkosa dan
anak-anak ada yang dibantai. Malang sekali wahai negaraku !

Sheikh Al-Arifi menindaklanjuti dengan mengimbau para orang tua untuk tidak
mengizinkan putra putri mereka menonton channel MBC 3 (channel TV anak-anak) dan
bersumpah bahwa ia akan memboikot semua produk-produk para pengiklan di channel MBC.
Selanjutnya,(subsequently??) ia dibanjiri banyak dukungan luar biasa karena postingannya
tersebut dari puluhan ribu pengikutnya. Postingan tersebut telah beredar di Facebook, komentar
youtube, dan di tweet ulang secara luas dalam hitungan jam.

Reality TV ini membuat kontroversi di wilayah Arab sejak kemunculannya. Hal itu telah
memicu kerusuhan pada kasus Al-Ra’is (Big Brother versi Arab yang telah ditutup di Bahrain
pada tahun 2004). Para ulama dipaksa untuk mengeluarkan fatwa tentang Star Academy di
Kuwait dan Saudi Arabia. Ulama islam yang sangat berpengaruh seperti Yusuf Al Qardhawi
telah memperingatkan bahwa program tersebut sebenarnya tidak masalah tetapi harus ada aturan
batasan terhadap budaya intelektual pada ‘Ummah (Taha 2004). Sheikh Abdulrahman al-Sudais,
Imam terkemuka Al-Haram (Masjid Agung Makkah, Saudi Arabia) berkomentar seperti ini
‘senjata pemusnah massal yang membunuh nilai-nilai dan kebijakan’ demikian komentar
terhadap acara-acara ini (Taha 2004). Kritikan lain mengatakan bahwa tokoh utama protagonis
Reality TV ini bukanlah media yang professional dan konten seperti program tersebut
merupakan hal yang tidak benar hanya mengalihkan perhatian penonton dari isu-isi sehari-hari
yang dianggap lebih serius seperti berita terkini. Genre Reality TV ini juga diterima dengan
keragu-raguan walaupun ada beberapa pendapat pro secara fakta yang mereka tunjukkan.
Mereka terlihat seperti hanya mengarang, tidak professional, hanya sampai batas tertentu, dan
seperti settingan yang dibuat menarik terutama untuk disaksikan masyarakat.

TERMINOLOGI DAN KONTROVERSI BUDAYA

Sejak kontroversi ini muncul, channel ini menerima tanggapan buruk dari aktivis Saudi.
MBC 1, siaran TV Saudi, menerima cemoohan untuk mencemarkan nama baiknya. Terutama
tuduhan menyebarkan penyembahan berhala, yakni praktek yang dibenci dalam budaya Arab dan
bertentangan dengan ajaran Islam monotisme (Aqeeda) berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Konsep perjodohan dalam Arab Idol ini telah dipandang oleh banyak aktivis
sebagai hal yang menyimpang dari keyakinan yang benar terhadap idola para manusia yang jauh
dari menyembah Allah yang Maha Benar. Akibatnya, tim MBC harus cepat menangani badai
kritik ini untuk melindungi reputasi yang telah dicapainya yang mana para ahli linguistik ikut
serta andil dalam menggambarkan asal-usul kata dan mengontekstualisasikan dalam budaya
Arab dengan penjelasan para ahli. Pada titik tertentu, channel ini menyatakan dalam siaran pers
bahwa Arab Idol dimaksudkan yaitu menandakan orang yang menjadi “Arab Idol” (Mahboob
Al-Arab) bukan berarti orang itu menjadi idola manusia (bintang) untuk disembah sampai
didamba-dambakan. Channel ini telah secara resmi menegaskan hal tersebut dan telah secara
resmi mengkonfirmasi bahwa dalam semua kasus, Arab Idol menunjukkan perjalanan musik
melalui para kontestan yang terlibat dari pengalaman awal sampai pada tahap profesionalisme
dalam mengasah bakat mereka hingga semua itu membuatnya mencapai ketenaran dan
keunggulan. Setelah itu mereka layak disebut Mahboob Al-Arab; para pemirsa membantu
memilih pemenang dengan terus mengikuti dan memberikan suara di setiap episode.

Bagaimanapun juga, ini bukan kali pertama mengalami kontroversi dalam sebuah
program Reality TV. Tak lama setelah produsen mengumumkan nama lain (pengganti nama
program Reality TV), mereka meluncurkan kampanye diseluruh wilayah untuk meyakinkan
pemirsa bahwa ‘idola’ tidak boleh dipahami sebagai ‘penyembah berhala’ dan karena itu tidak
berarti bertentangan dengan Alqur’an. Untuk menghindari kemungkinan salah dalam penafsiran
dari nama program yaitu Arab Idol, yang memungkinkan akan dianggap sebagai program
pemujaan. Akhirnya para produsen memilih untuk menamai program tersebut dalam bahasa
Arab sebagai ‘Mahboob Al-Arab’ (The Arabs Beloved).

Warga Youtube

Adanya sejumlah video clip dari berbagai episode memberikan kharismatik lebih bagi
para viewer dan meningkatkan kepopuleran program Arab Idol. Tidak seperti program-program
jaman dahulu yang harus disiarkan secara live (langsung) dan tak bisa diulang lebih dari sekali,
akibtanya para penonton tidak memiliki kesempatan untuk menyaksikan sebuah pertunjukan
kembali kecuali dia merekamnya menggunakan VCR (Video Casette Recorder). Saat ini semua
siaran kemungkinan besar telah tersedia di internet secara gratis. Berbagai platform menyediakan
akses yang tidak terbatas seperti, youtube, facebook, dan sejumlah laman internet lainnya. Semua
layanan internet itu memiliki penyimpanan dengan akses terbuka dan memiliki sistem pencarian
konten yang tetap. Hal terpentingnya adala melalui layanan platform internet ini seseorang dapat
dengan mudah menemukan episode tertentu, kemudian melihat atau mendownloadnya. Dimana
hal ini dapat menambah tingkat kepopuleran dan memberikan dampak yang kuat. Pada 20 Juni
2013, hanya beberapa hari setelah ditayangkan, episode-episode dari Arab Idol hampir mencapai
2.5 juta viewer. Lagu yang dinyanyikan oleh Salma Rasheed “Ya Naseeni”, misalnya. Memiliki
2.4 juta pada 20 Juni 2013. Pada saat yang sama lagu-lagunya lain seperti “Zai El Asal”
mendapat 1.5 juta dan 1.9 juta penonton untuk lagunya yang berjudul “Li Shabr Hudood”. Ziad
Khouri mendapat jumlah viewer tertinggi pada lagunya yang berjudul “Khatarna ‘ala Baek”
dengan 500 ribu viewer (typo ya kok 500 the highest ???). Channel penyiar program Arab Idol
ini, MBC memperkirakan bahwa pada saat malam finalnya, Arab Idol mencapai 100 juta viewer
dan mengalahkan program serial opera dari TV Turki yang berjudul Nour dengan 85 juta viewer
pada 29 Agustus 2008. Berdasarkan analisis sebelumnya, satu hal yang dapat disimpulkan bahwa
kepopuleran Arab Idol ini terjadi karena ia mampu melibatkan para audience baik secara online
maupun offline. General Direktur MBC, Ali Jaber, berpendapat bahwa saat ini Arab Idol
membuktikan kesuksesannya karena peduli keinginan (bakat) para audience. Dia juga
menambahkan :

“saya percaya, rahasia suksesnya adalah kami dapat menyentuh sentimen perasaan masyarakat
Arab dan masyarakat Teluk.” Lebih lanjut lagi, kami memiliki pengalaman lebih dari yang lain
dalam menilai perubahan minat masyarakat. Masyarakat itu seperti sekelompok ikan yang
senantiasa merubah tujuannya tanpa alasan tertentu. Kami telah mengantisipasi perubahan trend
ini dengan cara yang professional [...].

Kami juga telah melihat sebuah perubahan yang terjadi pada pilihan para penonton (viewer),
khususnya setelah peristiwa ‘Arab Spring’. Para audience, mulai menerima kehadiran film-film
dari Amerika dan berbondong-berbondong melihatnya di bioskop, mulai lebih memilih acara-
acara yang dapat membuat mereka berpartisipasi secara efektif.

Bagaimanapun juga, program ini disiapkan sebagai platform (wadah/media) berinteraksi


yang terbaik bagi hubungan Pan-Arab. Audiens yang berasal dari berbagai daerah baik di Arab
maupun diluar Arab, menemukan kebebasan berekspresi dan juga sebagai rencana kedepannya
dari mimpi mereka. Manajer dari MBC Grup PR, Mazen Hayek, menyebut program ini sebagai
‘salah satu permulaan mimpi besar orang Arab’. Lebih lanjut dia menghubungkan kesuksesan
season kedua Arab Idol ini dengan beberapa fakta berikut : Arab Idol membentuk sebuah
koneksi diantara bangsa Arab, tanpa membedakan negara. Sebagian besar dari negara-negara
Arab itu sedang mengalami krisis politik yang sangat memprihatinkan [...]. ketika Abdel Karim
Hamdan mempertunjukkan Mawal Hamdan (cari diinternet), kita tahu bahwa penampilan itu
sangat menyentuh perasaan dari orang-orang Syiria dan di tempat lain, karena faktor krisis yang
terjadi di Syiria dan bagaimana lagu tersebut dinyanyikan. Orang-orang menangis, dan media-
media barat memberi catatan khusus terhadap peristiwa ini. Beberapa media seperti CNN, BBC,
Le Figaro, dan New Zealand Herald dan media lainnya bahkan terus membicarakan tentang
peristiwa ini sepanjang waktu.

ASSAF : DUTA UNTUK BANGSA PALESTINA

Rupanya, simbol dimensi Arab Idol menjadi faktor pemersatu diantara warga Palestina
dan bangsa Arab yang lain. Hal itu sangat jarang terjadi pada sebuah program TV yang
memainkan peran sebagai alat pemersatu diantara penonton-penonton Arab yang melewati batas
dunia (negara). Pemenang final kontes, Mohammad Assaf, nampakya telah membuat bangsa
Palestina dan bangsa Arab lainnya menjadi bersatu, belahan geografis mereka dan perbedaan
ideologi membaik pada saat itu. Pada kasus saat ini bangsa Palestina secara tiba-tiba dapat
mempersatukan setiap orang dari jalur Gaza menuju West Bank, Ramallah dan Yerussalem,
seluruh bangsa Palestina mencurahkan harapan yang sama : ada seseorang yang dapat mewakili
negara mereka untuk memenangkan kontes, seseorang yang biasa menyanyi di acara pernikahan
untuk pengantin dari kampung pengungsian di jalur Gaza, ia adalah Assaf perwakilan dari
bangsa Palestina pertama yang menjuarai Arab Idol, sebuah acara yang dapat memikat jutaan
penonton, termasuk Presiden Mahmoud Abbas. Dari awal, presiden berbicara kepada Assaf
lewat telepon dan memerintahkan kedutaan luar negeri Palestina supaya mendorong para
pengungsi untuk vote atau mendukung Assaf, menelepon juga penyanyi kebanggan bangsa
Palestina dan bangsa Arab. Masyarakat Gaza berkumpul didepan layar TV di rumah, warung
kopi, dan cafe tepi pantai untuk menyaksikan penampilan terakhir Assaf. Bank Palestina
mengeluarkan dana kampanye untuk mendukung Assaf juara, berjanji untuk memberikan
350,000 suara yang dikirim – setiap suara diberikan biaya 40 sen- untuk Assaf. Ditempatkan
papan iklan dengan foto Assaf pada persimpangan jalan utama Gaza dan West Bank. Beberapa
cafe di West Bank Ramamallah City menawarakan memberikan suaranya untuk setiap cangkir
kopi yang telah dipesan.

Pada final ini, Mohammad Assaf berhasil mengalahkan finalis Mesir Ahmed Jamal dan
wanita Suriah Farrah Youssef. Setelah penentuan juara, jalanan Gaza dipenuhi sorak gembira
dari warga Palestina dengan menyalakan klakson motor ataupun mobil mereka. Pemandangan
bendera Palestina dikibarkan sambil meneriakkan “Palestina, Palestina” mengingatkan sejarah
kemenangan warganegra untuk negaranya. Penyanyi muda itu memberi hormat kepada warga
Palestina “yang mana telah mengalami penderitaan dibawah kependudukan untuk beberapa
dekade” (Al Jazeera 2013 English). Presiden Abbas menggunakan kesempatan untuk
menginfokan kepada publik warga Palestina dengan menampakkan dukungannya. Ia berkata
“saya ucapkan selamat kepada penyanyi muda bertalenta Muhammad Assaf yang telah berhasil
membawa harapan bangsa Palestina kekancah Dunia Arab melalui kemampuan berseninya”
(CBC 2013a). Berikutnya, Assaf dinobatkan sebagai duta pemuda dari UNRWA (Badan
Persatuan Bangsa untuk Pengungsi Palestina) dan dinobatkan sebagai duta bangsa Palestina dari
Presiden Abbas, yang mana telah diistimewakan diberikan berupa paspor diplomasi. Diantara
kerumunan warga Plaestina, Assaf disalami sebagai layaknya seorang pahlawan, juru bicara bagi
warga palestina dan penderitaan mereka. Pada acara perayaannya ia tidak lupa untuk
menyebutkan para pengungsi dan orang-orang yang dipenjara di Israel. “Pemuda ini [...]
merupakan orang yang mengekspresikan perasaan kita semua, dia yang mengekspresikan
penderitaan kita, luka kita dan juga kebahagiaan hidup kita” tutur Abu Ali (CBC 2013a). Sebagai
tanda pergeseran, kutipan dalam sambutannya seorang anggota parlemen Hamas di Gaza,
Yehiyeh Moussa, memuji Assaf sebagai ‘Duta seni bangsa Palestina.’

Manager MBC Grup PR Mazen Hayek, mengatakan ;

Untuk kemenangan Mohammad Assaf merupakan contoh terbaik bagi pemuda Arab
untuk menghilangkan penderitaan mereka. Mereka memiliki keyakinan untuk sebuah mimpi
yang pasti mereka dapatkan. Meskipun pengaruh lingkungan politik dan permasalahan-
permasalahan yang lainnya dari negara mereka telah menghambat selama bertahun-tahun.
Bahkan ketika diumumkan bahwa Mohammed Assaf telah menang, saya merasa takjub bahwa
seorang pemuda yang berparangai rendah hati dan ramah bisa memenangkan di acara besar ini.
Karena sebelumnya ia pesimis tidak berani bermimpi. Apalagi tragedi perang, penganiayaan
yang dia alami dan diderita, dia sungguh tidak percaya bahwa dia telah menjadi pemenang.

REALITY TV DAN POLITIK

Melihat kembali dampak dari perdebatan agama dan budaya yang diprovokasi Arab idol,
program itu tidak lepas dari praktek politik yang penting. Selama musim semi 2013, acara terus
berjalan dan kandidat yang kalah suara yaitu ter eliminasi harus meninggalkan panggung kontes
pada tiap episode. Kondisi saat itu sangat memanas karena dari berbagai negara akan
memperebutkan pilihan kontestan mereka maisng-masing dalam satu panggung. Acara ini
disiarkan secara “live TV” studio dimana para hadirin dari bermacam-macam warganegara Arab
hadir untuk mensupport kontestan dari negara mereka sendiri. Pada musim itu adalah percobaan
negara-negara Arab mengalami kekalahan. Seperti yang telah terjadi pada episode sebelumnya di
Arab idol, persaingan dalam kancah internasional pada kontes panggung yang berbeda-beda.
Khususnya ketika mendekati final. Maka dari itu pada musim di tahun 2012 dilaporkan, yaitu
raja Abdullah Jordan telah mendorong masyarakat Jordan untuk mensupport kandidat
(kontestan) dari Jordan, pemerintah menjanjikan akan membayar tagihan/bell/nota/resi
“penelefonan mereka untuk voting”. Pemenangnya benar-benar akan mendapat sambutan yang
hangat sebagai pahlawan di Amman.

Kali ini, masyarakat Arab mengibarkan bendera untuk mengingatkan kami tentang
persaingan Internasional dalam kompetisi sepakbola seperti World Cup atau dalam Olympic
Games pada waktu itu dalam waktu yang sama saat kami juga memperingati kemenangan Assaf.
Ada pesan patriotik dari orang-orang Palestina di Gaza, untuk mendukung Assaf atau yang lain-
lain yaitu dari Maroko dan Libanon selalu diputar berulang-ulang pada channel MBC saat di
acara kompetisi menyanyi. Ketika dia kembali ke Gaza, Assaf disambut sebagai pahlawan,
seperti yang disebutkan sebelumnya. Dan sebelum itu dia diberi sambutan ketika mendarat di
Jordan, 30 Juni 2013 dalam perjalananya ke Palestina. Ribuan pendukung merayakan
kemenangannya, pada awalnya meskipun sangat sedikit yang mengira bahwa pemuda dari
daerah miskin di jalur Gaza bisa memenangkan di acara Arab idol ini. Namun dukungan
terhadap perjuangan Palestina tampaknya telah memainkan peran penting yang luar-biasa atas
Assaf dari pemirsa Arab di seluruh dunia Arab. Sekarang dia telah menjadi juara nasional yang
popularitasnya melebihi dari sarjana, ulama, politikus pria dan wanita lain yang sudah lama
berkecimpung didunia popularitasnya.

Setelah situasi ini, Assaf muncul sebagai kekuatan pemersatu diantara orang-orang
Palestina yang terpecah-pecah antara jalur Gaza dan West Bank. Siapa sangka orang biasa seperti
Assaf yang sama sekali tidak diketahui sebelumya telah menjadi terkenal diantara hampir setiap
warga Palestina dan jutaan masyarakat di dunia Arab. Semua ini murni terbebas dari pengaruh
partai politik. Tetapi berkat berkembangnya satelit TV dan jaringan sosial media seperti
fenomena munculnya bintang idol bisa saja membuat ketenaran yang lebih cepat terkait dengan
pengaruh politik atau diciptakan melalui suatu perusahaan bisnis.

Anda mungkin juga menyukai