Anda di halaman 1dari 15

Paper of Mathematical History

HISTORY OF MATEMATICS ARAB

CREATED BY :

Khalishah Qatrunnada (4163312013)

Tira Kristy Pane (41633120)

Bilingual Mathematics Education 2016

MATHEMATICS DEPARTEMENT
FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES
STATE UNIVERSITY OF MEDAN
2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Dalam makalah ini
kami akan membahas tentang “Sejarah Matematika Arab”. Kami juga berterima kasih kepada
Bapak selaku dosen mata kuliah Sejarah Matematika . Makalah ini disusun sebagai tambahan
pengetahuan pada mata kuliah Sejarah Matematika. Selain itu, makalah ini juga dapat
menambah wawasan kita.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhai segala usah kita. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat diselesaikan
dengan baik. Oleh karenanya, penulis secara terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.

`
Medan, 08 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan matematika Arab sesudah pertengahan abad kedelapan adalah
sangat mengagumkan sekali , dan mempunyai peranan serta kontribusi yang besar
sekali terhadap perkembangan sejarah matematika . Pada abad 1 perkembangan
agama islam, bangsa arab masih jauh ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan
dibandingkan dengan negeri-negeri sekelilingnya, seperti Persia, India, Yunani, dan
Romawi. Pada abad permulaan ini nampaknya bangsa Arab masih sibuk dengan
pertentangan-pertentangan dalam negeri sendiri dan sibuk mengembangkan islam
mulai dari jazirah Arab sampai ke luar Arab.
Tetapi pada tahun 750, yaitu pada permulaan pemerintahan khalifah-khalifah
Bahu Abbas keadaan berbalik tajam sekali, dimana mulai pada saat itu bangsa Arab
bangkit mengejar ketinggalan ketinggalannya dalam bidang ilmu pengetahuan .
Bangsa Arab mulai mempelajari astronomi, konsep-konsep falsafah, ilmu kedokteran,
matematika dan ilmu lainnya dari Yunani, Mesir,India,Babylonia dan lain-lainya.
Karya ilmu klasik Yunani dan India dibawa ke Baghdad , kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa Arab. Hal ini sangat menguntungkan sekali bagi perkembangan
sejarah metematika, karena hampir seluruh karya matematician Yunani Kuno tidak
dapat ditemukan lagi,yang tinggal sekarang hanyalah terjemahan dari karya-karya ini
dalam bahasa Arab.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat dibuat sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah perkembangan matematika Arab?
2. Bagaimana sistem bilangan matematika Arab?
3. Siapa saja tokoh pelopor Matematika Arab?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan matematika Arab.
2. Untuk mengetahui sistem bilangan matematika Arab.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pelopor matematika Arab.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Matematika Arab (Muslim)


Sejarah mencatat bahwa setelah Yunani runtuh, muncul era baru, yaitu era
kejayaan Islam di tanah Arab. Hal ini berakibat bahwa perkembangan kebudayaan
dan ilmu pengetahuan berpusat dan didominasi oleh umat Islam-Arab. Pada masa
kekhalifahan Harun Al-Rashid, khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, yang
dimulai pada sekitar tahun 786, terjadi proses penerjemahan besar-besaran naskah-
naskah matematika (juga ilmu pengetahuan lainnya) bangsa Yunani kuno ke dalam
bahasa Arab. Pada masa kekhalifahan berikutnya, yaitu khalifah Al-Ma’mun, beliau
menerjemahkan naskah Elements (berisi kumpulan pengetahuan matematika) yang
ditulis Euclid.
Kontribusi Muslim bagi perkembangan matematika adalah terbatas pada
aktivitas penerjemahan naskah Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Banyak ahli
sejarah matematika yang tidak menampilkan tentang sumbangan besar Muslim
terhadap perkembangan matematika, baik karena sengaja atau ketidaktahuannya.
Namun tidak sedikit pula ahli sejarah matematika dari Barat yang lebih objektif dalam
mengemukakan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi. Dalam satu sumber yang ditulis
oleh J. J. O’Connor dan E. F. Robertson dikatakan bahwa dunia barat sebenarnya
telah banyak berutang pada para ilmuwan/matematikawan Muslim. Lebih lanjut
bahwa perkembangan yang sangat pesat dalam matematika pada abad ke-16 hingga
abad ke-18 di dunia barat, sebenarnya telah dimulai oleh para matematikawan Muslim
berabad-abad sebelumnya.
Dalam buku A History of Mathematics, Victor Katz menulis bahwa:Sejarah
matematika Islam abad pertengahan tidak dapat ditulis dengan lengkap,karena banyak
manuskrip Arab yang belum dipelajari... Tetap saja, garis besarnya...sudah diketahui.
Matematikawan Islam mengembangkan sistem numeralia letak-nilai desimal yang
mencakup pecahan desimal, menyusun studi aljabar dan mulaimempertimbangkan
hubungan antara aljabar dan geometri, mempelajari danmemajukan teori geometri
Yunani yang dicetuskanEuklides, Archimedes, danApollonius, dan membuat
kemajuan besar dalam geometri bidang dan bola. Konstribusi matematika Islam ialah
pengembangan aljabar. Dalam aljabar, matematikawan menggunakan symbol x, y,
atau z sebagai pengganti angka.Berikut ini tabel urutan & nilai gematrik huruf Arab
dan latin

2.2 Tokoh-tokoh Matematika Arab


1. Al-Khawarismi
Tidak diketahui dengan pasti kapan Muhammad Ibn Musa Al-
Khawarismi dilahirkan, diperkirakan dia meninggal sekitar tahun 850 M. Al-
Khawarismi menulis lebih dari setengah lusin karya tentang matematika dan
astronomi. Sejarah singkatnya terdapat dalam kitab Al-Fihrist Ibn an-Nadim,
yang juga menjelaskan karya-karya tulisnya. Karya-karyanya kemungkinan
berdasarkan kepada karya-karya Siddhanta dari India.
Ada dua karya Al-Khawarismi yang terkenal. Salah satu diantaranya
adalah bukuyang telah diterjemahkannya kedalam bahasa latin dengan judul”
Alqorismi Identimero Indirum” (tentang seni berhitung Hindu) dimana karya
aslinya dalam bahasa arab tidak ditemukan lagi. Dalam buku ini, yang
berdasarkan terjemahan karya Brahmagupta “Brahma sputa siddhata” dalam
bahasa Arab, Al- Khawarismi memberikan penjelasan tentang sistem numerasi
Hindu. Sehingga menjadi sistem numerasi yang kita gunakan sekarang
ini.Walaupun Al-Khawarismi tidak menyatakan bahwa sistem numerasi ini
adalah hasil karyanya sendiri, namun notasi baru ini lebih dikenal dengan
nama “Algorismi”, yang berasal dari nama Al-Khawarismi sendiri.
Aritmatika Arab yang pertama sekali terkenal adalah berasal dari karya
Al-Khawarismi.Aritmatika al-Khawarismi memperkenalkan sistem numerasi
Hindu dan juga memberikan penjelasan tentang hukum-hukum yang berlaku
dalam algorisma Hindu, dan proses komputasi yang dikenal dengan “casting
out 9’s “, yang digunakan untuk memeriksa hasil-hasil komputasi aritmatika,
serta hukum-hukum “false position” dan “double false position”, dimana
proses aljabar tertentu dapat diselesaikan secara non aljabar.
Double false position atau lebih dikenal dengan dalil “regula duorum
falsorum” yang kemungkinan berasal dari India, digunakan untuk menentukan
aproksimasi akar rile dari suatu persamaan. Metode ini dapat ditulis, misalkan
X1 dan X2, dua bilangan yang mendekati nilai X dari akar persamaan f(X) = 0.
Maka perpotongan antara sumbu X dengan garis yang menghubungkan titik-
titik ( X1, f (X1)) dan ( X2, f ( X2 )) adalah merupakan aproksimasi dari akar
yang ingin dicari.
Karya Al-Khawarismi yang kedua yang paling terkenal adalah
bukunya yang berjudul ”Hisab Aljabar Almuqabalah”, dimana perkataan
aljabar berasal dari judul buku Al-Khawarismi ini. Karya Al-Khawarismi ini
lebih mendekati pelajaran aljabar yang dipelajari disekolah-sekolah menengah
sekarang, dibandingkan dengan aljabar Diophantus. Karya Al-Khawarismi ini
tidak banyak berisi problem-problem yang sukar, berisi problem-problem dan
penyelesaian yang sederhana. Perbedaan nyata antara aljabar Al-Khawarismi
dengan aljabar Diophantus adalah:
1) Aljabar al-khawarismi jauh lebih sederhana dari aljabar Diophantus.
2) Aljabar al-khawarismi seluruhnya retorik, dimana tidak terdapat
sinkopasi baik dari Diophantus, maupun Brahmagupta.Bahkan
bilangan dalam aljabar al-khawarismi dituliskan dengan kata-kata,
bukan dengan lambang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa aljabar al-khawarismi seluruhnya
bukan berasal dari Yunani ataupun India. Ini terlihat dari karya Diophantus
yang hanya mengenal satu penyelesaian saja dari suatu persamaan kuadrat.
Sedangkan al-khawarismi mengenal 2 penyelesaian. Begitu juga aljabar al-
khawarismi tidak seluruhnya berasal dari India, karena matematician Hindu
tidak mengenal hukum-hukum aljabar seperti restorasi dan reduksi.Disamping
itu aljabar al-khawarismi adalah elementer dan retorik.

2. Thabit ibn Qurra(826 -901)


Selain Al-Khawarismi, terdapat matematician Arab lainnya yaitu
Thabit ibn Qurra. Thabit ibn Qurra adalah matematician arab yang
memberikan kontribusinya dalam bidang aljabar. Dia membuka sekolah untuk
para penterjemah.Terjemahan Thabit terhadap karya Apolonius,
Archimedes,Eulid, Ptolemy,dan Theodorus adalah yang dianggap paling baik.
Desertasi Thabit ibn Qurra mengenai rumus untuk menentukan
bilangan bersahabat (amicable numbers) adalah merupakan karya asli bangsa
arab.Thabit memberikan rumus untuk bilangan bersahabat. Seperti halnya
Pappus, Thabit juga memberikan generalisasi dari teorema Phytagoras yang
berlaku untuk semua segitiga, baik lancip maupun tumpul. Apabila dari sudut
A suatu segitiga ABC sembarang dibuat garis-garis yang memotong BC pada
B’ dan C’, sedemikian sehingga sudut AB’B dan sudut AC’C sama dengan
sudut A,maka AB2 + AC2 = BC(BB’ + CC’).

Kontribusi lain dari Thabit ibn Qurra alternatif lain dari pembuktian
Phytagoras, karya-karya tentang parabola dan segmen-segmen parabola,
tentang bujursangkar ajaib,serta teoro-teori baru tentang astronomi.

3. Abu Kamil Shuja (850-930)


Matematician Arab terkenal lainnya adalah Abu Kamil Shuja bin
Aslam , yang terkenal sebagai “Ahli Hitung dari Mesir”. Abu Kamil Shuja
adalah seorang ahli aljabar. Dia menulis sebuah buku dengan judul “Kitab fil-
jabr w’al muqabalah”, yang merupakan komentar atas karya al-khawarismi,
kemudian memberikan tambahan penyelesaian dari problem-problem tersebut.
Aljabar Abu Kamil Shuja ini adalah memadukan antara hal yang praktis,
seperti yang terdapat pada al-khawarismi. Abu Kamil Shuja menghindarkan
penyelesaian-penyelesaian negatif untuk kuadrat dari bilangan yang tidak
diketahui.
4. Al-Battani (850 -929)
Al-Battani yang dikenal di Eropa dengan nama Albagteniue adalah
seorang astromer. Seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al
Battani lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal
adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit
dan 24 detik. Al-Battani juga adalah seorang ahli dalam trigonometri. Dia
banyak memberikan kontribusinya dalam mengembangkan beberapa teorema
trigonometri dengan memperbaiki beberapa teorema trigonometri Yunani
Kuno. Dalam bukunya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan
judul “De scientia stellaeruj” (tentang gerakan bintang-bintang), Al-Battani
memberikan rumus :

Kemudian Al-Battani menambahkan suatu rumus untuk sudut miring,


suatu segitiga bola, yakni:
Cos A = cos B . cos C + sin B . Sin C . Cos A

5. Abul Wefa (940 – 998)


Abul Wefa dilahirkan di Persia (Iran), dia dikenal karena
terjemahannya terhadap karya Diophantus “Arithmetica”, serta komentarnya
terhadap aljabar al- khawarismi.Dalam karya-karyanya, Abul Wefa
menggunakan lambang bilangan Hindu. Pada zaman ini fungsi Tangent sudah
dikenal dengan baik , yaitu a = b tg A , yang sama dengan rumus trigonometri
sekarang. Dalil sinus yang sudah dikenal oleh Ptolemy dan Brahmagupta,
dianggap berasal dari Abul Wefa, dalil ini tidak menggunakan rumus segitiga
bola. Abul Wefa membuat daftar sinus baru untuk sudut-sudut yang
berinterval, dengan menggunakan pecahan desimal delapan angka.
6. Al- Biruni (973- 1048)
Al-Biruni adalah matematician Arab yang menulis suatu karya yang
berjudul “ India “ . Dari buku inilah orang mengetahui bahwa Archimedes
sudah familiar dengan rumus ini, beserta Brahmagupta. Al-Biruni memberikan
penyelesaian terhadap persamaan pangkat tiga X3 = 1 + 3X, dengan
menghasilkan aproksimasi X = 1,52,15, 17, 13 yang ekivalen dengan pecahan
desimal yang akurat untuk enam atau lebih.

7. Al- Kharki (1029)


Al-Kharki (al-karogi) adalah seorang pengikut Diophantus, dimana dia
banyak belajar dari karya Diophantus yang diterjemahkan oleh Abul Wefa.Dia
adalah orang pertama yang menyelesaikan secara numerik persamaan a + b =
a , untuk memperoleh akar-akar positif, yang berbeda dengan Diophantus
yang hanya memperoleh akar-akar rasional saja. Karya Al-Kharki dalam
aljabar ini diberi judul : “Fakhri”. Salah satu problem dalam buku Fakhri ini
adalah mencari bilangan rasional, sedemikian sehingga jumlah pangkat
tiganya adalah kuadrat bilangan rasional, atau dengan notasi modern.
Disamping itu, Al-Kharki adalah matematician Arab yang menemukan dan
sekaligus membuktikan teorema untuk jumlah deret.

8. Al- Kashi (1436)


Dalam banyak karyanya, yang ditulis dalam bahasa Arab dan Persia,
Al-Kashi memberikan kontribusinya dalam bidang astronomo dan
matematika. Yang sangat mengagumkan adalah keakuratan komputasinya,
terutama sekali dalam menyelesaikan persamaan-persamaan metode Horner,
yang kemungkinan diporolehnya dari Cina. Kemungkinan juga Al-Kashi
memperoleh praktek penggunaan pecahan desimal dari Cina. Al-Kashi
memberikan akar ke n suatu bilangan dengan :
34,59,1,7,14,54,23,3,47,37,40
Al-Kashi mengaproksimasikan nilai yang sangat akurat di bandingkan
dengan nilai aproksimasi matematician-matematician sebelumnya. Dengan
meninggalnya Al-Kashi pada tahun 1436 dapat dianggap berakhirnya zaman
kejayaan matematika bangsa Arab dan perkembangan matematika dunia
berpindah ke Eropa dan tidak pernah lagi ke Asia.
2.3 Sistem Bilangan Matematika Arab (Muslim)
Sistem bilangan Arab atau Angka Arab (Arabic Numerals) merupakan sebuah
sistem bilangan populer yg terdiri dari angka 0-9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Sistem
angka ini paling banyak digunakan di zaman modern ini. Angka Arab dipopulerkan
oleh matematikawan Muslim di abad pertengahan, kemudian menyebar ke Eropa
beberapa abad kemudian, dan menjadi angka standar dunia sejak zaman kolonial.
Bentuk evolusi dari angka Arab, yaitu angka Arab Latin (yang
banyak digunakan sekarang) muncul pertama kali di Maroko dan Spanyol
(Andalusia) di akhir abad ke-10, dan dikenal sebagai angka "Ghubar". Layaknya
huruf Latin, angka Ghubar bisa digunakan dari kiri-kanan.
Angka Arab Latin ini kemudian menjadi populer dan menggantikan angka
Romawi di Italia dan kemudian seluruh Eropa. Ditambah lagi sejak ditemukannya
Mesin Cetak di abad ke-15, angka Arab Latin menjadi sangat populer dan digunakan
di hampir semua kerajaan di Eropa.
Sesuai dengan sejarah mereka, angka-angka (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) juga dikenal
sebagai Angka Hindu atau Angka Hindu-Arab. Alasan mereka lebih dikenal sebagai
“Angka Arab” di Eropa dan Amerika adalah karena mereka diperkenalkan ke Eropa
pada abad ke-10 melalui bangsa Arab di Afrika Utara. Dahulu (dan sampai sekarang)
digit-digit tersebut masih dipergunakan oleh orang Arab barat semenjak dari Libya
hingga ke Maroko. Di sisi lain, orang-orang Arab menyebut sistem tersebut dengan
nama “Angka Hindu”, yang mengacu pada asal mereka di India. Namun demikian,
angka ini tidak boleh dirancukan dengan “Angka Hindu” yang dipergunakan orang-
orang Arab di Timur Tengah (٠.١.٢.٣.٤.٥.٦.٧.٨.٩), yang disebut dengan nama
lain Angka Arab Timur; atau dengan angka-angka lain yang saat ini dipergunakan di
India (misalnya angka Dewanagari: ०.१.२.३.४.५.६.७.८.९).
Sekarang, angka Arab Latin telah menjadi angka Internasional dan digunakan
di hampir seluruh dunia. Bahkan di negara yg tidak menggunakan huruf Latin
sekalipun, seperti Cina, Korea, Jepang, India, Thailand, dll. Angka Arab Latin
sesekali digunakan menggantikan angka tradisionalnya. Sedangkan angka Romawi
terkadang masih digunakan untuk tujuan formalitas atau seni. Berikut bentuk angka
Arab:
2.4 Sistem Bilangan Nol (0)
Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya antara tahun 813 hing
ga 833. Setelah Islam masuk ke Persia dan Baghdad menjadi pusat ilmu serta
perdagangan, banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India mendatangi kota
tersebut, termasuk Al-Khawarizmi.
Di sana, ia menjadi bagian dari para ilmuwan yang bekerja di Bayt al-Hikmah
(Rumah Kebijaksanaan), sebuah lembaga penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan yang didirikan oleh Ma’mun Ar-Rasyid, khalifah ketujuh Dinasti
Abbasiyah. Oleh guru besar studi Islam Temple University AS, Mahmoud Ayoub,
Bayt al-Hikmah disebut sebagai institusi pendidikan tinggi pertama di dunia Islam
dan juga Barat. Di lembaga ini, Al- Khawarizmi belajar ilmu alam dan matematika,
juga terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.
Dulu, sebelum Al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan
menggunakan semacam daftar yang membedakan satuan, puluhan, ratusan, ribuan,
dan seterus nya. Daftar yang dikenal sebagai abakus itu berfungsi menjaga setiap
angka dalam bilangan agar tidak saling tertukar dari tempat atau posisi mereka dalam
hitungan.
Sistem tersebut berlaku hingga abad ke-12 M, ketika para ilmuwan Barat
mulai memilih menggunakan raqm al-binji (angka Arab) dalam sistem bilangan
mereka. Raqm albinji menggunakan angka “nol” yang diadopsi dari angka India,
meng hadir kan sistem penomoran desimal yang belum pernah digunakan
sebelumnya.
Lewat buku pertamanya, Al- Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa al- Muqabalah
(Ringkasan Perhitungan Aljabar dan Perbandingan), Al-Kha warizmi
memperkenalkan angka nol yang dalam bahasa Arab yang disebut shifr. Karya
monumental itu juga membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat.
Buku itu diterjemahkan di London pada 1831 oleh matematikawan Inggris,
Fredrick Rosen, dan selanjutnya diedit dalam bahasa Arab pada 1939 oleh dua
matematikawan Mesir, Ali Mustafa Musyarrafa dan Muhammad Mursi Ahmad.
Sebelumnya, pa da abad 12, karya ter sebut juga diter- jemahkan oleh se orang mate
matikawan asal Chester, Inggris, Robert (Latin: Robertus Castrensis), dengan judul
Liber Algebras et Al-mucabola.
Masih pada abad yang sama, buku berbahasa Latin itu kemudian diedit oleh
matematikawan asal New York, LC Karpinski. Versi ke duanya, De Jebra et
Almucabola, ditulis oleh Gerard da Cremona (1114–1187), matematikawan dan
penerjemah asal Italia. Buku yang ditulis Gerard itu disebut-sebut lebih baik dan
bahkan mengungguli buku Fredrick Rozen.
Dengan demikian, meski telah diperkenalkan pada pertengahan pertama abad
ke-9, angka nol baru dikenal dan digunakan oleh kalangan ilmuwan Barat dua
setengah abad kemudian. Menyusul diperkenalkannya angka nol oleh Al- Khawarizmi
maka untuk pertama kalinya nol digunakan sebagai pemegang tempat dalam notasi
berbasis posisi. Dunia perlu berterima kasih pada ilmuwan yang satu ini karena
dengan angka nol yang diperkenalkannya, bilangan 2012 dan 212 dapat dibedakan.
Pada abad ke-12, matematika wan Muslim asal Spanyol, Ibrahim ibn Meir ibn
Ezra, menulis tiga risalah mengenai angka yang membawa simbol- simbol India dan
pecahan desimal ke Eropa hingga men dapatkan perhatian dari sejumlah ilmuwan di
sana. Risalah ber judul The Book of The Number itu menjelaskan tentang sistem
desimal untuk bilangan bulat dengan nilai tempat dari kiri ke kanan. Ibn Ezra
menggunakan nol dengan sebutan galgal (yang berarti roda atau lingkaran).
Selanjutnya, pada 1247, matematikawan Cina, Ch’in Chiu-Shao, menulis
Mathematical Treaties in Nine Sections yang menggunakan simbol O untuk nol. Dan
pada 1303, Zhu Shijie menggunakan simbol yang sama untuk nol dalam karya nya
Jade mirror of the Four Elements. Sistem angka tersebut selanjutnya juga berkembang
di Eropa.
Al-Khawarizmi, ilmuwan yang berada di balik penemuan besar ma te matika
abad ke-9 itu, wafat di Baghdad pada sekitar 850 M.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perkembangan matematika Arab sesudah pertengahan abad kedelapan adalah
sangat mengagumkan sekali , dan mempunyai peranan serta kontribusi yang besar
sekali terhadap perkembangan sejarah matematika . Pada abad 1 perkembangan
agama islam, bangsa arab masih jauh ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan
dibandingkan dengan negeri-negeri sekelilingnya, seperti Persia, India, Yunani, dan
Romawi.Selama masa pemerintahan khalifah-khalifah Bahu Abbas, terutama sekali
dalam masa khalifah terkenal Al-manshur, Harun, Al-rasyid dan Al- makmun, kota
baghdad menjadi pusat pengembangan matematika dan ilmu pengetahuan alam lainya
menggantikan Alexandria pada zaman Yunani.
Semenjak pemerintahan 3 khalifah ini sampai dengan abad ke-9 muncul
matematician Arab yang ikut memberikan kontribusinya dalam perkembangan sejarah
matematika dunia, diantaranya adalah al- khawarismi,Thabit ibnu Qurra, Abu Kamil
Shuja dan Al-Battani. Sesudah zaman al-khawarismi muncul beberapa matematician
Arab yang tidak kalah populernya dari matematician arab sebelumnya, seperti Abul
Wefa, Al- Kharki, Al-Biruni,Ibnu Sina,Omar Khayyam dan lainnya.
Al-Khawarismi menulis lebih dari setengah lusin karya tentang matematika
dan astronomi. Karya-karyanya kemungkinan berdasarkan kepada karya-karya
Siddhanta dari India. Abu Kamil Shuja adalah seorang ahli aljabar. Dia menulis
sebuah buku dengan judul “Kitab fi aljabr walmuqubalah”, yang merupakan komentar
atas karya al-khawarismi, kemudian memberikan tambahan penyelesaian dari
problem-problem tersebut.

3.2 SARAN
Begitu banyak ilmu-ilmu yang telah berkembang dipaparkan diatas oleh para
tokoh-tokoh matematician Arab,itu semua bisa kita pelajari dan terapkan saat ini pada
bangku sekolah.
Banyak penyelesaian-penyelesaian yang lebih praktis dan sederhana yang
disampaikan sangat bermanfaat bagi orang matematika dan umum.Dengan
mempelajari ini kita dapat mengetahui tokoh-tokoh dari matematika Arab tersebut.

Anda mungkin juga menyukai