Oleh:
ABSTRAK
Desa Penglipuran merupakan salah satu desa adat yang masih melestarikan budayanya.
Desa Penglipuran terletak di Bali. Desa Penglipuran memiliki kaitan dengan
matematika khususnya pada konsep geometri. Dimana bentuk bangunan yang ada di
desa tersebut menerapkan beberapa bentuk bangun datar maupun bangun ruang. Oleh
karena itu, kelompok kami melakukan penelitian di Desa Adat Penglipuran ini. Metode
penelitian yang digunakan yaitu penelitian dengan cara eksplorasi, observasi,
dokumentasi, wawancara dan studi literatur. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian eksplorasi dengan menggunakan pendekatan etnografi. Dari hasil yang kita
dapatkan setelah melakukan eksplorasi di Desa Adat Penglipuran, kami menemukan
penerapan konsep etnomatematika dalam bangunan di Desa Adat Penglipuran. Dalam
hal ini, kami mengamati tentang penerapan konsep geometri mengenai bangun datar
dan bangun ruang yang ada di beberapa bagian bangunan yang ada di Desa Adat
Penglipuran.
Perkembangan ilmu sains dan teknologi yang semakin pesat menuntut setiap
individu untuk lebih meresponi setiap perubahan dan kritis terhadap setiap
permasalahan yang ada. Budaya sangat kental dengan kehidupan masyarakat.
Pendidikan merupakan proses yang mendasar dalam setiap aspek kehidupan setiap
individu. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu sains dan teknologi. Namun
faktanya, dilapangan banyak peserta didik yang cenderung merasa bahwa ilmu
matematika kurang diminati karena sulit untuk dipahami. Pembelajaran matematika
yang hanya berkaitan dengan angka, lambang atau simbol dan rumus membuat peserta
didik merasa tidak tertarik dan bosan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat
membuat proses pembelajaran yang kurang kontekstual dengan lingkungan sekitar
peserta didik.
Mengenai asal mulai kata Desa Penglipuran, ada 2 persepsi berbeda yang
diyakini oleh masyarakatnya. Yang pertama adalah Penglipuran berarti “pengeling
pura” dengan “pengeling” berarti ingat dan “pura” berarti tempat leluhur. Presepsi yang
kedua mengatakan bahwa penglipuran berasal dari kata “pelipur” yang berarti hibur
dan “lipur” yang berarti ketidakbahagiaan. Jika digabungkan maka penglipuran berarti
tempat untuk penghiburan. Persepsi ini muncul karena Raja Bangli pada saat itu
dikatakan sering mengunjungi desa ini untuk bermeditasi dan bersantai.
Pada areal catus pata setelah prosesi tersebut merupakan areal tapal batas
memasuki Desa Adat Penglipuran. Balai wantilan dan fasilitas kemasyarakatan serta
ruang terbuka pertamanan, merupakan daerah selamat datang (Welcome Area). Areal
berikutnya adalah areal tatanan pola desa, yang diawali dengan gradasi ke fisik desa
secara linear ke kanan dan ke kiri.
Bentuk bangunan dan topografi desa tersusun sedimikian rupa dimana pada
daerah utama desa kedudukannya lebih tinggi demikian seterusnya menurun sampai
daerah hilir. Pada daerah desa terdapat Pura penataran dan Pura Puseh yang merupakan
daerah utama desa yang unik dan spesifik karena disepanjang jalan koridor desa hanya
digunakan untuk pejalan kaki, yang kanan kirinya dilengkapi dengan atribut-atribut
struktur desa; seperti tembok penyengker, angkul-angkul dan telajakan yang seragam.
Keseragaman dari wajah desa tersebut disamping karena adanya keseragaman bentuk
juga dari keseragaman bahan yaitu bahan tanah untuk tembok penyengker dan
angkulangkul (pol-polan) dan atap dari bambu yang dibelah untuk seluruh bangunan
desa. Penggunaan bambu baik untuk atap, dinding maupun lain-lain kebutuhan
merupakan suatu keharusan untuk digunakan karena desa Penglipuran dikelilingi oleh
hutan bambu dan masih merupakan teritorial desa Penglipuran.
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
etnomatematika di Desa Adat Penglipuran.
C. METODE PENELITIAN
Dari hasil yang kita dapatkan setelah melakukan eksplorasi di Desa Adat
Penglipuran, kami menemukan penerapan konsep etnomatematika dalam bangunan di
Desa Adat Penglipuran. Dalam hal ini, kami mengamati tentang penerapan konsep
geometri mengenai bangun datar dan bangun ruang yang ada di beberapa bagian
bangunan yang ada di Desa Adat Penglipuran. Etnomatematika penerapan konsep
geometri di Desa Adat Penglipuran antara lain:
1. Bangun Persegi Panjang
Penerapan bangun persegi panjang terdapat pada salah satu bentuk di pagar.
Dimana pagar tersebut merupakan pintu masuk menuju pura yang ada di rumah itu.
Selain pada salah satu bentuk di pagar, penerapan bangun persegi panjang juga terdapat
pada bentuk pintu dan jendela yang ada di salah satu rumah di Desa Adat Penglipuran.
Penerapan selanjutnya yaitu pada papan selamat datang sebelum memasuki desa
tersebut.
Prisma segitiga tersusun atas atap, alas, dan selimut (bagian samping). Untuk
mencari luas permukaan prisma segitiga, kita perlu menjumlahkan luas atap, luas alas
dan luas bagian samping prisma segitiga tersebut. Jadi rumus luas permukaan prisma
segitiga adalah.
Sehingga,
Dimana,
Pada dasarnya, volume bangun ruang dihitung dengan mengalikan luas alas dengan
tingginya. Maka rumus volume Prisma Segitiga yaitu :
Luas limas segi empat adalah hasil jumlah luas semua sisi nya.
Jadi,
L = L alas + L Δ1 + L Δ2 + L Δ3 + L Δ4
L Δi = ½ × a Δi × t Δi
dimana:
i = 1, 2, 3, 4
Untuk menghitung volume limas segi empat, ini dia rumusnya:
V = ⅓ × L alas × t
E. KESIMPULAN
Emma.2022. Prisma Segitiga: Pengertian, Ciri – ciri, Rumus Luas dan Volume.
https://gurubelajarku.com/prisma-segitiga/. Diakses pada 17 Juli 2022.
Emma.2022. Limas Segi Empat: Pengertian, Sifat, Rumus, Contoh Soal dan
Pembahasannya. https://gurubelajarku.com/limas-segi-empat/. Diakses pada 17
Juli 2022.