Anda di halaman 1dari 50

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Perkembangan Matematika Arab ”. Makalah ini merupakan tugas dari
mata kuliah Sejarah Matematika.

Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang telah memberi motivasi
serta ridha nya. Serta kepada teman-teman yang banyak membantu, dan tidak pula lupa
masukan yang telah diberikan dosen pembimbing demi terselesaikan nya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karenanya, penulis secara terbuka menerima masukan, saran
dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Padang, 1 April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
2.1 Sejarah Matematika Dalam Peradaban Islam.............................................................. 2
2.2 Sumbangan Ilmuwan Islam Bagi Ilmu Matematika Pada Abad Pertengahan ............ 5
2.3 Perkembangan Matematika Arab dari Abad ke VIII sampai abad ke XIV ............... 10
2.4 Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300SM- 750 M)..................................................... 11
2.5 Matematikawan arab yang berkontribusi pada perkembangan matematika ............. 13
2.5.1 Al-Khawarismi ................................................................................................... 13
2.5.2 Thabit ibn Qurra(826 -901)................................................................................ 19
2.5.3 Abu Kamil Shuja (850-930)............................................................................... 22
2.5.4 Al-Battani (850 -929) ......................................................................................... 24
2.5.5 Abul Wafa (940 – 998) ...................................................................................... 26
2.5.6 Al- Biruni (973- 1048) ....................................................................................... 30
2.5.7 Al- Kharki (1029) .............................................................................................. 34
2.5.8 Al- Kashi (1436) ................................................................................................ 35
2.5.9 Al kindi .............................................................................................................. 40
2.5.10 Al Karaji............................................................................................................. 40
2.5.11 Ibnu Sina ............................................................................................................ 43
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 48

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berakhirnya era Alexandria sebagai pusat pengembangan matematika pada abad ke 5,


dapat dianggap sebagai permulaan masa suramnya perkembangan matematika di dunia Barat.
Walaupun beberapa matematiwan masih melanjutkan karya-karyanya di daerah kekaisaran
Romawi Barat dan Athena, namun karya-karya mereka tidak banyak berpengaruh terhadap
perkembangan matematika secara keseluruhan. Akhir abad ke 7 boleh dikatakan masa paling
suram dalam perkembangan matematika Barat , dan diikuti dengan munculnya cara baru dari
matematika bangsa Arab.

Perkembangan matematika Arab sesudah pertengahan abad ke delapan sangat


mengagumkan sekali, dan mempunyai peranan serta kontribusi yang besar terhadap
perkembangan sejarah matematika. Bangsa Arab bangkit mengejar ketinggalan
ketinggalannya dalam bidang ilmu pengetahuan. Bangsa Arab mulai mempelajari astronomi,
konsep-konsep falsafah, ilmu kedokteran, matematika dan ilmu lainnya dari Yunani, Mesir,
India, Babylonia dan lain-lainya. Karya ilmu klasik Yunani dan India dibawa ke Baghdad ,
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Hal ini sangat menguntungkan bagi
perkembangan sejarah metematika, karena hampir seluruh karya matematikawan Yunani
Kuno tidak dapat ditemukan lagi, yang tinggal sekarang hanyalah terjemahan dari karya-
karya ini dalam bahasa Arab.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan matematika Arab?


2. Siapa sajakah matematikawan Arab yang berkontribusi dalam mengembangkan
matematika ?
3. Apa saja karya-karya dan penemuan matematikawan Arab dalam bidang matematika?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Matematika Arab.


2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh pelopor Matematika Arab.
3. Untuk mengetahui apa saja karya-karya dan penemuan matematician Arab.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Matematika Dalam Peradaban Islam

Saat ini ilmu pengetahuan, khususnya matematika, berkiblat ke negeri Barat (Eropa dan
Amerika). Kita hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal dari negeri
Timur (Arab Muslim, India, Cina). Yang paling populer kita dengar sebagai matematikawan
Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan matematika adalah Al-
Khawarizmi. Beliau dikenal sebagai bapak Aljabar dengan memperkenalkan bilangan nol (0)
dan penerjemah karya-karya Yunani kuno. Kisah angka nol telah berkembang sejak zaman
Babilonia dan Yunani kuno, yang pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu.
Konsep bilangan nol dan sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu.

Hingga pada abad ke-7, Brahmagupta seorang matematikawan India memperkenalkan


beberapa sifat bilangan nol. Sifat-sifatnya adalah suatu bilangan bila dijumlahkan dengan nol
adalah tetap, demikian pula sebuah bilangan bila dikalikan dengan nol akan menjadi nol.
Tetapi Brahmagupta menemui kesulitan dan cenderung ke arah yang salah ketika berhadapan
dengan pembagian oleh bilangan nol. Hal ini terus menjadi topik penelitian pada saat itu,
bahkan sampai 200 tahun kemudian. Misalnya tahun 830, Mahavira (India) mempertegas
hasil-hasil Brahmagupta, bahkan menyatakan bahwa "Sebuah bilangan dibagi oleh nol adalah
tetap". Tentu saja ini suatu kesalahan fatal. Tetapi hal ini tetap harus sangat dihargai untuk
ukuran saat itu. Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh
matematikawan Muslim dan Arab.

Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti
sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan
yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah yang pertama
kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh.
Sistem ini disebut sebagai sistem bilangan desimal.

Sejarah mencatat bahwa setelah Yunani runtuh, muncul era baru, yaitu era kejayaan
Islam di tanah Arab. Hal ini berakibat bahwa perkembangan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan berpusat dan didominasi oleh umat Islam-Arab. Yang dimaksud dengan Arab di
sini meliputi wilayah Timur Tengah, Turki, Afrika Utara, daerah perbatasan Cina, dan

2
sebagian dari Spanyol yang sesuai dengan wilayah kekuasaan kekhalifahan Islam pada saat
itu.

Khalifah Harun Al-Rashid, khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, sangat
memerhatikan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahannya, yang dimulai
pada sekitar tahun 786, terjadi proses penerjemahan besar-besaran naskah-naskah matematika
(juga ilmu pengetahuan lainnya) bangsa Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Bahkan
khalifah berikutnya, yaitu khalifah Al-Ma’mun lebih besar lagi perhatiannya terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahannya di Bagdad didirikan Dewan
Kearifan, yang menjadi pusat penelitian dan penerjemahan naskah Yunani. Beasiswa
disediakan bagi para penerjemah dan umumnya mereka bukan hanya ahli bahasa, tetapi juga
merupakan ilmuwan yang ahli dalam matematika. Misalnya Al-Hajjaj menerjemahkan
naskah Elements (berisi kumpulan pengetahuan matematika) yang ditulis Euclid. Beberapa
penerjemah lainnya misalnya Al-Kindi, Banu Musa bersaudara, dan Hunayn Ibnu Ishaq.
Seperti yang banyak dikemukakan ahli sejarah matematika, terutama yang ditulis oleh orang
Barat.

Kontribusi Muslim bagi perkembangan matematika adalah terbatas pada aktivitas


penerjemahan naskah Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Banyak ahli sejarah matematika
yang tidak menampilkan tentang sumbangan besar Muslim terhadap perkembangan
matematika, baik karena sengaja atau ketidaktahuannya.

Namun tidak sedikit pula ahli sejarah matematika dari Barat yang lebih objektif dalam
mengemukakan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi. Dalam satu sumber yang ditulis oleh J. J.
O’Connor dan E. F. Robertson dikatakan bahwa dunia barat sebenarnya telah banyak
berutang pada para ilmuwan/matematikawan Muslim. Lebih lanjut bahwa perkembangan
yang sangat pesat dalam matematika pada abad ke-16 hingga abad ke-18 di dunia barat,
sebenarnya telah dimulai oleh para matematikawan Muslim berabad-abad sebelumnya. Al-
Khawarizmi adalah seorang matematikawan yang memberikan kontribusi dalam bidang
aljabar. Beliau meneliti suatu revolusi besar dalam dunia matematika, yang menghubungkan
konsep-konsep geometri dari matematika Yunani kuno ke dalam konsep baru.

Penelitian-penelitian Al-Khawarizmi menghasilkan sebuah teori gabungan yang


memungkinkan bilangan rasional/irasional, dan besaran-besaran geometri. Generasi penerus
Al-Khawarizmi, misalnya Al-Mahani (lahir tahun 820) dan Abu Kamil (lahir tahun 850),
memusatkan penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis dari aljabar. Misalnya aplikasi

3
aritmetika ke aljabar dan sebaliknya, aljabar terhadap trigonometri dan sebaliknya, aljabar
terhadap teori bilangan, aljabar terhadap geometri dan sebaliknya. Penelitian-penelitian ini
mendasari penciptaan aljabar polinom, analisis kombinatorik, analisis numerik, solusi
numerik dari persamaan, teori bilangan, dan konstruksi geometri dari persamaan.

Selain itu generasi Al-Khawarizmi adalah Al-Karaji (lahir tahun 953). Beliau diyakini
sebagai orang pertama yang secara menyeluruh memisahkan pengaruh operasi geometri
dalam aljabar. Al-Karaji mendefinisikan monomial x, x2, x3,…dan 1/x, 1/x2, 1/x3,…dan
memberikan aturan-aturan untuk perkalian dari dua suku darinya. Selain itu, ia juga berhasil
menemukan teorema binomial untuk pangkat bilangan bulat. Selanjutnya untuk memajukan
matematika, ia mendirikan sekolah aljabar. Generasi penerusnya (200 tahun kemudian), yaitu
Al-Samawal adalah orang pertama yang membahas topik baru dalam aljabar. Menurutnya
bahwa mengoperasikan sesuatu yang tidak diketahui (variabel) adalah sama saja dengan
mengoperasikan sesuatu yang diketahui.

Kemajuan peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh kemajuan penerapan matematika


oleh kelompok manusia itu sendiri. Walaupun peradaban manusia berubah dengan pesat,
namun bidang matematika terus relevan dan menunjang pada perubahan ini. Matematika
merupakan objek yang paling penting di dalam sistem pendidikan di seluruh negara di dunia
ini. Negara yang mengakibatkan pendidikan matematika sebagai prioritas utama akan
tertinggal dari segala bidang, dibanding dengan negara-negara lain yang memberikan tempat
bagi matematika sebagai subjek yang sangat penting. Seperti kita ketahui dari negara kita,
sejak sekolah dasar sampai universitas syarat pengajaran matematika sangat dibutuhkan
terutama dalam bidang lain dan teknik. Tidak tertutup juga untuk ilmu-ilmu sosial seperti
ekonomi yang membutuhkan analisis kuantitatif untuk membantu membuat keputusan yang
lebih akurat berdasarkan data-data pelajar yang mempunyai nilai yang baik dalam
matematika biasanya tidak akan mempunyai masalah apabila dia akan melanjutkan studi ke
perguruan tinggi, baik itu bidang lain, teknik maupun sosial. Untuk bidang lain, matematika
dan statistik adalah ratunya. Secara umumnya, sistem pendidikan tidak akan mantap jika
pelajaran-pelajaran mahasiswa-mahasiswa di perguruan tinggi lemah dalam menguasai
matematika.

Status ahli matematika zaman dahulu adalah tinggi dan selalu menjadi panutan
masyarakat. Ahli matematika mempunyai keahlian di berbagai bidang dan mudah untuk
menangani dan melaksanakan tugas yang diberikan. Karena itu matematika dapat dikatakan

4
sebagai tolak ukur kegemilangan intelektual suatu bangsa, yang artinya suatu bangsa yang
memasyarakatnya menguasai matematika dengan baik akan dapat bersaing dengan bunga lain
atau jatuh bangunnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh penguasaan bangsa tersebut akan
matematika.

Perkembangan matematika dapat ditinjau dari dua segi yaitu dari segi perkembangan
matematika dalam kelompok ilmu matematika dan dari segi peranannya dalam ilmu
pengetahuan baik eksakta maupun sosial. Menurut Brifits dan Hawsen (1974) mengatakan
bahwa “Perkembangan matematika dalam kehidupan sosial, sejak dikenalnya sejarah
kehidupan peradaban manusia dibagi dalam 4 tahap yaitu Mesir kuno, peradaban Yunani
kuno, zaman Arab, Cina, India pada tahun 1000 M dan zaman reinaisme”

Berikut adalah penjelasan dari keempat tahapan tersebut adalah:

1. Mesir Kuno (Babylonia dan Mesopotania); matematika telah dipergunakan dalam


perdagangan, peramalan dalam musim pertanian, teknik pembuatan bangunan air.
2. Peradaban Yunani Kuno; matematika digunakan sebagai cara berpikir nasional
dengan menerapkan langkah-langkah dan definisi tertentu tentang hal-hal yang
berhubungan dengan matematika. Pada saat itu kira-kira 300 SM Endid dalam
bukunya menyajikan secara sistematis berbagai postulat defenisis dan teorema.
3. Arab, Cina dan India pada tahun 1000 telah mengembangkan ilmu hitung dalam
aljabar bahkan kata aljabar dari bahasa Arab algebria. Pada saat itu telah didapatkan
cara perhitungan dengan angka 0 dan cara menggunakan decimal untuk kepraktisan
cara aljabar.
4. Zaman renaisme matematikalah modern telah diterapkan antara lain kalkulus dan
defensial. Pada abad 18 terjadi revolusi industri, berkembang ilmu ukur non Emelid
oleh Ganes (1777-1855) dan oleh Einstein dikembangkan lebih lanjut dari teori
relativitani.

2.2 Sumbangan Ilmuwan Islam Bagi Ilmu Matematika Pada Abad Pertengahan

Salah satu hasil yang bisa dilihat dan dirasakan dalam proses perkembangan Islam di
abad pertengahan ini di antaranya adalah majunya ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Diakui
atau tidak, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang saat ini kita gunakan dan rasakan,
sebenarnya semua ini memiliki basis dari Islam. Ada beberapa sektor penting yang muncul

5
sebagai pengaruh perkembangan Islam di abad pertengahan. Diantaranya adalah sektor ilmu
pengetahuan khususnya ilmu matematika.

“Beberapa cabang ilmu matematika yang diciptakan oleh ilmuan Islam pada abad
pertengahan diantaranya adalah kalkulus, aljabar, induksi matematika, trigonometri,
sejarah angka (1,2,3,…9), dan permainan kubus ajaib. “(Heriyanto, 2009: 270-282)

1. Sedikit tentang Kalkulus


Para ilmuan dan ahli sejarah Barat banyak yang mengakui peran besar para ahli
matematika Islam sebagai penjaga ilmu matematika dunia. Dalam bukunya The Arabic
Hegemony, Boyer (1991) menyebutkan bahwa masa-masa menjalankan abad keemasan Islam
mungkin merupakan titik awal dalam perkembangan ilmu matematika di dunia. Hal ini
karena bangsa Arab waktu itu sebelum memiliki dorongan yang kuat untuk mempelajari ilmu
pengetahuan, sementara usaha-usaha untuk mempelajari ilmu pengetahuan telah mulai
memudar di berbagai penjuru dunia lainnya. Seandainya umat Islam tidak bangkit dan
bersemangat lagi dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan maka tidak
terbayangkan lagi betapa banyak ilmu pengetahuan dan ilmu matematika kuno yang akan
hilang dan musnah dari peradaban.
Sekitar tahun 1000 M, seorang ilmuan Arab bernama al-Karizimi telah menemukan
sebuah perhitungan untuk bilangan bulat berpangkat tiga atau persaman kubik. I Barat,
persamaan ini baru bisa dipecahkan oleh Nicolo Tartalgia ketika ia mengajukan formula
untuk memecahkannya pada abad ke-16. Atas jasa al-Karizmi tersebut, seorang ahli sejarah
matematika Barat, F. Woekpcke memuji-muji beliau dengan “Orang pertama yang telah
memperkenalkan kalkulus aljabar (algebraic calculus).” Tidak berapa lama kemudian, Ibnu
al-Haytsman berhasil merumuskan formula atau rumus untuk menghitung perpangkatan
empat dan berhasil mengembangkan sebuah metode untuk menentukan rumus umum
menghitung perpangkatan dari setiap bilangan bulat. Formula ini mempunyai peran yang luar
biasa penting dalam perkembangan perhitungan integral (integral calculus).
Sementara itu geometri almatis yang merupakan bagian penting dari kalkulus pertama
kali diterapkan oleh Omar Khayyam pada abad ke-11. Ahli matematika sekaligus penyair
kelahiran Persia ini mengalikasikan geometri analitis untuk memecahkan persamaan pangkat
tiga dengan menggunakan diagram parabola yang berpotongan dengan bidang lingkaran. Satu
abad kemudian, seorang ahli matematika lain dari Persia bernama Sharaf Addinat-Tusi
menemukan turunan dari polinominal pangkat tiga yang merupakan temuan penting dalam

6
kalkulus differnsial. Saking berjasanya para ilmuan muslim tersebut, nama-nama mereka
digunakan untuk menamai nama kawah-kawah di bulan.
2. Sejarah Angka 1, 2, 3, 4, … 9
Tidak diragukan lagi, perkembangan bidang aritmatika yang merupakan cabang ilmu dari
matematika, merupakan sumbangan besar dari peradaban Islam untuk dunia. Cabang ilmu
yang terkenal dengan angka-angka ini mencapai puncak perkembangannya di tangan al-
Khawarizmi pada pertengahan abad ke-9. Buku al-Khawarizmi yang berjudul On The
Calculation with Hindu Numeral (ditulis sekitar tahun 825) dan buku al-Kindi yang berjudul
Kitab fi Isti’mal al-Adad al-Hindi atau On The Use of The Indian Numerals (ditulis sekitar
tahun 830), merupakan dua referansi pertama yang berparan besar dalam memperkenalkan
sistem angka dari India ke Timur Tengah dan dunia Barat. Dari kebudayaannya kita saat ini
kita mengenal angka-angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 (yang dalam bahasa Inggris kini
dikenal dengan nama Arabic Numeral).
Angka Arab ini telah mulai digunakan Baghdad pada abad ke-8 Masehi ketika seorang
terpelajar dari India memperkenalkan sistem angka India pada tahun 771 M. Pada abad ke-
10, para ahli matematika dari Timur tengah juga menambahkan angka-angka pecahan
desimal seperti 0.5, 0.25 dan 0.75 dengan menggunakan titik (koma) sebagai penanda
pecahan. Perhitungan model ini sudah tertulis dalam sebuah risalah karya seorang ahli
matematika dari Syria bernama Abdul Hasan al-Uqlidisi yang ditulis tahun 952-953 M. Di
dunia Arab sendiri hingga masa modern, angka Arab hanya digunakan oleh ahli matematika
saja. Para ilmuam muslim lain lebih memilih sistem Babilonia, sementara para pedagang
menggunakan penomoran abjad arab. Ragam simbol angka “Arab model Barat” yang agak
berbeda mulai banyak digunakan sekitar abad ke-10 di wilyah Magrib (Afrika Utara) dan
Andalusia (Spanyol Islam). Angka-angka yang mirip angka Arabik model sekarang ini
disebut angka Gubbar yang bermakna “Meja pasir atau meja debu.”
Di Barat sendiri, sistem angka Arab pertama kali disebutkan dalam manuskrip berjudul
Godex Vililanus yang ditulis di Spanyol tahun 976. Sejak tahun 980-an Gerbert dari Aurilak
mulai menggunakan sistem angka ke Eropa, dimana ia kemudian mendapatkan banyak
penolakan karena membawa pengetahuan baru dan aneh dari dunia Islam. Gerberrt memang
pernah belajar di Barcelona saat masih muda, dan tida menutup kemungkinan kalau ia juga
pernah menimba ilmu pengetahuan Islam di Andalusia. Sejak saat itulah, sistem angka Arab
mulai digunakan di Eropa untuk menggantikan sistem angka romawi. Untuk hal ini, dunia
berutang banyak terhadap karya al-Khawarizmi dengan kitab Perhitungan dengan Sistem
Angka India-nya. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan judul

7
Algoritmi de Numero Indorum. Nama al-Khawarizmi sendiri diserap menjadi algoritma dan
namanya diabadikan dalam bahasa latin yakni al-goritbmus yang bermakna ‘metode
perhitungan’.
3. Aljabar
Mohammad bin Musa al-Kharizmi (780 M) adalah tokoh utama dibalik lahirnya cabang
ilmu aljabar. Cendekiawan Matematika yang bekerja untuk Baitul Hikmah di Baghdad ini
merumuskan dengan jelas konsep penggunaan simbol angka pada persamaan dalam bukunya
al-Jabr wal Mugabalab Risalah atau Ringkas Mengenai Perhitungan dengan Penyelesaian dan
Persamaan. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul Liber Algibrae et
Almucabal oleh Robert of Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerard of Cremona. Dari
judul buku karya al-Khawarizi itulah kita mendapatkan kata aljabar yang masih digunakan
hingga kini.
Risalah tersebut terbagi dalam enam bab, masing-masing bab membahas tentang formula
atau rumus persamaan yang berbeda. Bab pertama dari al-jabr berkenaan dengan persamaan
pangkat dua sama dengan akar-akarnya (ax2=bx), bab kedua membahas persamaan pangkat
dua sama dengan bilangan tersebut (ax2=c), bab ketiga mengupas persamaan dengan akar-
akar sama dengan sebuah bilangan (bx = c), bab keempat membahas persamaan pangkat dua
yang sama dengan akar-akar sebuah bilangan (ax2+ bx + c), bab kelima menunjukan
persamaan pangkat dua dan bilangan-bilangan sama dengan akar-akarnya (ax2+c = bx),
sementara bab keenam sekaligus bab terakhir berkenaan dengan akar-akar dan bilangan yang
sama dengan pangkat dua (bx + c = ax2).
Aljabar adalah proses memindahkan unit negative dan mempunyai akar yang sama di dua
sisi. Contohnya, x2 = 40x - 4x2 dapat disederhanakan menjadi 5x2 = 40x. Aljabar berhasil
menjadi sebuah teori nomor satu yang memungkinkan bilangan dapat diukur, bilangan tidak
dapat diukur dan elemen-elemen lain dapat diserupakan sebagai “objek-objek yang dapat
dikaji melalui ilmu aljabar.” Sejak al-Khawarizmi menulis Aljabar-nya, ilmu matematika
modern tidak pernah sama lain dengan ilmu matematika era Yunani kuno yang ketinggalan
zaman. Aljabar kemudian dikembangkan lagi oleh ahli matematikawan Persia yaitu Omar
Khyyam (1050-1123). Beliau berhasil memecahkan persamaan pangkat tiga dengan
menggunakan pemecahan numerik yang sesuai melalui penggunaan tabel trigonometri.
Fakta ini sekaligus membantah klaim yang menyatakan bahwa orang pertama yang
menggunakan aljabar adalah matematikawan Prancis yaitu Francois Vieta (1591). Konon, ia
menggunakan x dan y dalam buku aljabarnya untuk menyatakan persamaan dalam lambang
huruf. Padahal, penggunaan persamaan model ini adalah murni temuan matematikawan

8
muslim. Variable x misalnya adalah penyederhanaan simbol dari huruf Arab ‘Syin’. Buktinya
Xavier tetap dilafalkan Syavier dan Xanana dibaca syanana. Bilangan negative sendiri sudah
lazim digunakan oleh matematikawan Islam dalam aritmatika 400 tahun sebelum digunakan
oleh Geronino Cardano dari Italia tahun 1545.
4. Permainan Kubus Ajaib
Permainan matematika sudah dikenal oleh ahli matematika Arab di abad pertengahan.
Misalnya saja permainan kubus ajaib sejak abad ke7 M, tepatnya setelah mereka melakukan
kontak dengan kebudayaan India dan Asia Selatan. Para ilmuan muslim tersebut kemudian
mempelajari matematika dan astronomi India, termasuk di dalamnya bagian-bagian lain dari
ilmu matematika terpadu. Tipe kubus ajaib pertama yang diketahui beberapa ahli matematika
Islam dengan susunan 5 atau 6 kubus kecil telah tertulis dalam sebuah ensiklopedia dari
Baghdad sekitar tahun 983 M.
5. Induksi Matematika
Upaya induksi matematika pertama yang tercatat dalam sejarah ditulis oleh al-Karaji
pada sekitar tahun 1000 M. Beliau menggunakannya untuk membuktikan adanya deret
aritmatika seperti theorema binomial, segitiga paskal dan formula untuk menghitung integral
pangkat tiga. Pembuktikan yang ia temukan adalah perhitungan pertama yang menggunakan
dua komponen dasar dari pembuktikan induktif yakni pernyataan bahwa “n = 1(1 -13) dan
membuktikan kebenaran dari n = k bila n = k – 1.” Tidak beberapa lama kemudian, Ibnu al-
Haytsam menggunakan metode induktif untuk membuktikan hasil dari perpangkatan empat
dan kemudian membuktikan hasil dari perpangkatan semua bilangan bulat. Perhitungan ini
merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa penting dalam bidang kalkulus integral.
Dalam kitabnya yang berjudul Analysis and Syntesis, Ibnu Haytsam menemukan bahwa
setiap bilangan genap-bulat dalam bentuk persamaan 2n-1 (2n – 1) dimana 2n – 1 adalah
bilangan prima. Sayangnya beliau belum mampu membuktikan hasil perhitungannya.
Pembuktikan tersebut baru berhasil dihitung oleh Euler pada abad ke-18. Temuan Ibnu
Yahya al-Mahgribi as-Samaw’al bahkan hampir mendekati temuan modern matematika
sebelum era modern. Temuan ini beliau gunakan untuk memperluas bukti perhitungan
theorema binomial dan segitiga paskal yang sudah ditemukan terlebih dahulu oleh al-
Kharizmi.
6. Ilmu Trigonometri
Tidak bisa disangkal lagi, ilmu tentang bangun dan sudut segitiga ini merupakan salah
satu sumbangan terbesar ilmuan Islam bagi ilmu matematika dunia. Konsep dan keunikan
bangun segitiga ini memang telah diketahui oleh bangsa Yunani kuno, namun perkembangan

9
ilmu trigonometri hingga bisa menjadi begitu memusingkan anak-anak sekolah saperti saat
ini merupakan murni karya para ilmuan Islam abad pertengahan. Bahkan kata sin, cos, dan
tan berasal dari bahasa Arab.
Menurut catatan sejarah, para ilmuan muslim dari Arab dan Persia mempelajari
trigonometri setelah menerjemahkan buku-buku matematika dari India. Mereka kemudian
mengembangkan lebih lanjut sebelum menyebarkan ilmu trigonometri di penjuru dunia
Islam. Tokoh paling jewara dalam hal ini masih di pegang oleh al-Khawarizmi yang menulis
tabel-tabel sinus dan tangen serta mengembangkan tabel trigonometri bangun bola. Pada abad
ke-10 dalam buku Abu al-Wafa para ilmuan Islam telah menggunakan keenam fungsi
trigonometri yang dilengkapi tabel sinus dalam selisih 0,25 derajat dan ketepatan hingga
delapan angka di belakang koma. Beliau juga mengembangkan rumus trigonometri sin 2x = 2
sin x cos x yang hingga kini masih diajarkan oleh guru-guru matematika.
Al-Jayyani dari Andalusia menulis risalah pertama tentang trigonometri bangun bola
dalam kitabnya tentang lengkungan-lengkungan yang tidak dikenal pada bangun bola. Dalam
kitab tersebut terkandung rumus untuk segitiga bersisi kanan, hukum-hukum umum tentang
sinus, serta rumus menghitung segitiga bulat melalui segitiga yang paling berlawanan.
Sementara definisi Jayyadi mengenai rasio-rasio sebagai bilangan serta metodenya untuk
memecahkan perhitungan pada segitiga bulat yang ketiga sisinya belum diketahui tampaknya
sangat berpengaruh. Selain itu, para insinyur muslim jugalah yang pertama kali
mengembangkan metode triangulasi yang belum diketahui dunia Yunani-Romawi kuno untuk
survei.

2.3 Perkembangan Matematika Arab dari Abad ke VIII sampai abad ke XIV

Perkembangan matematika Arab sesudah pertengahan abad kedelapan adalah sangat


mengagumkan sekali , dan mempunyai peranan serta kontribusi yang besar sekali terhadap
perkembangan sejarah matematika . Pada abad 1 perkembangan agama islam, bangsa arab
masih jauh ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dibandingkan dengan negeri-negeri
sekelilingnya, seperti Persia, India, Yunani, dan Romawi. Pada abad permulaan ini
nampaknya bangsa Arab masih sibuk dengan pertentangan-pertentangan dalam negeri sendiri
dan sibuk mengembangkan islam mulai dari jazirah Arab sampai ke luar Arab. Tetapi pada
tahun 750, yaitu pada permulaan pemerintahan khalifah-khalifah Bahu Abbas keadaan
berbalik tajam sekali , dimana mulai pada saat itu bangsa Arab bangkit mengejar ketinggalan
ketinggalannya dalam bidang ilmu pengetahuan . Bangsa Arab mulai mempelajari astronomi,
konsep-konsep falsafah, ilmu kedokteran, matematika dan ilmu lainnya dari Yunani,

10
Mesir,India,Babylonia dan lain-lainya. Karya ilmu klasik Yunani dan India dibawa ke
Baghdad , kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Hal ini sangat menguntungkan
sekali bagi perkembangan sejarah metematika, karena hampir seluruh karya matematician
Yunani Kuno tidak dapat ditemukan lagi,yang tinggal sekarang hanyalah terjemahan dari
karya-karya ini dalam bahasa Arab.

Selama masa pemerintahan khalifah-khalifah Bahu Abbas, terutama sekali dalam masa
khalifah terkenal Al-manshur, Harun Al-rasyid, dan Al- makmun, kota baghdad menjadi
pusat pengembangan matematika dan ilmu pengetahuan alam lainya menggantikan
Alexandria pada zaman Yunani. Pada masa pemerintahan khalifah al-manshur ( 754 – 779)
karya-karya matematician Brahmagupta diboyong ke baghdad, kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa Arab. Diantara karya Brahmagupta ini adalah “Brahma sphuta siddhanta”,
yaitu buku yang berisi tentang astronomi, matematika,dan ilmu pengetahuan alam
lainnya.Tidak lamasetelah diterjemahkannya karya Brahmagupta ini (775), maka pada tahun
700 karya matematician Yunani Ptolemy tentang astrologi yang berjudul “ Tetrabiblos”
diterjemahkan pula kedalam bahasa Arab dari bahasa Yunani.

2.4 Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300SM- 750 M)

Sistem angka Hindu-Arab atau Hindu adalah angka sistem desimal posisional yang
dikembangkan antara abad ke-1 dan abad ke-5 oleh matematikawan India. Sistem ini
diadopsi oleh Persia dan matematikawan Arab pada abad ke-9. Ini kemudian menyebar ke
dunia barat pada Abad Pertengahan Tinggi. Sistem ini didasarkan pada sepuluh (aslinya
sembilan) simbol yang berbeda. Simbol-simbol digunakan untuk mewakili sistem yang pada
prinsipnya terpisah dari sistem itu sendiri. Simbol yang digunakan sebenarnya adalah
keturunan dari angka India Brahmi, dan telah berubah menjadi berbagai varian sejak Abad
Pertengahan. Set simbol terbagi menjadi tiga keluarga utama: angka India digunakan di India,
angka Arab Timur digunakan di Mesir dan Timur Tengah dan Barat angka Arab yang
digunakan di Maghreb dan di Eropa.

Pada abad ke-18 tepatnya tahun 755 M wilayah kekuasaan Arab terpecah dua menjadi
wilayah bagian Barat dan wilayah bagian Timur. Wilayah bagian Barat berpusat di Cordova
dan bagian timur berpusat di Bagdad. Dengan sendirinya perkembangan peradaban di kedua
wilayah itu pun berbeda-beda, sehingga tulisan Arab dan numerasinya pun berkembang
sendiri-sendiri. Sistem numerasi Arab yang kita kenal sekarang adalah berasal dari numerasi
Arab Timur yang telah berbeda dari asalnya. Keistimewaan dari sistem numerasi Arab ini

11
adalah telah memakai sistem posisi dengan bilangan dasar 10. Perhitungan-perhitungan
lambang Hindu-Arab lebih banyak dipergunakan daripada lambang bilangan Romawi, antara
lain karena lambang bilangan Hindu-Arab telah memakai sistem posisi (nilai tempat).

Dalam masa khalifah Harun al-rasyid yanglebih dikenal dengan dongengan “seribu satu
malam”nya dilanjutkan lagi dengan menterjemahkan karya-karya klasik Yunani, diantaranya
termasuk satu bahagian dari Elementsnya Eulid. Selanjutnya pada masa pemerintahan
khalifah al- makmun dilanjutkan lagi penterjemahan selengkapnya buku Elements Eulid serta
diterjemahkannya karya Ptolemy “Almagest”. Khalifah al-makmun membangun di kota
baghdad sebuah “ Bait al Hikma”, yang terdiri dari perpustakaan dan observatorium yang
sebanding dengan museum zaman Alexandria.Staf pengajar pada Bait al Hikma ini adalah
sarjana-sarjana Arab sendiri,dan terdapat pula sarjana dari luar Arab. Salah seorang sarjana
Islam terkenal yang mengajar di Bait Al Hikma adalah al- khawarismi, yang namanya
terkenal di Eropa Barat lewat karyanya dibidang matematika dan astronomi.Semenjak
pemerintahan 3 khalifah ini sampai dengan abad ke-9 muncul matematician Arab yang ikut
memberikan kontribusinya dalam perkembangan sejarah matematika dunia, diantaranya
adalah Al- Khawarismi,Thabit ibnu Qurra, Abu Kamil Shuja dan Al-Battani.

Periode mulai dari abad ke VIII sampai dengan abad ke XIV dapat dikatakan merupakan
“zaman keemasan“ dari matematika bangsa Arab. Kontribusi bangsa Arab dalam
perkembangan sejarah matematika bukan hanya sebagai pengumpul dan kemudian
menyebarkannya saja, tetapi lebih dari itu. Matematika Arab disamping menterjemahkan dan
memberi ulasan terhadap matematika Yunani, mereka juga menghasilkan beberapa karya asli
dalam matematika.

Matematika bangsa Arab dapat dibagi menjadi 4 kelompok:

1. Aritmatika, yang kemungkinan berasal dari India, dan berdasarkan kepada prinsip
nilai tempat.
2. Aljabar, walaupun berasal dari Yunani, Hindu, dan Babylonia, tetapi telah dipolesi
oleh matematician Arab menjadi bentuk serta sistematik yang baru.
3. Trigonometri, umumnya berasal dari Yunani, tetapi matematician Arab
mengaplikasikannya dengan bentuk trigonometri Hindu dan menambahkan beberapa
fungsi dan rumus-rumus baru
4. Geometri, yang umumnya berasal dari Yunani, matematician Arab memberikan
generalisasi terhadap rumus-rumus Yunani tertentu.

12
Sesudah zaman al-khawarismi muncul beberapa matematician Arab yang tidak kalah
populernya dari matematician arab sebelumnya, seperti
Abul Wefa, Al- Kharki, Al-Biruni, Al-Kashi dan lainnya.

2.5 Matematikawan arab yang berkontribusi pada


perkembangan matematika

2.5.1 Al-Khawarismi

1. Biografi
Nama sebenarya al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn
Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu
Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-
Khawarizmi telah dikanali di Barat sebagai al-Khawarizmi,
al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi.
Beliau telah dilahirkan di Bukhara. Pada tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan
al-Khawarizmi. al-Khawarizmi telah wafat antara tahun 220 dan 230M. Ada yang
mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain
menegaskan beliau di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal tahun
266H/850M di Baghdad.
2. Pendidikan
Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi ialah seorang tokoh Islam
yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan kemahiran beliau bukan sahaja meliputi bidang
syariat tapidi dalam bidang falsafah, logik, aritmetik, geometri, muzik, kejuruteraan, sejarah
Islam dan kimia.
Al-Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropah. Beliau telah menciptakan pemakaian
Secans dan Tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda
beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di
Baghdad.
Beliau bekerja dalam sebuah observatory iaitu tempat menekuni belajar matematik
dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercayai memimpin perpustakaan khalifah. Beliau
pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia
Islam. Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia Pelbagai Disiplin.

13
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang mula-mula memperkenalkan aljabar dan
hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematik dan
menghasilkan konsep-konsep matematik yang begitu popular sehingga digunakan pada
zaman sekarang.
3. Peranan Dan Sumbangan Al-Khawarizmi
a. Gelaran Al-Khawarizmi
Gelaran Al-Khawarizmi yang dikenali di Barat ialah al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-
karismi, al-Goritmi atau al-Gorism. Nama al-gorism telah dikenali pada abad
pertengahan. Negara Perancis pula al-Gorism muncul sebagai Augryam atau
Angrism. Negara Inggeris pula ia dikenali sebagai Aurym atau Augrim.
b. Sumbangan Al-Khawarizmi Melalui Karya
Sumbangan hasil karya beliau sendiri, antaranya ialah :
Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan tangens dalam
penyelidikan trigonometri dan astronomi.
Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau telah mengajukan contoh-contoh persoalan
matematik dan telah mengemukakan 800 buah soalan yang sebahagian daripadanya
merupakan persoalan yamng dikemukakan oleh Neo. Babylian dalam bentuk dugaan yang
telah dibuktikan kebenarannya oleh al-Khawarizmi.
Sistem Nombor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem
nombor pada zaman sekarang.

Ini adalah contoh-contoh sebahagian beliau yang telah dihasilkan dalam penulisan karya
dan ia telah menjadi popular serta dipelajari oleh semua masyarakat yang hidup di dunia ini.

4. Hasil Karya Al-Khawarizmi


Sepertimana yang telah kita ketahui, Al-Khawarizmi dapat menghasilkan karya-karya
agong dalam bidang matamatik. Hasil karya tersebut terkenal pada zaman tamadun Islam
dan dikenali di Barat.
Antara hasil karya yang telah beliau hasilkan ialah :
Sistem Nombor :ia telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin iaitu De Numero Indorum.
‘Mufatih al-Ulum’ :yang bermaksud beliau adalah pencinta
ilmu dalam berbagai bidang.
Al-Jami wa al-Tafsir bi Hisab al-Hind : Karya ini telah diterjemahkan ke dalam
Bahasa Latin oleh Prince Boniopagri.

14
Al-Mukhtasar Fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Pada tahun 820M dan ia
mengenai algebra.
5. Bidang matematika
Setiap tokoh mempunyai sifat ketokohannya yang tersendiri. Ketokohan al-Khawarizmi
dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari bidang matematik dan astronomi. Namun bidang
matematik akan diperjelaskan secara terperinci berbanding astronomi kerana ia melibatkan
kajian yang dikaji.
Dalam bidang matematik, al-Khawarizmi telah memperkenalkan aljabar dan
hisab. Beliau banyak menghasilkan karya-karya yang masyhor ketika zaman tamadun
Islam. Antara karya-karya yang beliau hasilkan ialah ‘Mafatih al-Ulum’. Sistem nombor
adalah salah satu sumbangan dan telah digunakan pada zaman tamadun Islam.
Banyak kaedah yang diperkenalkan dalam setiap karya yang dihasilkan. Antaranya ialah
kos, sin dan tan dalam trigonometri penyelesaian persamaan, teorem segitiga sama juga
segitiga sama kaki dan mengira luas segitiga, segi empat selari dan bulatan dalam
geometri. Masaalah pecahan dan sifat nombor perdana dan teori nombor juga
diperkenalkan. Banyak lagi konsep dalam matematik yang telah diperkenalkan al-
khawarizmi sendiri.
Antara cabang yang diperkanalkan oleh al-Khawarizmi seperti geometri, algebra,
aritmetik dan lain-lain.
 Geometri
Ia merupakan cabang kedua dalam matematik. Isi kandungan yang diperbincangkan
dalam cabang kedua ini ialah asal-usul geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab al-
Ustugusat [The Elements] hasil karya Euklid : geometri dari segi bahasa berasal daripada
perkataan yunani iaitu ‘geo’ bererti bumi dan ‘metri’ bererti sukatan. Dari segi ilmunya pula
geometri itu adalah ilmu yang mengkaji hal yang berhubung dengan magnitud dan sifat-sifat
ruang. Geometri ini mula dipelajari sejak zaman firaun [2000SM].
Kemudian Thales Miletus memperkenalkan geometri Mesir kepada Grik sebagai satu
sains dedukasi dalam kurun ke-6 SM. Seterusnya sarjana Islam telah mengemaskanikan
kaedah sains dedukasi ini terutamanya pada abad ke-9 M.
 Algebra/aljabar
Ia merupakan nadi untuk matematik algebra. Al-Khawarizmi telah diterjemahkan oleh
Gerhard of Gremano dan Robert of Chaster ke dalam bahasa Eropah pada abad ke-12.
sebelum munculnya karya yang berjudul ‘Hisab al-Jibra wa al Muqabalah yang ditulis
oleh al-Khawarizmi pada tahun 820M. Sebelum ini tak ada istilah aljabar.

15
Buku I – Aljabar al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala (Arab: ‫الكتاب‬
‫ والمقابلة الجبر حساب في المختصر‬Buku Rangkuman Kalkulasi dengan
Melengkapkan dan Menyeimbangkan) adalah buku matematika
yang ditulis tahun 830. Buku tersebut merangkum definisi
aljabar. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin berjudul
Liber algebrae et almucabala oleh Robert of Chester (Segovia,
1145) dan juga oleh Gerard of Cremona.
Metode beliau dalam menyelesaikan linear dan notasi kuadrat
dilakukan dengan meredusi notasi ke dalam 6 bentuk standar
(dimana b dan c adalah angka positif) angka ekual kuadrat (ax2
= c)

Angka ekual akar (bx = c)

Kuadrat dan akar ekual (ax2 + bx = c)

Kuadrat dan angka akar ekual (ax2 + c = bx)

Akar dan angka kuadrat ekual (bx + c = ax2)

Kuadrat ekual akar (ax2 = bx)

Dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi aljabar (Arab:
‫ الجبر‬penyimpanan atau melengkapkan) dan al-muqābala (menyeimbangkan). Aljabar adalah
proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai
yang sama di kedua sisi. Contohnya, x2 = 40x - 4x2 disederhanakan menjadi 5x2 = 40x. Al-
muqābala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi. Contohnya,
x2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x2 + 9 = x.

Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitāb al-ǧabr wa-l-
muqābala, termasuk Abū Ḥanīfa al-Dīnawarī, Abū Kāmil (Rasāla fi al-ǧabr wa-al-
muqābala), Abū Muḥammad al-‘Adlī, Abū Yūsuf al-Miṣṣīṣī, Ibnu Turk, Sind bin ‘Alī, Sahl
bin Bišr, dan Šarafaddīn al-Ṭūsī.

Buku 2 - Dixit algorizmi, Buku kedua besar beliau adalah tentang aritmatika, yang
bertahan dalam Bahasa Latin, tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi dilakukan
pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath, yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada 1126.

16
Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan kata: Dixit
algorizmi ("Seperti kata al-Khawārizmī"), atau Algoritmi de numero Indorum ("al-
Kahwārizmī pada angka kesenian Hindu"), sebuah nama baru di berikan pada hasil kerja
beliau oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857. Kitab aslinya mungkin bernama Kitāb al-
Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind ("Buku Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan
Kalkulasi Hindu")

Buku 3 - Rekonstruksi Planetarium, Peta abad ke-15 berdasarkan Ptolemeus sebagai


perbandingan. Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitāb ṣūrat al-Arḍ (Bhs.Arab: ‫كتاب‬
‫" األرض صورة‬Buku Pemandangan Dunia" atau "Kenampakan Bumi" diterjemahkan oleh
Geography), yang selesai pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus,
terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti
perkembangan umum.

Hanya ada satu kopi dari Kitāb ṣūrat al-Arḍ, yang tersimpan di Perpustakaan Universitas
Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de España di Madrid.
Judul lengkap buku beliau adalah Buku Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota,
Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-
Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yamg ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.

Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis
pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sanagat
bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat
pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku
ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar
koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.

6. Bidang astronomi
Bidang astronomi juga membuatkan al-Khawarizmi dikenali pada zaman tamadun
Islam. Astronomi dapat ditakrifkan sebagai ilmu falaq [pengetahuan tentang bintang-bintang
yang melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran yang
berkaitan dengan bintang.
Seawal kurun ketiga lagi lagi, al-Khawarizmi telah menghasilkan dua buah yang salah
satu daripadanya telah diterjemahkan ke Bahasa Latin dan memberi pengaruh besar ke atas
Muslim dan orang Spanyol dan Kristian. Penggunaan matematik dalam astronomi sebelum

17
tamadun Islam amat sedikit dan terhad. Ini disebabkan oleh kemunduran pengetahuan
matematik yang terhad kepada pengguna aritmetik dan geometri sahaja.
Selain matematika, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai astronom. Di bawah Khalifah
Ma’mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan bentuk
bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih 2,877
kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa yang
dapat dilakukan pada saat itu. Al-Khawarizmi juga menyusun buku tentang penghitungan
waktu berdasarkan bayang-bayang matahari.
Buku astronominya yang mahsyur adalah Kitab Surah al-Ard (Buku Gambaran Bumi).
Buku itu memuat daftar koordinat beberapa kota penting dan ciri-ciri geografisnya. Kitab itu
secara tidak langsung mengacu pada buku Geography yang disusun oleh Claudius
Ptolomaeus (100–178), ilmuwan Yunani. Namun beberapa kesalahan dalam buku tersebut
dikoreksi dan dibetulkan oleh al-Khawarizmi dalam bukunya Zij as-Sindhind sebelum ia
menyusun Kitab Surah al-Ard.
Selain ahli di bidang matematika, astronomi, dan geografi, Al-Khawarizmi juga seorang
ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya, ia menuliskan pula teori seni musik.
Pengaruh buku itu sampai ke Eropa dan dianggap sebagai perkenalan musik Arab ke dunia
Latin. Dengan meninggalkan karya-karya besarnya sebagai ilmuwan terkemuka dan terbesar
pada zamannya, Al-Khawarizmi meninggal pada 262 H/846 M di Baghdad.
Buku 4 – Astronomi, Kampus Corpus Christi MS 283 Buku Zīj al-sindhind (Arab: ‫زيج‬
"tabel astronomi”) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender
astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial sebaik data
yang diakui sekarang. Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain
oleh astronomer Spanyol Maslama al-Majrīṭī (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang
diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip lainnya dalam
bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique (Chartres), the Bibliothèque Mazarine
(Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).
Kalender Yahudi, Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi
istikhrāj tarīkh al-yahūd "Petunjuk Penanggalan Yahudi"). Yang menerangkan 19-tahun
siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulan Tishrī
dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi(penciptaan Adam) dan era Seleucid ;
dan memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi.
Sama dengan yang ditemukan oleh al-Bīrūnī dan Maimonides.
7. Karya lainnya

18
Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi
pendekatan material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizmī. Manuskrip di
Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya lain, seperti determinasi
arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik Dua karya berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at
al-mashriq fī kull balad) dan determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min qibal al-
irtifā’).
Beliau juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolab. Ibnu al-Nadim
dalam Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitāb ar-
Ruḵāma(t) (buku sundial) dan Kitab al-Tarikh (buku sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut
telah hilang.

2.5.2 Thabit ibn Qurra(826 -901)

1. Biografi
Thabit Ibn Qurra lahir di Harran (Turki sekarang) pada
tahun 836 M. Di barat dikenal dengan nama Thebit.
Namanya menunjukkan bahwa dia adalah anggota dari
sekte Sabian/Sabi'ah.
Matematikawan Muslim besar Muhammad Ibn Musa
Ibn Shakir, terkesan dengan pengetahuannya tentang
bahasa, dan menyadari potensi untuk berkarir ilmiah, maka
tidak salah bila Shakir memilih Tsabit untuk bergabung
dengan kelompok ilmiah di Baghdad yang sedang
dilindungi oleh khalifah Abbasiyah.
Tsabit menempuh pendidikan di Baitul Hikmah di Baghdad atas ajakan Muhammad ibn
Musa ibn Shakir. Di sana, ia belajar di bawah Banu Musa bersaudara yang terkenal. Dengan
pengaturan ini Thabit memberikan kontribusi untuk beberapa cabang ilmu pengetahuan,
khususnya matematika, astronomi dan mekanika, selain menerjemahkan sejumlah besar
karya-karya dari Yunani ke Arab. Tsabit menerjemahkan buku Euclid yang berjudul
Elements dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia. Kemudian, ia dilindungi oleh Khalifah
Abbasiyah al-Mu'tadid. Setelah karir yang panjang, Thabit meninggal di Baghdad pada tahun
901.

19
2. Kontribusi
Kontribusi besar Thabit terletak dalam matematika dan astronomi. Tsabit merupakan
salah satu penerus karya al-Khawarizmi. Beberapa karyanya diterjemahkan dalam bahasa
Arab dan Latin, khususnya karya tentang Kerucut Apollonius. Tsabit meninggalkan karya
berharga yaitu penentuan luas bumi yang masih dipakai hingga saat ini. Ia juga penemu jam
matahari (Mazawil asy-Syamsiyyah).
3. Bidang Matematika
Dia berperan penting dalam memperluas konsep tradisional geometri menjadi aljabar
geometri dan beberapa teori yang di usulkannya menyebabkan perkembangan geometri non-
Euclidean, spherical trigonometri, kalkulus integral dan bilangan real.
Dia mengkritik sejumlah elemen teorema Euclid dan perbaikan penting yang diusulkan.
Ia menerapkan beberapa aspek aritmatika terminologi kebesaran geometri, dan belajar dari
bagian kerucut, khususnya parabola dan elips. Sejumlah perhitungannya bertujuan untuk
menentukan permukaan dan volume dari berbagai jenis tubuh dan merupakan, pada
kenyataannya, proses kalkulus integral, sebagaimana yang dikembangkan kemudian.
Karya orisinal Archimedes yang diterjemahkannya berupa manuskrip berbahasa Arab,
yang ditemukan di Kairo. Setelah diterjemahkan, karya tersebut kemudian diterbitkan di
Eropa. Pada tahun 1929, karya tersebut diterjemahkan lagi dalam bahasa Jerman. Adapun
karya Euclides yang diterjemahkannya berjudul On the Promises of Euclid, on the
Propositions of Euclid dan sebuah buku tentang sejumlah dalil dan pertanyaan yang muncul
jika dua buah garis lurus dipotong oleh garis ketiga. Hal tersebut merupakan salah satu bukti
dari pernyataan Euclides yang terkenal di dunia ilmu pengetahuan. Selain itu, Tsabit juga
pernah menerjemahkan sebuah buku geometri yang berjudul Introduction to the Book of
Euclid.
Buku Elements karya Euclides merupakan sebuah titik awal dalam kajian ilmu geometri.
Seperti yang dilakukan para ilmuwan muslim lain, Tsabit bin Qurrah pun tidak mau
ketinggalan mengembangkan dalil baru tersebut. Ia mulai mempelajari dan mendalami
masalah bilangan irasional. Dengan metode geometri, ia ternyata mampu memecahkan soal
khusus persamaan pangkat tiga. Sejumlah persamaan geometri yang dikembangkan Tsabit
bin Qurrah mendapat perhatian dari sejumlah ilmuwan muslim, terutama para ahli
matematika. Salah satu ilmuwan tersebut adalah Abu Ja’far al-Khazin, seorang ahli yang
sanggup menyelesaikan beberapa soal perhitungan dengan menggunakan bagian dari kerucut.
Para ahli matematika menganggap penyelesaian yang dibuaat Tsabit bin Qurrah sangat
kreatif.

20
Tentu saja, hal tersebut disebabkan Tsabit bin Qurrah sangat menguasai semua buku
karya ilmuwan asing yang pernah diterjemahkannya. Tsabit bin Qurrah juga pernah menulis
sejumlah persamaan pangkat dua (kuadrat), persamaan pangkat tiga (kubik), dan beberapa
pendalaman rumus untuk mengantisipasi perkembangan kalkulus integral.
Selain itu, ia melakukan sejumlah kajian mengenai parabola, sebelum kemudian
mengembangkannya. Dalam bukunya yang berjudul Quadrature of Parabola, ia menggunakan
bentuk hitungan integral untuk mengetahui sebuah bidang dari parabola.
4. Bidang Astronomi
Dalam astronomi dia adalah salah satu dari para reformis awal pandangan Ptolemic. Ia
menganalisis beberapa. masalah yang berkaitan dengan gerakan matahari dan bulan dan
menulis risalah pada jam matahari. Ia pernah bekerja di Pusat Penelitian Astronomi yang
didirikan oleh Khalifah al-Ma’mun di Baghdad. Selama bekerja di sana, Tsabit meneliti
gerakan sejumlah bintang yang disebut Hizzatul I’tidalain, yang ternyata mempengaruhi
terjadinya gelombang bumi setiap 26 tahun sekali. Sejak 5000 tahun yang lalu, para ahli
perbintangan Mesir telah menemukan sebuah bintang yang bergerak mendekati Kutub Utara,
yang disebut Alfa al-Tanin. Pada tahun 2100 nanti, bintang tersebut akan menjauhi Kutub
Utara. Pada tahun 14000, akan muncul kembali sebuah bintang utara yang bernama an-Nasr.
Bintang tersebut adalah bintang utara yang paling terang.
Tsabit juga memimpin sebuah penelitian pada masa pemerintahan Khalifah al-Rasyid.
Tsabit mengukur luas bumi dengan menggunakan garis bujur dan garis lintang secara teliti.
Penemuan Tsabit tersebut memberikan inspirasi pada para pelaut, seperti Colombus, untuk
melakukan pelayaran keliling dunia yang dimulai dari Laut Atlantik. Berkat penemuan
tersebut, para pelaut bisa memastikan kalau mereka tidak akan tersesat dan kembali ke tempat
semula, yaitu Laut Atlantik. Penemuan penting Tsabit yang lain adalah jam matahari. Jam ini
menggunakan sinar matahari untuk mengetahui peredaran waktu dan menentukan waktu
shalat. Tsabit juga membuat kalender tahunan berdasarkan sistem matahari.
5. Buku karya Thabit Ibn Qurra tentang astronomi:
a. Mukhtasar fi Ilmin Nujum (Ringkasan Ilmu Astronomi)
b. Kitab fi Thabai`il Kawakib wa Ta`tsiriha (Buku tentang karakter bintang-bintang
dan pengaruhnya)
c. Kitab fi Ibhthail Harakah fil Falakil Buruj (buku tentang gerakan bintang dan
galaksi)
d. Kitab fi Tarkibil Aflak (Buku tentang susunan bintang)
e. Kitab fi Harakatil Falak (Buku tentang gerakan bintang)

21
6. Bidang Mekanika & Fisika
Di bidang mekanika dan fisika dia dapat diakui sebagai pendiri statika. Dia memeriksa
kondisi kesetimbangan tubuh, balok dan tuas. Selain menerjemahkan sejumlah besar buku
dirinya sendiri, ia mendirikan sebuah sekolah terjemahan dan mengawasi terjemahan dari
sejumlah besar buku-bukudari Yunani ke Arab.

2.5.3 Abu Kamil Shuja (850-930)

1. Biografi
Ia bernama lengkap, Abu Kamil Shuja’ bin Aslam bin
Muhammad bin Shuja’ Al-Hasib Al-Misri ( latin
dikenal Auoquamel , Arab : ‫ كامل ابو‬, juga dikenal sebagai
al-Hasib al-Misri.-lit "kalkulator Mesir") (c. 850 - c 930. ),
dan merupakan penerus Muhammad bin Musa Al-
Khawarizmi. Ia dikenal sebagai ahli aljabar tertua, yang
karyanya cukup banyak bertebaran, sehingga tak berlebihan
jika ia tergolong sebagai salah seorang ahli matematika
terbesar Mesir pada Abad-abad Pertengahan Islam dan di
era keemasan Islam.
2. Bidang matematika
Melalui Leonard dari Pisa serta pengikut-pengikutnya, Abu Kamil telah memberikan
pengaruh besar pada perkembangan aljabar di Eropa. Tulisan-tulisannnya tentang geometri
pun memberikan pengaruh dan konstribusi yang besar terhadap geometri Barat, terutama
uraian-uraian aljabar terhadap soal-saol geometric. Liku-liku hidupnya nampaknya tidak
begitu jelas. Namun dapat dikatakan bahwa ia hidup setelah Al-Khawarizmi (sekitar tahun
850 M), sebelum Ali bin Ahmad Imrani (955-956 M).
Sepanjang hidupnya, Abu Kamil Suja’ telah banyak menulis tentang ilmu aljabar. “Al-
Fihrist”, sebuah daftar buku-buku tentang matematika dan astrologi, memuat dua buah karya
berjudul “Kitab fi al-Jam wa at-Tafrik”(tentang penambahan dan pengurangan) serta kitab
“Kitab al-Khata’aya”(tentang dua kesalahan). Kedua buku ini telah menjadi bahan diskusi
yang berkepanjangan, dan sempat mengundang kerumitan dari para ahli sejak F. Woopeke
mencoba memperkenalkan “Kitab fi al-Jam wa at-Tafrik” pada tahun 1863 M, dengan
menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin dengan judul“Augmentum et Diminuti” yang
terdapat dalam buku “Liber Augmenti Diminutionis” dan “Histoire des Sciences
Mathematiques et Italie”.

22
Tidak satu pun karya-karya yang tersebut didalam “Al-Fihrist” dapat bertahan lama
dalam bahasa Arab.
Hampir dalam waktu singkat dapat diterjemahkan ke berbagai bahasa. “At-Ta’arif”
misalnya, telah diterjemahkan dan dikomentari oleh H. Suter menjadi “Das Buch der
Sletenheiten der Rechenkunst von Abu Kamil Al-Misri”. Buku tersebut menawarkan
penyelesaian-penyelesaian integral terhadap persamaan-persamaan tak tentu. “At-Ta’arif”
juga mempunyai versi bahasa Hebrew yang dikerjakan oleh Mordekhai Finzi dari Montua
(1460 M), yang juga menerjemahkan beberapa risalah Abu Kamil Suja’ tentang soal-soal
aljabar. Selain itu ada pula karya Abu Kamil Suja’ yang diterjemahkan oleh G. Sachendote,
meski bukan berasal dari buku aslinya yang berbahasa Arab, melainkan lewat bahasa
Spanyol.
Dalam risalahnya tentang al-Jabar, Abu Kamil Suja’ menekuni suatu bab mengenai al-
Jabar dengan membentuk analisis dan menyusun beberapa metode yang halus menakjubkan.
Analisis inderteminasi yang disebut dalam bagian akhir buku Al-Khawarizmi juga berusaha
ia jabarkan. Ini semua terjadi sebelum terjadi penerjemahan Arithmetica karya Diophantes ke
dalam bahasa Arab. Segera setelah Arithmetica diintroduksikan, dilakukanlah penapsiran
besar-besaran terhadap karya Diophantes tersebut.
Aljabar Abu Kamil kelihatannya lebih dikenal lewat terjemahannya dari bahasa Latin
dan Hebrew. Keduanya dikomentari oleh Al-Istakhri dan AL-Imrani, namun kedua komentar
tersebut kini telah hilang. Hasil studi terperinci dan mendalam dari L.C. Karpinski, “The
Algebra of Abu Kamil Shoja’ bin Asalam”, didasarkan atas terjemahan behasa Latin karya
Abu Kamil. Pada definisi “Jazr” (radix, akar), “Mal”(cencus, capital) dan “adad
mufrad”(numerus, angka mutlak), Abu Kamil Suja’ mengikuti Al-Khawarizmi.
Namun dalam banyak hal ia jauh mengungguli para pendahulunya. Bahkan ia berani
mengadakan penambahan dan pengurangan dari akar-akar kuadrat yang hanya melibatkan
bilangan-bilangan irasional, yang dilakukan oleh matematikus-matematikus sebelumnya.
Dalam istilah “On the Pentagon and Decagon”, terjemahan versi bahasa Latin oleh H.
Suter dan versi bahasa Hebrew oleh Sacherdote, semua soal yang ada diselesaikan dengan
cara sederhana dan jelas melalui penerapan aljabar ke dalam geometri. Lewat risalah ini, Abu
Kamil Suja’ menggunakan angka khusus untuk kuantitas tertentu. Dalam hal ini sebenarnya
belum terbebas sepenuhnya dari metode Al-Khawarizmi.
Sungguhpun demikian, dengan cara penyelesaian problem semacam itu, ia telah jauh
mengungguli para pendahulunya, dan karyanya menandai suatu kemajuan yang amat penting.
Sacherdote sendiri telah menunjukan bahwa Leonard dari Pisa tahu betul akan risalah ini, dan

23
menyebarkan penggunaannya lewat karyanya “Practica geometriae” atau“Practice of
Geometry”.
Seperti diketahui, bahwa Leonard dari Pisa yang lebih dikenal dengan Fibonacci
merupakan salah seorang dari Eropa yang mengelana ke berbagai pusat ilmu pengetahuan
Arab pada abad ke-13 M. Dan sekembali ke negaranya, ia menulis dan menterjemahkan
buku-buku pengetahuan Arab, termasuk pula matematika. Fibonacci inilah yang termasuk
salah satu penyebar pengetahuan tentang lembaga bilangan Hindu-Arab ke Eropa lama.
Dengan dasar berhitung menurut Abu Kamil Suja’ dan AL-Khawarizmi, maka ia berhasil
menyusun bukunya “Liber Abaci” pada tahun 1202 M, yang kemudian disempurnakan pada
tahun 1228 M. dalam buku tersebut terkandung antar lain:
a. Pengetahuan tentang berhitung dengan bilangan bulat dan pecahan.
b. Cara berhitung akar 2 (kuadrat) dan akar 3 (kubik).
c. Cara memecahkan persamaan linier dan kuadrat.
d. Cara Menghitung melalui penjajagan dan jawaban palsu (rules of false position).

Pengetahuan matematika yang kemudian disebut barisan Fibinacci, yaitu 1, 2, 3, 5, 8, 13,


21, 34, 55, 89, 144, ……dan seterusnya. Dengan bilangan ini nantinya akan diperoleh suatu
segitiga Pascal, dengan penjumlahan bilangan menurut garis lurus.

2.5.4 Al-Battani (850 -929)

1. Biografi
Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan
Abu Abdullah dikenal sebagai bapak trigonometri. Ia
adalah tokoh bangsa Arab dan gubernur Syria. Dia
merupakan astronom Muslim terbesar dan ahli
matematika ternama. Al-Battani melahirkan
trigonometri untuk level lebih tinggi dan orang
pertama yang menyusun tabel cotangen. Salah satu
pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5
jam, 46 menit dan 24 detik.

24
Al Battani (Bahasa Arab ‫ ; البتاني الصابي الحراني سنان بن جابر بن محمد هللا عبد أبو‬nama lengkap:
Abū ʿAbdullāh Muḥammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Ḥarrani aṣ-Ṣabiʾ al-Battānī),
Sedangkan dalam Latin dikenal sebagai Albategnius, Albategni atau Albatenius.
Al-Battani lahir sekitar 858 di Harran dekat Urfa, di Upper Mesopotamia, yang sekarang
di Turki. Ayahnya adalah seorang pembuat instrumen ilmiah terkenal. Beberapa sejarawan
Barat menyatakan bahwa dia berasal dari kalangan miskin, seperti budak Arab, namun
penulis biografi tradisional Arab tidak menyebutkan ini. Dia tinggal dan bekerja di Ar-
Raqqah, sebuah kota di utara pusat Suriah dan di Damaskus, yang juga merupakan tempat
wafatnya.

2. bidang Astronomi
Salah satu prestasi Al-Battani yang paling terkenal di astronomi adalah penyempurnaan
dari nilai-nilai yang ada untuk panjang tahun. Ptolemy menghitung panjang tahun matahari
sebagai 365 hari, 5 jam, 55 menit dan 12 detik. Al-Battani menghitung kembali nilai-nilai
tahun matahari untuk panjang tahun sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Para
peneliti telah menganggap perbedaan fenomena karena Al-Battaniberada di lokasi geografis
yang lebih dekat dengan lintang selatan, yang mungkin lebih menguntungkan bagi
pengamatan tersebut.
Ia mampu memperbaiki beberapa hasil Ptolemy dan menyusun tabel baru dari matahari
dan Bulan. Al-Battani menemukan kembali bahwa arah Matahari berubah.
Dia juga menguraikan ke tingkat tertentu sejumlah hubungan trigonometri, penggunaan
sinus dalam perhitungan, dan sebagian dari garis singgung. Ia menjelaskan ke tingkat tertentu
karya seorang astronom India, Aryabhata (476-550 M) dan astronom Yunani Pythagoras (570
SM -. c 495 SM). Dia juga menghitung kembali nilai-nilai untuk presesi ekuinoks (54,5 "per
tahun, atau 1 ° dalam 66 tahun) dan arah miring dari ekliptika (23 ° 35 '), yang merupakan
penjabaran dari Hipparchus. Dia menggunakan tingkat yang seragam untuk presesi dalam
tabel nya.
Karya Al-Battani yang dianggap berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
astronomi ke tingkat tertentu.

25
3. Bidang Matematika
Dalam matematika , al-Battani menghasilkan sejumlah persamaan trigonometri:

dan menggunakan gagasan al-Marwazi tentang tangen dalam mengembangkan


persamaan-persamaan untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel perhitungan
tangen. Dia juga menemukan fungsi kebalikan dari garis potong dan cosecan, dan
menghasilkan tabel pertama cosecants, yang ia disebut sebagai "tabel bayangan" (merujuk
pada bayangan gnomon ), untuk setiap gelar dari 1 ° sampai 90 °.

4. Karya
karya utama Al-Battani yang terkenal adalah Kitāb az-Zij, atau buku tabel astronomi,
juga dikenal sebagai az-Zij as-Sabi '. Hal ini sebagian besar didasarkan pada teori Ptolemy,
dan sumber-sumber Yunani-Siria lainnya, sambil menunjukkan sedikit pengaruh India atau
Persia.
Buku ini dicetak diterjemahan ke dalam bahasa Latin dan Spanyol, termasuk terjemahan
Latin sebagai De Motu Stellarum oleh Plato dari Tivoli di 1116, yang kemudian dicetak
ulang dengan penjelasan oleh Regiomontanus. Sebuah cetak ulang muncul di Bologna pada
1645. MS asli. diawetkan di Vatikan; dan perpustakaan Escorial memiliki di MS. sebuah
risalah dari beberapa nilai olehnya pada kronologi astronomi.

2.5.5 Abul Wafa (940 – 998)

1. Biografi
Ahli matematika Muslim fenomenal di era
keemasan Islam ternyata bukan hanya Al-Khawarizmi.
Pada abad ke-10 M, peradaban Islam juga pernah
memiliki seorang matematikus yang tak kalah hebat

26
dibandingkan Khawarizmi. Matematikus Muslim yang namanya terbilang kurang akrab
terdengar itu bernama Abul Wafa Al-Buzjani. “Ia adalah salah satu matematikus terhebat
yang dimiliki perabadan Islam,” papar Bapak Sejarah Sains, George Sarton dalam bukunya
bertajuk Introduction to the History of Science. Abul Wafa adalah seorang saintis serba bisa.
Selain jago di bidang matematika, ia pun terkenal sebagai insinyur dan astronom terkenal
pada zamannya.
Kiprah dan pemikirannya di bidang sains diakui peradaban Barat. Sebagai bentuk
pengakuan dunia atas jasanya mengembangkan astronomi, organisasi astronomi dunia
mengabadikannya menjadi nama salah satu kawah bulan. Dalam bidang matematika, Abul
Wafa pun banyak memberi sumbangan yang sangat penting bagi pengembangan ilmu
berhitung itu. “Abul Wafa dalah matematikus terbesar di abad ke 10 M,” ungkap Kattani.
Betapa tidak. Sepanjang hidupnya, sang ilmu wan telah berjasa melahirkan sederet inovasi
penting bagi ilmu matematika. Ia tercatat menulis kritik atas pemikiran Eucklid, Diophantos
dan Al-Khawarizmisayang risalah itu telah hilang. Sang ilmuwanpun mewariskan Kitab Al-
Kami (Buku Lengkap) yang membahas tentang ilmu hitung (aritmatika) praktis. Kontribusi
lainnya yang tak kalah penting dalam ilmu matematika adalah Kitab Al-Handasa yang
mengkaji penerapan geometri. Ia juga berjasa besar dalam mengembangkan trigonometri.
Abul Wafa tercatat sebagai matematikus pertama yang mencetuskan rumus umum si nus.
Selain itu, sang mate ma tikus pun mencetuskan metode baru membentuk tabel sinus. Ia juga
membenarkan nilai sinus 30 derajat ke tempat desimel kedelapan. Yang lebih menga gumkan
lagi, Abul Wafa mem buat studi khusus tentang ta ngen serta menghitung se buah tabel
tangen.
Jika Anda pernah mempelajari matematika tentu pernah mengenal istilah secan dan co
secan. Ternyata, Abul Wafalah yang pertama kali memperkenalkan istilah matematika yang
sangat penting itu. Abu Wafa dikenal sangat jenius dalam bi dang geometri. Ia mampu me
nyelasikan masa lah-masalah geometri dengan sangat tang kas.
Buah pemikirannya dalam matematika sangat berpengaruh di dunia Barat. Pada abad ke-
19 M, Baron Carra de Vaux meng ambil konsep secan yang dicetuskan Abul Wafa.
Sayangnya, di dunia Islam justru namanya sangat jarang terdengar. Nyaris tak pernah,
pelajaran sejarah peradaban Islam yang diajarkan di Tanah Air mengulas dan
memperkenalkan sosok dan buah pikir Abul Wafa. Sungguh ironis.
Sejatinya, ilmuwan serbabisa itu bernama Abu al-Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn
Yahya Ibn Ismail Ibn Abbas al-Buzjani. Ia terlahir di Buzjan, Khurasan (Iran) pada tanggal
10 Juni 940/328 H. Ia belajar matematika dari pamannya bernama Abu Umar al- Maghazli

27
dan Abu Abdullah Muhammad Ibn Ataba. Sedangkan, ilmu geometri dikenalnya dari Abu
Yahya al-Marudi dan Abu al-Ala’ Ibn Karnib. Abul Wafa tumbuh besar di era bangkitnya
sebuah dinasti Islam baru yang berkuasa di wilayah Iran. Dinasti yang ber nama Buwaih itu
berkuasa di wilayah Persia — Iran dan Irak ñ pada tahun 945 hingga 1055 M. Kesultanan
Buwaih menancapkan benderanya di antara periode peralihan kekuasaan dari Arab ke Turki.
Dinasti yang berasal dari suku Turki itu mampu menggulingkan kekuasaan Dinasti
Abbasiyah yang berpusat di Baghdad pada masa kepemim -pinan Ahmad Buyeh.
Dinasti Buwaih memindahkan ibu kota pemerintahannya ke Baghdad saat Adud Ad-
Dawlah berkuasa dari tahun 949 hingga 983 M. Pemerintahan Adud Ad- Dawlah sangat
mendukung dan memfasilitasi para ilmuwan dan seniman.
Dukungan itulah yang membuat Abul Wafa memutuskan hijrah dari kampung
halamannya ke Baghdad. Sang ilmuwan dari Khurasan ini lalu memutuskan untuk
mendedikasikan dirinya bagi ilmu pengetahuan di istana Adud ad-Dawlah pada tahun 959 M.
Abul Wafa bukanlah satusatunya matematikus yang mengabdikan dirinya bagi ilmu
pengetahuan di istana itu.
Matematikus lainnya yang juga bekerja di istana Adud ad-Dawlah antara lain; Al- Quhi
dan Al-Sijzi. Pada tahun 983 M, suksesi kepemimpinan terjadi di Dinasti Buwaih. Adyd ad-
Dawlah digantikan puteranya bernama Sharaf ad-Dawlah. Sama seperti sang ayah, sultan
baru itu juga sangat mendukung perkembangan matematika dan astronomi. Abul Wafa pun
makin betah kerja di istana.
Kecintaan sang sultan pada astronomi makin memuncak ketika dirinya ingin membangun
sebuah observatorium.
Abul Wafa dan temannya Al-Quhi pun mewujudkan ambisi sang sulatan. Obser vatorium
astronomi itu dibangun di taman is tana sultan di kota Baghdad. Kerja keras Abul Wafa pun
berhasil. Observatorium itu secara resmi dibuka pada bulan Juni 988 M.
Untuk memantau bintang dari observatorium itu, secara khusus Abul Wafa membangun
kuadran dinding. Sayang, observatorium tak bertahan lama. Begitu Sultan Sharaf ad-Dawlah
wafat, observatorium itu pun lalu ditutup. Sederet karya besar telah dihasilkan Abul Wafa
selama mendedikasikan dirinya di istana sultan Buwaih.
Beberapa kitab bernilai yang ditulisnya antara lain; Kitab fima Yahtaju Ilaihi al- Kuttab
wa al-Ummal min ‘Ilm al-Hisab sebuah buku tentang aritmatika. Dua salinan kitab itu,
sayangnya tak lengkap, kini berada di perpustakaan Leiden, Belanda serta Kairo Mesir. Ia
juga menulis “Kitab al-Kamil”.

28
Dalam geometri, ia menulis “Kitab fima Yahtaj Ilaih as-Suna’ fi ‘Amal al-Handasa”.
Buku itu ditulisnya atas permintaan khusus dari Khalifah Baha’ ad Dawla. Salinannya berada
di perpustakaan Masjid Aya Sofya, Istanbul. Kitab al-Majesti adalah buku karya Abul Wafa
yang paling terkenal dari semua buku yang ditulisnya. Salinannya yang juga sudah tak
lengkap kini tersimpan di Perpustakaan nasional Paris, Prancis. Sayangnya, risalah yang di
buatnya tentang kritik terha dap pemikiran Euclid, Diophantus serta Al-Khawarizmi sudah
musnah dan hilang. Sungguh peradaban modern berutang budi kepada Abul Wafa. Hasil
penelitian dan karya-karyanya yang ditorehkan dalam sederet kitab memberi pengaruh yang
sangat signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahun, terutama trigonometri dan astronomi.
Sang matematikus terhebat di abad ke-10 itu tutup usia pada 15 Juli 998 di kota Baghdad,
Irak. Namun, hasil karya dan pemikirannya hingga kini masih tetap hidup.
5. Abadi di Kawah Bulan
Abul Wafa memang fenomenal. Meski di dunia Islam modern namanya tak terlalu
dikenal, namun di Barat sosoknya justru sangat berkilau. Tak heran, jika sang ilmuwan
Muslim itu begitu dihormati dan disegani. Orang Barat tetap menyebutnya dengan nama
Abul Wafa. Untuk menghormati pengabdian dan dedikasinya dalam mengembangkan
astronomi namanya pun diabadikan di kawah bulan.
Di antara sederet ulama dan ilmuwan Muslim yang dimiliki peradaban Islam, hanya 24
tokoh saja yang diabadikan di kawah bulan dan telah mendapat pengakuan dari Organisasi
Astronomi Internasional (IAU). Ke-24 tokoh Muslim itu resmi diakui IAU sebagai nama
kawah bulan secara bertahap pada abad ke-20 M, antara tahun 1935, 1961, 1970 dan 1976.
salah satunya Abul Wafa.
Kebanyakan, ilmuwan Muslim diadadikan di kawah bulan dengan nama panggilan Barat.
Abul Wafa adalah salah satu ilmuwan yang diabadikan di kawah bulan dengan nama asli.
Kawah bulan Abul Wafa terletak di koordinat 1.00 Timur, 116.60 Timur. Diameter kawah
bulan Abul Wafa diameternya mencapai 55 km. Kedalaman kawah bulan itu mencapai 2,8
km.
Lokasi kawah bulan Abul Wafa terletak di dekat ekuator bulan. Letaknya berdekatan
dengan sepasangang kawah Ctesibius dan Heron di sebelah timur. Di sebelah baratdaya
kawah bulan Abul Wafa terdapat kawah Vesalius dan di arah timur laut terdapat kawah bulan
yang lebih besar bernama King. Begitulah dunia astronomi modern mengakui jasa dan
kontribusinya sebagai seorang astronom di abad X.

29
6. Matematika Ala Abul Wafa
Salah satu jasa terbesar yang diberikan Abul Wafa bagi studi matematika adalah trigo no
metri. Trigonometri berasal dari kata trigonon = tiga sudut dan metro = mengukur. Ini adalah
adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsi trigo
no met rik seperti sinus, cosinus, dan tangen.
Trigonometri memiliki hubungan dengan geometri, meskipun ada ketidaksetujuan
tentang apa hubungannya; bagi beberapa orang, trigonometri adalah bagian dari geometri.
Dalam trigonometri, Abul Wafa telah memperkenalkan fungsi
tangen dan memperbaiki metode penghitungan tabel
trigonometri. Ia juga tutur memecahkan sejumlah masalah yang
berkaitan dengan spherical triangles.
Secara khusus, Abul Wafa berhasil menyusun rumus yang
menjadi identitas trigonometri. Inilah rumus yang dihasilkannya
itu:
sin(a + b) = sin(a)cos(b) + cos(a)sin(b)
cos(2a) = 1 - 2sin2(a)
sin(2a) = 2sin(a)cos(a)
Selain itu, Abul Wafa pun berhasil membentuk rumus geometri untuk parabola, yakni:
x4 = a and x4 + ax3 = b.

Rumus-rumus penting itu hanyalah secuil hasil pemikiran Abul Wafa yang hingga kini
masih bertahan. Kemampuannya menciptakan rumus-rumus baru matematika membuktikan
bahwa Abul Wafa adalah matematikus Muslim yang sangat jenius.

2.5.6 Al- Biruni (973- 1048)

1. Biografi
Abu rayhan Muhammed Ibnu Ahmad Al-Biruni terlahir menjelang terbit fajar pada 4
september 973 M di Kath (Kiva sekarang). Sebuah kota di sekitar wilayah aliran sungai
Oxus, Khwarizm (Uzbekistan). Masa kecilnya tidak banyak diketahui. Al-biruni dalam
biografinya mengaku sama sekali tidak mengenal ayahnya dan hanya sedikit mengenal
kakeknya.
Selain menguasai beragam ilmu pengetahuan, Al-biruni juga fasih dengan sederet bahasa
seperti Arab, Turki, Persia, Sansekerta, Yahudi dan Suriah. Semasa muda dia menimba ilmu
matematika dan astronomi dari Abu Nasir Mansur.

30
Menginjak usia 20 tahun, Al-Biruni telah menulis beberapa karya dibidang sains. Dia
juga kerap bertukar pikiran dan pengalaman dengan Ibnu Sina, Imuwan besar Muslim lainnya
yang begitu berpengaruh di Eropa. Al-Biruni tumbuh dewasa dalam situasi politik yang
kurang menentu. Ketika berusia 20 tahun, Dinasti Khwarizmi digullingkan oleh Emir
Ma’mun Ibnu Muhammad dari Gurgan. Saat itu, Al-Biruni meminta perlindungan dan
mengungsi di Istana Sultan Nuh Ibnu Mansur.
Pada 998 M, Sultan dan Al-Biruni pergi ke Gurgan di Laut Kaspia. Dia tinggal di
wilayah itu selama beberapa tahun. Selama tinggal di gurgan, Al-Biruni menyeleseikan salah
satu karyanya The Chronology of Ancient Nations. Sekira 11 tahun kemudian, dia kembali ke
Khwarizmi.
Sekembalinya dari Gurgan, Al-Biruni menduduki jabatan terhormat sebagai pensihat
sekaligus pejabat istana bagi pengganti Emir Ma’mun. pada 1017, situasi politik kembali
bergolak menyusul kematian anak kedu Emir Ma’mun akibat pemberontakan. Khwarizmi
pun diinvasi oleh Mahmud Ghazna pada 1017. Mahmud lalu membawa para pejabat istana
Khwarizmi untuk memperkuat kerajaanya yang bermarkas di Ghazna, afganistan. Al-Biruni
adalah seorang Ilmuwan dan pejabat istana yang ikut diboyong. Selain itu, ilmuwan lainnya
yang dibawa Mahmud ke Ghazna adalah matematikus, Ibnu Iraq, dan seorang dikter, Ibnu
Khammar.
Untuk meningkatkan prestise istana yang dipimpinnya, Mahmud sengaja menarik para
sarjana dan ilmuwan ke istana Ghazna. Mahmud pun melakukan beragam cara untuk
mendatangkan para ilmuwan ke wilayah kekuasaanya. Ibnu Sina sempat menerima undangan
bernada ancaman dari Mahmud agar dating dan mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya di istana Ghazna.
Meski Mahmud terkesan memaksa. Al-Biruni menikmati keberadaanya di Ghazna, Di
Istana, dia dihormati dan dengan leluasa dapat mengembangkan pengetahuan yang
dikuasainya. Salah satu tugas Al-Biruni adalah menjadi astrolog istana bagi Mahmud dan
penggantinya.
Pada 1017 hingga 1030, Al-Biruni berkesempatan melancong ke India. Selama 13 tahun,
dia mengkaji seluk-beluk India hingga melahirkan apa yang disebut Indologi atau studi
tentang India. Di negeri Hindustan itu dia mengumpulkan beragam bahan bagi penelitian
monumental yang dilakukannya. Dia mengorek dan menghimpun sejarah, kebiasaan,
keyakinan atau kepercayaan yang dianut masyarakat di subbenua India.
Di era keemasan Islam, Al-Biruni telah meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuwan
tertua yang berhubungan dengan fifik bumi. Sebagai ilmuwan yang menguasai beragam ilmu,

31
Al-Biruni jugan menjadi pelopor dalam berbagai metode pengembangan sains. Sejarah sains
mencatat, ilmuwan yang hidup diera kekuasaan dinasti Samanid itu merupakan salah satu
pelopor metode saintifik eksperimental. Dialah ilmuwan yang bertanggunag jawab
memperkenalkan metode eksperimental dalam ilmu mekanik. Al-Biruni juga tercatat sebgai
seorang perintis psikologi eksperimental.
Al-Biruni merupakan saintis pertama yang menelaborasi eksperimaen yang berhubungan
dengan fenomena astronomi sumbangan yang dicurahkanya untuk pengembangan ilmu
pengetahuan sungguh tidak ternilai. Al-Biruni pun tidak hanya menguasai beragam ilmu
seperti fisika, Antropologi, psikologi, kima, astrologi, sejarah, geografis, geodesi,
matematika, farmasi, kedokteran dan filsafat, tetapi juga turut memberikan kontribusi yang
begitu besar bagi setiap ilmu yang dikuasainya dengan menjadi seorang guru yang sangat
dikagumi para muridnya.
Al-Biruni wafat di usai 75 tahun pad 13 Desember 1048 di Ghazna. Untuk mengenang
jasanya, pada astronom mengabadikan nama Al-Biruni di kawah bulan.
3. Karya-Karya Besar Al Biruni
Selama hidupnya, Al-Biruni menghasilkan karya-karya yang besar,antara lain:
a. Di dalam bidang Astronomi
Di dalam bidang ini beliau mengarang buku yang berjudul Masudic Canon yang
didedikasikan kepada putra Mahmud, yaitu Ma’sud. Atas karyanya itu, Ma’sud
menghadiahkan seekor gajah bermuatan penuh dengan perak. Namun, Al-Biruni
mengembalikan hadiah yang ditermanya itu ke kas Negara. Sebagai bentuk penghargaan,
Ma’sud juga menjamin Al-Biruni dengan uang pension yang dapat membuatnya tenang
beristirahat serta terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Al-Biruni telah menulis risalah
tentang astrolabe serta memformulasikan table Astronomi untuk Sultan Ma’sud, “Papar Will
Durant tentang kontribusi Al-Biruni dalam bidang Astronomi. Selain itu, Al-Biruni juga
berjasa menuliskan risalah tentang planisphere dan armillary sphere. Dia bahkan mengatakan
bahwa bentuk bumi adalah bulat.
Al-Biruni tercatat sebgai astronom yang melakukan percobaan yang berhubungan dengan
fenomena astronomi. Dia menduga galaksi bima sakti adalah kumpulan sejumlah bingtang.
Pada 1031 dia merampungkan ensiklopedia astronomi yang sangat panjang, Al-Qanun Al
Mas’udi.
b. Di dalam bidang Astrologi
Di dalam bidang Ilmu ini beliau menulis buku yang berjudul The Elements of Astrology.
c. Dalam ilmu bumi

32
Al-Biruni menghasilkan sejumlah sumbangan penting sehingga dia dinobatkan sebagai
“Bapak Geodesi”. Dia juga memberi kontribusi signifikan katografi, geologi,geografi dan
mineralogy. Kartografi adalah ilmu membuat peta atau globe. Pada usia 22 tahun, Al-Biruni
telah menulis karya penting dalam kartografi, yakni sebuah setudi tentang proyeksi
pembuatan peta. Pada usia 17 tahun, Al-Biruni sudah mampu menghitung garis lintang Kath
Khwarizmi dengan menggunakan ketinggian matahari. “kontribusi penting dalam bidang
geodesi dan geografi telah disumbangkan Al-Biruni. Dia telah memeperkenalkan teknik
mengukur bumi dan jaraknya menggunakan triangulasi,” papar John J. O’Connor dan
Edmund F. Robertson dalam MacTutor History of Mathematics.
d. Dalam Bidang Geologi
Al-Biruni juga telah menghasilkan karya dalam bidang geologi. Salah satunya dia
menulis tentang geologi India.
e. Dalam bidang Mineralogy
Sementara itu Dalam bidang Mineralogy dia menulis kitab berjudul Al wahir _Jaatau
Book of Precious Stones yang menjelaskan beragam mineral. Dia mengklasifikasikan setiap
mineral berdasarkan warna, bau, kekerasan, kepadatan, serta beratnya.Al-Biruni telah
berperan mengenalkan metode saintifik dalam setiap bidang yang dipelajarinya. Misalnya,
dalam Al-Jamawir yang sangat eksperimental.
f. Pada bidang Optic
Al-Biruni bersama Ibnu Al-Haitham termasuk ilmuwan pertama yang mengkaji dan
mempelajari ilmu optic. Dialah yang pertama kali menemukan bahwa kecepatan cahaya lebih
cepat dari kecepatan suara.
g. Dalam Ilmu Social.
Al-Biruni didapuk sebagai antropolog pertama didunia. Dia menulis secara detail studi
kompertaif terkait antropologi manusia, agama, dan budaya di Timur Tengah, Mediterania,
dan Asia Selatan. Dia dipuji sejumlah ilmuwan karena telah mengembangkan antropologi
Islam. Dia juga mengembangkan metodelogi yang canggih dalam studi antropologi.
h. Dalam bidang Sejarah
Pada usia 27 tahun, dia telah menulis buku sejarah yang berjudul Chronology. sayangnya
buku ini telah hilang. Dalam kitab yang ditulisnya, Fi Tahqiq ma Li’I-Hid atau penelitian
tentang India, dia membedakan metode saintifik dengan metode histories.
i. Dalam bidang Matematika

33
Dia juga memberikan sumbangan yang signifikan bagi pengembangan matematika,
khusunya dalam bidang teori dan praktik aritmatika, bilangan irasional, teori rasio, geometri,
dan lainnya.

4. Pendapat para Ilmuan mengenai sosok Al Birun


“Dia salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah manusia”. Begitulah Al-Sabra menjuluki
Al-Biruni, ilmuwan muslim serba bisa dari abad ke 10M. bapak sejarah Sains Barat, George
Sarton pun mengagumi kiprah dan pencapaian Al-Biruni dalam beragam disiplin ilmu.
‘Semua pasti sepakat bahwa Al-Biruni adlaah seoarang Ilmuwan yang sangat hebat sepanjang
zaman”, cetus Sarton.
Bukan tanpa alas an jika Sarton dan Serba mendapuknya sebagai ilmuwan yang agung.
Sejatinya, Al-Biruni memang seorang saintis yang fenimenal. Sejarah mencatat Al-
Biruni sebgaia sarjana muslim pertama yang mengkaji dan mempelajari seluk-beluk India
dan tradisi Brahminical. Kerja kerasnya ini menobatkannya sebagai “Bapak Idiologi”.

2.5.7 Al- Kharki (1029)

1. Biografi
Al-Karkhi adalah salah satu ahli matematika Muslim
yang terkenal, dan “salah satu ahli matematika yang
termasyhur yang mempunyai pengaruh nyata terhadap
perkembangan ilmu matematika.” Tetapi hanya sedikit
informasi tentang dirinya yang tersedia.
Dia adalah Abu Bakar Muhammad lbnu al-Hassan (atau
Hussain) al-Hassib al-Karkhi (setelah Karakh, sebuah kota di
bagian Baghdad). Dia tinggal di Baghdad pada masa Vizir
Abu Ghalib Muhammad Ibnu Khalf Fakhr al-Malik, Menteri
Baha’u Dawla al-Bouwayhi.

2. Karya- karya
a. Kontribusi Ilmiahnya
Buku-buku Al-Karkhi berisi tentang masa awal dalam sejarah bangsa Arab, penyelesaian
tentang persamaan yang tidak menentukan seperti persamaan-persamaan menggunaka
metode-metode yang diambil dari De Fuentes.

34
Al-Karkhi juga muncul dengan beberapa solusi terhadap persamaan-persamaan dua
urutan dan mempersembahkan penelitian tentang perkiraan akar pangkat angka-angka dan
bukti tentang penemuan total kuadrat dan pangkat tiga dan penomoran alami yang dia hitung.
Karya-karya Besarnya Kitab “Al-Fakhri fi aI-Jabr” Buku ini disebut al-Fakhri di bawah
Fakhr al-Mulk dan sudah dihimpun antara 401 dan 407. Smith berkata dalam bukunya yang
berjudul History of Mathematics bahwa buku al-Fakhri adalah sebuah warisan yang bernilai
dalam ilmu al jabar. Sebuah penerjemahan dilakukan pada tahun 1853 oleh orientalis
berkebangsaan Prancis yang bernama Franz Woepcke.
Al-Kafi fi al-Hissab (Dasar-dasar Kalkulus). Buku ini diterbitkan antara 401 dan 407 dan
diberikan sebagai sebuah hadiah kepada Fakhr al-Mulk. Buku ini berhubungan dengan
prinsipp rinsip kalkulus yang dikenal pada masa itu sejalan dengan beberapa aturan
perubahan dan metode penghitungan untuk memfasilitasi beberapa operasi. Penulis tidak
menggunakan penomoran India dalam bukunya melainkan menulisnya dalam surat. Buku ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh Hocheim dan diperbaiki dalam tiga volume
antara 1878 dan 1880.
Disamping itu, Al-Kharki adalah matematician Arab yang menemukan dan sekaligus
membuktikan teorema untuk jumlah deret :
1. 12 + 22 + 32 42+ .......+ n2 = ( 1+2+3+4+......)

2. 13+ 23 +33 + 43+ ......+ n3 = (1+2+3+4+.......)2

2.5.8 Al- Kashi (1436)


1. Biografi
merupakan ilmuawan yang sangat hebat, dan salah seorang yang paling terkenal di
dunia. Namanya Ghiyath al-Din Jamshid Mas Ud al-ʿ Kashi (atau al-Kasyani ) ( Persia :
‫ کاشانی جمشید غیاثالدین‬Ghiyas-ud-din Jamshid Kashani ) (c. 1380 Kashan ,Iran - 22 Juni 1429
Samarkand , Transoxania ) adalah Persia astronom dan matematikawan. Jamshid al-Kashi
merupakan salah seorang matematikus masyhur di dunia Islam. Ia adalah seorang saintis
yang mengembangkan matematika dan astronomi pada zaman kejayaan Dinasti Timurid, di
Samarkand abad ke-14 M. Ia berjasa mengembangkan ilmu matematika dan astronomi
dengan sederet penemuannya.
Al-Kashi terlahir pada 1380 di Kashan, sebuah padang pasir di sebelah utara wilayah Iran
Tengah. Ia hidup pada era kekuasaan Timur Lenk, pendiri Dinasti Timurid, yang
memenangkan sederet pertempuran. Timur Lenk memproklamirkan dirinya sebagai penguasa
dan tokoh restorasi Kekaisaran Mongol di Samarkand pada 1370.

35
Pada 1383, Timur Lenk mulai menaklukan Persia dengan merebut wilayah Herat. Setelah
Timur Lenk wafat pada 1405, kerajaan yang didirikannya terbagi menjadi dua dan dipimpin
dua anak lelakinya. Salah satu putranya bernama Shah Rukh. Ketika Timur Lenk berkuasa, ia
hanya fokus pada bidang militer dan penaklukan wilayah. Akibatnya, masyarakatnya hidup
dalam penderitaan dan kemiskinan. Pada masa itu, al-Kashi juga merasakan betapa hidupnya
begitu sussah karena kemiskinan yang melilitnya.
Hidup dalam kemiskinan, tak membuat al-Kashi putus asa. Semangatnya untuk belajar
tak pernah surut. Sejak kecil, matematika dan astronomi telah membetot perhatiannya. Ia
sangat mencintai kedua ilmu itu. Seperti para ilmuwan hebat lainnya, ia biasa melakukan
perjalanan dari kota ke kota untuk menimba ilmu pengetahuan.
Setelah Shah Rukh menduduki tampuk kekuasaan, kondisi di tanah kelahirannya mulai
membaik. Shah Rukh mulai memperbaiki kehidupan rakyatnya. Dia berusaha meningkatkan
ekonomi, kesejahteraan rakyatnya. Bahkan dia juga sangat mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan kesenian.
Maka rakyat yang dulu berada dalam penderitaan akibat banyaknya peperangan, kini bisa
bernafas dengan lega. Sehingga mereka memikirkan hal-hal yang lebih baik guna
memperbaiki kehidupan seperti pendidikan dan seni,
Angin segar yang dibawa Sah Rukh itu membuat ilmu pengetahuan begitu berkembang
pesat. Semuanya berkat dukungan Shah Rukh. Al-Kashi pun memutuskan untuk kembali ke
kampung halamannya. Dengan giat, ia mengembangkan ilmu astronomi dan matematika yang
diakuasainya.
Al-Kashi pun berhasil melakukan observasi terhadap gerhana bulan di Kashan yang tepat
terjadi pada 2 Juni 1406. Dukungan kuat terhadap berbagai macam penelitian yang dilakukan
al-Kashi juga diberikan oleh Ilugh Beg, penguasa kota Samarkand bagian dari Kerajaan
Timur Lenk.

2. Sumbangan Al-Kashi bagi Ilmu Pengetahuan


Selama hidupnya, al-Kashi telah menyumbangkan dan mewariskan sederet penemuan
penting bagi astronomi dan matematika.
a. Bidang Astronomi Buku tabel astronomi Khaqani Zij
Dalam buku tersebut terdapat tabel trigonometri yang berisi fungsi sinus, tabel gerakan
longitudinal matahari, bulan, juga planet-planet. Al-Kashi juga membuat tabel garis bujur dan
garis lintang yang paralaks dengan garis lintang, tabel gerhana, juga tabel saat bulan dapat
dilihat.

36
b. Risalah Instrumen observasi astronomi
Pada 1416, al-Kashi menulis buku berjudul Risalah Instrumen Observasi Astronomi.
Dalam buku tersebut, al-Kashi menggambarkan berbagai macam instrumen yang berbeda
untuk observasi astronomi seperti triquetrum, bola armillary , equinoctial armillary juga
solsticial armillary, sinus, sextant , Fakhri sextant di tempat observatorium Samarkand.
c. Plate of Conjunctions
Al-Kashi menemukan Plate of Conjunctions semacam alat analog perhitungan yang
digunakan untuk menentukan waktu dan hari kapan konjungsi planet akan terjadi.

Al-Kashi juga menemukan computer planet yang dia sebut sebagai Plate of Zones yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah tentang planet seperti prediksi posisi
yang benar antara matahari dan bulan dalam garis bujur, garis lintang matahari, bulan, dan
planet-planet. Instrumen tersebut juga digunkan untuk mengukur ekliptika matahari.

3. Bidang Matematika Hukum Cosinus


Di Prancis, Hukum Cosinus dikenal sebagai Theoreme d'Al-Kashi (Teorema Al-Kashi).
Sebab Al-Kashi merupakan orang yang pertama yang menemukan hukum tersebut. Dia juga
memberikan sejumlah alasan mengapa Hukum Cosinus bisa digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah yang berhubungan dengan segitiga.
Risalah Kord dan Sinus
Dalam bukunya yang berjudul Risalah Kord dan Sinus, dia menghitung nilai sin 1°
dengan sangat akurat. Dari semua ilmuwan matematika pada masanya, hanya Al Kashi yang
bisa menilai sin 1° dengan akurat hingga muncullah seorang ahli matematika pada abad ke-16
yakni Taqi al-Din.
Al-Kashi juga mengembangkan berbagai macam metode untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan persamaan kubik yang baru dipelajari di Eropa beberapa abad setelah
penemuannya. Untuk menghitung nilai sin 1° dengan tepat, Al-Kashi menemukan rumus
matematika yang sering disebut sebagai persembahan kepada Francois Viete.
Pecahan decimal
Pecahan desimal yang digunakan oleh orang-orang Cina pada zaman kuno selama
berabad-abad, sebenarnya merupakan pecahan desimal yang diciptakan oleh al-Kashi.
Pecahan desimal ini merupakan salah satu karya besarnya yang memudahkan untuk
menghitung aritmatika yang dia bahas dalam karyanya yang berjudul Kunci Aritmatika yang
diterbitkan pada awal abad ke-15 di Samarkand.

37
Segitiga Khayyam
Untuk menandingi kebesaran segitiga Pascal, di Persia dikenal Segitiga Khayyam dari
nama Omar Khayyam. Segitiga Pascal pertama kali diketahui dari sebuah buku karya Yang
Hui yang ditulis pada tahun 1261, salah seorang ahli matematika Dinasti Sung yang
termasyhur.
Namun, sebenarnya segitiga tersebut telah dibahas dalam buku karya Al Kashi yang
disebut dengan Segitiga Khayyam. Dan kita semua tahu bahwa ilmu di Cina dan Persia itu
sudah tua. Sedangkan segitiga Pascal yang dibahas oleh Peter Apian, seorang ahli Aritmatika
dari Jerman baru diterbitkan pada 1527. Sehingga bisa disimpulkan bahwa Segitiga Khayyam
muncul terlebih dulu sebelum segitiga Pascal.
4. Karya
Di antara karya-karya Al-Kashi adalah:
1. Sullamus Sama’i (Tangga Langit), buku yang mengulas tandas soal-soal ukuran dan
jarak benda-benda langit.
2. Risalah al-Muhithath, Nisbathul Qathri ila Muhith, yaitu risalah yang berkaitan
dengan alam sekitar.
3. Risalah al-Witr wa al-jaib, yaitu risalah yang menerangkan tentang garis serong atau
sisi miring pada tiga segi lurus.
4. Kitab Nuzhah al-Hadaiq, yaitu kitab risalah yang menerangkan tentang cara membuat
penanggalan bintang-bintang dan jaraknya dari bumi, gerhana bumi dan hal-hal yang
berkaitan dengannya. Di dalamnya juga dideskripsikan suatu aquatorium yang serupa
dengan yang dilakukan oleh Chaucer (lihat D. J. Price“The Equatory of the Planets”,
Cambridge: 1955). Ini disebutnya sebagai sebuah“Tabak al-Manatik” yang dirancang
buat menentukan posisi planet-planet dengan cara-cara manual. Rujukan-rujukan awal
pada suatu peralatan macam itu tampak dalam karya Azarquiel (al-Zarkali) Hispano –
Arab.
5. Miftah al-Hisab. Dalam prolog buku ini Al-Kashi menyuguhkan urutan daftar buah
penanya yang dibagi dan diklasifikasi, disertai penjelasan terinci soal aritmatika. Ia
juga menunjukkan bahwa ia telah mengetahui bukti per 9 memecah sejumlah seri
sehingga sampai pangkat keempat dari bilangan-bilangan alamiah. Bahkan tabel-tabel
yang menjadi lampiran dalam buku ini, masih bermanfaat bagi dunia aritmatika
hingga saat sekarang ini.
6. Al-Asas, yaitu buku yang menjelaskan tentang cara menemukan garis hitungan (slide
rule) yang merupakan kebanggaan para ahli matematika di zaman modern ini.

38
Yang tampaknya menjadi tahun paling menentukan dalam hidupnya adalah tahun
819/1419 M yakni tatkala astronom ‘kelas dunia’ ini menyelesaikan sebuah risalah tentang
peralatan-peralatan astronomis yang kemudian dipersembahkan kepada Pangeran Iskandar
dari Aka-Koyunlu. Di sana diulas secara gamblang, ringkas, padat, namun penuh cermat,
sejumlah instrumen yang telah disebutkan dalam “almagest” dan peralatan astronomi lain
hasil temuan, ciptaan dan rancang bangun astronom muslim sebelumnya. Di tahun itu juga
Al-Kashi alias Al-kashandi menyudahi versi bukunya“Nuzhat al-hadaiq”, serta memperoleh
kehormatan diundang secara khusus oleh astronom kawakan Ulugh Bek, yang sepertinya
diajukan atas “memo” dari Kadi Zada Ar-Rumi, agar ia menetap saja di Samarkand – Markas
pusat astronomi Ulugh Bek.
Dari kota megapolitan inilah Al-Kashi lalu mengirim surat pada ayahnya sambil
menuliskan gaya hidup pada “abdi dalem” istana raja, hubungan kesejawatan kaum
intelektualnya dengan astronomi beken, dan juga Kadi Zada Ar-Rumi. Termasuk di dalamnya
setiap masalah-masalah keilmuan yang bersifat kontroversil. Tetapi di bagian lain tak lupa ia
ingatkan kaitan ujian-ujian dan seleksi-seleksi ketat dari kaum penyair agar mereka dapat
bebas keluar masuk istana kerajaan tanpa dicekal.

Di Samarkand, salah satu tugas yang diembannya adalah membantu menyusun tabel-
tabel Ulugh Bek serta berpartisipasi dalam menegakkan sebuah pusat observatorium besar. Di
belakang hari, bangunan observatorium tersebut, menurut Sayili (The Observatory in Islam,
Ankara, Turki, 1960) diduga kuat kental sekali pengaruhnya terhadap gedung-gedung
observatorium Eropa.

7. Wafat
Al-Kashi juga mempelopori pengembangan sistem seksagesimal mutlak sebagaimana
pernah dirintis dasar-dasarnya oleh orang Babylonia Kuno, yakni menemukan fraksi-fraksi
desimal yang tidak dikenal di Eropa sebelum zamannya Stavior dari Bruges (1585). Al-Kashi
pun dengan cemerlang menunjukkan kaidah-kaidah hukum untuk lewat dari satu sistem ke
sistem lain, serta menggelar tabel-tabel bantu untuk bermacam ragam perhitungan, membahas
hingga ke akar-akar masalah trigonometri dan aljabar. Bahkan ia juga memberi penyelesaian
alternatif bagi sekian banyak sistem yang sukar dipecahkan. Al-kashi meninggal dunia pada
19 Ramadhan 832/22 januari 1429 di Samarkand.

39
2.5.9 Al kindi

Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani ke dalam


bahasa Arab. Dan memang, sejak didirikannya Bayt al-Hikmah oleh al-Ma’mun, al-
Kindi sendiri turut aktif dalam kegiatan penerjemahan ini. Di samping menerjemah, al-Kindi
juga memperbaiki terjemahan-terjemahan sebelumnya. Karena keahlian dan keluasan
pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di istana dan menjadi guru putra Khalifah al-
Mu’tasim Ahmad. Ia adalah filosof berbangsa Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim
pertama. Memang, secara etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari
suku Kindah, salah satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-
Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin
setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing
tersebut.

Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang


berkembang pada saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia
sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena
matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja
yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting
sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian
dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika.
Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni,
geometri dan astronomi.

2.5.10Al Karaji
1. Biografi
Al-Karaji (dieja Al-Karadji), Abu Bakr Muhammad b. al-
Hasan (atau al-Husain di beberapa sumber) adalah seorang ahli
matematika abad ke-10 dan insinyur (abad ke-4 H). Ia dikenal sebagai Al-Hasib (the
calculator, yang berarti ahli matematika). Menurut Levi Della Vida Girogio, ia adalah
penduduk asli Karadj (di Iran) dan bukan dari distrik Al-Karkh dari Baghad, seperti yang
diklaim dalam beberapa tulisan-tulisan modern.
Saat masih muda, ia pergi ke Baghdad, di sana ia memegang posisi tinggi dalam
pemerintahan dan menyusun, Pada 402 H/1011-12 CE, karya yang dikenal dalam matematika

40
Al-Fakhri, Al-Kafi dan Al-Badi ', di mana ia berusaha untuk membebaskan aljabar dari
geometri. kemudian ia kembali ke tanah kelahirannya, dan wafat pada 406 H/1015 M.
Dari abad ke-9 sampai abad ke-16, masyarakat Islam mengalami "zaman keemasan" ilmu
pengetahuan dan teknologi. Salah satu bidang yang paling penting adalah, mereka
menerapkan pengetahuan dan pengalaman praktis adalah luasnya wilayah hidrologi, dalam
arti berbagai sarana air bersih, pengendalian gerakan air, dan perangkat yang berbeda
ditemukan dan diterapkan di dalamnya. Munculnya kota-kota seperti Baghdad, Kairo,
Cordoba, Damaskus, Fez dan Marrakech maka diperlukan metode yang pengelolaan air yang
canggih untuk memasok pertumbuhan populasi yang cepat. Mengintegrasikan, mengadaptasi
dan teknik penyulingan irigasi dan warisan metode distribusi air dari keahlian lokal atau
dipinjam dari peradaban kuno, para insinyur air Islam memulai sejak abad ke-8 untuk
membangun sebuah revolusi pertanian pada sebagian besar penguasaan hidrologi.
Adalah Muhammad al-Karaji, seorang saintis terkemuka dari Karaj, Persia. Lewat Kitab
Inbat al-miyah al-Khafiya, al-Karaji mengkaji dan menyumbangkan pemikirannya dalam
ilmu ekstraksi air bawah tanah. Berkat kehebatannya, ia bahkan mendapat j ulukan
sebagai pelopor mesin air.
Studi hidrologi dibahas al-Kajari dalam Kitab Inbat al-Miyah al-Khafiya yang ditulisnya
sekitar tahun 1000 M. Buku itu membahas cara untuk memperoleh atu mendapatkan air yang
terdapat di bawah tanah. Air tersembunyi itu bisa dimanfaatkan untuk menggerakan roda
ekonomi dan kehidupan sosial.
Menurut para sejarawan, al-Karaji, menulis karya matematikanya di Baghdad, namun ia
menyusun bukunya secara diam-diam di perairan di wilayah Jaba, Persia. Di wilayah itu
terdapat pengembangan beberapa proyek hidrolik, termasuk qanat.
2. Inbat al-Miyah al-Khafiya
Inbat al-Miyah al-Khafiya merupakan satu-satunya buku teknik mesin karya Al-Karaji.
Buku tersebut dicetak ulang pada era modern di Haydarabad tahun 1940. Edisi lain
dikeluarkan pada tahun 1997 oleh Institute of Arabic Manuscripts di Kairo. Buku itu
diterjemahkan ke dalam bahasa Persia oleh H Khadiv-Djam pada 1966.
Buku itu juga dialihbahasakan ke dalam bahasa Prancis oleh Aly Mazaheri pada 1973.
Dan muncul baru-baru ini dalam terjemahan bahasa Italia tahun 2007. Tidak ada terjemahan
lengkap dalam bahasa Inggris dan bahasa Jerman. Kitab ini disimpan di perpustakaan
Universitas Pennsylvania, Sam Fogg, London, pada Desember 2000.
Dalam pengantar buku itu, al-Karaji mengungkapkan, dirinya terinspirasi membuat buku
itu ketika tiba di Baghdad. Di metropolis intelektual dunia itu, ia melihat semua orang, dari

41
mulai anak-anak hingga orang tua sangat mencintai ilmu pengetahuan. Hal tersebut
mendorongnya untuk mengarang buku matematika, khususnya mengkaji aritmatika dan
geometri.
Sekembali dari Baghdad, ia kemudian mulai melakukan penelitian ilmiah. Berbekal
dukungan dari penguasa Muslim bernama Abu Ghanim Ma'ruf bin Muhammad, al-Kajari
lalu meneliti dan mencurahkan pikirannya bagi pengembangan hidrologi. Ia lalu
memutuskan untuk menulsi buku tentang air yang tersembunyi di perairan.
Inbat al-Miyah al-Khafiya merupakan karya manual tentang hidrolik air yang sangat
baik. Selain membahas hidrologi, buku ini juga berisi beberapa catatan biografis otomatis,
serta diskusi dari serangkaian konsep relatif terhadap geografi dunia. Tak hanya itu, buku ini
juga dilengkapi dengan beberapa pertanda dalam fenomena alam, dan memberikan perhatian
yang besar untuk survei teknik, terutama hidrologi.
Penulis menjelaskan jumlah instrumen survei, dasar geometris yang ia jelaskan dengan
rincian nyata tentang konstruksi dan cara kerja qanat. Al-Karaji juga menjelaskan
terowongan bawah tanah (ia membuat sebuah kiasan untuk Isfahan) untuk menyediakan
air di tempat gersang.
"Dia juga membahas dasar legalitas pembangunan sumur dan saluran hidrolik. Di sini
dia merujuk kepada sekolah fiqh (hukum Islam) dan menunjukkan bahwa dia menyadari
hukum dimensi hidrologi, sebagai techno-disiplin ilmu terkait erat dengan masyarakat dan
ekonomi," jelas Muhammad Abattouy.
Sebagai risalah ilmiah, buku ini merupakan kontribusi asli dalam hidrologi, survei dan
aspek lain dari geologi, dan membuktikan lanjutan kepada pengetahuan tentang tanah sekitar
abad ke-10 M di dunia Islam. Al-Karaji mengungkap secara mendalam dan tentang teori
tanah yang terbilang sulit untuk dipahami. Kontribusinya dalam bidang ini adalah yang
tertua yang dikenal dalam bentuk teks pada subjek.
Pengetahuannya tentang air bawah tanah pada umumnya sesuai dengan pemahaman
subjek modern. Walaupun ia tidak pernah menampilkan seluruh siklus seperti yang kita tahu,
ia mencatat dalam berbagai petikan dari bukunya masing-masing tahap individu.
Isi buku kira-kira dapat diringkas sebagai berikut. Risalah yang dibagi menjadi 25
bab dapat dikelompokkan dalam tujuh bagian atau bagian. Bagian pertama adalah sebuah
pengenalan risalah, dimulai dengan basmalah dan penegasan bahwa buku itu didedikasikan
kepada Menteri Abu Ghanim Ma'ruf bin Muhammad..

42
2.5.11Ibnu Sina
1. Biografi
Nama lengkap ibnu sina adalah Abu `Ali al-Husain
ibnu `Abdillah ibn Hasan ibnu `Ali Sina. Di Eropa (dunia
Barat) ibnu sina lebih dikenal dengan sebutan akibat
terjadinya metamorphose Yahudi- Spanyol-Latin. Dari
bahasa Spanyol kata Ibnu untuk ibnu sina diucapkan Aben
atau Even. Terjadinya perubahan ini berawal dari usaha
penerjemahan naskah-naskah Arab ke dalam bahasa Latin
pada pertengahan abad kedua belas di Spanyol. ibnu sina
dilahirkan pada tahun 370 H / 980 M di Afshana, sebuah kota kecil dekat Bukhara, sekarang
wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia), dan wafat pada jum`at pertama Ramadhan tahun
428 H/1037 M dalam usia 57 tahun, jasad ibnu sina dikebumikan di Hamadzan (Tehran).
Ayah ibnu sina bernama Abdullah dari Balkh merupakan seorang sarjana terhormat
Ismaili, berasal dari Balkh Khurasan, pada saat kelahiran putranya yaitu ibnu sina, ayah ibnu
sina menjabat sebagai gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh Ibnu Mansur,
sekarang wilayah Afghanistan (Persia). Ibu ibnu sina/ bernama Satarah berasal dari daerah
Afshana.
Nama ibnu sina semakin terkenal ketika ibnu sina mampu menyembuhkan penyakit Raja
Bukhara bernama Nuh ibn Manshur, saat itu umur ibnu sina baru 17 tahun. Sebagai
penghargaan, raja meminta ibnu sina menetap di Istana selama sang raja dalam proses
penyembuhan. Namun ibnu sina menolaknya dengan halus, sebagai imbalannya beliau (ibnu
sina) hanya meminta izin untuk menggunakan perpustakaan kerajaan terdapat didalamnya
buku-buku, buku tersebut sulit didapatkan.
Hal itu dimanfaatkan ibnu sina untuk membaca, mencari berbagai referensi dasar untuk
menambah ilmunya agar lebih luas berkembang. Kemampuan ibnu sina dengan cepat
menyerap berbagai cabang ilmu pengetahuan membuatnya menguasai berbagai materi
intelektual dari perpustakaan kerajaan. Karena kejeniusannya itu, ibnu sina mendapatkan
gelar ilmiah, diantaranya Syaikh Ra`is serta Galenos Arab. Gelar tersebut diraih oleh ibnu
sina ketika umurnya masih remaja.
Setelah ayah ibnu sina meninggal saat beliau/ibnu sina berusia 22 tahun, beliau (ibnu
sina) hijrah ke Jurjan, suatu kota di dekat laut kaspia, di sanalah ia (ibnu sina) mulai menulis
ensiklopedianya tentang ilmu kedokteran kemudian terkenal dengan nama al-Qanun fi al-tibb
(the Qanun). Kemudian ibnu sina pindah ke Ray, kota di sebelah Taheran, selanjutnya /ibnu

43
sina bekerja kepada Ratu Sayyedah dan anaknya Majd al-Dawlah. Kemudian Sultan Syams
al-Dawlah penguasa di Hamdan (di bahagian Barat dari Iran) mengangkat ibnu sina menjadi
Menterinya. Kemudian ibnu sina Hijrah ke Isfahan, ibnu sina meninggal dunia sebab sakit
yang diderita ibnu sina yaitu penyakit disentri pada pada tahun 428 Hijrah bersamaan dengan
tahun 103 Masehi di Hamazan ( sekarang wilayah Iran).

2. Karya- karya
Dalam sejarah kehidupannya, Ibnu Sina juga dikenal sebagai seorang ilmuwan yang
sangat produktif dalam menghasilkan berbagai karya buku. Buku-buku karangannya hampir
meliputi seluruh cabang ilmu pengetahuan, diantarannya ilmu kedokteran, filsafat, ilmu jiwa,
fisika, logika, politik dan sastra arab. Adapun karya-karyanya sebagai berikut :
a. Kitab Qanun fi al-Thib, merupakan karya ibnu sina dalam bidang ilmu kedokteran.
Buku ini pernah menjadi satu-satunya rujukan dalam bidang kedokteran di Eropa
selama lebih kurang lima abad. Buku ini merupakan iktisar pengobatan Islam juga
diajarkan hingga kini di Timur.
b. Kitab As-Syifa, merupakan karya ibnu sina dalam bidang filsafat. Kitab ini antara
lain berisikan tentang uraian filsafat dengan segala aspeknya
c. Kitab An-Najah, merupakan kitab tentang ringkasan dari kitab As-Syifa, kitab ini
ditulis oleh ibnu sina untuk para pelajar yang ingin mempelajari dasar-dasar ilmu
hikmah, selain itu buku ini juga secara lengkap membahas tentang pemikiran Ibnu
Sina tentang ilmu Jiwa.
d. Kitab Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah, merupakan karya Ibnu Sina dalam bidang
ilmu fisika. Buku ini ditulis dalam bahasa Arab juga masih tersimpan dalam
berbagai perpustakaan di Istanbul, penerbitannya pertama kali dilakukan di Kairo
pada tahun 1910 M, sedangkan terjemahannya dalam bahasa Yahudi dan Latin
masih terdapat hingga sekarang.
e. Kitab al- Isyarat wa al-Tanbihat, isinya mengandung uraian tentang logika dan
hikmah.
Selain kitab-kitab tersebut masih banyak karya ibnu sina berjumlah cukup besar, namun
untuk mengetahui berapa jumlah buku karya-karya ibnu sina/ tersebut secara pasti sangatlah
sulit, mengingat perbedaan tentang sedikit banyaknya data yang digunakan. Namun untuk
menjawab hal ini, setidaknya ada dua pendapat. Pertama, dari penyelidikan yang dilakukan
oleh Father dari Domician di Kairo terhadap karya-karya Ibnu Sina, ia mencatat sebanyak
276 (dua ratus tujuh puluh enam) buah. Kedua, Phillip K.Hitti dengan menggunakan daftar

44
dan dibuat al-Qifti mengatakan bahwa karya-karya tulis Ibnu Sina sekitar 99 (sembilan puluh
sembilan) buah.
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran juga telaahnya di bidang
kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah ke Eropa. Kontribusi
Ibnu Sina terhadap pemikiran serta ilmu pengetahuan amatlah besar dan diakui berpengaruh
signifikan kepada para ilmuwan, pemikir, filusuf generasi-generasi sesudahnya. Berkat
prestasinya dalam ilmu medis, Ibnu Sina memperoleh julukan “Father of Doctors” (Bapak
Para Dokter). Natsir Arsyad[17] menyebutkan bahwa dokter kawakan Ibnu Sina pernah
dijuluki sebagai Medicorum Principal atau “Raja Diraja Dokter”, oleh kaum Latin Skolastik.
Julukan lain juga diberikan kepada Ibnu Sina, seperti, “Raja Obat”. Dalam dunia Islam
sendiri, ibnu sina dianggap sebagai zenith, puncak tertinggi dalam ilmu kedokteran.
George Sarton, menyatakan bahwa prestasi medis Ibnu Sina sedemikian lengkap
sehingga mengecilkan sumbangan lainnya dari seluruh dunia, seolah-olah mereka hanya
membuat penemuan kecil, sementara itu penyelidikan orisinal menyusut beberapa abad
setelah masa Ibnu Sina. Sarton juga menguraikan pengaruh Ibnu Sina sangat besar terhadap
ruang lingkup juga perkembangan ilmu kedokteran Barat. Karya ilmiah (textbook) Ibnu Sina
merupakan referensi dasar utama ilmu medis di Eropa dalam periode waktu yang lebih
panjang dari buku-buku lainnya yang pernah ditulis.
Sepertinya kontribusi terpenting Ibnu Sina diwariskan untuk dunia kedokteran adalah
dalam ilmu medisnya, yaitu Qanun fi al-Thibb (Canon of Medicine, Konstitusi Ilmu
Kedokteran). Seyyed Hossein Nasr[19] menyebutkan bahwa karya besar Qanun itu adalah
karya paling banyak dibaca, hal ini besar pengaruhnya pada ilmu medis Islam dan Eropa.
Karya besar ini merupakan satu dari buku yang paling sering dicetak di Eropa pada masa
Renaisans dalam terjemahan Latin-nya oleh Gerard dari Cremona. Buku teks standar ini
terdiri dari lima bagian pokok: prinsip-prinsip umum, obat-obatan, penyakit organ-organ
tertentu, penyakit lokal bertendensi menjalar ke seluruh tubuh, seumpama demam,juga obat-
obatan majemuk. Arsyad juga menyebutkan bahwa buku Qanun Ibnu Sina sejak zaman
dinasti Han di Cina telah menjadi buku standar karya-karya medis Cina. Pada Abad
Pertengahan, sejumlah besar karya Ibnu Sina telah diterjemahkan dalam bahasa Latin juga
Hebrew, yang merupakan bahasa-bahasa pengantar ilmu pengetahuan masa itu.
Di bidang filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya, bahkan
sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina otodidak juga genius orisinil, bukan hanya dunia Islam
menyanjung (ibnu sina) sebagai satu bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, juga
bukan pinjaman, sehingga Roger Bacon, filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad

45
Pertengahan nbsp; filusuf generasi-generasi sesudahnya. Berkat prestasinya dalam ilmu
medis, Ibnu Sina memperoleh julukan menyatakan dalam Regacy of Islam-nya Alfred
Gullaume; “Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tidak dapat memberi pengaruh di
Barat, karena kitabnya tersembunyi entah dimana, kendatipun ada, sangat sukar sekali
didapatnya serta sangat susah dipahami kemudian digemari orang karena peperangan -
peperangan yang meraja lela di sebeleah Timur, sampai saatnya Ibnu Sina, Ibnu Rusyd juga
pujangga Timur lain membuktikan kembali falsafah Aristoteles disertai dengan penerangan
dan keterangan yang luas.
Selain kepandaiannya sebagai flosof dan dokter, ibnu sina pun penyair. Ilmu – ilmu
pengetahuan seperti ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ditulisnya dalam bentuk syair, dapat
ditemukan melalui buku-buku karya ibnu sina untuk ilmu logika dengan syair. banyak buku-
buku ibnu sina telah disalin kedalam bahasa Latin. Ketika orang–orang Eropa diabad tengah,
mulai mempergunakan buku - buku itu sebagai textbook, di berbagai universitas. Oleh karena
itu nama Ibnu Sina dalam abad pertengahan di Eropa sangat berpengaruh.[22] Dalam dunia
Islam kitab-kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja karena kepadatan ilmunya, akan tetapi
karena bahasanya yang baik dan caranya menulis sangat terang. Selain menulis dalam bahasa
Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa Persia. Buku -bukunya dalam bahasa Persia, telah
diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.
Dapat disimpulkan bahwa begitu besarnya pengaruh dari sosok Ibnu Sina mengenai
pemikiran yang beliau tuangkan kepada kita. Ide-ide cemerlang dari ibnu sina memberikan
dampak signifikan dalam ilmu pengetahuan, untuk itulah mari kita memperbanyak syukur
karena kita dapat mengetahui ilmu-ilmu dari karya-karya Ibnu Sina

46
BAB III

PENUTUP

a. KESIMPULAN

Perkembangan matematika Arab sesudah pertengahan abad kedelapan adalah sangat


mengagumkan sekali , dan mempunyai peranan serta kontribusi yang besar sekali terhadap
perkembangan sejarah matematika . Pada abad 1 perkembangan agama islam, bangsa arab
masih jauh ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dibandingkan dengan negeri-negeri
sekelilingnya, seperti Persia, India, Yunani, dan Romawi.Selama masa pemerintahan
khalifah-khalifah Bahu Abbas, terutama sekali dalam masa khalifah terkenal Al-manshur,
Harun, Al-rasyid dan Al- makmun, kota baghdad menjadi pusat pengembangan matematika
dan ilmu pengetahuan alam lainya menggantikan Alexandria pada zaman Yunani.
Semenjak pemerintahan 3 khalifah ini sampai dengan abad ke-9 muncul matematician
Arab yang ikut memberikan kontribusinya dalam perkembangan sejarah matematika dunia,
diantaranya adalah al- khawarismi,Thabit ibnu Qurra, Abu Kamil Shuja dan Al-Battani.
Sesudah zaman al-khawarismi muncul beberapa matematician Arab yang tidak kalah
populernya dari matematician arab sebelumnya, seperti Abul Wefa, Al- Kharki, Al-
Biruni,Ibnu Sina,Omar Khayyam dan lainnya.
Al-Khawarismi menulis lebih dari setengah lusin karya tentang matematika dan
astronomi. Karya-karyanya kemungkinan berdasarkan kepada karya-karya Siddhanta dari
India. Abu Kamil Shuja adalah seorang ahli aljabar. Dia menulis sebuah buku dengan judul
“Kitab fi aljabr walmuqubalah”, yang merupakan komentar atas karya al-khawarismi,
kemudian memberikan tambahan penyelesaian dari problem-problem tersebut.

b. SARAN

Begitu banyak ilmu-ilmu yang telah berkembang dipaparkan diatas oleh para tokoh-
tokoh matematician Arab,itu semua bisa kita pelajari dan terapkan saat ini pada bangku
sekolah.

Banyak penyelesaian-penyelesaian yang lebih praktis dan sederhana yang disampaikan


sangat bermanfaat bagi orang matematika dan umum.Dengan mempelajari ini kita dapat
mengetahui tokoh-tokoh dari matematika Arab tersebut.

47
DAFTAR PUSTAKA

G,Muchtar.1988.Sejarah Matematika.Padang:Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP).

Komar Badrul dan Ruslani.1986.Matematika pada Zaman Purba.Bandung:angkasa.

www://Perkembangan+Sejarah+Matematika+pada+Zaman+Arab.com

48

Anda mungkin juga menyukai