Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH

SEMINAR KAJIAN MEDIA

DOSEN : Dr. ENI MARYANI, M.Si

OLEH:
Mia Dwianna Widyaningtyas
210130150023

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
CHAPTER 23

Broadcasting, Cable, and Satellites

Gambaran Umum Bab 23

Bab 23 buku The Sage Handbook of Media Studies secara umum menggambarkan tentang
munculnya radio serta televisi di Amerika dan Eropa . Bab 23 yang berjudul Broadcasting,
Cable, and Satellites , ditulis oleh Michele Hilmes. Dalam tulisan tersebut, Michele
memaparkaan mengenai manfaat dan pengaruh radio dan televisi , TV Kabel ,dan satelit bagi
masyarakat di sejumlah negara. Michele ingin memberikan gambaran mengenai budaya yang
terbentuk akibat perkembangan dan penggunaan teknologi penyiaran. Namun sebelum
menjelaskan keterkaitan perkembangan budaya dan teknologi penyiaran, Michele mengawali
tulisannya dengan sejarah yang berkaitan dengan organisasi atau kebijakan mengenai
penyiaran . Hal-hal yang dibahas oleh Hilmes dalam bab ini antara lain: Radio Nations,
Founding concepts, National Conflict, dan Global Fooftprint.

Review Isi Bab 23

Michele Hilmes mengawali tulisannya yang berjudul Broadcasting, Cable, and


Satellite ini dengan membuat sebuah pengantar mengenai pentingnya mengetahui sejarah
penyiaran. Dalam paragraph pembuka Hilmes menulis: tidak mungkin untuk memahami
fungsi dan dampak dari media penyiaran, kabel, dan satelit tanpa memperhatikan proses
historis dan ketegangan yang dihasilkan mereka. Lebih dari media lain sebelumnya atau
berikutnya , penyiaran dan tambahan berarti yang telah terstruktur dalam kebutuhan bangsa.
Lahir selama periode nasionalisme yang tinggi menyusul perjuangan Perang Dunia I, radio
dan televisi kemudian menjadi bentuk komunikasi yang sangat dinasionalisasi, sebagian
besar terbatas dalam batas-batas negara masing-masing, baik benar-benar dijalankan atau
setidaknya sangat diatur oleh pemerintah, dibentuk untuk melayani kebutuhan pembentukan
identitas nasional selama abad yang ditandai dengan kepahitan perjuangan nasional,
peningkatan perpindahan dan imigrasi, dan perdebatan nasional mengenai "siapa kami, siapa
yang bukan" (Holmes, 2002).
Dalam sub judul ini, Hilmes menggambarkan secara ringkas mengenai
komunikasi massa (dalam hal ini radio dan televisi) ketika di awal 1920 menjadi fenomena
sosial baru sebagai cara untuk memperluas demokrasi dan ketidakstabilan social, ,khususnya
di Amerika Serikat. Kehadiran radio, yang merupakan media massa pertama telah berakibat
pada budaya karena mempengaruhi trend pada saat itu.

Setelah memberi pengantar dengan penggambaran apa yang akan dibahasnya dalam
bab tersebut, Hilmes melanjutkan tulisannya dengan sub judul Radio National (Radio
Nations). Dalam sub judul ini, Hilmes menggambarkan secara ringkas mengenai
komunikasi massa (dalam hal ini radio dan televisi) ketika di awal 1920 menjadi fenomena
sosial baru sebagai cara untuk memperluas demokrasi dan ketidakstabilan social, ,khususnya
di Amerika Serikat. Kemuncula radio menarik dan mempengaruhi trend pada saat itu, Selain
itu radio memiliki kekuatan yakni dapat menimbulkan konflik, menawarkan persaingan,
memprovokasi perebutan kepentingan siapa akan menang atas orang lain, dan menimbulkan
kekhawatiran tentang kekuatan budaya yang berbahaya yang mungkin timbul dari media tak
terlihat ini. Namun di luar semua kekuatan itu, radio siaran muncul sebagai peserta penting
dan berpengalaman nasional, baik di Amerika Serikat maupun negara lain yang
mengembagkan teknologi baru yang menjanjikan ini.

Selanjutnya, dalam sub judul “Founding Concepts” Hilmes memaparkan mengenai


konsep-konsep siaran radio dan terbentuknya organisasi radio di berbagai negara, yang
berfungsi untuk mengontrol bisnis radio. Salah satu yang dijelaskan oleh Hilmes adalah
terbentuknya asosiasi radio di Amerika Serikat, The Radio Corporation Of America.
Assosiasi ini didirikan masa Perang Dunia Ke 1, dimana pada saat itu atmosfer masyarakat
adalah membangun bangsa. Namun pada akhirnya, Amerika Serikat sendiri, memilih
mempercayakan sistem penyiaran yang berkembang pesat ke tangan perusahaan-perusahaan
swasta besar daripada negara, memproduksi sistem jaringan komersial yang unik.

Hilmes juga menulis mengenai konsep penyiaran di Eropa, khususnya di Inggris,


yang membentuk The British Broadcasting Corporation. Dalam tulisannya, Hilmes
menjelaskan mengenai radio siaran di Inggris yang dijalankan oleh pemerintah. Terdapat
perbedaan mendasar ketika sebuah siaran radio dijalankan oleh pemerintah dan bukan oleh
swasta. Di Inggris, dari awal munculnya radio siaran hingga pasca Perang Dunia 2, sistem
siaran dipegang oleh pemerintah, sehingga seluruh fungsi radio pada saat itu lebih banyak
sebagai media informasi, pendidikan, kontrol social, dan sarana untuk melestarikan nilai-nilai
budaya. Dari konsep inilah kemudian Pemerintah Inggris mendirikan lembaga penyiaran
public British Broadcasting Corporataion dengan biaya yang dihimpun oleh pemerintah.
Konsep radio siaran yang dikelola oleh pemerintah seperti di Inggris ini, kemudian diikuti
oleh sejumlah negara, termasuk di Asia. Di beberapa negara, seperti Uni Soviet dan Cina,
menjadikan siaran radio sebagai bagian dari fungsi negara.

Penulis mengisi Sub judul ini dengan menyajikan sejumlah konsep penyiaran yang
digunakan di berbagai negara. Secara umum banyak kabupaten mengadopsi beberapa variasi
pada model Inggris pada tahun 1920, dengan kombinasi dari kepemilikan negara dari stasiun
penyiaran, layanan terpusat pemrograman, pendanaan publik melalui biaya lisensi, dan
mandat pelayanan publik. Swedia, Norwegia, Denmark, dan Finlandia semua model
lembaga-carteran pemerintah dasar mereka penyiaran setelah BBC dari tahun 1920 sampai
akhir tahun 1960-an atau 1970-an, dengan kontrol pusat di perusahaan berlisensi
menyediakan campuran layanan nasional dan lokal. Perancis dan Belgia, meskipun
memungkinkan radio komersial ada dalam dekade pertama atau kedua, mengadopsi sistem
pelayanan publik setelah Perang Dunia II. Negara-negara lain seperti Jerman dan Italia, yang
pemerintah pusat melakukan kontrol ketat dan kepemilikan negara dari radio sebelum dan
selama Perang Dunia II, mengadopsi sistem yang lebih Inggris setelah perang. Jerman
mendirikan Allgemeinschaft Rundfunk Deutschland (ARD) untuk menyediakan layanan
program nasional tetapi ditempatkan kepemilikan stasiun radio di tangan pemerintah daerah,
yang memasok pemrograman didistribusikan oleh ARD serta persembahan lokal. Pendanaan
diberikan oleh kombinasi pendapatan lisensi dan penjualan iklan. Italia membentuk Radio
Audizioni Italia (RAI), yang dioperasikan beberapa televisi dan radio saluran nasional lagi
dengan kombinasi dana publik dan komersial. Prancis dibentuk Radiodiffusion / Télévision
Française (RTF) setelah Perang Dunia II, dengan empat saluran radio nasional dan satu
saluran televisi setelah tahun 1959. Belanda, hampir dari awal, mengadopsi pendekatan yang
unik, dengan stasiun dibiayai oleh langganan dan subsidi publik dioperasikan oleh " pilar
"kelompok: organisasi yang mewakili formasi sosial yang besar di masyarakat Belanda. Ini
adalah saluran konservatif Protestan, saluran Protestan liberal, saluran Katolik, dan dua
dioperasikan oleh masyarakat radio amatir. Beberapa berbagi fasilitas, dan jasa program yang
disediakan oleh sebuah organisasi penyiaran pusat, Nederlanse Radio Unie (NRU) (Emery,
1969). Di Asia, Jepang membentuk cikal bakal otoritas penyiaran Nippon Hoso Kyokai
(NHK) pada tahun 1925 atas dasar didanai publik tetapi diperluas untuk mencakup saluran
komersial setelah Perang Dunia II.
Sub judul berikutnya dalam tulisan Helmis adalah mengenai broadcast culture. Dalam bagian
ini, Helmis menyoroti mengenai program-program radio yang berkembang di Amerika.
Pengaruh Hollywood sangat terlihat dalam setiap program yang disajikan. Perkembangan ini
menunjukkan kesuksesan radio dalam membentuk budaya dalam masyarakat. Beberapa orang
menjadi terkenal setelah terlibat dalam drama radio atau film opera sabun di televisi. Di
Amerika Serikat, setelah periode singkat dari eksperimen amatir dan kewirausahaan lokal
relatif terkendali, National Broadcasting Company (NBC) dan lebih kecil tetapi lebih mudah
beradaptasi rivalnya, Columbia Broadcasting Service (CBS), dengan cepat menjadi dua
pemain utama, mengerahkan kontrol oligopolistik kuat selama siaran radio di Amerika
Serikat. Regulator, meskipun mengungkapkan keraguan sesekali selama operasi mereka
sangat dikomersialisasikan dan kecenderungan memonopoli jaringan ', pada kenyataannya
membangun sebuah sistem lisensi yang istimewa kendali perusahaan besar lebih dari radio,
untuk menangkal bahaya populis media tak terlukiskan yang ditimbulkan. Pada saat
berlalunya Komunikasi Act of 1934, mayoritas stasiun nirlaba telah didorong dari udara, dan
oleh 1940, dua jaringan utama menguasai sebagian besar stasiun lebih kuat bangsa
(McChesney, 1993). Namun, kontrol atas pemrograman sebagian besar telah diserahkan
kepada biro iklan besar dan sponsor mereka, yang dirancang dan diproduksi program, hanya
membeli blok waktu pada jaringan. Di antara mereka, jaringan radio, biro iklan, dan diambil-
untuk-diberikan publik Amerika menciptakan apa yang telah disebut "zaman keemasan"
penyiaran radio AS.

Sub Judul National Conflicts mengungkapkan perubahan peran radio yang awalnya
sangat sentral di masa perang hingga tahun 1940, dimana radio tidak hanya sebagai media
pendidikan dan hiburan, namun dijadikan alat proganda perang. Pada masa itu radio mulai
menjadi media berita, yang menyiarkan berbagai ragam berita. Dengan pergeseran-
pergeseran yang terjadi , sponsorship mulai masuk ke jaringan radio dan kemudian bahkan
“mengendalikan” program siaran. Akibat tuntutan sponsorship tersebut, berita-berita radio
yang awalnya menyajikan fakta yang sangat detail, kemudian berubah dengan membuat
berita yang faktanya sangat umum. Hal yang sama terjadi pada televisi yang mulai dikenal
setelah tahun 1940. Televisi juga dipengaruhi oleh sponsor dan liputan berita yang
dilatarbelakangi “kekuatan besar”. Kendati demikian Televisi (kasus di Amerika) berusaha
mengurangi pengaruh tersebut, Televisi masih berjuang untuk melepaskan diri dari konflik
antara agenda komersial dan informasi, antara kepentingan diri sendiri dan objektif.
Helmis, dalam sub judul The Shining Center of the home membahas tentang televisi
yang dengan cepat masuk ke “ruang tamu” keluarga Amerika. Bahwa kehadiran televisi
selalu didukung dan didominasi oleh industri besar. Industri televisi juga tetap
mengembangakan jaringan sistem komersial yang sudah dibentuk oleh radio. Program-
program televise dibuat menyerupai radio. Semua potensi seperti sponsor, lembaga-lembaga
dan para bintang didorong untuk berpindah ke televisi. Debut televise komersial pertama
diawali di Inggris. Namun Inggris menerapkan aturan yang cukup ketat, yakni pemisahan
yang jelas antara produksi dan iklan. Kebijakan di Inggris melarang intervensi sponsor dalam
produksi program. Seiring dengan muncul televise, program-program yang hadir pun
beragam sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu, Ada musik yang bernuansa rock and
roll, komedi, drama, dan berbagai hiburan.Satu hal yang ditekankan di sini, bahwa kehadiran
jaringan komersial, menolak membuat program untuk anak-anak, tayangan-tayangan
documenter, urusan-urusan public, dan kaum minoritas. Hal itu kemudian menimbulkan
tekanan dari kaum reformis, politisi dan industry competitor, yang kemudian menghasilkan
kebijakan-kebijakan yang menekan kartel besar. Secara keseluruhan deregulasi ini
mendorong munculnya tv kabel yang menawarkan hal baru, keberagaman, dan multichannel.

Pada sub judul berikutnya yakni Enter Cable, Helmis mengulas mengenai kondisi
beberapa negara dengan munculnya TV kabel, Menurut Helmis, Cable menjadi salah satu
alternative akibat kebuntuan dan menjadi inovasi di bidang penyiaran. Namun kehadiran tv
kabel juga menimbulkan masalah lain, karena kemudian membentuk sindikasi-sindikasi yang
mengoordinir program. Kebijakan juga dikeluarkan oleh beberapa negara untuk mengatur
keberdaan tv kabel ini. Salah satunya Federal Communication Commission (FCC) di
Amerika yang mengawasi agar tv kabel ini tidak menggunakan gelombang public.

Sub judul berikutnya yakni Global Footprint memaparkan tentang fungsi tv kabel
yang ternyata lebih baik dari televisi komersial. TV kabel seperti menjalankan fungsi TV
komunitas . Pada bagian ini juga dibahas mengenai beberapa negara di kawasan Eropa mulai
memprivatisasi penyiaran dan memperluas jumlah saluran publik, janji interaktivitas kabel
terbukti menarik, membangkitkan visi partisipasi publik dalam pengambilan keputusan sipil.
TV Kabel pandang sebagai tulang punggung potensi penyebaran perkembang teknologi
informasi. Hal lain yang dikemukakan dalam bagian ini adalah mengenai peluncuran layanan
pertama yang memanfaatkan distribusi satelit pemrograman yang unik, film berbasis untuk
waralaba kabel lokal nasional oleh HBO (Home Box Office) yang merupakan anak
perusahaan Time Inc’s di tahun 1975. Dengan munculnya tawaran ini, satelit kemudian
menjadi hal yang dibahas oleh Helmis di bab ini. Satelit geostasioner menjadi satelit pertama
digunakan untuk tujuan komunikasi. Satelit ini diluncurkan pada awal 1960-an oleh
perusahaan telekomunikasi AS seperti AT & T, Hughes, dan RCA. Dan dua tahun berikutnya
Amerika membentuk COMSAT (Communicatio Satellite Corporation) dibentuk untuk
mengkoordinasikan pengembangan satelit, investasi, dan penggunaan di Amerika. Pada
pertengahan 1980-an, penyiaran satelit dan kabel terjalin erat. Kabel tidak bisa eksis tanpa
distribusi nasional dan internasional, hal itu dimungkinan dengan satelit. Di sisi lain, satelit
siarang langsung (DBS) menjadi media bagi dirinya sendiri, hal ini menjanjikan kompetisi
yang sebenarnya dalam pelayanan televisi kabel. Dengan keberhasilan HBO dan saluran
kabel lainnya, permintaan akan ruang transponder komersial, biasanya disewa dari operator
satelit, naik sedemikian rupa, bahkan industri kedirgantaraan pun hampir tidak bisa
mengikuti. Tidak hanya kabel tapi juga jaringan dan pemrograman sindikasi didistribusikan
melalui satelit, seperti radio, data, dan komunikasi suara, semua berlomba-lomba untuk ruang
transponder. liputan langsung peristiwa di seluruh dunia tergantung padanya. Sebagai
tambahan sebagian besar negara menggunakan komunikasi satelit untuk pertahanan dan
pengumpulan-informasi operasi—belum lagi industri telepon selular yang semakin
berkembang, transmisi Internet nirkabel –permintaan untuk kapasitas satelit tampaknya tak
terbatas.

Pada bagian akhir bab 23 mengenai broadcasting, cable, and satellite ini, Helmis
menulis mengenai keberadaan satelit di berbagai negara. Bahwa dalam perkembangannya
satelit tidak hanya dimiliki oleh Amerika Serikat, Canada, atau Eropa. Di berbagai penjuru
dunia, telah menggunakan satelit untuk mentransmisikan jaringan radio, televise, dan TV
Kabel. Bagi banyak negara, salah satu efek budaya utama siaran satelit adalah masuknya
film-film dan serial Amerika, serta seluruh saluran program Amerika ditawarkan melalui
layanan satelit yang melintasi perbatasan banyak negara. Hal yang penting juga bahwa akhir
1980-an melihat runtuhnya Uni Soviet dan gerakan baru ke arah reorganisasi politik dan
liberalisasi di seluruh dunia. siaran satelit memainkan peran penting dalam liberalisasi dan
globalisasi sistem media.

Hilmes menyimpulkan bahwa dalam milenium baru dimulai, Amerika Serikat


menjadi periode yang sangat kaya dengan media global, dan sejumlah saluran, media,
produk, dan produk. Diantara keberagaman tersebut, tetap masih ada kesenjangan dan
ketidakadilan. Kehadiran teknologi baru tidak secara otomatis memecahkan masalah social
yang ada di masyarakat. Sarana budaya masih berada di bawah kekuasaan organisasi
dinasionalisasi, seperti yang sekarang, atau kekhawatiran komersial yang mengancam untuk
menggantikan distribusi. Meskipun teknologi-tak terpisahkan dan bahkan bersekutu dengan
budaya, pasar, dan negaraunt dalam mendistribusikan kekuasaan komunikatif dengan cara
yang lebih adil, Sebagai sebuah konsentrasi, kekuatan ekonomi, dan ketahanan politik
berusaha untuk menemukan peluang baru untuk memastikan bahwa akses, pilihan,
keragaman, dan kebebasan menjadi ciri lingkungan media di mana kita hidup dan bernapas.

Analisis

Tema penyiaran merupakan tema yang menarik untuk dibahas, karena biasanya berkaitan
dengan teknologi dan masyarakat yang selalu berubah. Tulisan-tulisan mengenai penyiaran
biasanya berupa analisis dari lembaga media, konteks budaya mereka, kepemilikan dan
struktur sosial, kebijakan program, dan hubungan industry penyiaran dengan negara dan
dengan ideologi dominan. Namun inti masalah mengenai penyiaran ini yang meliputi sifat
dari proses penyiaran dan penonton mengalami hal itu – sering terlewatkan. Relatif sedikit
tulisan yang diambil tentang karakter yang sebenarnya mengenai radio dan televisi.

Tulisan Michele Hilmes merupakan tulisan yang hampir seluruhnya berisi sejarah
perkembangan broadcasting dalam hal ini radio dan televisi, termasuk sejarah perkembangan
TV kabel, serta satellite sebagai perangkat yang menunjang operasi TV kabel. Pembahasan
khusus terlihat mengenai radio yang mencakup sejarah munculnya rdio, organisasi dan
lembaga-lembaga yang menunjang. Kendati berbicara sejarah, hal-hal yang dimunculkan
adalah realitas-realitas yang terjadi di setiap masa, di sejumlah negara terutama negara-negara
di Amerika Serikat, Canada, dan Eropa. Seperti apa yang dikatakan Andrew Crisell ( Crisell,
2006) bahwa sejarah penyiaran tidak bisa hanya menjadi kronologi program. Paradoks yang
tampaknya untuk menjelaskan mengapa begitu banyak penelitian media akhirnya fokus pada
konteks media, bukan dari media itu sendiri adalah bahwa penyiaran itu sendiri proses
belaka, sedikit lebih dari sebuah abstraksi; namun perilaku itu sangat kompleks, mahal dan
(dalam satu atau lain cara) begitu signifikan, bahwa itu adalah pasti masalah yang sangat
sosial dan politik, juga - dan riwayat penyiaran yang tidak mencerminkan hal ini bahkan tidak
bisa mengklaim sebagai 'pengantar'

Sejak awal pemunculannya, radio telah menjadi media komunikasi massa yang powerfull
(Astuti, 2013), bahkan dengan kekuatannya radio menjadi kekuatan kelima setelah Ekskutif,
Legislatif, yudikatif, dan surat kabar. Sehingga menjadi suatu hal yang wajar jika
pembahasan Hilmes mengenai radio lebih dalam bila dibandingkan dengan televisi. Hal ini
juga karena Hilmes kerap berkecimpung dengan penelitian-penelitian atau tulisan-tulisan
yang berkaitan dengan radio. Namun menurut pandangan penulis, Hilmes lebih banyak
memfokuskan pada sejarah perkembangan bukan bagaimana kondisi radio pada masa itu dan
pemanfaatannya oleh negara, pemerintah dan masyarakat. Di masa perang Dunia 1 dan
Perang Dunia 2, keberadaan radio menjadi hal yang sentral. Sehingga keberadaan radio
banyak dimanfaatkan oleh pemerintah. Sepanjang Perang Dunia1, gelombang radio berada di
bawah penguasaan adan kontol militer AS. (Astuti, 2013). Pembasan mengenai radio dan
televise sebagai media politik juga sangat relevan. Hingga saat ini radio dan televise menjadi
media potensial untuk berkampanye (Ekstrom, 2011)

Begitu sentralnya peran media penyiaran, dan khususnya radio, menjadikan adanya intervensi
terhadap isi program siaran. Intervensi ini selain oleh sponsor , juga oleh pemerintah sendiri.
Pada akhirnya hal ini menimbulkan berita-berita yang tidak obyektif. Ketidakobyektifan ini
hingga kini pun masih muncul dan bahkan semakin nyata dengan kepemilikan lembaga-
lembaga penyiaran oleh industry besar.

Reference
Crisell, A. (2006). An Introductory History of British Broadcasting. New York: Rouledge.

Astuti, S. I. (2013). Jurnalisme Radio Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ekstrom, M. M. (2011). Talking Politics in Broadcast Media. Amsterdam: John Benjamins Publishing
Co.

Helmis, M. (2004). Broadcasting, Cable, and Satellite. In J. D. Downing, Media Studies. California:
Sage.

Anda mungkin juga menyukai