Oleh:
Dosen Pembimbing:
JURUSAN MATEMATIKA
2020
A. Sejarah Perkembangan Matematika Zaman Arab
Pada tahun 750, yaitu pada permulaan pemerintahan khalifah-khalifah Bahu Abbas
keadaan berbalik tajam sekali , dimana mulai pada saat itu bangsa Arab bangkit mengejar
ketinggalan ketinggalannya dalam bidang ilmu pengetahuan . Bangsa Arab mulai
mempelajari astronomi, konsep-konsep falsafah, ilmu kedokteran, matematika dan ilmu
lainnya dari Yunani, Mesir,India,Babylonia dan lain-lainya. Karya ilmu klasik Yunani dan
India dibawa ke Baghdad , kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Hal ini sangat
menguntungkan sekali bagi perkembangan sejarah metematika, karena hampir seluruh karya
matematician Yunani Kuno tidak dapat ditemukan lagi,yang tinggal sekarang hanyalah
terjemahan dari karya-karya ini dalam bahasa Arab. Sejarah perkembangan matematika Arab
dimulai sekitar tahun 786 di Baghdad (Iran), akan tetapi belum diketahui secara pasti.
Bahkan hampir tidak pernah terdengar Ahli matematika Arab, kecuali yang paling populer
kita dengar sebagai matematikawan Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap
perkembangan matematika adalah Al-Khawarizmi, dikenal sebagai bapak Aljabar,
memperkenalkan bilangan nol (0), dan penerjemah karya-karya Yunani kuno. Sejarah
mencatat bahwa setelah Yunani runtuh, muncul era baru, yaitu era kejayaan Islam di tanah
Arab. Hal ini berakibat bahwa perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan berpusat
dan didominasi oleh umat Islam-Arab. Yang dimaksud dengan Arab di sini meliputi wilayah
Timur Tengah, Turki, Afrika utara, daerah perbatasan Cina, dan sebagian dari Spanyol,
sesuai dengan wilayah kekuasaan kekhalifahan Islam pada saat itu. Khalifah Harun Al-
Rashid, khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, sangat memerhatikan perkembangan
ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahannya, yang dimulai sekitar tahun 786, terjadi
proses penerjemahan besar-besaran naskah-naskah matematika (juga ilmu pengetahuan
lainnya) bangsa Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Bahkan khalifah berikutnya, yaitu
khalifah Al-Ma’mun lebih besar lagi perhatiannya terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Pada masa kekhalifahannya di Baghdad didirikan Dewan Kearifan, yang
menjadi pusat penelitian dan penerjemahan naskah Yunani. Beasiswa disediakan bagi para
penerjemah dan umumnya mereka bukan hanya ahli bahasa, tetapi juga merupakan ilmuwan
yang ahli dalam matematika. Misalnya Al-Hajjaj menerjemahkan naskah Elements (berisi
kumpulan pengetahuan matematika) yang ditulis Euclid. Beberapa penerjemah lainnya
misalnya Al-Kindi, Banu Musa bersaudara, dan Hunayn Ibnu Ishaq. Adanya perhatian dari
kedua khalifah tersebut terhadap perkembangan matematika menyebabkan banyak tokoh-
tokoh matematikawan Arab bermunculan. Periode mulai dari abad ke VIII sampai dengan
abad ke XIV dapat dikatakan merupakan “zaman keemasan“ dari matematika bangsa Arab.
Kontribusi bangsa Arab dalam perkembangan sejarah matematika bukan hanya sebagai
pengumpul dan kemudian menyebarkannya saja, tetapi lebih dari itu. Matematika Arab
disamping menterjemahkan dan memberi ulasan terhadap matematika Yunani, mereka juga
menghasilkan beberapa karya asli dalam matematika.
Matematika bangsa Arab dapat dibagi menjadi 4 kelompok:
1. Aritmatika, yang kemungkinan berasal dari India, dan berdasarkan kepada prinsip
nilai tempat.
2. Aljabar, walaupun berasal dari Yunani, Hindu, dan Babylonia, tetapi telah
dipolesi oleh matematician Arab menjadi bentuk serta sistematik yang baru.
3. Trigonometri, umumnya berasal dari Yunani, tetapi matematician Arab
mengaplikasikannya dengan bentuk trigonometri Hindu dan menambahkan
beberapa fungsi dan rumus-rumus baru
4. Geometri, yang umumnya berasal dari Yunani, matematician Arab memberikan
generalisasi terhadap rumus-rumus Yunani tertentu.
a. Al-Khawarismi
Tidak diketahui dengan pasti kapan Muhammad ibn Musa al-khawarismi
dilahirkan, diperkirakan dia meninggal sekitar tahun 850.Al-Khawarismi menulis
lebih dari setengah lusin karya tentang matematika dan astronomi. Karya-karyanya
kemungkinan berdasarkan kepada karya-karya Siddhanta dari India.
Ada dua karya Al-Khawarismi yang terkenal.Salah satu diantaranya adalah
bukuyang telah diterjemahkannya kedalam bahasa latin dengan judul” Alqorismi
Identimero Indirum ” (tentang seni berhitung Hindu) dimana karya aslinya dalam
bahasa arab tidak ditemukan lagi. Dalam buku ini, yang berdasarkan terjemahan
karya Brahmagupta “Brahma sputa siddhata” dalam bahasa Arab, Al- Khawarismi
memberikan penjelasan tentang sistem numerasi Hindu. Sehingga menjadi sistem
numerasi yang kita gunakan sekarang ini.Walaupun Al-Khawarismi tidak
menyatakan bahwa sistem numerasi ini adalah hasil karyanya sendiri, namun notasi
baru ini lebih dikenal dengan nama “Algorismi”, yang berasal dari nama Al-
Khawarismi sendiri.
Aritmatika Arab yang pertama sekali terkenal adalah berasal dari karya Al-
Khawarismi.Aritmatika al-Khawarismi memperkenalkan sistem numerasi Hindu dan
juga memberikan penjelasan tentang hukum-hukum yang berlaku dalam algorisma
Hindu, dan proses komputasi yang dikenal dengan “casting out 9’s “, yang digunakan
untuk memeriksa hasil-hasil komputasi aritmatika, serta hukum-hukum “false
position” dan “double false position”, dimana proses aljabar tertentu dapat
diselesaikan secara non aljabar.
Double false position atau lebih dikenal dengan dalil “regula duorum
falsorum” yang kemungkinan berasal dari India, digunakan untuk menentukan
aproksimasi akar rile dari suatu persamaan.Metode ini dapat ditulis, misalkan X 1 dan
X2 dua bilangan yang mendekati nilai X dari akar persamaan f(X) = 0. Maka
perpotongan antara sumbu X dengan garis yang menghubungkan titik-titik ( X 1, f
(X1)) dan ( X2, f ( X2 )) adalah merupakan aproksimasi dari akar yang ingin dicari.
Karya Al-Khawarismi yang kedua yang paling terkenal adalah bukunya yang
berjudul ”Hisab Aljabr Almuqabalah” ,dimana perkataan aljabar berasal dari judul
buku Al-Khawarismi ini.Karya Al-Khawarismi ini lebih mendekati pelajaran aljabar
yang dipelajari disekolah-sekolah menengah sekarang, dibandingkan dengan aljabar
Diophantus. Karya Al-Khawarismi ini tidak banyak berisi problem-problem yang
sukar, berisi problem-problem dan penyelesaian yang sederhana.Perbedaan nyata
antara aljabar Al-Khawarismi dengan aljabar Diophantus adalah:
1) Aljabar al-khawarismi jauh lebih sederhana dari aljabar Diophantus.
2) Aljabar al-khawarismi seluruhnya retorik, dimana tidak terdapat sinkopasi baik dari
Diophantus, maupun Brahmagupta.Bahkan bilangan dalam aljabar al-
khawarismi dituliskan dengan kata-kata, bukan dengan lambang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa aljabar al-khawarismi seluruhnya bukan
berasal dari Yunani ataupun India. Ini terlihat dari karya Diophantus yang hanya
mengenal satu penyelesaian saja dari suatu persamaan kuadrat. Sedangkan al-
khawarismi mengenal 2 penyelesaian.Begitu juga aljabar al-khawarismi tidak
seluruhnya berasal dari India, karena matematician Hindu tidak mengenal hukum-
hukum aljabar seperti restorasi dan reduksi.Disamping itu aljabar al-khawarismi
adalah elementer dan retorik.
Kontribusi lain dari Thabit ibn Qurra alternatif lain dari pembuktian Phytagoras,
karya-karya tentang parabola dan segmen-segmen parabola, tentang bujursangkar
ajaib,serta teoro-teori baru tentang astronomi.
dan
Kemudian Al-Battani menambahkan suatu rumus untuk sudut miring, suatu segitiga
bola, yakni:
Cos A = cos B . cos C + sin B . Sin C . Cos A
Selain itu, Abul Wafa pun berhasil membentuk rumus geometri untuk parabola,
yakni:
Pecahan desimal yang digunakan oleh orang-orang Cina pada zaman kuno
selama berabad-abad, sebenarnya merupakan pecahan desimal yang diciptakan
oleh al-Kashi. Pecahan desimal ini merupakan salah satu karya besarnya yang
memudahkan untuk menghitung aritmatika yang dia bahas dalam karyanya yang
berjudul Kunci Aritmatika yang diterbitkan pada awal abad ke-15 di Samarkand.
4) Segitiga Khayyam
Untuk menandingi kebesaran segitiga Pascal, di Persia dikenal Segitiga
Khayyam dari nama Omar Khayyam. Segitiga Pascal pertama kali diketahui dari
sebuah buku karya Yang Hui yang ditulis pada tahun 1261, salah seorang ahli
matematika Dinasti Sung yang termasyhur. Namun, sebenarnya segitiga tersebut
telah dibahas dalam buku karya Al Kashi yang disebut dengan Segitiga
Khayyam. Dan kita semua tahu bahwa ilmu di Cina dan Persia itu sudah tua.
Sedangkan segitiga Pascal yang dibahas oleh Peter Apian, seorang ahli
Aritmatika dari Jerman baru diterbitkan pada 1527. Sehingga bisa disimpulkan
bahwa Segitiga Khayyam muncul terlebih dulu sebelum segitiga Pascal.
k. Al-Mahani (lahir tahun 820) dan Abu Kamil (lahir tahun 850)
Mereka berdua memusatkan penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis dari
aljabar. Misalnya aplikasi aritmetika ke aljabar dan sebaliknya, aljabar terhadap
trigonometri dan sebaliknya, aljabar terhadap teori bilangan, aljabar terhadap
geometri dan sebaliknya. Penelitianpenelitian ini mendasari penciptaan aljabar
polinom, analisis kombinatorik, analisis numerik, solusi numerik dari persamaan,
teori bilangan, dan konstruksi geometri dari persamaan.
KESIMPULAN
Perkembangan matematika Arab sesudah pertengahan abad kedelapan adalah
sangat mengagumkan sekali , dan mempunyai peranan serta kontribusi yang besar
sekali terhadap perkembangan sejarah matematika . Pada abad 1 perkembangan
agama islam, bangsa arab masih jauh ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan
dibandingkan dengan negeri-negeri sekelilingnya, seperti Persia, India, Yunani, dan
Romawi.Selama masa pemerintahan khalifah-khalifah Bahu Abbas, terutama sekali
dalam masa khalifah terkenal Al-manshur, Harun, Al-rasyid dan Al- makmun, kota
baghdad menjadi pusat pengembangan matematika dan ilmu pengetahuan alam lainya
menggantikan Alexandria pada zaman Yunani.
Semenjak pemerintahan 3 khalifah ini sampai dengan abad ke-9 muncul
matematician Arab yang ikut memberikan kontribusinya dalam perkembangan
sejarah matematika dunia, diantaranya adalah al- khawarismi,Thabit ibnu Qurra, Abu
Kamil Shuja dan Al-Battani. Sesudah zaman al-khawarismi muncul beberapa
matematician Arab yang tidak kalah populernya dari matematician arab sebelumnya,
seperti Abul Wefa, Al- Kharki, Al-Biruni,Ibnu Sina,Omar Khayyam dan lainnya.
Al-Khawarismi menulis lebih dari setengah lusin karya tentang matematika
dan astronomi. Karya-karyanya kemungkinan berdasarkan kepada karya-karya
Siddhanta dari India. Abu Kamil Shuja adalah seorang ahli aljabar. Dia menulis
sebuah buku dengan judul “Kitab fi aljabr walmuqubalah”, yang merupakan
komentar atas karya al-khawarismi, kemudian memberikan tambahan penyelesaian
dari problem-problem tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Muhammad Zainal. 2010. “Sejarah Perkembangan Matematika”. Sumber:
http://www.masbied.com/2010/06/04/sejarah-perkembangan-matematika/#more-
3029 Diakses 19 Oktober 2011.