Pertemuan Ke-5
9 Oktober 2020
Artikel dan feature tidak berbentuk piramida terbalik melainkan balok sama besar yang
memanjang dari atas ke bawah . Bentuk demikian dimaksudkan untuk menunjukkan
bahwa dalam artikel maupun feature, bagian yang paling atas, sama pentingnya dengan
yang di tengah maupun yang di bawah.
Jika seorang reporter menulis berita lempang (Hard News), maka leadnya akan
seperti ini:
Puluhan mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dari beragam jurusan
kemarin mengikuti program kursus creative writing dengan pembicara
Habiburrahman Al-Shirazi di aula kampus.
Jika berita tadi ditulis dalam model feature, maka leadnya bisa jadi seperti ini: Mata
Cici terpaku menatap layar monitor laptop di pangkuannya. Jari-jari lentiknya mulai
menari di atas tombol-tombol keyboard. Seiring itu, di layar monitor laptop sang
mahasiswi tersebut, kata-kata indah pun teruntai. ”Suka adalah kau akan
menemaninya bila itu menguntungkan. Sayang adalah kau akan menemaninya di saat
dia membutuhkan. Cinta adalah kau akan menemaninya di saat bagaimana pun
keadaanmu…”
Tujuan dari lead feature ini adalah untuk menarik perhatian dari pembaca, yaitu
membuat mereka semakin ingin tahu…
Apa yang sebenarnya dikerjakan Cici?
Tubuh Karangan
1. Pola Paragraf
Cinta bersemi dalam kalbu setiap insan, siapa pun ia dan dimana pun berada.
Kata lain, cinta bersifat universal.
Tetapi cinta yang bersemi dalam kalbu setiap insan di Pakistan berciri khusus
karena cinta menyatu dengan awan, musim, dan hujan.
b. Spiral
Setiap paragraf merinci apa yang ditulis dalam paragraph sebelumnya, ibarat spiral
menggulir ke bawah.
Contoh:
Siapa bilang Arabian Nights alias 1001 Malam sudah sirna? Malahan 1001
Malam datang kembali menantang di sini, di Kairo. Penyebabnya bulan Ramadhan.
Ramadhan bukan saja bulan suci Islam, tetapi juga masa kaum muslim
menjalankan ibadah puasa.
Bagi orang-orang Mesir, khususnya di Kairo, bahkan lebih dari itu. Pesta berjalan
seiring dengan ibadah puasa …dst
c. Blok
Setiap paragraf berisi bahan yang pada dasarnya berdiri sendiri, tetapi pada akhirnya
menyulam satu cerita yang bulat.
Contoh:
Pesawat terbang Delta Airlines dengan nomor penerbangan 743 sedang dalam
penerbangan dari Chicago ke Atlanta.
2. Pola Rincian
Terlepas dari bentuk teras apa yang akan diterapkan dalam pengkonsepsian feature, ada
dua metode yang dapat dipilih untuk menyusun tubuh karangan.
a. Susunan Alamiah (Susunan waktu)
Susunan ini dapat dikatakan sederhana sekali karena rincian bahan karangan dilakukan
secara berurutan atau kronologis.
Contoh:
Mungkin ini petunjuk jaman, tetapi setiap pelaut yang berjalan melewati Kantor
Pol Pusat pagi ini mungkin tertawa terbahak-bahak
Pukul 07.00 Satpam Paijo, yang baru saja bangun tetapi masih dengan perasaan
mengantuk, melangkah gotai menuju tiang bendera, mengikatkan Sang Saka pada tali dan
mengerek bendera setiang penuh.
Sejam kemudian Paijo berlali terbirit-birit ke tiang bendera dan memandang Sang
Saka dengan perasaan terheran-heran, bendea dikibarkan sungsang….
b. Susunan Logis
- Susunan Klimaks
Susunan ini mengikuti jalan pikiran bahwa penempatan sesuatu di belakang memberikan
penekanan yang paling banyak. Rincian tulisan diatur semakin ke bawah semakin
memberikan kesan tegang .
- Susunan dari umum ke khusus
Susunan ini dimulai dengan alur pikiran generalisasi atu umum (deduksi) menuju alur
pikiran ke hal-hal khusus (induksi). Jadi tulisan dimulai dengan anggapan atau
Peralihan
Bentuk-bentuk Penutup
1. Ringkasan
Penutup ini bersifat ikhtisar/ringkasan, hanya mengikuti ujung-ujung bagian certa
yang lepas-lepas dan mengacu kembali kepada teras.
Contoh:
Teras Keadaan hidup segan mati pun enggan menimpa perajin
perak di seluruh tanah air sekarang
______________
Peralihan dan tubuh ______________
______________
Penutup Kesulitan memperoleh bahan baku bagi perajin perak
akhirnya mempunyai akibat ganda. Sentra perajin terancam
3. Tanpa akhir
Penulis dengan sengaja mengakhiri cerita dengan menekankan pada sebuah
pertanyaan pokok yang tidak terjawab. Selesai membaca, pembaca tetap tidak tahu
dengan jelas apakah tokoh ceritanya menang atau kalah.
Contoh:
Apakah keadaan hidup segan mati pun enggan yang menimpa pengrajin perak di
tanah air pertanda awal akan punahnya warisan budaya bangsa?
4. Penyengat
Penutup yang mengagetkan, yang bias membuat pembaca seolah-olah terlonjak.
Penulis hanya menggunakan tubuh cerita untuk menyiapkan pembaca pada
kesimpulan yang tida terduga-duga.
Contoh:
Menghadapi kenyataan getir akan langkanya bahan baku perak, peraji perak di
Jawa Tengah tak kehabisan akal dengan menjadikan aluminium sebagai bahan baku
pengganti,
5. Ajakan Bertindak
Pada paragraf terakhir, penulis memetakan tentang tingkat kerumitan persoalan dan
memetakan kembali jalan-jalan yang harus atau sudah dilalui. Setelah itu barulah
penulis melontarkan saran, imbauan, seruan atau ajakan kepada pembaca, untuk
melakukan suatu tindakan tertentu yang dianggap relevan dan sangat mendesak.
2. Setelah menemukan obyek, kasus atau item tulisan, pikirkanlah apa kira-kira
angle-nya. Yang dimaksud dengan angle ialah ”sudut pandang”, apa kira-kira
masalah yang sangat penting dan relevan dari kasus tersebut. Untuk menentukan
angle biasanya cukup sulit, sehingga diperlukan pemikiran, perenungan, bahkan
diskusi dengan kawan-kawan.
3. Setelah cukup mantap dengan salah satu kasus tersebut, carilah kaitannya dengan
news peg. Yang dimaksud dengan news peg ialah ”gantungan cerita”, mengapa
kita menulis feature mengenai sesuatu yang kita yakini sangat menarik minat
pembaca.
4. Kemudian (inilah tugas yang cukup berat) kuasailah segenap bahan dengan
selengkap dan seakurat mungkin. Lakukan reportase yang mendalam (indeph
reporting), wawancara beberapa narasumber yang relevan, riset berbagai bahan,
check and recheck. Lakukan pula verifikasi dengan mempertimbangkan both
sides coverage. Lakukan semua itu dengan sepenuh semangat dan gairah, tanpa
lelah, tanpa bosan, karena proses pengumpulan bahan itu mungkin akan
berlangsung sampai berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
6. Langkah berikut ini lebih sulit lagi, yaitu langkah menulis -- yang harus setia
dengan outline, meskipun ada kemungkinan outline bisa berubah di tengah jalan.
Mula-mula, tulislah lead yang bagus. Lead adalah kalimat pertama sebagai
pembuka, yang harus menarik (baik bahasa maupun materinya) agar supaya
pembaca tertarik untuk terus membaca. Dan itulah fungsi lead yang sebenarnya.
Selanjutnya melangkah ke body text, yang hendaknya ditulis dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar (tapi populer), deskriptif (bertutur, berkisah),
dengan alur cerita yang setia pada outline, dan tetap selalu memperhatikan ”gerak
pendulum” sehingga tulisan tetap terfokus pada angle.
7. Jika seluruh bahan cerita sudah ditulis dalam body text, tibalah saatnya kita
menulis ending, akhir dari sebuah tulisan. Ending bisa berupa kesimpulan, bisa
pula suatu kejadian lucu (atau tragis dramatis), yang setidak-tidaknya bisa
dianggap sebagai suatu kesimpulan. Atau bisa pula berupa persoalan atau
pertanyaan yang mengambang, yang tidak perlu dijawab. Sebagaimana lead ada
yang menarik dan tidak, ending juga ada yang menarik dan tidak. Tentu saja kita
harus memilih yang menarik
TERIMA KASIH