Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, akhirnya modul vektor dapat


diselesaikan. Modul ini merupakan modul pertama yang dibuat oleh penulis.
Pembuatan modul ini dimaksudkan untuk membimbing peserta didik SMA/MA
dalam memahami materi vektor.
vektor, operasi pada vektor, perbandingan vektor dan perkalian skala dua
vektor dan proyeksi vektor.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan modul ini masih banyak
kekurangan yang terjadi. Untuk itu adanya saran dan kritik dari pembaca sangat
diperlukan penulis untuk perbaikan modul ini dimasa mendatang. Penulis juga
mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan modul ini.

Sumedang, Desember 2017

Penulis

i|Vektor
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Metode Pengkajian.................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
2.1 Pengrtian Vektor ....................................................................................... 4
2.2 Macam-Macam Vektor ............................................................................. 8
2.3 Operasi pada Vektor ............................................................................... 12
2.3.1 Penjumlahan dan Pengurangan Vektor ........................................... 12
2.3.2 Perkalian Skalar dengan Vektor ...................................................... 20
2.4 PerbandinganVektor ............................................................................... 24
2.5 Perkalian Skalar Dua Vektor dan Proyeksi Vektor ................................. 27
2.5.1 Perkalian Titik ( Dot Product ) ........................................................ 27
2.5.2 Perkalian Silang ( Cross Product ) .................................................. 31
BAB IV ................................................................................................................. 37
KESIMPULAN ..................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38

ii | V e k t o r
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Josiah Willard Gibbs


(11 Februari 1839 – 28 April 1903)
ialah fisikawan matematika Amerika
Serikat yang menyumbang banyak
pada pendirian teoretis termodinamika
kimia. Sebagai matematikawan dan
fisikawan, ia adalah penemu analisis
vektor. ia adalah orang pertama
di Amerika Serikat yang menerima
PhD dalam teknik mesin (Yale). Ia
adalah salah satu fisikawan teoretis di
Amerika dan barangkali salah satu
kimiawan teoretis awal. Gelar Gibbs Professorship of Physics and
Chemistry dinamai menurut namanya.

Dilahirkan dan meninggal di New Haven, Connecticut,


wisudawan Universitas Yale, dan belajar di Paris, Berlin, dan Heidelberg. Ia
ditawari jabatan guru besar dalam fisika matematika di University of Yale,
penunjukan pertama di AS, dalam sebuah posisi tanpa gaji selama 10 tahun.

Dalam kimia, ia menyumbang besar pada gagasan termokimia. Pada 1873,


Gibbs menerbitkan makalah mengenai perwakilan geometris jumlah
termodinamika dalam 2 angsuran. Beberapa topik penting yang termasuk
dalam makalah lainnya pada persamaan yang heterogen termasuk
konsep potensial kimia dan energi bebas; gagasan ansambel Gibbs (sebuah
pendirian mekanika statistik); dan aturan fase Gibbs. Makalah ini
mengilhami James Maxwell membuat (dengan tangannya sendiri) acuan gips
yang mengilustrasikan gagasan Gibbs yang kemudian dikirimkannya kepada
Gibbs. Dengan bangga Yale University memilikinya hingga kini.
Antara 1876 dan 1878 Gibbs menulis serial makalah berjudul On the

1|Vektor
Equilibrium of Heterogeneous Substances, kini dianggap sebagai salah satu
prestasi ilmiah terbesar pada abad ke-19 dan makalah pembuka dalam fisika
kimia. Dalam makalah ini Gibbs menerapkan termodinamika untuk
menafsirkan fenomena, berhasil menjelaskan dan menyangkutkan apa yang
dahulu ialah massa fakta terisolasi.

Dalam matematika, ia menyumbangkan gagasan analisis vektor. Pada 1880,


ia mengembangkan perlambangan dan aljabar vektor-vektor. Pada 1901,
perlakuan penuh gagasannya disajikan salah satu mahasiswanya EB. Wilson,
dalam sebuah buku yang berjudul Vector Analysis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Pengertian Vektor ?


2. Apa saja macam-macam Vektor ?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam Operasi pada Vektor ?
4. Apa saja yang termasuk Perbandingan Vektor ?
5. Apa saja yang termasuk Perkalian Skala Dua Vektor dan Proyeksi Vektor ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Vektor


2. Untuk mengetahui macam-macam Vektor
3. Untuk mengetahui bagian-bagian dari Operasi pada Vektor
4. Untuk mengetahui Perbandingan Vektor
5. Untuk mengetahui Pekalian Skala Dua Vektor dan Proyeksi Vektor

1.4 Metode Pengkajian

Dalam pengambilan data atau informasi untuk membuat modul ini penyusun
menggunakan beberapa metode diantaranya :
a. Buku
Dengan cara mencari materi yang berhubungan dengan “Vektor”
b. Browsing di internet
Dengan cara mengunjungi situs-situs internet yang berhubungan dengan
“Vektor”
c. Diskusi

2|Vektor
Cara ini yang dilakukan yaitu dengan cara berdiskusi langsung dengan
teman-teman mengenai materi yang penyusun bahas, yaitu “Vektor”

3|Vektor
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengrtian Vektor

Vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah

Ruas garis berarah yang kalian gambar pada kegiatan ini mewakili sebuah
vektor. Panjang garis yang diukur menggunakan penggaris menunjukkan
panjang vektor tersebut. Karena titik pangkal P dan titik ujung Q, maka
vektor disebut sebagai vektor PQ . Panjang vektor PQ ini dilambangkan
| PQ | .
Selain cara di atas, sebuah vektor dapat pula ditulis menggunakan:

 Huruf kecil yang dicetak tebal.


Seperti a, b, c, dan sebagainya. Misalnya, vektor PQ di samping ditulis
sebagai vektor a.

 Huruf kecil yang di atas huruf itu dibubuhi tanda panah.

Seperti a , b , c dan sebagainya. Misalnya vektor PQ dapat ditulis sebagai

vektor a

Penulisan vektor dengan menggunakan lambang panah di atas lebih sering


digunakan. Karena mnggunakan tulisan tangan, vektor yang dibubuhi tanda

4|Vektor
panah lebih mudah dituliskan daripada yang dicetak tebal. Kalian bebas
memilih cara penulisan vektor tersebut.

Sekarang, perhatikan sebarang titik A(a1, a2) dan titik B(b1, b2) pada
koordinat Cartesius berikut.

Pada bidang Cartesius tersebut, vektor a mewakili ruas garis berarah dari
titik pangkal O(0, 0) ke titik A(a1, a2). Oleh karena itu, vektor a ini dapat kalian
tuliskan dalam bentuk pasangan terurut a = (a1, a2). Adapun vektor b mewakili
ruas garis berarah dari titik pangkal O(0, 0) ke titik B(b1, b2). Vektor b dapat
kalian tuliskan sebagai b = (b1, b2). Dengan menggunakan rumus jarak, kalian
dapat menentukan panjang vektor a dan b ini, yaitu:

Panjang vektor a adalah | a | a12  a2 2


Panjang vektor b adalah | b | b12  b2 2

Dengan pemahaman yang sama seperti vektor pada bidang (R2), kalian
dapat memahami vektor pada ruang (R3). Misalnya, ambil sebarang titik A(a1,
a2, a3) dan B(b1, b2, b3) pada ruang (R3), maka kalian dapat menuliskan vektor

a yang mewakili vektor OA dan vektor b yang mewakili vektor OB dalam


bentuk pasangan terurut sebagai berikut.

5|Vektor
a  (a1 , a2 , a3 ) dan b  (b1 , b2 , b3 )
Panjang kedua vektor ini masing-masing
| a | a12  a2 2  a32 dan | b | b12  b2 2  b32

Dengan menarik ruas garis dari titik A ke titik B, kalian mendapatkan vektor c.
Dengan menggunakan rumus jarak, vektor c ini dapat di tuliskan sebagai c =
(b1 - a1, b2 - a2) sehingga panjang vektor c adalah
| c | (b1  a1 ) 2  (b2  a2 ) 2

Jika arah vektor c dibalik, maka akan didapat vektor -c, yaitu sebuah
vektor yang panjangnya sama dengan panjang vektor c dengan arah
berlawanan. Vektor ini disebut vektor invers dari vektor c.
Jika ditulis dalam bentuk pasangan terurut, vektor -c = (a1 - b1, a2 -b2).
Panjang vektornya adalah

| c | (a1  b1 ) 2  (a2  b2 ) 2  (b1  a1 ) 2  (b2  a2 ) 2

Contoh

1. Diketahui segitiga ABC dengan titik-titik sudut A(0, 3, 5), B(2, 4, 6),
dan C(4, 3, 1).
Tentukan:
a. Vektor p yang mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal A ke titik B
b. Vektor q yang mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal B ke titik C
c. Vektor r yang mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal A ke titik C
d. Keliling segitiga ABC

Jawab:
a. Vektor p mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal A ke titik B,
maka. p  AB  (2  0, 4  3, 6  3)  (2,1,1) .

Panjang vektor p adalah | p | 22  12  12  4  1  1  6

| AB | 6

6|Vektor
b. Vektor q mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal B ke titik C,
maka q  BC  (4  2,3  4,1  6)  (2, 1, 5) .
Panjang vektor q adalah
| q | 22  (1) 2  ( 5) 2  4  1  25  30

c. Vektor r mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal A ke titik C,


maka r  AC  (4  0,3  3,1  5)  (4, 0, 4) .
Panjang vektor r adalah
| r | 42  02  ( 4) 2  16  16  36  4 2

d. Keliling segitiga ABC adalah | p |  | q |  | r | 6  30  4 2

2. Diketahui vektor a dan b di R2. Jika | a | 5 , | b | 7 ,dan | a  b | 105


,tentukan | a  b | .
Jawab:

Dari | a | 5 , didapat a12  a22  5  a12  a22  25... persamaan 1

Dari | b | 7 ,didapat b12  b22  7  b12  b22  49... persamaan 2

Dari | a  b | 105 , didapat (a1  b1 )2  (a2  b2 )2  105


sehingga diperoleh

(a1  b1 ) 2   a2  b2   105  a12  2a1b1  b12  a2 2  2a2b2  b2 2  105


2

 a12  a2 2  b12  b2 2  2a1b1  2a2b2  105... persamaan 3

Substitusi persamaan 1 dan 2 ke persamaan 3


25  49  2a1b1  2a2b2  105

2a1b1  2a2b2  31... persamaan 4

| a  b | (a1  b1 )2  (a2  b2 )2  2a12  2a1b1  b12  a2 2  2a2b2  b2 2

7|Vektor
 a22  a22  b12  b22  (2a2b2  2a2b2 )2 ... persamaan 5

Substitusi persamaan 1, 2, dan 4 ke persamaan 5


| a  b | 25  49  31  43

2.2 Macam-Macam Vektor


Adapun macam-macam vektor sebagai berikut :

1. Vektor Satuan

Vektor satuan yaitu vektor yang besarnya satu dan arahnya sejajar
dengan salah satu sumbu koordinat. Vektor satuan 𝑖̂ untuk sumbu X,
vektor satuan 𝑗̂ untuk sumbu Y dan vektor satuan 𝑘̂ untuk sumbu Z.

Untuk setiap vektor a yang bukan vektor nol, dapat ditentukan suatu
vektor satuan dari vektor a, dilambangkan dengan ê . Vektor satuan arahnya
searah dengan vektor a dan panjangnya sama dengan satu satuan.

Jika vektor a    , maka vektor satuan dari a dirumuskan dengan:


x
y

a 1  x
ê   
|a| x2  y 2  y 
Vektor-vektor satuan 𝑖 dan 𝑗 dapat dinyatakan dengan vektor kolom,yaitu:

1 0
𝑖̂ = ( ) dan 𝑗̂ = ( )
0 1

8|Vektor
Untuk vektor pada ruang (R3), juga dapat ditentukan vektor satuannya. Jika
 x
 
vektor a   y  , maka vektor satuan dari a dirumuskan dengan :
z
 

 x
a 1  
ê  y
2 
|a| x y z  
2 2

z

Vektor-vektor satuan kolom, yaitu: î, ĵ, dan k̂ dapat dinyatakan dengan vektor
kolom, yaitu :

1 0 0
𝑖̂ = (0) , 𝑗̂ = (1) , 𝑘̂ = (0)
0 0 1

2. Vektor Nol

Vektor nol yaitu vektor yang titik awal dan akhirnya sama. Suatu vektor
disebut vektor nol apabila panjangnya nol. Arah dari vektor nol tak tentu,
misalnya AA , BB , CC , dan semacamnya disebut vektor nol. Vektor nol
dilambangkan dengan O .

3. Vektor Posisi

Vektor posisi yaitu vektor yang menunjukkan posisi benda dalam suatu
koordinat. Jika titik P adalah sebuah titik pada bidang datar, vektor OP  p
isebut vektor posisi dari titik P. Jika koordinat titik P adalah (x1, y1) maka
vektor posisi dari titik P adalah p  OP   xy11 

9|Vektor
Gambar vektor posisi titik P

Hal ini berarti vektror p mempunyai komponen arah mendatar x1 dan


komponen arah vertikalnya adalah y1.
Jika titik P di R3 dengan koordinat P adalah (x1, y1, z1) maka vektor pasisi
titik P adalah
Gambar vektor posisi titik P

 x1   x1 
   
p  OP   y1  sebaliknya ,jika p   y1  merupakan vektor posisi dari titik P,
z  z 
 1  1
maka titik P berkoordinat (x1, y1, z1)

4. Vektor Basis

Vektor basis yaitu vektor yang menempati suatu kartesius.

10 | V e k t o r
Vektor basis dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Vektor Basis di R2

Diberikan titik P (x1, y1) seperti tampak pada gambar dibawah. OP


merupakan titik terminal/ujung dari vektor posisi yang titik pangkalnya di pusat
koordinat. Dari gambar tampak bahwa:

OP  OQ  Qp

di mana OP  p

OQ  x1iˆ

OP  y1 ˆj

sehingga dapat dituliskan :

P  x1iˆ  y1 ˆj

Bentuk vektor ini disebut vektor basis iˆ dan ĵ

Gambar basis pada R2

Jadi, setiap vektor di R2 dapat disajikan sebagai kombinasi linear dari dua vektor
basis iˆ dan ĵ dalam bentuk P  x1iˆ  y1 ˆj

x1 dan y1 berturut-turut disebut komponen-komponen mendatar dan vertikal dari


vektor P .
b. Vektor Basis di R3

Jika R (x1, y1, z1) adalah sembarang titik dan r adalah vektor posisi R,
maka komponenkomponen r dapat dinyatakan sebagai:

x1 i (searah dengan OX )
y1 j (searah dengan OY )
z1 k (searah dengan OZ )

11 | V e k t o r
Gambar vektor basis pada R3

tampak bahwa bentuk vektor ini merupakan kombinasi linear dari vektor-vektor
basis iˆ, ˆj , kˆ

OR  OP  PR
OR  OQ  QP  PR , sehingga

OR  r  x1iˆ  y1 ˆj  z1kˆ

Jadi, setiap vektor F dalam ruang (di R3) dapat disajikan sebagai kombinasi linear
dari tiga
vektor basis iˆ , ĵ dan k̂ yang tidak sebidang dalam bentuk.

2.3 Operasi pada Vektor


2.3.1 Penjumlahan dan Pengurangan Vektor

Perhatikan titik-titik A(a1, a2), B(b1, b2), dan C(c1, c2) pada koordinat
Cartesius berikut ini!

12 | V e k t o r
Pada gambar tersebut, vektor a, b, dan c dapat kalian tulis sebagai
berikut:

• a  (b1  a1 , b2  a2 ) Dapat pula ditulis , a  b1  a1


b2  a2 
• b  (c1  b1 , c2  b2 ) Dapat pula ditulis,  b c1  b1
c2  b2 
 a ) Dapat pula ditulis, c   
c1  a1
• c  (c1  a1 , c2 2 c2  a2

Sekarang, jumlahkanlah vektor a dan b. Karena vektor merupakan


matriks kolom, maka kalian dapat menjumlahkan vektor a dan b
dengan menggunakan aturan penjumlahan matriks. Dengan aturan ini,
akan diperoleh

ab   b1  a1
b2  a2  c1  b1
c2  b2  b1  a1  c1  b1
b2  a2  c2  b2  c1  a1
c2  a2 
Pastikan bahwa  c1  a1
c2  a2 c
Uraian tersebut menunjukkan bahwa a + b = c. Secara
geometris,penjumlahan antara vektor a dan b ini dapat kalian lakukan
dengan dua cara, yaitu:

a. Cara segitiga

13 | V e k t o r
Dalam cara ini, titik pangkal vektor b berimpit ruas dengan titik
ujung vektor a. Jumlah vektor a dan b didapat dengan menarik ruas garis
dari titik pangkal vektor a ke titik ujung vektor b. Ruas garis ini diwakili
oleh vektor c.
Akibatnya, a + b = c.

b. Cara jajargenjang

Misalkan, vektor a mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal A


ke titik B dan vektor b mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal C ke
titik D. Dalam cara jajargenjang, titik pangkal vektor a berimpit dengan
titik pangkal vektor b, yaitu A = C.
Dengan membuat jajargenjang ABED, akan diperoleh

AB  AD  AB  BE (Oleh karena AD  BE )

 AE (Gunakan cara segitiga)

Oleh karena AB  a, AD  b ,dan AE  c , maka a + b = c.Sekarang, jika


vektor a dijumlahkan dengan invers vektor b, maka kalian mendapatkan
penjumlahan vektor a + (-b) sebagai berikut

14 | V e k t o r
Seperti pada bilangan real, kalian dapat menuliskan a + (-b) = a - b.Secara
geometris, kalian dapat mengurangkan a dengan b sebagai berikut

Dengan menggunakan aturan penjumlahan dan pengurangan matriks


kolom, kalian dapat menyatakan aturan penjumlahan dan pengurangan
vektor sebagai berikut.

 Untuk a dan b vektor-vektor di R2, berlaku

ab      
a1
a2
b1
b2
a1  b1
a2  b2 
a b      
a1
a2
b1
b2
a1  b1
a2 b2 
Dengan menggunakan pasangan terurut, dapat dituliskan
a  b  (a1 , a2 )  (b1 , b2 )  (a1  b1 , a2  b2 )
a  b  (a1 , a2 )  (b1 , b2 )  (a1  b1 , a2  b2 )

• Untuk a dan b vektor-vektor di R3, berlaku

15 | V e k t o r
 a1   b1   a1  b1 
     
a  b   a2    b2    a2  b2 
a  b  a b 
 3   3   3 3 

 a1   b1   a1  b1 
     
a  b   a2    b2    a2  b2 
a  b  a b 
 3   3   3 3 

Dengan menggunakan pasangan terurut, dapat dituliskan


a  b  (a1 , a2 , a3 )  (b1 , b2 , b3 )  (a1  b1 , a2  b2 , a3  b3 )

a  b  (a1 , a2 , a3 )  (b1 , b2 , b3 )  (a1  b1 , a2  b2 , a3  b3 )

Perhatikan gambar berikut!

Dari gambar di atas, kalian dapat menyatakan:


•b+c=a
•d+e=c
•b+d+e=a
Contoh
1. Diketahui vektor-vektor a = (0, -2, -1), b = (2, 3, 4), dan c = (-3, 0, 3),
tentukan:
1. a+b 6. a+a
2. b+a 7. a-a
3. b+c 8. a+0
4. b-c 9. (a + b) + c
5. c-b 10. a + (b + c)

Jawab :
1. a + b = (0,-2,-1) + (2,3,4) = (0 + 2,-2 + 3,-1 + 4) = (2,1,3)
Jadi, a + b = (2,1,3)
2. b + a = (2,3,4) + (0,-2,-1) = (2 + 0,3 + (-2),4 + (-1)) =(2,1,3)

16 | V e k t o r
Jadi, b + a = (2,1,3)
3. b + c = (2,3,4) + (-3,0,3) = (2 + (-3),3 + 0,4 + 3) = (-1,3,7)
Jadi, b + c = (-1,3,7)
4. b – c = (2,3,4) - (-3,0,3) = (2 - (-3),3 + 0,4 + 3) = (5,3,1)
Jadi, b – c =(5,3,1)
5. c – b = (-3,0,3) – (2,3,4) = (-3-2,0-3,3-4) = (-5,-3,-1)
Jadi, c – b = (-5,-3,-1)
6. a + a = (0,-2,-1) + (0,-2,-1) = ((0 + 0, -2 + (-2),-1 + (-1)) = (0,-4,-2)
Jadi, a + a = (0,-4,-2)
7. a - a = (0,-2,-1) – (0,-2,-1) = ((0 + 0, -2 + (-2),-1 - (-1)) = (0,0,0) = 0
Jadi, a – a = 0
8. a + 0 = (0,-2,-1) – (0,0,0) = (0 + 0, -2 + 0,-1 - 0) = (0,0,0) = a
Jadi, a + 0 = 0 + a = a
9. (a + b) + c = (2,1,3) + (-3,0,3) = (2 + (-3), 1 + 0, 3 + 3 ) = (-1,1,6)
Jadi, (a + B)+ c = (-1,1,6)
10. a + (b + c) = (0, -2, -1) + (-1, 3, 7) = (0 + (-1), -2 + 3, -1 + 7) + (-1, 1, 6)
Jadi, a + (b + c) = (-1, 1, 6)

Sifat-Sifat Penjumlahan dan Pengurangan Vektor

1. Komutatif 4. Memeliki elemen invers


a +b = b + a a + (-a) = (-a) +a =0
2. Assosiatif 5. Anti Komutatif
(a + b) + c = a + (b + c) a b  b  a
6. Anti Assosiatif
3. Memiliki elemen satuan
(a  b)  c  a  (b  c)
atau elemen identitas
a+0=0+a=a

Pembuktian sifat 1
Ambil sebarang vektor a = (a1, a2, a3) dan b =(b1, b2, b3), maka

a + b = (a1, a2, a3) + (b1, b2, b3)

17 | V e k t o r
= (a1 + b1, a2 + b2, a3 + b3)

= (b1 + a1, b2 + a2, b3 + a3)

= (b1, b2, b3) + (a1, a2, a3)

=b+a
Jadi, a + b = b + a.

Pembuktian sifat 2

Ambil sebarang vektor a = (a1, a2, a3),


b = (b1, b2, b3), dan c = (c1, c2, c3),
maka:
(a + b) + c = ((a1, a2, a3) + (b1, b2, b3))
+ (c1,c2,c3)

= (a1 + b1, a2 + b2, a3 + b3) + (c1, c2, c3)

= (a1 + b1 + c1, a2 + b2 + c2, a3 + b3 + c3)

= (a1 + (b1 + c1), a2 + (b2 + c2), a3 + (b3 + c3))

= (a1, a2, a3) + (b1 + c1, b2 + c2, b3 + c3)

= (a1, a2, a3) + ((b1, b2, b3) + (c1, c2, c3))

= a + (b + c)
Jadi, (a + b) + c = a + (b + c).

Pembuktian sifat 3

a+0=0+a=a

Bukti :

a + 0 = (a1, a2, a3) + (0, 0, 0)

= (a1 + 0, a2 + 0, a3 + 0)

= (0 + a1, 0 + a2, 0 + a3)

= (0, 0, 0) + (a1, a2, a3)

18 | V e k t o r
=0+a

0 + a = (0, 0, 0) + (a1, a2, a3)

= (0 + a1, 0 + a2, 0 + a3)

= (a1, a2, a3)

=a

a+0=0+a=a

Jadi, a + 0 = 0 + a = a.

Pembuktian sifat 4

Ambil sebarang vektor a = (a1, a2, a3), maka :


a + (-a) = (a1, a2, a3) + (-a1, -a2, -a3) = (a1 - a1, a2 - a2, a3 - a3) = (0, 0, 0) = o

Jadi, a + (-a) = o.

Pembuktian sifat 5

Ambil sebarang vektor a = (a1, a2, a3),


b = (b1, b2, b3), dan c = (c1, c2, c3),
maka:
(a - b) - c  ((a1, a2, a3) - (b1, b2, b3))
- (c1,c2,c3)

 (a1 - b1, a2 - b2, a3 - b3) - (c1, c2, c3)

 (a1 - b1 - c1, a2 - b2 - c2, a3 - b3 - c3)

 (a1 - (b1 - c1), a2 - (b2 - c2), a3 - (b3 - c3))

 (a1, a2, a3) - (b1 - c1, b2 - c2, b3 - c3)

 (a1, a2, a3) - ((b1, b2, b3) - (c1, c2, c3))

 a - (b - c)
Jadi, (a - b) - c  a - (b - c).

19 | V e k t o r
Pembuktian sifat 6

Ambil sebarang vektor a = (a1, a2, a3) dan b =(b1, b2, b3), maka

a - b  (a1, a2, a3) - (b1, b2, b3)

 (a1 - b1, a2 - b2, a3 - b3)

 (b1 - a1, b2 - a2, b3 a3)

 (b1, b2, b3) - (a1, a2, a3)

b-a
Jadi, a - b  b - a.

2.3.2 Perkalian Skalar dengan Vektor

Pada bagian sebelumnya, kalian telah mempelajari penjumlahan


vektor. Apa yang terjadi jika vektor-vektor yang dijumlahkan adalah k
vektor yang sama? Dalam penjumlahan tersebut, kalian akan mendapatkan
sebuah vektor baru yang setiap komponen-komponennya diperoleh dengan
mengalikan k dengan setiap komponen-komponen vektor u. Akibatnya,
vektor baru tersebut segaris dengan vektor u dan memiliki panjang k|u|.

Jika k skalar tak nol dan vektor u = (u1,u2,...un), maka ku = (k1,k2,...kn)

Dalam perkalian skalar dengan vektor ini, jika k > 0, maka vektor
ku searah dengan vektor u. Adapun jika k < 0, maka vektor ku berlawanan
arah dengan vektor u.

20 | V e k t o r
Contoh

1) Diketahui vektor a = (1, 4, 5) dan b = (2, 3, 2), tentukan vektor c = 2a + 3b.


Jawab:

c = 2a + 3b = 2(1, 4, 5) + 3(2, 3, 2)

= (2 x 1, 2 x 4, 2 x 5) + (3 x 2, 3 x 3, 3 x 2)

= (2, 8, 10) + (6, 9, 6)

= (8, 7, 16)

a. Jadi, c = 2a + 3b = (8, 17, 16).

2) Buktikan bahwa vektor u = (-3, 0, 6) sejajar dengan vektor v = (1,


0, -2).

Bukti:

Untuk membuktikan bahwa vektor u = (-3, 0, 6) sejajar


dengan vektor v = (1,0,-2), kalian harus menunjukkan ada
bilangan real k sehingga u = kv.

u = kv → u - kv = o

(-3, 0, 6) - k(1, 0, -2) = (0, 0, 0)

(-3, 0, 6) - (k, 0, -2k) = (0, 0, 0)

(-3 - k, 0, 6 + 2k ) = (0, 0, 0)

Didapat, k = -3, maka, u = -3v.

Jadi, vektor u = (-3, 0, 6) sejajar dengan vektor v = (1, 0, -2).

21 | V e k t o r
Sifat-Sifat Perkalian SkalardenganVektor

1. Assosiatif dengan perkalian skalar


k(la) = (kl)a
2. Distributif dengan perkalian skalar
k(a + b) = ka +kb
3. Distributif dengan perkaliann skalar
(k +l)a = ka + la
4. Memiliki elemen identitas untuk
perkalian
1a = a

Pembuktian sifat 1

k(la) = (kl)a

Bukti :

k(la) = k[l(a1, a2, a3)]

= k(la1, la2, la3)

= (k[la1], k[la2], k[la3])

= ([kl]a1, [kl]a2, [kl]a3

= (kl)(a1, a2, a3)

= (kl)a

Jadi, k(la) = (kl)a.

Pembuktian sifat 2

k(a + b) = ka + kb
Bukti :

22 | V e k t o r
k(a + b) = k[(a1, a2, a3) + (b1, b2, b3)]

= k(a1 + b1, a2 + b2, b3 + b3)

= (k[b1 + a1], k[b2 + a2], k[b3 + a3])

= (ka1 + kb1, ka2 + kb2, ka3 + kb3)

= (ka1, ka2, ka3) + (kb1, kb2, kb3)

= k(a1, a2, a3) + k(b1, b2, b3)

= ka + kb

Jadi, k(a + b) = ka + kb.

Pembuktian sifat 3

Ambil sebarang skalar k


dan l serta vektor a = (a1,
a2, a3), maka :

(k + l)a =(k + l)(a1, a2, a3)

= ((k + l)a1, (k + l)a2, (k + l)a3)

= (ka1 + la1, ka2 + la2, ka3 + la3)

= (ka1, ka2, ka3) + (la1, la2, la3)

= k(a1, a2, a3) + l(a1, a2, a3)

= ka + la
Jadi, (k + l)a = ka + la.

Pembuktian sifat 4

1a = a

Bukti :

1a = 1(a1, a2, a3)

= (1a1, 1a2, 1a3)

23 | V e k t o r
= (a1, a2, a3)

=a

Jadi, 1a = a.

2.4 PerbandinganVektor
Niko Sentera pergi dari rumah ke sekolahnya dengan berjalan kaki
melintasi sebuah jalan yang lurus. Jika saat ini, ia telah meninggalkan rumah
sejauh m meter dan ia harus menempuh jarak n meter lagi untuk tiba di
sekolah, maka perbandingan jarak yang telah ditempuh dengan jarak yang
belum ditempuhnya adalah m : n.

Misalkan:
Posisi rumah Niko Sentera adalah A
Posisi sekolah adalah B
Posisi Niko Sentera saat ini adalah P
maka dapat dituliskan AP : PB = m : n.
Dari perbandingan ini, kalian dapat menyatakan titik N sebagai vektor posisi
n dalam vektor posisi titik A dan B. Caranya sebagai berikut :

AP : PB = m : n
AP m
= n
PB

nAP = mPB
n( p  a ) = m( p  b)

n p  na = m p  mb

mpnp = mb  na

( m  n) p = mb  na

mb  na
p =
mn

24 | V e k t o r
x  x 
m 2   n 1 
di R 2 , maka p   2   y1 
y
 Jika P( x1 , y1 ) dan Q( x2 , y2 )
mn
 mx  nx1 my2  ny1 
Koordinat titik P adalah P  2 , 
 mn mn 

 x2   x1 
   
m  y2   n  y1 
z  z 
 Jika P( x1 , y1 , z1 ) dan Q( x2 , y2 , z2 ) di R , maka p 
3  2   1
mn
 mx  nx1 my2  ny1 mz2  nz1 
Koordinat titik P adalah P  2 , , 
 mn mn mn 

Dalam perbandingan AP : PB = m : n terdapat dua kasus, yaitu:


1. Titik P membagi PB di dalam.

Koordinat titik P dapat ditentukan dengan rumus perbadingan vektor :

mb  na
p
mn

2. Titik N membagi PQ di luar.

Koordinat titik P dapat ditentukan dengan rumus perbadingan vektor :


 Titik P sebelumgaris AB

mb  na
p
m  n

25 | V e k t o r
 Titik P setelah garis AB

mb  na
p
mn
Untuk titik P berada di luar garis berarah AB, terdapat dua rumus pada
penjabaran di atas tergantung dari letaknya itu sebelumatau setelah AB.
Sebenarnya kedua rumus tersebut menghasilkan vektor posisi P yang sama
(coba kalikan -1 pada pembilang dan penyebutnya, pasti memberikan hasil
yang sama). Sehingga kita cukup menggunakan salah satu.
Contoh
1. Tentukanlah koordinat suatu titik pada garis hubung A(2, 3, 4) dan B(6, 7,
8) di dalam dan di luar dengan perbandingan 1 : 3.

Jawab:
Misalkan, titik tersebut adalah titik P.
 Untuk titik P membagi AB di dalam dengan perbandingan 1 : 3,
berlaku AP : PB 1 : 3.
Koordinat titik P dapat kalian tentukan dengan cara berikut.

mb  na
p
mn
 1.6  3.2 1.7  3.3 1.8  3.4 
P , ,   P(3, 4,5)
 1 3 1 3 1 3 

Jadi, titik P(3 , 4, 5).

 Untuk titik P membagi AB di luar dengan perbandingan 1 : 3,


berlaku AP : PB =1 : 3.
Koordinat titik P dapat kalian tentukan sebagai berikut.

mb  na
p
mn
 1.6  (3).2 1.7  (3).3 1.8  (3).4 
P , ,   P(0,1, 2)
 1 3 1 3 1 3 

26 | V e k t o r
Jadi, titik P(0, 1, 2).

2.5 Perkalian Skalar Dua Vektor dan Proyeksi Vektor


2.5.1 Perkalian Titik ( Dot Product )

Jika a dan b vektor-vektor tak nol dan sudut di antara vektor a dan b, maka perkalian
skalar vektor a dan b didefinisikan oleh a  b= a b cos  .

Jika dinyatakan dalam bentuk pasangan terurut, perkalian skalar dua vektor
ini didefinisikan sebagai berikut.

Jika a  (a1 , a2 ,..., an ) dan b  (b1 , b2 ,..., bn ) adalahsebarang vektor pada R n , maka hasil
kali dalam atau perkalian skalarnya adalah
a  b  a 1b1  a2b2  ...  anbn

 Jika a  (a1 , a2 ) dan b  (b1 , b2 ) vektor-vektor di R 2 , maka

a  b  a 1 b1  a2b2

 Jika a  (a1 , a2 , a3 ) dan b  (b1 , b2 , b3 ) vektor-vektor di R 3 , maka

a  b  a 1b1  a2b2  a3b3

Dalam perkalian skalar dua vektor terdapat sifat-sifat berikut :

Jika a, b, dan c vektor-vektor di R2 atau di R3 dan k skalar tak nol, maka:


1. Komutatif 3. Assosiatif
a b = ba k (a  b)  (ka)  b  a  ( kb)
4. a  a= a
2
2. Distributif
a  (b+c) = a  b  a  c
27 | V e k t o r
Pembuktian sifat 1

Ambil sebarang vektor a  (a1 , a2 , a3 ) dan b  (b1 , b2 , b3 ) , maka:


Misalkan a = 𝑎1 𝑖̂ + 𝑎2 𝑗̂ + 𝑎3 𝑘̂ dan b = 𝑏1 𝑖̂ + 𝑏2 𝑗̂ + 𝑏3 𝑘̂
a ∙ b = ( 𝑎1 𝑖̂ + 𝑎2 𝑗̂ + 𝑎3 𝑘̂) ∙ (𝑏1 𝑖̂ + 𝑏2 𝑗̂ + 𝑏3 𝑘̂)

= 𝑎1 𝑏1 𝑖̂ ∙ 𝑖̂ + 𝑎2 𝑏1 𝑖̂ ∙ 𝑗̂ + 𝑎3 𝑏1 𝑖̂ ∙ 𝑘̂ + 𝑎1 2𝑖̂ ∙ 𝑗̂ + 𝑎2 𝑏2 𝑗̂ ∙ 𝑗̂ + 𝑎3 𝑏2 𝑗̂ ∙ 𝑘̂ +
𝑎1 𝑏3 𝑖̂ ∙ 𝑘̂ + 𝑎2 𝑏3 𝑗̂ ∙ 𝑘̂ + 𝑎3 𝑏3 𝑘̂ ∙ 𝑘̂

Karena 𝑖̂ ∙ 𝑖̂ = 𝑗̂ ∙ 𝑗̂ = 𝑘̂ ∙ 𝑘̂ = 1 dan karena 𝑖̂, 𝑗̂ dan 𝑘̂ saling tegak lurus, maka 𝑖̂ ∙


𝑗̂ = 𝑖̂ ∙ 𝑘̂ = 𝑗̂ ∙ 𝑘̂ = 0 sehingga
a  b  a1b1  a2b2  a3b3
 b1a1  b2 a2  b3a3
 ba
Jadi , a  b = b  a .

Pembuktian sifat 2

a.(b + c) = a.b + a.c

Bukti :

a.(b + c) = (a1, a2, a3).[(b1, b2, b3) + (c1, c2, c3)]

= (a1, a2, a3).[(b1 + c1, b2 + c2, b3 + c3)]

= (a1[b1 + c1] + a2[b2 + c2] + a3[b3 + c3])

= ([a1b1 + a1c1] + [a2b2+ a2c2] + [a3b3 + a3c3])

= ([a1b1 + a2b2 + a3b3] + [a1c1 + a2c2 + a3c3])

= (a1b1 + a2b2 + a3b3) + (a1c1 + a2c2 + a3c3)

= a.b + a.c

Jadi, a.(b + c) = a.b + a.c

28 | V e k t o r
Pembuktian sifat 3
Ambil sebarangvektor a  (a1 , a2 , a3 ), b=(b1 , b2 , b3 ) dan k skalar tak nol, maka
k (a  b)  k (a1b1  a2b2  a3b3 )
 (ka1b1  ka2b2  ka3b3 )
 (ka)  b

Jadi, k (a  b)= a1 (kb1 )  a2 (kb2 )  a3 (kb3 )  a  (kb)

Pembuktian sifat 4

a.a = |a|2

Bukti :

Karena vektor v berimpit dengan vektor v itu sendiri maka adalah sudut diantara
v dan v adalah 00, diperoleh

a.a = a a cos 

2
= a cos 0

2
= a

Jadi, a  a  a
2

Perhatikan gambar berikut !

Proyeksi vektor a pada vektor b adalah vektor c.


Perhatikan AOB !

29 | V e k t o r
c a b a b
Pada AOB , cos    c  a cos   a 
a a b b

a b
Jadi, panjang proyeksi vektor skalar ortogonal a pada vektor b adalah c
b

Setelah mengetahui panjangnya, kalian dapat pula menentukan vektor


c= c ×vektor satuan c .

b
Oleh karena c berimpit dengan b maka vektor satuan c adalah
b

a b b a b
Jadi, c=  = b
b b b2

Sehingga proyeksi vektor a pada vektor b adalah vektor  ab 


c=  2   b
 b 
 
Contoh
Diketahui vektor a =(1, -1, 0) dan b =(-1, 2, 2). Tentukanlah:
a. besar sudut yang dibentuk oleh vektor a dan vektor b
b. panjang proyeksi vektor a pada vektor b
c. vektor proyeksi a pada vektor b
Jawab:
a. Untuk menentukan besar sudut yang dibentuk oleh vektor a dan
vektor b, terlebih dahulu tentukanlah a  b, a ,dan b .

a  b = 1 (1)  (1)  2  0  2  1  2  3

a  12  (1) 2  02  1  1  2
b  (1) 2  22  22  1  4  4  9  3

Misalkan sudut yang dibentuk oleh vektor a dan vektor b adalah  , maka:
ab 3 1
cos     2
a b 2 3 2

Didapat   135 .

b. Misalkan vektor proyeksi a pada b adalah c, maka:

30 | V e k t o r
a  b 3
c   1  1
b 3
Jadi, panjang proyeksi vektor a pada vektor b adalah 1.

c. Vektor proyeksi a pada b adalah


b (1, 2, 2)  1 2 2 
c c  1   , , 
b 3 3 3 3

2.5.2 Perkalian Silang ( Cross Product )

Pada dasarnya, perkalian vektor itu dibedakan menjadi dua, yaitu perkalian
antara vektor dengan skalar dan perkalian antara vektor dengan vektor. Lalu
perkalian antara vektor dengan vektor dibedakan menjadi dua jenis yaitu
perkalian titik (dot product) atau sering disebut dengan perkalian skalar dan
perkalian silang (cross product). Perkalian silang inilah yang sejatinya disebut
sebagai perkalian vektor. Hasil kali perkalian silang atau cross product antara
dua vektor adalalh aebuah vektor baru yang arahnya tegak lurus terhadap
bidang dumana kedua vektor yang dikalikan berada. Prinsip perkalian silang
dua buah vektor mengikuti aturan tangan kanan.

Bila nilai atau besar vektor baru yang diperoleh melalui perkalian silang
antara dua vektor ditentukan, maka nilai tersebut akan sama dengan hasil kali
besar kedua vektor dengan sinus sudut apitnya yang secara matematis dapat
ditulis :
A  B  A  B sin 

Dengan :

A = besar vektor A

31 | V e k t o r
B = besar vektor B

 = sudut antara vektor A dan vektor B

Berikut beberapa hal penting dan umum yang berlaku dalam perkalian silang
dua vektor :

1. Bersifat Antikomutatif
Jika dua buah vektor dikalikan secara silang, maka akan berlaku sifat
antikomutatif yang secara matematis ditulis.

A×B  B×A

Contoh
Jika dua vektor A dan B dinyaatakan dengan

A  2iˆ  2 ˆj  3kˆ
B  2iˆ  3 ˆj  4kˆ

Buktikanlah bahwa A×B  B×A


Penyelesaian :
i j k i j
A×B = a1 a2 a3 a1 a2
b1 b2 b3 b1 b2
A×B =  a2b3i  a3b1 j  a1b2 k    a2b1k  a3b2i  a1b3 j 
A×B = (a2b3  a3b2 )i  (a3b1  a1b3 ) j  (a1b2  a2b1 )k

i j k i j
B×A = b1 b2 b3 b1 b2
a1 a2 a3 a1 a2
B×A =  b2 a3i  b3a1 j  b1a2 k    b2 a1k  b3a2i  b1a3 j 
B×A = (b 2 a3  b3a2 )i  (b3a1  b1a3 ) j  (b1a2  b2 a1 )k
( Terbukti )
2. Dua Vektor Saling Tegak Lurus
Jika kedua vektor yang dikalikan saling tegak lurus maka sudut antara
kedua vektor adalah 90 , sehingga :

32 | V e k t o r
A  B  A  B sin 
A  B  A  B sin 90
A  B  A  B 1
A B  A  B
3. Dua Vektor Segaris
Jika kedua vektor berada satu garis dan searah, maka sudut antara kedua
vektor adalah 0 , sehingga :
A  B  A  B sin 
A  B  A  B sin 0
A  B  A  B  0
A B  0
Jika kedua vektor berada satu garis dan berlawanan arah, maka sudut
antara dua vektor adalah 180 , sehingga :
A  B  A  B sin 
A  B  A  B sin180
A  B  A  B  0
A B  0

Sifat-sifat Perkalian Silang ( Cross Product )

1. A×B  B×A
2. A×(B+C) = (A  B)+(A  C)

3. k(A×B)= (kA)×B=A  (kB)

Misalkan Vektor-vektor a  (a1 , a2 , a3 ) dan b  (b1 , b2 , b3 ) , maka:

 Pembuktian sifat (1)


i j k
a  b  a1 a2 a3
b1 b2 b3
 (a2b3  a3b2 ,a 3 b1  a1b3 , a1b2  a2b1 )

33 | V e k t o r
i j k
a  b   b1 b2 b3
a1 a2 a3

 (a3b2  a2b3 ,a1 b3  a3b1 , a2b1  a1b2 )


 (a3b2  a2b3 ,  a1 b3  a3b1 , a2b1  a1b2 )
 (a2b3  a3b2 ,a 3 b1  a1b3 , a1b2  a2b1 )
Terbukti a  b = -b  a

Pembuktian sifat 2

 Pembuktian sifat (2)


a  (b+c) = a  b  a  c

a  (b+c)  (a1 , a2 , a3 )  (b1 , b2 , b3 )  (c1, c2 ,c3 )

 (a1 , a2 , a3 )  (b1  c1 , b2  c2 , b3  c 3 )

i j k
 a1 a2 a3
b1  c1 b2  c2 b3  c3

 (a2 (b3  c3 )  a3 (b2  c2 ), a3 (b1  c1 ) 

a1 (b3  c3 ), a1 (b2  c2 )  a2 (b1  c1 ))

i j k i j k
a  b  a  c  a1 a2 a3  a1 a2 a3
b1 b2 b3 c1 c2 c3

 (a2b3  a3b2 , a3b1  a1b3 , a1b2  a2b1 )  (a2c3  a3c2 , a3c1  a1c3 , a1c2  a2c1 )

 (a2b3  a2c3  a3b2  a3c2 , a3b1  a3c1  a1b3  a1c3 , a1b2  a1c2  a2b1  a2c1 )

 (a2 (b3  c3 )  a3 (b2  c2 ), a3 (b1  c1 )  a1 (b3  c3 ), a1 (b2  c2 )a2 (b1  c1 ))

Terbukti a  (b+c) = a  b  a  c

34 | V e k t o r
k (a  b)  (ka)  b  a  ( kb)
 Pembuktian sifat (3)

i j k
k (a  b)  k a1 a2 a3
b1 b2 b3

 k (a2b3  a3b2 , a3b1  a1b3 , a1b2  a2b1 )

 (ka2b3  ka3b2 , ka3b1  ka1b3 , ka1b2  ka2b1 )

i j k
(ka)  b)  ka1 ka2 ka3
b1 b2 b3

 (ka2b3  ka3b2 , ka3b1  ka1b3 , ka1b2  ka2b1 )

i j k
a  (kb)  a1 a2 a3
kb1 kb2 kb3

 (a2 kb3  a3kb2 , a3kb1  a1kb3 , a1kb2  a2 kb1 )

 (ka2b3  ka3b2 , ka3b1  ka1b3 , ka1b2  ka2b1 )

Terbukti k (a  b)  (ka)  b  a  (kb)

Contoh

Jika dua vektor A dan B dinyaatakan dengan

A  2iˆ  2 ˆj  3kˆ
B  2iˆ  3 ˆj  4kˆ
Tentukan A×B dan B×A .
Penyelesaian :

35 | V e k t o r
i j k i j
A×B = 2 2 3 2 2
2 3 4 2 3
A×B =  8i  6 j  6k    4k  9i  8 j 
A×B = i  14 j  10k

i j k i j
B×A = 2 3 4 2 3
2 2 3 2 2
B×A =  9i  8 j  4k    6k  8i  6 j 
B×A  i  14 j  10k

36 | V e k t o r
BAB IV
KESIMPULAN
Vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah, Penulisan vector
dapat dengan huruf kecil dan dibubuhi tanda panah, atau huruf kecil tebal, dan
juga huruf kapital dengan tanda panah di atasnya. Untuk menyatakan suatu vektor
dapat dilakukan pada bidang datar atau bidang koordinat Cartesius XOY dengan
menggambar ruas garis dengan anak panah di salah satu ujungnya. Panjang ruas
garis mewakili besar (panjang) vektor dan anak panah mewakili arah vektor.
Vektor disimbolkan dengan huruf tebal atau dengan huruf yang digaris bawahi.
Jika untuk setiap nilai skalar u dikaitkan dengan suatu vektor A, maka A
dinamakan suatu fungsi u yang dilambangkan dengan A (u). Dalam tiga dimensi
ditulis A(u) = A1(u)i + A2(u)j + A3(u)k . Jika setiap titik dalam suatu ruang (R3)
dikaitkan dengan suatu vektor, maka ruang tersebut disebut medan vektor.
Fungsi vektor dalam dalam duniawi, berkaitan dengan masalah
transportasi, navigasi, komputerisasi, dsb. Sedangkan dalam urusan keagamaan,
vektor berperan untuk menunjukkan kemuliaan Allah SWT. serta menjadikan kita
manusia yang lebih baik lagi.

37 | V e k t o r
DAFTAR PUSTAKA
Matematika aplikasi : untuk SMA dan MA kelas XII program studi ilmu
alam/Pesta E>S, Cecep Anwar H. F .S ; editor Adi Setiyawan, Agus Tri Antoro.
— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

http://www.edutafsi.com/2015/05/perkalian-silang-cross-product-dua.html

http://www.edutafsi.com/2015/05/perkalian-titik-dot-product-dua.html

38 | V e k t o r

Anda mungkin juga menyukai