Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Sejarah Matematika tentang “Sejarah Matematika di Arab” dan
terimakasih kepada ibu selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Matematika, yang telah
memberikan arahan dan bimbingan demi terselesaikannya makalah ini tepat pada waktunya.

Dalam penulisan kami menyadari bahwa dalam makalah yang kami tulis terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, kami mohon maaf atas kesalahan dalam penulisan
makalah.Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang bersifat membangun
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.

Semoga makalah yang kami buat dapat di pahami dan bermanfaat bagi kami yang
menulis maupun orang yang membacanya.

Padang, Februari 2019

Penulis

1
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2

BAB 1........................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4

Latar Belakang............................................................................................................................................4

Rumusan Masalah.......................................................................................................................................5

Tujuan.........................................................................................................................................................5

Manfaat.......................................................................................................................................................5

BAB II.........................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6

A. Perkembangan Matematika Arab.........................................................................................................6

B. Tokoh pelopor Matematika Arab............................................................................................................9

BAB III......................................................................................................................................................28

PENUTUP.................................................................................................................................................28

A.Kesimpulan............................................................................................................................................28

B.Saran......................................................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................30

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berakhirnya era Alexandria sebagai pusat pengembangan matematika pada abad ke 5,


dapat dianggap sebagai permulaan masa suramnya perkembangan matematika di dunia Barat.
Walaupun beberapa matematician masih melanjutkan karya-karyanya di daerah kekaisaran
Romawi Barat dan Athena, namun karya-karya mereka tidak banyak berpengaruh terhadap
perkembangan matematika secara keseluruhan. Akhir abad ke 7 boleh dikatakan masa paling
suram dalam perkembangan matematika Barat , dan diikuti dengan munculnya cara baru dari
matematika bangsa Arab. Perkembangan peradaban manusia juga disebabkan oleh
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak terkecuali ilmu Matematika,
Matematika yang dikenal sebagai bahasa dari semua ilmu ini ternyata dikembangkan juga
oleh tokoh-tokoh beragama islam. Namun alangkah ruginya kita sebagai mahasiswa muslim
tidak mengetahui tokoh-tokoh muslim yang mengembangkan ilmu matematika.

Kita sebagai penikmat ilmu sudah sepatutnyalah menghargai perjuangan tokoh-tokoh


yang telah menemukan ilmu yang sangat bermanfaat bagi kita saat ini. Terutama tokoh
seagama kita yaitu para matematikawan muslim dan ada baiknya kita mengenal mereka
melalui makalah ini.

Banyak matematikawan muslim yang sangat berjasa dibidang matematika ini.


Alkwarizmi sang bapak aljabar, Alqalasadi tkoh yang mengenalkan simbol-simbol
matematika, abul wafa’ tokoh yang namanya ditulis dikawah bulan, dan banyak lagi tokoh
matematika yang akan penulis perkenalkan didalam makalah ini.

Didalam makalah ini akan dijelaskan tentang matematikawan muslim yang perannya
sangat penting didalam bidang matematika. Diantaranya mengenai tahun lahir dan wafat,
karya-karyanya, dan perannya dibidang matematika.

3
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan matematika Arab?


2. Siapa sajakah matematikawan Arab yang berkontribusi dalam mengembangkan
matematika ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Matematika Arab


2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh pelopor Matematika Arab

D. Manfaat

1. Mengetahui sejarah perkembangan Matematika Arab


2. Mengetahui siapa tokoh pelopor Matematika Arab

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Matematika Arab

Perkembangan matematika Arab sesudah pertengahan abad kedelapan adalah


sangat mengagumkan sekali dan mempunyai peranan serta kontribusi yang besar sekali
terhadap perkembangan sejarah matematika . Pada abad 1 perkembangan agama islam,
bangsa arab masih jauh ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dibandingkan
dengan negeri-negeri sekelilingnya, seperti Persia, India, Yunani, dan Romawi. Pada
abad permulaan ini nampaknya bangsa Arab masih sibuk dengan pertentangan-
pertentangan dalam negeri sendiri dan sibuk mengembangkan islam mulai dari jazirah
Arab sampai ke luar Arab. Tetapi pada tahun 750, yaitu pada permulaan pemerintahan
khalifah-khalifah Bahu Abbas keadaan berbalik tajam sekali , dimana mulai pada saat itu
bangsa Arab bangkit mengejar ketinggalan ketinggalannya dalam bidang ilmu
pengetahuan . Bangsa Arab mulai mempelajari astronomi, konsep-konsep falsafah, ilmu
kedokteran, matematika dan ilmu lainnya dari Yunani, Mesir,India,Babylonia dan lain-
lainya. Karya ilmu klasik Yunani dan India dibawa ke Baghdad , kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa Arab. Hal ini sangat menguntungkan sekali bagi perkembangan sejarah
metematika, karena hampir seluruh karya matematician Yunani Kuno tidak dapat
ditemukan lagi,yang tinggal sekarang hanyalah terjemahan dari karya-karya ini dalam
bahasa Arab.

Selama masa pemerintahan khalifah-khalifah Bahu Abbas, terutama sekali dalam


masa khalifah terkenal Al-manshur, Harun Al-rasyid, dan Al- makmun, kota baghdad
menjadi pusat pengembangan matematika dan ilmu pengetahuan alam lainya
menggantikan Alexandria pada zaman Yunani. Pada masa pemerintahan khalifah al-
manshur ( 754 – 779) karya-karya matematician Brahmagupta diboyong ke baghdad,
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Diantara karya Brahmagupta ini adalah
“Brahma sphuta siddhanta”, yaitu buku yang berisi tentang astronomi, matematika,dan
ilmu pengetahuan alam lainnya.Tidak lamasetelah diterjemahkannya karya Brahmagupta
ini (775), maka pada tahun 700 karya matematician Yunani Ptolemy tentang astrologi

5
yang berjudul “ Tetrabiblos” diterjemahkan pula kedalam bahasa Arab dari bahasa
Yunani.

Sistem angka Hindu-Arab atau Hindu adalah angka sistem desimal posisional
yang dikembangkan antara abad ke-1 dan abad ke-5 oleh matematikawan India. Sistem
ini diadopsi oleh Persia dan matematikawan Arab pada abad ke-9. Ini kemudian
menyebar ke dunia barat pada Abad Pertengahan Tinggi. Sistem ini didasarkan pada
sepuluh (aslinya sembilan) simbol yang berbeda. Simbol-simbol digunakan untuk
mewakili sistem yang pada prinsipnya terpisah dari sistem itu sendiri. Simbol yang
digunakan sebenarnya adalah keturunan dari angka India Brahmi, dan telah berubah
menjadi berbagai varian sejak Abad Pertengahan. Set simbol terbagi menjadi tiga
keluarga utama: angka India digunakan di India, angka Arab Timur digunakan di Mesir
dan Timur Tengah dan Barat angka Arab yang digunakan di Maghreb dan di Eropa.

Pada abad ke-18 tepatnya tahun 755 M wilayah kekuasaan Arab terpecah dua
menjadi wilayah bagian Barat dan wilayah bagian Timur. Wilayah bagian Barat berpusat
di Cordova dan bagian timur berpusat di Bagdad. Dengan sendirinya perkembangan
peradaban di kedua wilayah itu pun berbeda-beda, sehingga tulisan Arab dan
numerasinya pun berkembang sendiri-sendiri. Sistem numerasi Arab yang kita kenal
sekarang adalah berasal dari numerasi Arab Timur yang telah berbeda dari asalnya.
Keistimewaan dari sistem numerasi Arab ini adalah telah memakai sistem posisi dengan
bilangan dasar 10. Perhitungan-perhitungan lambang Hindu-Arab lebih banyak
dipergunakan daripada lambang bilangan Romawi, antara lain karena lambang bilangan
Hindu-Arab telah memakai sistem posisi (nilai tempat).

Dalam masa khalifah Harun al-rasyid yanglebih dikenal dengan dongengan


“seribu satu malam”nya dilanjutkan lagi dengan menterjemahkan karya-karya klasik
Yunani, diantaranya termasuk satu bahagian dari Elementsnya Eulid. Selanjutnya pada
masa pemerintahan khalifah al- makmun dilanjutkan lagi penterjemahan selengkapnya
buku Elements Eulid serta diterjemahkannya karya Ptolemy “Almagest”. Khalifah al-
makmun membangun di kota baghdad sebuah “ Bait al Hikma”, yang terdiri dari
perpustakaan dan observatorium yang sebanding dengan museum zaman Alexandria.Staf
pengajar pada Bait al Hikma ini adalah sarjana-sarjana Arab sendiri,dan terdapat pula
6
sarjana dari luar Arab. Salah seorang sarjana Islam terkenal yang mengajar di Bait Al
Hikma adalah al- khawarismi, yang namanya terkenal di Eropa Barat lewat karyanya
dibidang matematika dan astronomi.Semenjak pemerintahan 3 khalifah ini sampai
dengan abad ke-9 muncul matematician Arab yang ikut memberikan kontribusinya dalam
perkembangan sejarah matematika dunia, diantaranya adalah Al- Khawarismi,Thabit ibnu
Qurra, Abu Kamil Shuja dan Al-Battani.

Periode mulai dari abad ke VIII sampai dengan abad ke XIV dapat dikatakan
merupakan “zaman keemasan“ dari matematika bangsa Arab. Kontribusi bangsa Arab
dalam perkembangan sejarah matematika bukan hanya sebagai pengumpul dan kemudian
menyebarkannya saja, tetapi lebih dari itu. Matematika Arab disamping menterjemahkan
dan memberi ulasan terhadap matematika Yunani, mereka juga menghasilkan beberapa
karya asli dalam matematika.

Matematika bangsa Arab dapat dibagi menjadi 4 kelompok:

a) Aritmatika, yang kemungkinan berasal dari India, dan berdasarkan kepada prinsip
nilai tempat.

b) Aljabar, walaupun berasal dari Yunani, Hindu, dan Babylonia, tetapi telah dipolesi
oleh matematician Arab menjadi bentuk serta sistematik yang baru.

c) Trigonometri, umumnya berasal dari Yunani, tetapi matematician Arab


mengaplikasikannya dengan bentuk trigonometri Hindu dan menambahkan beberapa
fungsi dan rumus-rumus baru

d) Geometri, yang umumnya berasal dari Yunani, matematician Arab memberikan


generalisasi terhadap rumus-rumus Yunani tertentu.

Sesudah zaman al-khawarismi muncul beberapa matematician Arab yang tidak


kalah populernya dari matematician arab sebelumnya, seperti Abul Wefa, Al- Kharki, Al-
Biruni, Al-Kashi dan lainnya.

7
B. Tokoh pelopor Matematika Arab

1.Abul Wafa

Abul Wafa dilahirkan di Persia (Iran), dia dikenal karena terjemahannya terhadap
karya Diophantus “Arithmetica”, serta komentarnya terhadap aljabar al-
khawarismi.Dalam karya-karyanya, Abul Wefa menggunakan lambang bilangan Hindu.
Pada zaman ini fungsi Tangent sudah dikenal dengan baik , yaitu a = b tg A , yang sama
dengan rumus trigonometri sekarang. Dalil sinus yang sudah dikenal oleh Ptolemy dan
Brahmagupta, dianggap berasal dari Abul Wefa, dalil ini tidak menggunakan rumus
segitiga bola. Abul Wefa membuat daftar sinus baru untuk sudut-sudut yang berinterval,
dengan menggunakan pecahan desimal delapan angka.

Pada abad ke-10 M, peradaban Islam juga pernah memiliki seorang matematika
yang tak kalah hebat dibandingkan Khawarizmi. Matematikawan Muslim yang namanya
terbilang kurang akrab terdengar itu bernama Abul Wafa Al-Buzjani.

Abul Wafa adalah seorang saintis serba bisa. Selain jago di bidang matematika, ia
pun terkenal sebagai insinyur dan astronom terkenal pada zamannya. Kiprah dan
pemikirannya di bidang sains diakui peradaban Barat. Sebagai bentuk pengakuan dunia
atas jasanya mengembangkan astronomi, organisasi astronomi dunia mengabadikannya
menjadi nama salah satu kawah bulan. Dalam bidang matematika, Abul Wafa pun banyak
memberi sumbangan yang sangat penting bagi pengembangan ilmu berhitung itu. “Abul
Wafa adalah matematikawan terbesar di abad ke 10 M,” ungkap Kattani.

Betapa tidak. Sepanjang hidupnya, sang ilmuwan telah berjasa melahirkan sederet
inovasi penting bagi ilmu matematika. Ia tercatat menulis kritik atas pemikiran Eucklid,
Diophantos dan Al-Khawarizmi, sayang risalah itu telah hilang. Sang ilmuwan pun
mewariskan Kitab Al-Kami yang membahas tentang ilmu hitung aritmatika praktis.
Kontribusi lainnya yang tak kalah penting dalam ilmu matematika adalah Kitab Al-
Handasa yang mengkaji penerapan geometri. Ia juga berjasa besar dalam
mengembangkan trigonometri.

8
Abu Wafa tercatat sebagai matematikus pertama yang mencetuskan rumus umum
sinus. Selain itu, sang matematikus pun mencetuskan metode baru membentuk tabel
sinus. Ia juga membenarkan nilai sinus 30 derajat ke tempat desimel ke delapan. Yang
lebih mengagumkan lagi, Abul Wafa membuat studi khusus tentang tangen serta
menghitung sebuah tabel tangen.

Tentu Saudara pernah mengenal istilah secan dan cosecan juga di pelajaran
matematika. Nah, ternyata Abul Wafa lah yang pertama kali memperkenalkan istilah
matematika yang sangat penting itu. Abu Wafa dikenal sangat jenius dalam bi dang
geometri. Ia mampu menyelasikan masalah-masalah geometri dengan sangat tangkas.

Sejatinya, ilmuwan serba bisa itu bernama Abu al-Wafa Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail Ibn Abbas al-Buzjani. Ia terlahir di Buzjan, Khurasan
(Iran) pada tanggal 10 Juni 940/328 H. Ia belajar matematika dari pamannya bernama
Abu Umar al- Maghazli dan Abu Abdullah Muhammad Ibn Ataba. Sedangkan, ilmu
geometri dikenalnya dari Abu Yahya al-Marudi dan Abu al-Ala’ Ibn Karnib.

Abu Wafa memang fenomenal. Meski di dunia Islam modern namanya tak terlalu
dikenal, namun di Barat sosoknya justru sangat berkilau. Tak heran, jika sang ilmuwan
Muslim itu begitu dihormati dan disegani. Orang Barat tetap menyebutnya dengan nama
Abul Wafa. Untuk menghormati pengabdian dan dedikasinya dalam mengembangkan
astronomi namanya pun diabadikan di kawah bulan.

Di antara sederet ulama dan ilmuwan Muslim yang dimiliki peradaban Islam,
hanya 24 tokoh saja yang diabadikan di kawah bulan dan telah mendapat pengakuan dari
Organisasi Astronomi Internasional (IAU). Ke-24 tokoh Muslim itu resmi diakui IAU
sebagai nama kawah bulan secara bertahap pada abad ke-20 M, antara tahun 1935, 1961,
1970 dan 1976. Salah satunya Abul Wafa.

Kebanyakan, ilmuwan Muslim diabadikan di kawah bulan dengan nama


panggilan Barat. Abul Wafa adalah salah satu ilmuwan yang diabadikan di kawah bulan
dengan nama asli. Kawah bulan Abul Wafa terletak di koordinat 1.00 Timur, 116.60
Timur. Diameter kawah bulan Abul Wafa diameternya mencapai 55 km. Kedalaman
kawah bulan itu mencapai 2,8 km.
9
Lokasi kawah bulan Abul Wafa terletak di dekat ekuator bulan. Letaknya
berdekatan dengan sepasang kawah Ctesibius dan Heron di sebelah timur. Di sebelah
barat daya kawah bulan Abul Wafa terdapat kawah Vesalius dan di arah timur laut
terdapat kawah bulan yang lebih besar bernama King. Begitulah dunia astronomi modern
mengakui jasa dan kontribusinya sebagai seorang astronom di abad X.

Salah satu jasa terbesar yang diberikan Abul Wafa bagi studi matematika adalah
trigonometri. Trigonometri berasal dari kata trigonon (tiga sudut) dan metro (mengukur).
Ini adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsi
trigonometrik seperti sinus, cosinus, dan tangen.

Trigonometri memiliki hubungan dengan geometri, meskipun ada ketidaksetujuan


tentang apa hubungannya; bagi beberapa orang, trigonometri adalah bagian dari geometri.
Dalam trigonometri, Abul Wafa telah memperkenalkan fungsi tangen dan memperbaiki
metode penghitungan tabel trigonometri. Ia juga turut memecahkan sejumlah masalah
yang berkaitan dengan spherical triangles.

Secara khusus, Abul Wafa berhasil menyusun rumus yang menjadi identitas
trigonometri.Selain itu, Abul Wafa pun berhasil membentuk rumus geometri untuk
parabola.Rumus-rumus penting itu hanyalah secuil hasil pemikiran Abul Wafa yang
hingga kini masih bertahan. Kemampuannya menciptakan rumus-rumus baru matematika
membuktikan bahwa Abul Wafa adalah matematikawan Muslim yang sangat jenius

2. Abu Kamil Shuja (850-930)

Matematician Arab terkenal lainnya adalah Abu Kamil Shuja bin Aslam , yang
terkenal sebagai “Ahli Hitung dari Mesir”.Abu Kamil Shuja adalah seorang ahli aljabar.
Dia menulis sebuah buku dengan judul “Kitab fi aljabr walmuqubalah”, yang merupakan
komentar atas karya al-khawarismi, kemudian memberikan tambahan penyelesaian dari
problem-problem tersebut. Aljabar Abu Kamil Shuja ini adalah memadukan antara hal
yang praktis , seperti yang terdapat pada al-khawarismi. Abu Kamil Shuja menghindarkan
penyelesaian-penyelesaian negatif untuk kuadrat dari bilangan yang tidak diketahui
( X2 ).

10
3. Al-Khawarizmi

Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī (Arab: ‫ )محمد بن موسى الخوارزمي‬adalah seorang


ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia Tidak
diketahui dengan pasti kapan Muhammad ibn Musa al-khawarismi dilahirkan,
diperkirakan dia meninggal sekitar tahun 850. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm
(sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850. Hampir sepanjang hidupnya,
ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad. Al-Khawarizmi adalah yang
pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis
sepuluh. Angka nol itu dibawa ke Eropa oleh Leonardo Fibonanci dalam karyanya, Liber
Abaci. Kehadiran angka nol itu sempat ditolak kalangan gereja Kristen. Angka nol telah
membawa implikasi yang amat besar dalam seluruh aspek kehidupan dan peradaban
manusia. Ia dikenal sebagai bapak aljabar karena karya besarnya.

Hasil perkalian dari (2x- 5)(x +1) adalah ...

Jawab : (2x- 5)(x +1) = 2x2 + 2x -5x -5

= 2x2 -3x -5

Tahukah anda sekalian kalau contoh soal seperti diatas adalah hasil pemikiran
matematikawan muslim? Ia lah alkwarizmi..Al-Khawarismi menulis lebih dari setengah
lusin karya tentang matematika dan astronomi. Karya-karyanya kemungkinan
berdasarkan kepada karya-karya Siddhanta dari India. Ada dua karya Al-Khawarismi
yang terkenal.Salah satu diantaranya adalah bukuyang telah diterjemahkannya kedalam
bahasa latin dengan judul” Alqorismi Identimero Indirum ” (tentang seni berhitung
Hindu) dimana karya aslinya dalam bahasa arab tidak ditemukan lagi. Dalam buku ini,
yang berdasarkan terjemahan karya Brahmagupta “Brahma sputa siddhata” dalam bahasa
Arab, Al- Khawarismi memberikan penjelasan tentang sistem numerasi Hindu. Sehingga
menjadi sistem numerasi yang kita gunakan sekarang ini.Walaupun Al-Khawarismi tidak
menyatakan bahwa sistem numerasi ini adalah hasil karyanya sendiri, namun notasi baru
ini lebih dikenal dengan nama “Algorismi”, yang berasal dari nama Al-Khawarismi
sendiri.

11
Aritmatika Arab yang pertama sekali terkenal adalah berasal dari karya Al-
Khawarismi.Aritmatika al-Khawarismi memperkenalkan sistem numerasi Hindu dan juga
memberikan penjelasan tentang hukum-hukum yang berlaku dalam algorisma Hindu, dan
proses komputasi yang dikenal dengan “casting out 9’s “, yang digunakan untuk
memeriksa hasil-hasil komputasi aritmatika, serta hukum-hukum “false position” dan
“double false position”, dimana proses aljabar tertentu dapat diselesaikan secara non
aljabar.

Double false position atau lebih dikenal dengan dalil “regula duorum falsorum” yang
kemungkinan berasal dari India, digunakan untuk menentukan aproksimasi akar rile dari
suatu persamaan.Metode ini dapat ditulis, misalkan X1 dan X2 dua bilangan yang
mendekati nilai X dari akar persamaan f(X) = 0. Maka perpotongan antara sumbu X
dengan garis yang menghubungkan titik-titik ( X1, f (X1)) dan ( X2, f ( X2 )) adalah
merupakan aproksimasi dari akar yang ingin dicari.

Karya Al-Khawarismi yang kedua yang paling terkenal adalah bukunya yang berjudul
”Hisab Aljabr Almuqabalah” ,dimana perkataan aljabar berasal dari judul buku Al-
Khawarismi ini. Karya Al-Khawarismi ini lebih mendekati pelajaran aljabar yang
dipelajari disekolah-sekolah menengah sekarang, dibandingkan dengan aljabar
Diophantus. Karya Al-Khawarismi ini tidak banyak berisi problem-problem yang sukar,
berisi problem-problem dan penyelesaian yang sederhana.

Perbedaan nyata antara aljabar Al-Khawarismi dengan aljabar Diophantus adalah:

a) Aljabar al-khawarismi jauh lebih sederhana dari aljabar Diophantus.

b) Aljabar al-khawarismi seluruhnya retorik, dimana tidak terdapat sinkopasi baik dari
Diophantus, maupun Brahmagupta.Bahkan bilangan dalam aljabar al-khawarismi
dituliskan dengan kata-kata, bukan dengan lambang.

Secara umum dapat dikatakan bahwa aljabar al-khawarismi seluruhnya bukan berasal
dari Yunani ataupun India. Ini terlihat dari karya Diophantus yang hanya mengenal satu
penyelesaian saja dari suatu persamaan kuadrat. Sedangkan al-khawarismi mengenal 2
penyelesaian.Begitu juga aljabar al-khawarismi tidak seluruhnya berasal dari India,

12
karena matematician Hindu tidak mengenal hukum-hukum aljabar seperti restorasi dan
reduksi.Disamping itu aljabar al-khawarismi adalah elementer dan retorik.

3. Thabit ibn Qurra(826 -901)

Selain Al-Khawarismi, terdapat matematician Arab lainnya yaitu Thabit ibn Qurra.
Thabit ibn Qurra adalah matematician arab yang memberikan kontribusinya dalam bidang
aljabar. Dia membuka sekolah untuk para penterjemah.Terjemahan Thabit terhadap karya
Apolonius, Archimedes,Eulid, Ptolemy,dan Theodorus adalah yang dianggap paling baik.

Desertasi Thabit ibn Qurra mengenai rumus untuk menentukan bilangan bersahabat
(amicable numbers) adalah merupakan karya asli bangsa arab.Thabit memberikan rumus
untuk bilangan bersahabat. Seperti halnya Pappus, Thabit juga memberikan generalisasi
dari teorema Phytagoras yang berlaku untuk semua segitiga, baik lancip maupun tumpul.
Apabila dari sudut A suatu segitiga ABC sembarang dibuat garis-garis yang memotong
BC pada B’ dan C’, sedemikian sehingga sudut AB’B dan sudut AC’C sama dengan sudut
A,maka AB2 + AC2 = BC(BB’ + CC’).

Kontribusi lain dari Thabit ibn Qurra alternatif lain dari pembuktian Phytagoras,
karya-karya tentang parabola dan segmen-segmen parabola, tentang bujursangkar
ajaib,serta teoro-teori baru tentang astronomi.

4. Al-Battani (850 -929)

Al Batani lahir di Kota Harran. Satu kota di wilayah Urfa yang saat ini merupakan
kawasan di negara Turki. Al Batani lahir pada 858 Masehi. Pendidikan pertama beliau,
diperoleh dari ayahnya Jabir Ibnu San`an Al Batani. Ayahnya juga sangat terkenal sebagai
ilmuwan di masa itu.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Harran, Al Batani kemudian pindah ke


Raqqa. Hal ini karena Al Batani mendapatkan beasiswa dari Bank Euphrates. Di abad ke-
9, dia lalu pindah ke Samarra dan bekerja di sana. Di kota inilah berbagai temuan-temuan
Al Batani yang terkenal dan fenomenal dilahirkan.

13
Jasa Al Batani terhadap kalender Islam sangatlah besar. Di sini, Al-Batani
mengusulkan teori baru dalam menentukan kondisi terlihatnya bulan baru, yang kita
sebut sebagai hilal. Tak hanya itu, Al Batani juga berhasil mengubah sistem perhitungan
sebelumnya yang membagi satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian (12
jam), dan setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam.Sudut
kemiringan bumi terhadap matahari saat berotasi juga ditemukan oleh Al Batani, yaitu
sebesar 23o35`. Bahkan lamanya bumi berevolusi terhadap matahari, secara akurat
mampu dihitung Al Batani sebanyak 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik.Sejumlah
karya Al Batani tentang astronomi, terlahir dari buah pikirnya. Salah satu karyanya yang
paling populer adalah “al-Zij al-Sabi”. Kitab ini banyak dijadikan rujukan para ahli
astronomi Barat selama beberapa abad. Di dalam buku ini ditulis berbagai penemuannya,
seperti penentuan perkiraan awal bulan baru, perkiraan panjang matahari, koreksian hasil
kerja Ptolemeus mengenai orbit bulan, dan planet-planet tertentu.

Di buku “al-Zij al-Sabi” juga Al-Batani mengembangkan metode untuk


menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Tak heran, buku ini memiliki peran utama
dalam merenovasi astronomi modern yang berkembang di Eropa. Tokoh-tokoh astronomi
Eropa seperti Copernicus, Regiomantanus, Kepler, dan Peubach konon bisa berhasil
dalam ilmu astronomi berkat jasa Al Batani. Bahkan Copernicus dalam bukunya `De
Revoltionibus Orbium Clestium` mengaku berutang budi pada Al-Batani.

Sejumlah istilah-istilah dalam ilmu astronomi banyak yang muncul pertama kali
dari mulut Al Batani. Misalnya saja seperti azimuth, zenith, dan nadir.Buku fenomenal
lainnya karya Al-Batani banyak diterjemahkan negara-negara barat. Misalnya saja buku
“De Scienta Stelarum De Numeris Stellarum”. Buku itu hingga sekarang masih disimpan
di Vatikan, Roma, Italia. Buku ini kini diterjemahkan dalam berbagai Negara, yang
tersebar secara luas tak hanya di daratan Eropa saja, tetapi mencapai benua Amerika,
Asia, Afrika, dan Australia.

Dalam bidang matematika, Al Batani banyak berperan dalam hal trigonometri.


Istilah, pengertian, dan sejumlah rumus sinus dan cotangen berhasil diuraikannya dengan
sempurna, lengkap dengan tabel-tabelnya dalam bentuk derajat-derajat sudut.Atas jasa-
jasanya di bidang astronomi, nama Al Batani dijadikan nama salah satu kawah yang ada
14
di bulan. Nama kawah tersebut adalah kawah Albategnius. Al Batani meninggal dunia
pada 929 Masehi di Kota Qasr al Jiss, satu kota di wilayah Samarra. Konon, ia meninggal
saat pulang dari Kota Bagdad

5. Al- Biruni (973- 1048)

Nama lengkap al-Biruni adalah Abu al-Raihan Muhammad bin Ahmad al-
Khawarizmi al-Biruni. Saintis ensiklopedis abad ke-9 ini dilahirkan di kota Khawarizmi,
salah satu kota di wilayah Uzbekistan pada tahun 362 H (973 M). Adapun nama Al-
Biruni berasal dari kata Birun dalam bahasa Persia yang berarti kota
pinggiran.Dinamakan demikian karena tanah kelahirannya terletak di pinggiran kota Kats
yang merupakan pusat kota Khwarizm. Kota tersebut memang dahulu dikenal termasuk
wilayah Persia. Sehingga, al-Biruni biasanya dikenal ilmuan dari Persia Timur.

Tradisi dan lingkungan di negeri al-Biruni mempengaruhi karakter dan keilmuannya.


Pada waktu itu, merupakan masa-masa emas bidang sains Islam di wilayah Asia
Tengah.Ia hidup sezaman dengan Abu Nashr Manshur, astronom kenamaan asal
Khurasan yang menguasai karya-karya klasik Yunani seperti Ptolomeus dan Menelaus.
Al-Biruni bahkan pernah belajar langsung ilmu astronomi kepadanya. Gurunya Abu
Nashr Manshur meskipun seorang pengkaji filsafat Yunani, akan tetapi framework
pemikirannya tidak terpengaruh oleh filsafat paripatetik Yunani.

Frame ini diajarkannya kepada al-Biruni. Makanya al-Biruni dikenal cukup keras dan
lugas menyikapi fenomena filsafat paripatetik Yunani. Dengan ajaran Gurunya itu, al-
Biruni tampil sebagai kritikus yang keras terhadap filsafat Yunani. Ia pernah
berkorespondensi dengan Ibn Sina, mendiskusikan tentang filsafat dan pengaruhnya
terhadap cendekiawan muslim waktu itu (Sains dan Peradaban di Dalam Islam, halaman
115). Selain sezaman dengan dua ilmuan tersebut, al-Biruni juga semasa dengan al-
Haitsam, seorang ilmuan muslim ahli fisika.

Ia termasuk ilmuan yang memiliki modal kecerdasan matematis. Al-Biruni senantiasa


menolak segala asumsi yang lahir dari khayalan. Pemikirannya logis, tapi tidak pernah
menafikan teologi. Al-Biruni adalah pelopor metode eksperimental ilmiah dalam bidang
15
mekanika, astronomi, bahkan psikologi. Ia menghendaki agar setiap teori dilahirkan dari
eksperimen dan bukan sebaliknya.

Al-Biruni termasuk saintis esiklopedis, karena pakar dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan. Memang tradisi para cendekiawan muslim dahulu adalah mereka tidak
cukup puas menguasai dalam satu bidang ilmu saja. Al-Biruni selain dikenal sebagai
seorang ahli matematika, juga menguasai bidang-bidang sains lainnya.

Sepanjang hidupnya, al-Biruni telah menghasilkan karya tidak kurang dari 146 buku
(sebagian ahli bahkan mengatakan bahwa al-Biruni telah menulis 180 buku). Kebanyakan
merupakan karya bidang astronomi yakni ada sekitar 35. Sisanya buku tentang astrologi,
geografi, farmakologi, matematika, filsafat, agama, dan sejarah.

Bidang sains yang dikuasainya adalah astronomi, geodesi, fisika, kimia, biologi, dan
farmakologi. Selain itu ia juga terkenal sebagai peneliti bidang filsafat, sejarah, sosiologi
dan ilmu perbandingan agama. Tentang bidang sosial ini al-Biruni mendapat gelar
seorang antropolog, karena penelitiannya yang serius tentang kehidupan keagamaan
orang India.

Hasil risetnya dibukukan dengan judul Tahqiq maa lii al-Hindi min Maqulah
Maqbulah fi Al-‘Aqli aw Mardzwilah dan Tarikh al-Hindi.Di antara pencapaian
intelektualnya tersebut, peletakan dasaar-dasar trigonometri merupakan prestasi besar al-
Biruni di bidang matematika. Trigonometri adalah cabang ilmu matematika yang
membahas tentang sudut segitiga.Di dalamnya terdapat istilah-istilah trigonometrik, yaitu
sinus, cosinus, dan tangen. Dasar-dasar dari teori trigonometrik ini ternyata telah lama
dikenal oleh ilmuan muslim terdahulu abad kesembilan Masehi. Al-Biruni dikenal
sebagai matematikawan pertama di dunia yang membangun dasar-dasar trigonometri.

Landasan-landasan trigonometrik tersebut kemudian dikembangkan ilmuan Barat.


Dan diaplikasikan ke dalam beberapa cabang ilmu, seperti astronomi, arsitektur, dan
fisika. Al-Biruni sendiri pernah mengaplikasikannya secara matematik untuk
membolehkan arah kiblat ditentukan dari mana-mana tempat di dunia.Meskipun ilmu
trigonometri telah dikenal di Yunani, akan tetapi pematangannya ada di tangan al-Biruni.

16
Ia mengembangkan teori trigonometri berdasarkan pada teori Ptolemeus. Hukum Sinus
(The Sine Law) adalah temuannya yang memperbaiki teori Ptolemeus.

Hukum ini merupakan teori yang melampaui zamannya. Seperti yang popular
dalam trigonometri modern terdapat hukum sinus. Hukum sinus ialah pernyataan tentang
sudut segitiga. Rumus ini berguna menghitung sisi yang tersisa dari segitiga dari 2 sudut
dan 1 sisinya diketahui.

Prestasi al-Biruni lebih diakui daripada Ptolemeus karena dua alasan:

Pertama, teorinya telah memakai sinus sedangkan Ptolemeus masih sederhana, yaitu
menggunakan tali atau penghubung dua titik di lingkaran (chord).

Kedua, teori trigonometri al-Biruni dan para saintis muslim penerusnya itu menggunakan
bentuk aljabar sebagai pengganti bentuk geometris.

Rumus sinus dinyatakan rumus praktis dan lebih cainggih. Menggunakan logika
matematika modern dan sangat dibutuhkan dalam perhitungan-perhitungan rumit tentang
sebuah bangunan. Dunia arsitektur sangat memanfaatkannya untuk mengukur sudut-
sudut bangunan. Ilmu astronomi juga diuntungkan. Dalam tradisi Islam, dimanfaatkan
dalam ilmu falak, penghitungan bulan dan hari.

Penggunaan aljabar dalam teori trigonometri al-Biruni sangat dimungkinkan


menggunakan teori aljabar Al-Khawrizmi, seorang matematikawan muslim asal
Khawarizm. Ia merupakan generasi matematikawan asal Khurasan sebelum al-Biruni.

Raghib al-Sirjani, ilmu aljabar Al-Khawarizmi tidak hanya menginspirasi


matematikawan Khurasan dan sekitarnya, seperti Abu Kamil Syuja al-Mishri, al-
Khurakhi dan Umar Khayyam saja, akan tetapi karya agungnya Al-Jabar wa Muqabalah
menjadi buku induk di universitas Eropa. Dan al-Biruni termasuk saintis pengkaji temuan
Al-Khawarizmi tersebut.

Makanya, teori trigonometri modern al-Biruni sesungguhnya sangat berjasa


terhadap ilmu aljabar Al-Khawarizmi. Sebab, berkat temuan al-Khawarizmi terutama

17
temuannya tentang angka nol, al-Biruni mampu mengangkat ilmu trigonometri Ptolemeus
menjadi teori yang berpengaruh hingga era matematika modern saat ini.

Al-Biruni juga menjelaskan sudut-sudut istimewa dalam segitiga, seperti 0, 30,


45, 60, 90. Penemuan ini tentu sangat memberi kontribusi terhadap ilmu-ilmu lainnya.
Seperti ilmu fisika, astronomi dan geografi. Karena memang ilmu matematika merupakan
dasar dari ilmu-ilmu astronomi dan fisika.

Oleh sebab itu, teori Ptolemeus sesunggunya masih sederhana dan belum bisa
dikatakan sebagai trigonometri dalam ilmu matematika modern. Hukum sinus itulah
merupakan hukum matematika penting dalam ilmu trigonometri.

Teori ini memberi kontribusi yang cukup besar terhadap pengembangan ilmu
yang lain. Ia telah menggunakan kaedah penetapan longtitude untuk membolehkan arah
kiblat ditentukan dari mana-mana tempat di dunia.

Di saat ia mencapai kematangan intelektual, al-Biruni banyak didukung oleh para


sultan dan penguasa untuk mengembangkan keilmuannya untuk bidang astronomi dan
fisika. Ia pernah menulis al-Qanun al-Mas’udi, karya tentang planet-planet atas dukungan
Sultan Mas ’ud dan dihadiahkan kepadanya. Buku ini merupakan ensiklopedi astronomi
yang paling besar, tebalnya lebih dari 1.500 halaman. Di dalamnya ia menentukan puncak
gerakan matahari, memperbaiki temuan Ptolemeus.

Al-Biruni juga pernah tinggal dan bekerja untuk sebagian besar hidupnya di istana
Sultan Mahmud, dan putranya, Mas’ud. Selama bergaul itulah al-Biruni banyak
menghasilkan karya-karya astronomi dan matematika. Al-Biruni telah memberikan
sumbangan multidimensi terhadap dunia sains. Karya-karya peninggalannya adalah bukti
keluasan ilmunya terhadap berbagai disiplin sekaligus.

Selain mendapat pujian dari ummat Islam, al-Biruni juga mendapatkan


penghargaan yang tinggi dari bangsa-bangsa Barat. Karya-karyanya melampaui
Copernicus, Isaac Newton, dan para ahli Indologi yang berada ratusan tahun di depannya.
Baik ulama maupun orientalis sama-sama memujinya.Salah satu bentuk apresiasi ilmuan
dunia hingga saat ini adalah pada tahun 1970, International Astronomical Union (IAU)

18
menyematkan nama al-Biruni kepada salah satu kawah di bulan. Kawah yang memiliki
diameter 77,05 km itu diberi nama Kawah Al-Biruni (The Al-Biruni Crater).

Al-Biruni adalah matematician Arab yang menulis suatu karya yang berjudul “
India “ . Dari buku inilah orang mengetahui bahwa Archimedes sudah familiar dengan
rumus ini, beserta Brahmagupta. Al-Biruni memberikan penyelesaian terhadap persamaan
pangkat tiga X3 = 1 + 3X, dengan menghasilkan aproksimasi X = 1,52,15, 17, 13 yang
ekivalen dengan pecahan desimal yang akurat untuk enam atau lebih.

7. Al- Kharki

Al-Kharki (al-karogi) adalah seorang pengikut Diophantus, dimana dia banyak belajar
dari karya Diophantus yang diterjemahkan oleh Abul Wefa.Dia adalah orang pertama
yang menyelesaikan secara numerik persamaan + b = a , untuk memperoleh akar-akar
positif, yang berbeda dengan Diophantus yang hanya memperoleh akar-akar rasional saja.
Karya Al-Kharki dalam aljabar ini diberi judul : “Fakhri”. Salah satu problem dalam buku
Fakhri ini adalah mencari bilangan rasional, sedemikian sehingga jumlah pangkat tiganya
adalah kuadrat bilangan rasional, atau dengan notasi modern. Disamping itu, Al-Kharki
adalah matematician Arab yang menemukan dan sekaligus membuktikan teorema untuk
jumlah deret :

1. 12 + 22 + 32 42+ .......+ n2 = ( 1+2+3+4+......)

2. 13+ 23 +33 + 43+ ......+ n3 = (1+2+3+4+.......)2

8. Al- Kashi

Dalam banyak karyanya, yang ditulis dalam bahasa Arab dan Persia, Al-Kashi
memberikan kontribusinya dalam bidang astronomo dan matematika. Yang sangat
mengagumkan adalah keakuratan komputasinya, terutama sekali dalam menyelesaikan
persamaan-persamaan metode Horner, yang kemungkinan diporolehnya dari Cina.
Kemungkinan juga Al-Kashi memperoleh praktek penggunaan pecahan desimal dari
Cina. Al-Kashi memberikan akar ke n suatu bilangan dengan :

34,59,1,7,14,54,23,3,47,37,40

19
Al-Kashi mengaproksimasikan nilai yang sangat akurat di bandingkan dengan nilai
aproksimasi matematician-matematician sebelumnya.Dengan meninggalnya Al-Kashi
pada tahun 1436 dapat dianggap berakhirnya zaman kejayaan matematika bangsa Arab
dan perkembangan matematika dunia berpindah ke Eropa dan tidak pernah lagi ke Asia.

9. Al-Kindi
Al-Kindi atau Alkindus adalah seorang filsuf dan ilmuwan yang bekerja sebagai
Rumah Kebijaksanaan di Baghdad di mana ia menulis banyak komentar tentang karya-
karya Yunani. Kontribusi-nya untuk matematika mencakup banyak karya aritmatika dan
geometri.
Abu Yusuf Yaʿqub ibn Isḥaq al-Ṣabbaḥal-Kindi yang lahir pada tahun 801 dan wafat
pada tahun 873 M ini juga dikenal sampai ke Barat oleh versi nama Latinnya “Alkindus”.
Alkindus dikenal di barat sebagai seorang polymath Arab Irak, filsuf Islam, ilmuwan,
peramal, ahli astronomi, kosmologi, kimia, ahli logika, matematikawan, musisi, dokter,
ahli fisika, psikolog, dan meteorologi. Al-Kindi adalah yang pertama dari para filsuf
Peripatetik Muslim, dan dikenal atas usahanya untuk memperkenalkan filsafatYunani dan
Helenistik ke dunia Arab. Al-Kindi adalah seorang pelopor dalam kimia, kedokteran,
teori musik, fisika, psikologi, filsafat ilmu, dan juga dikenal sebagai salah satu bapak
kriptografi.
Al-Kindi adalah keturunan dari suku Kinda yang merupakan bangsa Arab terkenal
suku asli dari Yaman. Ia dilahirkan dan dididik di Kufah, sebelum mengejar studi lanjut
di Baghdad. Al-Kindi menjadi tokoh terkemuka di Rumah dan sejumlah khalifah
Abbasiyah menunjuk dia untuk mengawasi penerjemahan teks ilmiah dan filsafat Yunani
ke dalam bahasa Arab. Ini kontak dengan "filosofi orang dahulu" (sebagai filsafat Yunani
danHelenistik yang sering disebut oleh para sarjana Muslim) memiliki efekmendalam
pada pengembangan intelektual, dan membawanya untuk menulis risalah asli pada
subyek mulai dari etika Islam dan metafisika untuk matematika dan farmakologi. Dalam
matematika, al-Kindi memainkan peran penting dalam memperkenalkan angka Arab ke
dunia Islam dan Kristen. Dia adalah seorang pelopor dalam pembacaan sandi dan
kriptologi, dan metode baru dibuat dari memecahkan sandi, termasuk metode analisis
frekuensi. Menggunakan keahlian matematika dan medis, ia mengembangkan skala untuk
memungkinkan dokter untuk mengkuantifikasi potensi pengobatan mereka. Ia juga
20
bereksperimen dengan terapi musik. Tema sentral yang mendasari tulisan-tulisan filosofis
al-Kindi adalah kesesuaian antara filsafat dan ilmu-ilmu Islam ortodoks, terutama teologi.
Banyak karya-karyanya mensinergikan subyek teologi yang bersangkutan, termasuk
sifat Allah, jiwa, dan pengetahuan kenabian. Namun, meskipun peran penting yang
dimainkan dalam membuat filsafat diakses oleh intelektual Muslim, output filosofisnya
sendiri sebagian besar dibayangi oleh al-Farabi dan sangat sedikit dari teks itu tersedia
untuk sarjana modern untuk dipelajari.
Al-Kindi menulis pada sejumlah subjek matematika penting lainnya, termasuk
aritmatika, geometri, angka India, harmoni dari angka, garis dan perkalian dengan angka,
jumlah relatif, proporsi pengukuran dan waktu, dan prosedur numerik dan kenselasi. Ia
juga menulis empat jilid, Penggunaan angka India Ketab fi Isti'mal al-'Adad al-Hindi
yang memberikan kontribusi besar terhadap difusi sistem penomoran India di Timur
Tengah dan Barat. Dalam geometri, antara karya-karya lain, ia menulis tentang teori
paralel. Juga berhubungan dengan geometri dia mengerjakan dua pekerjaan pada optik.
Salah satu cara dimana ia memanfaatkan matematika sebagai filsuf adalah upaya untuk
menyangkal keabadian dunia dengan menunjukkan bahwa sebenarnya tak terhingga
adalah absurditas matematis dan absurditas yang logis.

10. Al-Karaji
Abu Bakar bin Muhammad bin Al Husain al-Karaji atau al-Karkhi (953 di Karajatau
Karkh - 1029) adalah seorang matematikawan muslim Persia abad ke-10 dan insinyur.
Penulis kitab bertajuk Al-Kafi fi Al-Hisab (Pokok-pokok Aritmatika). Tiga karya
utamanya adalah:
1. Al-Badi' fi'l-hisab (perhitungan yang indah)

2. Al-Fakhri fi'l-jabr wa'l-muqabala (aljabar yang agung)

3. Al-Kafi fi'l- hisab (perhitungan yang memadai)

Karena karya asli al-Karaji dalam bahasa Arab hilang, belum diketahui secara pasti apa
nama pastinya.

21
Al-Karkhi, menunjukkan bahwa ia lahir di Karkh, pinggiran kota Baghdad, atau
al-Karaji menunjukkan keluarganya berasal dari kota Karaj. Dia memang tinggal dan
bekerja untuk sebagian besar hidupnya di Baghdad, yang merupakan pusat ilmiah dan
perdagangan dunia Islam. Al-Karaji menulis tentang matematika dan teknik.

Beberapa menganggap diahanya ulang ide-ide orang lain ia dipengaruhi oleh


Diophantus tetapi kebanyakan menganggapnya lebih orisinil, khususnya untuk
membebaskan aljabar dari geometri. Dia secara sistematis mempelajari aljabar eksponen,
dan adalah yang pertama untuk menyadari bahwa urutan dapat diperpanjang tanpa batas
waktu, dan reciprocals ,… Namun, karena misalnya produk persegi dan kubus akan
dinyatakan, dalam kata-kata daripada angka, sebagai kubus-persegi, sifat-sifat bilangan
dari menambahkan eksponen menjadi tidak jelas.

Dia menggunakan bentuk induksi dalam karyanya yang sekarang hilang danhanya
diketahui dari kutipan berikutnya oleh al-Samaw'al, ia menulis pada teorema binomial
dan segitiga Pascal. Karyanya pada aljabar dan polinomial, memberikan aturan untuk
operasi aritmatika untuk menambahkan, mengurangi dan mengalikan polinomial,
meskipun ia dibatasi untuk membagi polinomial oleh monomials.

Al-Karaji memperkenalkan ide argumen dengan induksi matematika. Sepertikata


Katz: Gagasan lain yang penting yang diperkenalkan oleh al-Karaji dan dilanjutkan oleh
al-Samaw'al dan lain-lain adalah suatu argumen induktif untuk menangani dengan urutan
aritmatika tertentu. Dengan demikian al-Karaji menggunakan argumen untuk
membuktikan hasil pada jumlah integral pangkat tiga yang sudah dikenalkan Arya bhata.
Al-Karaji tidak pernah, bagaimanapun, menyatakan hasil umum untuk peubah n. Dia
menyatakan teoremanya untuk bilangan bulat tertentu 10. Buktinya, bagaimanapun, jelas
dirancang untuk menjadi diperpanjang ke integer lain. Argumen Al-Karaji ini termasuk
pada intinya dua komponen dasar dari sebuah argumen modern oleh induksi,
yaitukebenaran pernyataan tersebut untuk n= 1 (1 = 13) dan berasal dari kebenaran untuk
n=k dari n= k-1. Tentu saja, komponen kedua tidak eksplisit karena, dalam arti tertentu,
argumen al-Karaji, ia mulai dari n = 10 dan turun ke 1daripada melanjutkan ke atas.

22
Namun demikian, argumennya dalam al-Fakhri adalah bukti paling awal yang
masih ada tentang rumus jumlah untuk integralpangat tiga. Woepcke adalah sejarawan
pertama yang menyadari pentingnya kerja al-Karaji dan kemudian sebagian besar
sejarawan setuju dengan penafsiran nya. Ia menggambarkan sebagai penampilan pertama
dari teori kalkulus aljabar. Rashed setuju dengan penafsiran Woepcke dan mungkin
bahkan melangkah lebih jauh dalam menekankan pentingnya al-Karaji's. Dia menulis
tujuanyang lebih atau kurang eksplisit eksposisi Al-Karaji itu adalah untuk mencari cara
mewujudkan otonomi dan kekhususan aljabar, sehingga berada dalam posisi untuk
menolak, khususnya, representasi geometrik operasi aljabar.

Untuk memberikan kutipan dari deskripsi Rashed tentang kontribusi al-


Karaji:karya Al-Karaji memegang tempat penting dalam sejarah matematika penemuan
dan pembacaan karya aritmatika dari Diophantus, dalam konsepsi yang jelas dan metode
aljabar al-Khawarizmi dan algebraists Arab lainnya, dimungkinkan sebuah keberangkatan
baru dalam aljabar oleh Al-Karaji Jadi apa yang ini keberangkatan baru dalam aljabar?
Mungkin paling tepat digambarkan oleh al-Samawal, salah satu penerus al-Karaji, yang
menggambarkannya sebagai beroperasi pada penggunakan semua alat aritmatika yang
tidak diketahui, dengan cara yang sama sebagai ahli aritmetika beroperasi pada yang
diketahui.

Apa yang al-Karaji capai di Al-Fakhri pertama kali untuk menentukan monomials
x, x2, x3, ... dan , ... dan memberikan aturan untuk produk setiap dua dari ini. Jadi apa
yang dicapai di sini adalah mendefinisikan produk dari istilah-istilah ini tanpa ada
referensi ke geometri. Bahkan ia hampir saja memberikan rumus xn. xm = xm+n untuk
semua bilangan bulat n dan m tapi ia gagal membuat definisi x0= 1 sehingga ia hanya
memberikan keterangan singkat.

Setelah aturan yang diberikan untuk perkalian dan pembagian monomials al-
Karaji lalu memandang "jumlah komposit" atau jumlah dari monomials. Untuk ini ia
memberikan aturan untuk penambahan, pengurangan dan perkalian tetapi tidak untuk
pembagian dalam kasus umum, hanya memberikan aturan untuk pembagian kuantitas
komposit dengan sebuah monomial. Dia mampu memberikan aturan untuk mencari akar

23
kuadrat dari kuantitas komposit yang tidak sepenuhnya umum karena diperlukan
koefisien untuk menjadi positif, tetapi masih merupakan pencapaian yang luar biasa.

Al-Karaji juga menggunakan bentuk induksi matematika dalam argumennya,


meskipun ia tentu saja tidak memberikan penjelasan ketat yang prinsip. Pada dasarnya
apa yang al-Karaji lakukan ini adalah untuk menunjukkan argumen untuk n= 1, kemudian
membuktikan kasus n= 2 berdasarkan hasil nya untuk n = 1, kemudian membuktikan
kasus n= 3 berdasarkan hasil nya untuk n= 2,dan membawa ke sekitar n = 5 sebelum
berkomentar bahwa seseorang dapat melanjutkan proses tanpa batas.

Meskipun ini bukan induksi yang tepat, ini adalah langkah besar menuju
pemahaman bukti induktif. Salah satu hasil yang al-Karaji gunakan bentuk induksi
berasal dari karyanyatentang teorema binomial, koefisien binomial dan segitiga Pascal.
Dalam Al- Fakhri al-Karaji menghitung (a+b)3 dan di Al-Badi ia menghitung (a-b)3 dan
(a+b)4

Pembangunan umum dari segitiga Pascal diberikan oleh al-Karaji dalam karyanya
yang dijelaskan dalam tulisan-tulisan al-Samawal. Dalam terjemahan oleh Rashed dan
Ahmad al-Samawal menulis: Mari kita ingat prinsip untuk mengetahui jumlah yang
diperlukan dalam perkalian dari derajat satu sama lain,untuk setiap bilangan dibagi
menjadi dua bagian. Al-Karaji mengatakan bahwa untuk menggantikan kita harus
menempatkan 'satu' di atas meja dan 'satu' dibawah 'satu' yang pertama, bergerak 'satu'
yang pertama ke kolom kedua, tambahkan 'satu' yang pertama untuk satu ''di bawah ini.
Dengan demikian kita memperoleh 'dua', kita menaruh di bawah 'satu' ditransfer dan
kami tempat 'satu' yang kedua di bawah 'dua'. Kami memiliki 'satu' itu, 'dua', dan 'satu'.
Untuk melihat bagaimana kolom kedua dari 1,2,1 sesuai dengan mengkuadratkan a + b
al-Samawal terus untuk menggambarkan penulisan karya Al-Karaji: Hal ini menunjukkan
bahwa untuk setiap nomor terdiri dari dua angka, jika kita masing-masing beberapa dari
mereka dengan sendirinya sekali- karena dua ekstrem adalah 'satu' dan 'satu' - dan jika
kita kalikan masing-masing satu oleh yang lain dua kali - karena jangka menengah adalah
'dua' -kita memperoleh kuadrat dari nomor ini.

24
Ini adalah deskripsi indah dari teorema binomial menggunakan segitiga Pascal.
Deskripsi berlanjut hingga koefisien binomial yang memberikan (a+b)5 tetapi kita hanya
akan mengutip bagaimana al-Karaji konstruksi kolom ketiga dari kedua Jika kita transfer
'satu' di kolom kedua menjadi kolom ketiga, kemudian tambahkan 'satu' dari kolom kedua
untuk 'dua' di bawah ini, kita memperoleh 'tiga' yang akan ditulis di bawah 'satu' pada
kolom ketiga. Jika kita kemudian tambahkan 'dua' dari kolom kedua untuk''satu 'di bawah
ini kita memiliki' tiga'yang ditulis di bawah' tiga ', maka kita menulis' satu 'di bawah ini'
tiga '; kami sehingga mendapatkan kolom ketiga yang jumlahnya adalah 'satu', 'tiga',
'tiga',dan 'satu' Hasil lain yang diperoleh oleh al-Karaji termasuk menjumlahkan n
pertama bilangan asli, kuadrat n bilangan asli pertama dan pangkat angka-angka ini. Dia
membuktikan bahwa jumlah bilangan asli n pertama ½ n(n+ 1). Dia juga memberikan
(dalam terjemahan Rashed dan Ahmad):Dalam notasi modern; ∑i2 = ∑i + ∑i (i - 1).

Al-Karaji juga mempertimbangkan jumlah dari pangkat tiga dari n bilangan asli
pertama menulis (dalam terjemahan Rashed dan Ahmad): Jika kita ingin menambahkan
pangkat tiga dari bilangan yang mengikuti satu sama lain mereka kita kalikan jumlah
mereka dengan dirinya sendirinya.Dalam notasi modern ∑ i3= (∑ i)2. Al-Karaji
menunjukkan bahwa (1 + 2 + 3 + ... + 10)2 sama dengan 13+ 23+ 33 + ... + 103. Dia
telah melakukan ini dengan memperlihatkan terlebih dahulu bahwa (1 + 2 + 3 + ... + 10)2
= (1 + 2 + 3 + ... + 9)2+ 103. Dia sekarang bisa menggunakan aturan yang sama pada (1
+ 2 + 3 + ... + 9)2, kemudian pada (1+ 2 + 3 + ... + 8)2 dst. Untuk mendapatkan( 1 + 2
+ ... + 10)2 = (1 + 2 + 3 + ... + 8)2 + 93+ 103= (1 + 2 + 3 + ... + 7)2 + 83+ 93+ 103 = 13+
23+33+ ... + 103.

Akhirnya kita harus menyebutkan pengaruh Diophantus pada al-Karaji. Lima kitab
pertama Diophantus's Arithmetica telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh ibn
Liqa pada sekitar tahun 870 dan ini dipelajari oleh al-Karaji. Woepcke dalam pengantar
untuk Al-Fakhri menulis bahwa dia menemukan lebih dari sepertiga masalah buku
pertama dari Diophantus, masalah buku kedua dimulai dengan kedelapan, dan hampir
semua masalah buku ketigadimasukkan oleh al-Karaji di koleksinya.Al-Karaji juga
menemukan banyak masalah barunya sendiri tapi bahkan orang-orang Diophantus pasti
tidak hanya diambil tanpa pengembangan lebih lanjut.Dia selalu berusaha

25
menggeneralisasi hasil Diophantus dan untuk menemukanmetode lebih umum yang
berlaku.

11. Ibnu sina

Nama lengkap ibnu sina adalah Abu `Ali al-Husain ibnu `Abdillah ibn Hasan ibnu
`Ali Sina. Ayah ibnu sina bernama Abdullah dari Balkh merupakan seorang sarjana
terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khurasan dan ibu ibnu sina bernama Satarah berasal
dari daerah Afshana. Nama ibnu sina semakin terkenal ketika beliau mampu
menyembuhkan penyakit Raja Bukhara bernama Nuh ibn Manshur, saat itu umur ibnu
sina baru 17 tahun. Ibnu sina meninggal dunia sebab sakit yang diderita ibnu sina yaitu
penyakit disentri pada pada tahun 428 Hijrah bersamaan dengan tahun 103 Masehi di
Hamazan ( sekarang wilayah Iran).

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan matematika Arab sesudah pertengahan abad kedelapan adalah sangat


mengagumkan sekali , dan mempunyai peranan serta kontribusi yang besar sekali terhadap
perkembangan sejarah matematika . Pada abad 1 perkembangan agama islam, bangsa arab
masih jauh ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dibandingkan dengan negeri-negeri
sekelilingnya, seperti Persia, India, Yunani, dan Romawi.Selama masa pemerintahan
khalifah-khalifah Bahu Abbas, terutama sekali dalam masa khalifah terkenal Al-manshur,
Harun, Al-rasyid dan Al- makmun, kota baghdad menjadi pusat pengembangan matematika
dan ilmu pengetahuan alam lainya menggantikan Alexandria pada zaman Yunani.

Semenjak pemerintahan 3 khalifah ini sampai dengan abad ke-9 muncul matematician
Arab yang ikut memberikan kontribusinya dalam perkembangan sejarah matematika dunia,
diantaranya adalah al- khawarismi,Thabit ibnu Qurra, Abu Kamil Shuja dan Al-Battani.
Sesudah zaman al-khawarismi muncul beberapa matematician Arab yang tidak kalah
populernya dari matematician arab sebelumnya, seperti Abul Wefa, Al- Kharki, Al-
Biruni,Ibnu Sina,Omar Khayyam dan lainnya.

Al-Khawarismi menulis lebih dari setengah lusin karya tentang matematika dan
astronomi. Karya-karyanya kemungkinan berdasarkan kepada karya-karya Siddhanta dari
India. Abu Kamil Shuja adalah seorang ahli aljabar. Dia menulis sebuah buku dengan judul
“Kitab fi aljabr walmuqubalah”, yang merupakan komentar atas karya al-khawarismi,
kemudian memberikan tambahan penyelesaian dari problem-problem tersebut.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusun makalah ini terdapat kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah SWT, sehingga dalam penulisan
dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

27
bersifat membangun kami harapkan dari setiap orang yang membaca makalah ini sebagai
evaluasi untuk masa yang datang.

28
DAFTAR PUSTAKA

G,Muchtar.1988.Sejarah Matematika.Padang:Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan


.Padang:IKIP.

Komar Badrul dan Ruslani.1986.Matematika pada Zaman Purba. Bandung: Angkasa.

29

Anda mungkin juga menyukai