Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN ETNOMATEMATIKA PADA BANGUNAN YANG

TERDAPAT DI DESA ADAT PENGLIPURAN BALI

Oleh:

Nindhita Puspa Nagari

Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang

Alamat Email : nindhitanagari@gmail.com

ABSTRAK

Desa Penglipuran merupakan salah satu desa adat yang masih melestarikan budayanya.
Desa Penglipuran terletak di Bali. Desa Penglipuran memiliki kaitan dengan
matematika khususnya pada konsep geometri. Dimana bentuk bangunan yang ada di
desa tersebut menerapkan beberapa bentuk bangun datar maupun bangun ruang. Oleh
karena itu, kelompok kami melakukan penelitian di Desa Adat Penglipuran ini. Metode
penelitian yang digunakan yaitu penelitian dengan cara eksplorasi, observasi,
dokumentasi, wawancara dan studi literatur. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian eksplorasi dengan menggunakan pendekatan etnografi. Dari hasil yang kita
dapatkan setelah melakukan eksplorasi di Desa Adat Penglipuran, kami menemukan
penerapan konsep etnomatematika dalam bangunan di Desa Adat Penglipuran. Dalam
hal ini, kami mengamati tentang penerapan konsep geometri mengenai bangun datar
dan bangun ruang yang ada di beberapa bagian bangunan yang ada di Desa Adat
Penglipuran.

Kata Kunci: Etnomatematika, Desa Adat Penglipuran, Geometri.


A. PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu sains dan teknologi yang semakin pesat menuntut setiap
individu untuk lebih meresponi setiap perubahan dan kritis terhadap setiap
permasalahan yang ada. Budaya sangat kental dengan kehidupan masyarakat.
Pendidikan merupakan proses yang mendasar dalam setiap aspek kehidupan setiap
individu. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu sains dan teknologi. Namun
faktanya, dilapangan banyak peserta didik yang cenderung merasa bahwa ilmu
matematika kurang diminati karena sulit untuk dipahami. Pembelajaran matematika
yang hanya berkaitan dengan angka, lambang atau simbol dan rumus membuat peserta
didik merasa tidak tertarik dan bosan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat
membuat proses pembelajaran yang kurang kontekstual dengan lingkungan sekitar
peserta didik.

Budaya akan mempengaruhi perilaku individu dan mempunyai peran yang


besar pada perkembangan pemahaman individual, termasuk pembelajaran matematika
(Hardiarti, 2017). Budaya di lingkungan sekitar memiliki hubungan yang erat dengan
konsep matematika. Contohnya, bangunan – bangunan bersejarah yang ada
dilingkungan sekitar memiliki hubungan dengan konsep matematika yaitu konsep
bangun datar, bangun ruang atau bahkan wisatawan yang berkunjung di salah satu
tempat wisata budaya memiliki hubungan erat dengan konsep matematika statistik.
Astri Wahyuni, dkk (2013: 2) menyatakan bahwa salah satu yang dapat menjembatani
antara budaya dan pendidikan matematika adalah etnomatematika.

Menurut Hardiarti (2017) Etnomatematik dapat diartikan bahwa berbagai


konsep matematika dapat digali dan ditemukan dalam budaya sehingga dapat
memperjelas bahwa matematika dan budaya saling berkaitan, matematika dapat lahir
dari budaya, matematika dapat digali dalam budaya sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu sumber belajar matematika yang konkret dan ada di sekitar siswa.
Etnomatematik memiliki peran dalam menjembatani budaya di lingkungan peserta
didik dengan konsep ilmu metematika. Objek etnomatematik adalah objek budaya yang
mengandung konsep ilmu matematika pada suatu lokasi tertentu.
Desa Penglipuran merupakan salah satu desa adat yang masih melestarikan
budaya nya. Desa Penglipuran terletak di Bali. Desa Penglipuran memiliki kaitan
dengan matematika khususnya pada konsep geometri. Dimana, bentuk bangunan yang
ada di desa tersebut menerapkan beberapa bentuk bangun datar maupun bangun ruang.

Awal mula keberadaan Desa Penglipuran dipercaya mulai berpenghuni pada


zaman pemerintahan I Dewa Gede Putu Tangkeban III. Hampir seluruh warga di desa
ini percaya bahwa mereka berasal dari Desa Bayung Gede. Dahulu orang Bayung Gede
adalah orang-orang yang ahli dalam kegiatan agama, adat dan pertahanan. Karena
kemampuannya, orang-orang Bayung Gede sering dipanggil ke Kerajaan Bangli.
Tetapi karena jaraknya yang cukup jauh, Kerajaan Bangli akhirnya memberikan daerah
sementara kepada orang Bayung Gede untuk beristirahat. Tempat beristirahat ini sering
disebut sebagai Kubu Bayung. Tempat inilah kemudian yang dipercaya sebagai desa
yang mereka tempati sekarang. Mereka juga percaya bahwa inilah alasan yang
menjelaskan kesamaan peraturan tradisional serta struktur bangunan antara desa
Penglipuran dan desa Bayung Gede.

Mengenai asal mulai kata Desa Penglipuran, ada 2 persepsi berbeda yang
diyakini oleh masyarakatnya. Yang pertama adalah Penglipuran berarti “pengeling
pura” dengan “pengeling” berarti ingat dan “pura” berarti tempat leluhur. Presepsi yang
kedua mengatakan bahwa penglipuran berasal dari kata “pelipur” yang berarti hibur
dan “lipur” yang berarti ketidakbahagiaan. Jika digabungkan maka penglipuran berarti
tempat untuk penghiburan. Persepsi ini muncul karena Raja Bangli pada saat itu
dikatakan sering mengunjungi desa ini untuk bermeditasi dan bersantai.

Desa Adat Penglipuran merupakan satu kawasan pedesaan yang memiliki


tatanan spesifik dari struktur desa tradisional, sehingga mampu menampilkan wajah
pedesaan yang asri. Penataan fisik dari struktur desa tersebut tidak terlepas dari budaya
masyarakatnya yang sudah berlaku turun temurun. Sehingga dengan demikian Desa
Adat Penglipuran merupakan obyek wisata budaya. Keasrian Desa Adat Penglipuran
dapat dirasakan mulai dari memasuki kawasan pradesa dengan hijau rerumputan pada
pinggiran jalan dan pagar tanaman menepi sepanjang jalan, menambah kesejukan pada
daerah prosesi desa.

Pada areal catus pata setelah prosesi tersebut merupakan areal tapal batas
memasuki Desa Adat Penglipuran. Balai wantilan dan fasilitas kemasyarakatan serta
ruang terbuka pertamanan, merupakan daerah selamat datang (Welcome Area). Areal
berikutnya adalah areal tatanan pola desa, yang diawali dengan gradasi ke fisik desa
secara linear ke kanan dan ke kiri.

Desa adat Penglipuran terletak di Kelurahan Kubu di Kecamatan Bangli,


Kabupaten Dati II Bangli. Luas desa adat Penglipuran kurang lebih 112 ha, dengan
batas wilayah desa adat Kubu di sebelah timur, di sebelah selatan desa adat Gunaksa,
dan di sebelah Barat Tukad Sang-sang, sedangkan di sebelah utara desa adat
Kayang.Desa Adat Penglipuran terletak di kaki Gunung Batur pada ketinggian 700
mdpl. Desa Adat Penglipuran terletak pada jalur wisata Kintamani, sejauh 5 Km dari
pusat kota Bangli, dan 45 Km dari pusat kota Denpasar.

Bentuk bangunan dan topografi desa tersusun sedimikian rupa dimana pada
daerah utama desa kedudukannya lebih tinggi demikian seterusnya menurun sampai
daerah hilir. Pada daerah desa terdapat Pura penataran dan Pura Puseh yang merupakan
daerah utama desa yang unik dan spesifik karena disepanjang jalan koridor desa hanya
digunakan untuk pejalan kaki, yang kanan kirinya dilengkapi dengan atribut-atribut
struktur desa; seperti tembok penyengker, angkul-angkul dan telajakan yang seragam.
Keseragaman dari wajah desa tersebut disamping karena adanya keseragaman bentuk
juga dari keseragaman bahan yaitu bahan tanah untuk tembok penyengker dan
angkulangkul (pol-polan) dan atap dari bambu yang dibelah untuk seluruh bangunan
desa. Penggunaan bambu baik untuk atap, dinding maupun lain-lain kebutuhan
merupakan suatu keharusan untuk digunakan karena desa Penglipuran dikelilingi oleh
hutan bambu dan masih merupakan teritorial desa Penglipuran.
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
etnomatematika di Desa Adat Penglipuran.

C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dengan cara eksplorasi,


observasi, dokumentasi, wawancara dan studi literatur. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian eksplorasi dengan menggunakan pendekatan etnografi. Eksplorasi,
observasi, dokumentasi, wawancara dilakukan secara langung di area Desa Adat
Penglipuran. Kegiatan inilah yang ditunjukin untuk menemukan bentuk-bentuk bangun
datar maupun bangun ruang kemudian dilanjutkan melakukan pengukuran. Penelitian
mengenai Desa Adat Penglipuran dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2022. Metode
pengumpulan data penelitian ini dengan menggunakan metode dokumentasi
(observasi) dan wawancara.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil yang kita dapatkan setelah melakukan eksplorasi di Desa Adat
Penglipuran, kami menemukan penerapan konsep etnomatematika dalam bangunan di
Desa Adat Penglipuran. Dalam hal ini, kami mengamati tentang penerapan konsep
geometri mengenai bangun datar dan bangun ruang yang ada di beberapa bagian
bangunan yang ada di Desa Adat Penglipuran. Etnomatematika penerapan konsep
geometri di Desa Adat Penglipuran antara lain:
1. Bangun Persegi Panjang
Penerapan bangun persegi panjang terdapat pada salah satu bentuk di pagar.
Dimana pagar tersebut merupakan pintu masuk menuju pura yang ada di rumah itu.
Selain pada salah satu bentuk di pagar, penerapan bangun persegi panjang juga terdapat
pada bentuk pintu dan jendela yang ada di salah satu rumah di Desa Adat Penglipuran.
Penerapan selanjutnya yaitu pada papan selamat datang sebelum memasuki desa
tersebut.

Persegi panjang sendiri memiliki ciri – ciri, yaitu :


a. Memiliki dua pasang sisi yang sama panjang, sejajar, dan berhadapan.
b. Keempat sudutnya siku – siku.
c. Memiliki 2 garis diagonal yang saling berpotongan, tegak lurus, dan sama
Panjang.
d. Memiliki 2 sumbu simetri.
e. Memiliki 2 simetri lipat.
f. Memiliki 2 simetri putar.
Pada bangun datar persegi panjang, dapat dihitung keliling dan luas bangun
dengan rumus sebagai berikut.
i. Keliling persegi panjang
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 = 2 × (𝑝 + 𝑙)
ii. Luas persegi panjang
𝐿𝑢𝑎𝑠 = 𝑝 × 𝑙

2. Bangun Ruang Prisma Segitiga


Pada atap dari gapura disetiap rumah yang ada di Desa Adat Penglipuran
merupakan salah satu konsep penerapan bangun ruang yaitu prisma segitiga. Bentuk
atap pada gapura tersebut adalah prisma segitiga. Dimana gapura tersebut merupakan
pintu masuk untuk menuju salah satu rumah di Desa Adat Penglipuran.

Prisma segitiga memiliki ciri – ciri, yaitu :


a. Memiliki 6 titik sudut.
b. Memiliki 5 bidang sisi.
c. Memiliki 9 rusuk tegak
d. Alas dan atapnya kongruen.
e. Sisi samping berbentuk persegi panjang

Prisma segitiga tersusun atas atap, alas, dan selimut (bagian samping). Untuk
mencari luas permukaan prisma segitiga, kita perlu menjumlahkan luas atap, luas alas
dan luas bagian samping prisma segitiga tersebut. Jadi rumus luas permukaan prisma
segitiga adalah.

Luas Prisma = Luas alas + Luas Tutup + Luas Selimut

Karena bentuk atap dan alas prisma kongruen, maka:


luas atap = luas alas

Sehingga,

Luas permukaan prisma = 2 × luas alas + Luas Selimut

Dimana,

a. Luas selimut prisma = 3 x Luas Salah Satu Bidang Tegak


b. Luas selimut prisma = Keliling alas x tinggi prisma
c. Luas alas = Luas segitiga = ½ x alas segitiga x tinggi segitiga.
d. Selanjutnya akan dibahas rumus volume prisma segitiga.

Pada dasarnya, volume bangun ruang dihitung dengan mengalikan luas alas dengan
tingginya. Maka rumus volume Prisma Segitiga yaitu :

Volume = Luas alas x Tinggi Prisma

3. Bangun Ruang Limas Segiempat

Penerapan konsep geometri selanjutnya yaitu limas segiempat. Dimana terlihat


dari salah satu atap bangunan yang berbentuk limas segiempat. Hal tersebut merupakan
etnomatematika pada penerapan konsep geometri bangun ruang.
Sifat-sifat limas segi empat:

a. Mempunyai 5 buah sisi (1 sisi alas dan 4 sisi tegak)


b. Sisi alas berbentuk segi empat
c. 4 Sisi tegak berbentuk segi tiga
d. Mempunyai 5 titik sudut
e. Mempunyai 8 rusuk

Luas limas segi empat adalah hasil jumlah luas semua sisi nya.

Jadi,

L = L alas + L Δ1 + L Δ2 + L Δ3 + L Δ4

Sedangkan rumus sisi segitiganya adalah :

L Δi = ½ × a Δi × t Δi

dimana:

i = 1, 2, 3, 4
Untuk menghitung volume limas segi empat, ini dia rumusnya:

V = ⅓ × L alas × t
E. KESIMPULAN

Di Desa Adat Penglipuran, kami menemukan penerapan konsep


etnomatematika dalam bangunan di Desa Adat Penglipuran. Penerapan konsep
geometri mengenai bangun datar dan bangun ruang ada di beberapa bagian bangunan
yang ada di Desa Adat Penglipuran. Etnomatematika penerapan konsep geometri di
Desa Adat Penglipuran antara lain adanya persegi panjang, prisma segitiga, limas
segitiga, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Emma.2022. Prisma Segitiga: Pengertian, Ciri – ciri, Rumus Luas dan Volume.
https://gurubelajarku.com/prisma-segitiga/. Diakses pada 17 Juli 2022.

Emma.2022. Limas Segi Empat: Pengertian, Sifat, Rumus, Contoh Soal dan
Pembahasannya. https://gurubelajarku.com/limas-segi-empat/. Diakses pada 17
Juli 2022.

Hardiarti, S. (2017). Etnomatematika: Aplikasi Bangun Datar Segiempat pada Candi


Muaro Jambi. Aksioma, 8(2), 99-110.

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangli. 2014. Desa Penglipuran.


http://disparbud.banglikab.go.id/index.php/baca-
artikel/156/DESAPENGLIPURAN.html. Diakses pada 16 Juli 2022.

Anda mungkin juga menyukai