Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No.

1, Maret 2020, 37-48

PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA

Diva Aulia Topan1, Niken Febrina Ernungtyas2


12
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Inter Studi, Jakarta, Indonesia
heyitsdivaaulia@gmail.com

Abstract
This research discusses the contribution of the “Hallyu” (Korean Wave) on the increasing number of
Korean drama consumption among high school students in order the daily and academic life. The aim of
the research is to describe the preference of high school students watching the Korean drama. Data were
collected through in-depth interview on three informants. The informants are high school students who had
been selected and determined using a purposive sampling technique based on the criteria of inclusion in
this study. In the process of this assessment, it was discovered that the Hallyu phenomenon in Indonesia
contributes to increasing interest in watching Korean dramas. The three informants interviewed had an
interest, a habit of watching and a different mood change experience when consuming Korean dramas.
In addition, the three informers also give a statement that they agree that consuming Korean drama in
everyday life does not affect their academic performance. Therefore, it can be concluded that Hallyu has
contributed to the increasing consumption of Korean dramas by high school students but it does not cause
changes to their daily routine, including their academic performance.

Keywords : Hallyu, Korean Drama, Watching Habit, Mood Swings.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah “Hallyu” (gelombang Korea) memiliki kontribusi untuk
meningkatkan konsumsi drama Korea oleh siswa/siswi SMA/SMK dalam kehidupan sehari-hari dan tidak
menggangu kinerja akademis mereka. Pengambilan data pada proses pengkajian ini dilakukan melalui
wawancara mendalam pada tiga orang informan yang merupakan siswa/siswi SMA/SMK yang telah
dipilih dan ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dalam
penelitian ini. Dalam proses pengkajian ini, ditemukan bahwa fenomena Hallyu di Indonesia memberikan
kontribusi untuk meningkatkan minat dalam menonton drama Korea. Ketiga informan yang diwawancarai
memiliki minat, kebiasaan menonton dan pengalaman perubahan suasana hati yang berbeda ketika
mengkonsumsi drama Korea. Selain itu, ketiga orang informan tersebut juga memberikan pernyataan
bahwa mereka setuju kalau mengkonsumsi drama Korea dalam kehidupan sehari-hari tidak mempengaruhi
kinerja akademis mereka. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa Hallyu memiliki kontribusi terhadap
meningkatnya konsumsi drama Korea oleh siswa/siswi SMA/SMK namun hal tersebut tidak menyebabkan
perubahan terhadap rutinitas mereka sehari-hari, termasuk kinerja akademis mereka.

Kata Kunci : Hallyu, Drama Korea, Kebiasaan Menonton, Perubahan Suasana Hati.

PENDAHULUAN apa yang mereka gunakan, mereka makan


Korea Selatan sedang banyak dan perawatan apa yang mereka lakukan agar
diperbincangkan akhir-akhir ini, bukan karena terlihat menawan.
operasi plastiknya tetapi juga dari bidang Budaya Pop Korea Selatan telah
musik nya, juga drama, makanan, fashion mendapatkan popularitas di banyak negara di
dan produk-produk kecantikan nya. Diawali seluruh dunia yang dilakukan dengan tujuan
dari para idol yang dicintai penggemar dari untuk mengubah citra Korea Selatan menjadi
berbagai kalangan, para idol ini memberikan negara yang dikenal dengan budaya yang unik
influence kepada para penggemarnya dengan dan menarik. Dalam periode perkembangan

Submitted: January 2020, Revision: January 2020, Accepted: March 2020


ISSN: 2614-8153 (cetak), ISSN: 2614-8498 (online) Website: http://journal.moestopo.ac.id/index.php/pustakom
Terakreditasi Kemenristekdikti RI SK No. 28/E/KPT/2019
JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No. 1, Maret 2020, 37-48

gelombang budaya Pop Korea atau yang biasa di Indonesia, munculnya boyband hingga
disebut Hallyu yang diawali pada pertengahan girlband adalah salah satu peluang bisnis besar
2000-an dan mulai menunjukkan meningkatnya di industri hiburan di Indonesia. Selera anak
respon positif yang ditunjukkan oleh hampir muda yang terbawa gelombang Hallyu tentu
semua negara di Asia, seperti: negara-negara saja akan menyukai boyband dan girlband
Asia Tenggara, Timur Tengah dan sebagainya. maka dari itu Indonesia tentunya mengikuti
Gelombang budaya berikutnya datang pada awal selera pasar yang berkembang. Diawali dengan
2010 ketika Korea Selatan mulai memperluas munculnya boyband dan girlband di Korea
wilayah ekspansi budaya nya ke Eropa dan Selatan, banyak pertunjukan seni boyband
Amerika. Respon positif yang ditunjukkan dan girlband Indonesia tampil menggunakan
oleh masyarakat internasional membuat konsep mencontoh dari boyband dan girlband
Hallyu muncul sebagai fenomena yang dapat Korea Selatan (Syam, 2015).
mempengaruhi terjadinya perubahan kebiasaan Selama beberapa tahun terakhir, demam
nyaris setengah dari negara-negara di dunia budaya Pop Korea Selatan melanda Indonesia.
(Sari & Jamaan, 2014). Fenomena ini dimotivasi saat Piala Dunia
Budaya Pop Korea terdiri dari beberapa Korea-Jepang 2002, yang berakhir menjadikan
jenis konten kebudayaan yang menjadi Korea sebagai kekuatan keempat dunia dalam
komoditas ekspor kebudayaan utama dari hal sepakbola. Keberhasilan yang Korea Selatan
Korea Selatan, diantaranya film, drama televisi dapatkan di 2002 pada piala dunia tentu saja
(K-Drama), musik pop (K-Pop), K-Fashion, semakin mempersohor Korea Selatan di mata
Skincare dan K-Food. Konten-konten tersebut dunia. Pada beberapa waktu sebelum, selama
tentu saja memiliki pengaruh antara yang satu dan setelah hiruk-pikuk Piala dunia, beberapa
dengan yang lainnya dalam menyebarkan stasiun televisi swasta di Indonesia bersaing
kebudayaan pop Korea Selatan. Kesuksesan secara agresif untuk menayangkan musik, film
ekspansi ini diawali dengan K-Drama dan dan drama Korea. Ada jenis drama yang paling
K-Pop di beberapa negara di Asia seperti; laris dan banyak disukai yaitu jenis drama
Cina, Indonesia, Jepang, Malaysia, Singapura Korea dengan jenis drama romantis. Pada
dan sebagainya. Kesuksesan yang diraih saat ini, tren drama Korea semakin mewarnai
Hallyu tidak terlepas dari peran para pihak- program-program pada televisi di Indonesia.
pihak yang terlibat dalam mempromosikan Hal ini tentu saja tidak lepas dari membludaknya
Korea Selatan, diantaranya adalah; pemerintah penggemar drama Korea di Indonesia, drama
Korea Selatan, para pengusaha/konglomerat Korea yang pernah ditayangkan di televisi
(chaebol), pihak swasta lain, para intelektual swasta dan nasional Indonesia, yaitu drama
dan para bintang idola Hallyu yang sedang saat Korea Naughty Kiss, City Hunter atau Dream
digandrungi. Salah satu pihak yang berperan High pada saat itu memiliki rating yang tinggi
penting adalah media massa sebagai wadah (Kedi, 2013).
penyebaran demam Budaya Pop Korea ke Modernisasi dan liberalisasi media Korea
kancah internasional. Masing-masing pihak Selatan berperan sebagai wadah penyebaran
yang memiliki peran mempromosikan Korea Hallyu di tingkat domestik maupun
Selatan juga memiliki peranan penting dalam internasional. Saat ini media di Korea Selatan
proses penyebaran Hallyu dan bersama-sama memainkan peran penting dalam penyebaran
mendorong penyebaran Budaya Pop Korea. kegiatan budaya Korea Selatan. Jaringan televisi
Budaya Pop Korea telah mempengaruhi kabel milik Korea Selatan seperti saluran
banyak bagian dunia, Indonesia adalah salah M, Channel One, Arirang TV, KBS World,
satu dari negara yang menerima dampak dari merupakan jaringan televisi kabel yang telah
drama Korea, kemudian menyebar ke musik. dimasukkan Korea Selatan di banyak negara.
Kondisi ini selalu dipelajari oleh seniman Jaringan televisi akan berfungsi sebagai wadah

38 PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA


Diva Aulia Topan, Niken Febrina Ernungtyas
JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No. 1, Maret 2020, 37-48

untuk meng-ekspor Hallyu melalui program saja tapi juga memiliki berbagai maksud
televisi baik itu K-Drama, K-Pop, film, reality yang ingin disampaikan baik itu informasi
show melalui K-Style. Beberapa jaringan maupun pelajaran hidup yang tersaji di dalam
televisi menggunakan bahasa asing dan juga sebuah drama Korea dan dapat memberikan
terjemahan sehingga pemirsa di negara lain pengetahuan baru bagi masyarakat yang
dapat memahami isi program-program televisi menonton nya. Sebagai contoh, drama Korea
tersebut. Arirang adalah jaringan televisi Korea dengan tema kedokteran memberikan banyak
Selatan yang menggunakan bahasa Inggris informasi dan pengetahuan baru tentang istilah-
dalam program siaran nya. Ada juga KBS World istilah dunia kedokteran yang tentu saja tidak
yang masih menggunakan Korea sebagai audio banyak diketahui oleh masyarakat biasa yang
dan menyediakan terjemahan dalam bahasa menonton drama tersebut, selain itu juga drama
Inggris (Sari & Jamaan, 2014). Korea dengan tema hukum juga memberikan
Drama Korea adalah penyebab timbulnya masyarakat pengetahuan secara tidak langsung
Hallyu di berbagai negara. Perusahaan ketika menonton drama.
penyiaran televisi Korea mengeluarkan biaya Penggemar drama Korea di Indonesia tidak
besar untuk produksi drama dan beberapa drama hanya berasal dari remaja yang menggandrungi
di Korea Selatan yang memiliki keberhasilan drama Korea karena aktor dan aktrisnya yang
rating tinggi diekspor ke luar negeri. Beberapa rupawan, tetapi juga berasal dari para pekerja
judul drama Korea yang menyebarkan Hallyu dan juga para ibu-ibu rumah tangga. Para
diberbagai negara antara lain, Winter Sonata, remaja menjadikan drama Korea sebagai
Dae Jang Geum, Stairway to Heaven, Beautiful sarana untuk melepas penat dari keseharian nya
Days dan lain-lain. Plot yang kuat, genre drama belajar, para pekerja menjadikan drama Korea
yang bervariasi dan tentu saja didukung akting sebagai sarana melepas beban dan kepenatan
dari pemain yang dapat dengan mudah menangis di kantor, dan terakhir para ibu-ibu rumah
secara alami menyebabkan banyak warga Asia tangga menjadikan drama Korea sebagai
yang melihat drama Korea menjadi tersentuh sarana untuk melepas penat dari pekerjaan
hatinya. Selain itu, cerita yang ditampilkan pada dirumah, mengurus keluarga dan juga untuk
drama merupakan budaya Asia pada umumnya, mengisi waktu luang. Para pelajar tidak
konsep cinta sejati, pengorbanan, dan konsep hanya menjadikan kegiatan menonton drama
kehidupan lain yang tercermin dalam drama Korea sebagai sarana untuk melepas penat,
Korea tidak bertolak belakang dengan konsep tetapi juga banyak yang menjadikan kegiatan
kehidupan yang ada di masyarakat Asia pada menonton drama Korea sebagai motivasi untuk
umum nya. Program drama adalah pertunjukan belajar. Kegiatan menonton drama Korea tidak
(show) yang melibatkan konflik dan emosi. hanya memberikan pengaruh positif bagi para
Dengan demikian program drama biasanya pelajar, kegiatan menonton drama Korea tentu
aktor yang akaan memerankan adegan menjadi saja memberikan juga pengaruh negatif jika
karakter tertentu. Sebuah drama akan mengikuti dilakukan secara berlebihan dan terus-menerus
kehidupan karakter atau berpetualang denga sehingga memiliki dampak bagi akademis para
toko drama tersebut (Sella, 2013). pelajar.
Drama Korea telah menjadi bagian dari Pada dasarnya televisi tidak hanya
rutinitas kehidupan masyarakat di dunia dan menayangkan drama Korea, karena pada
salah satunya juga Indonesia sebagai salah satu kenyataan nya televisi tiap harinya tentu saja
bentuk media hiburan yang dapat memberikan akan menayangkan berbagai jenis program
efek menghibur dan berimajinasi dengan televisi yang jumlahnya sangat banyak dan
menonton drama Korea yang biasanya berkaitan jenis bervariasi. Dalam menyadari apa yang
erat dengan berbagai aspek kehidupan. Drama dapat digunakan sebagai sebuah program,
Korea pun dibuat tidak hanya untuk mengibur yang menjadi perhatian paling penting adalah

PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA 39


Diva Aulia Topan, Niken Febrina Ernungtyas
JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No. 1, Maret 2020, 37-48

apa yang disukai oleh publik, yang tentu saja kesuksesan produksi film layar lebar. Drama
sesuai norma dan tidak bertentangan dengan televisi Korea Selatan juga dikenal sebagai
aturan kesusilaan, hukum dan peraturan. Dalam K-drama atau sinetron (telenovela) di beberapa
dunia pertelevisian program televisi adalah negara lain.
elemen yang sangat esensial, karena program Pada tahun 2003 K-Drama Winter Sonata
yang ditayangkan akan memberikan dampak pertama kali disiarkan di Jepang melalui stasiun
luas pada masyarakat (Adhypoetra & Meliala, televisi Nippon Hoso Kyokai (NHK). Drama
2018). Winter Sonata ditayangkan tiga kali di Jepang
Dalam penelitian ini, ada beberapa landasan karena banyak tuntutan masyarakat Jepang
teori yang akan dipakai, seperti; Hallyu adalah yang ingin melihat kembali drama Winter
istilah yang digunakan untuk menggambarkan Sonata di televisi. Tidak hanya drama nya saja,
kesuksesan fenomena budaya Korea Selatan tetapi juga para aktor/aktris seperti; Bae Yong
yang menarik perhatian internasional. Hallyu Jun, Choi Ji-Woo dan Park Yong Ha menjadi
adalah sebutan yang diberikan oleh seorang bintang Korea Selatan pertama yang meraih
jurnalis di China ketika muncul berita tentang popularitas di Jepang berkat serial televisi
K-Drama dan K-Pop yang mendominasi surat drama Winter Sonata. Keberhasilan drama
kabar dan majalah di Cina pada tahun 1998. Winter Sonata membuka pintu dalam proses
Beijing Youth Daily adalah salah satu media menyebarnya Hallyu di Jepang. Ada beberapa
cetak di Cina yang pertama kali menggunakan faktor yang menjadi penyebab K-drama lebih
istilah Hallyu dalam berita yang menceritakan populer dibandingkan dengan program televisi
tentang keberhasilan yang dicapai oleh grup asing lainnya Menurut Kim Youna dalam
idola K-Pop dalam mengorganisir konser di tulisannya yang berjudul Rising East Asia
Beijing pada bulan November tahun 1999 ‟Wave‟: Korean Media Go Global memaparkan
(Kim, 2010). empat faktor yang menyebabkan K-Drama
Sejak itu istilah Hallyu sering digunakan begitu populer. Pertama, alur ceritanya terlihat
untuk menggambarkan popularitas budaya lebih emosional serta menggambarkan sisi
Korea Selatan di luar negeri. Hallyu juga romantisme. Kedua, umumnya menceritakan
dikenal sebagai fenomena Korean Wave yang tentang keluarga kelas menengah dalam strata
ditafsirkan sebagai gelombang budaya Korea sosial. Kelebihan dari hal tersebut adalah
Selatan yang terdiri dari sebagian besar konten banyak para penonton yang masih sekolah
budaya milik Korea Selatan termasuk film, dan berusia remaja lebih tertarik dengan alur
K-Drama, K-Pop, K-Fashion dan sebagainya. cerita yang menggambarkan tentang kehidupan
Film Sopyonje yang di produksi pada tahun sehari-hari yang nyata layaknya cerita yang
1993 berhasil meraih kesuksesan ketika keluar disuguhkan dalam K-Drama. Ketiga, latar
di box-office dan ditonton oleh jutaan pemirsa. belakang cerita di dominasi dengan gambaran
Drama televisi Korea Selatan tentu saja kehidupan modern dan kehidupan tradisional.
menjadi bagian penting dari produk budaya Gambaran seperti ini dapat dilihat dalam
Korea Selatan yang menduduki peringkat drama seperti: Princess Hours, The King Two
pertama untuk perhatian dan popularitas Hearts dan drama lain yang menggabungkan
dibandingkan dengan konten budaya milik kehidupan modern dan tradisional sehari-hari
Korea Selatan lainnya. Oleh karena itu, keluarga kerajaan. Keempat, kandungan unsur
drama televisi Korea Selatan merupakan sejarah dan nilai moral yang ada dalamnya.
konten budaya milik Korea Selatan yang Ciri paling khusus dari K-Drama yaitu
paling menarik dan dianggap sebagai produk mereka masih menggunakan nilai moral yang
terkemuka yang sangat membantu penyebaran dipercayai seperti ajaran Konfusius, sebagian
Hallyu. Tetapi drama televisi populer mulai besar drama mengandung nilai moral yang ingin
populer setelah sebelumnya diawali dengan disampaikan kepada para penonton. Misalnya;

40 PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA


Diva Aulia Topan, Niken Febrina Ernungtyas
JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No. 1, Maret 2020, 37-48

drama Korea berjudul The Birth of a Family memiliki nilai budaya tertentu seperti rumah
berbicara tentang ikatan keluarga dan juga budaya, pakaian, jembatan, alat komunikasi
nilai-nilai keluarga yang baik. K-Pop sekarang dan sebagainya (Wa Ode, 2016).
diidentifikasi dengan grup idola (girlband dan
boyband) dan penyanyi solo yang menjadi ikon METODOLOGI PENELITIAN
atau wajah Hallyu itu sendiri. Popularitas yang Penelitian ini menggunakan metode
meningkat pesat ini diterima karena adanya penelitian kualitatif mendeskripsikan
dampak yang dirasakan terhadap penyebaran perubahan rutinitas masyarakat Indonesia
Hallyu pada skala yang lebih luas. Hallyu pada terhadap masuknya budaya pop Korea di
saat ini dikenal tidak hanya di Asia Timur saja, kalangan siswa/siswi SMA/SMK. Digunakan
tetapi telah menyebar ke hampir semua negara paradigma riset Interpretivism dalam penelitian
di Asia, Australia, Eropa dan bahkan Amerika ini.
Serikat (Sari & Jamaan, 2014). Ciri-ciri Penelitian Kualitatif: (1) bersifat
Budaya memiliki definisi yang senantiasa deskriptif analitis, terlihat dari caranya
berkembang, hal ini ditandai oleh adanya mengumpulkan dan merekap data yang bukan
fenomena mengenai pendefinisian budaya dicatat dalam bentuk angka namun penjelasan
yang senantiasa tak pernah berakhir. Dari sejelas-jelasny dan sedalam-dalamnya, (2)
beberapa definisi budaya yang disampaikan, bersifat induktif, yaitu penelitian dimulai dari
dapat disimpulkan bahwa konsep budaya data atau fenomena yang ada di lapangan dan
adalah meliputi pikiran atau gagasan manusia kemudian memunculkan teori, (3) menggunakan
(termasuk di dalamnya sikap, nilai-nilai, dan teori yang sudah ada sebagai pedoman dan
keyakinan), tindakan, dan hasil karya manusia pendukung, karena meski berangkat dari data
(Sihombing & Pongtuluran D., 2000). namun tetap saja teori digunakan sebagai fokus
Budaya adalah cara hidup yang terus pembatas dari objek penelitian, (4) berfokus
menerus dikembangkan dan dimiliki oleh pada makna yang terdapat dalam suatu
sekelompok orang dan diwariskan dari generasi fenomena yang diteliti, yang dapat digali dari
ke generasi. Budaya terdiri dari banyak unsur- persepsi objek penelitian, (5) mengutamakan
unsur yang rumit, termasuk diantaranya adalah akan pentingnya proses penelitian yang
sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, alat, berjalan, bukan semata mengacu pada hasil
pakaian, bangunan, dan juga karya seni. Bahasa yang ingin dicapai (Sugiyono, 2008).
serta budaya, merupakan bagian paling esensial Konstruktivisme interpretive adalah
dan tidak bisa dipisahkan dari manusia dan paradigma yang memandang bahwa realitas
banyak orang yang cenderung berpikir bahasa dibangun atau dibentuk dari diri manusia itu
merupakan warisan genetik. Ketika seseorang sendiri. Realitas itu memiliki sifat ganda, dapat
mencoba untuk berkomunikasi dengan orang dibentuk, dan juga satu kesatuan. Realitas atau
yang memiliki budaya yang berbeda dan fakta ada sebagai akibat dari pembentukan dari
ingin menyesuaikan perbedaan budaya, dapat kemampuan berpikir seseorang. Pengetahuan
dikatakan bahwa budaya itu memang dipelajari. tentang pembentukan manusia hasilnya tidak
Dengan demikian budaya memiliki segala tetap, tetapi akan terus berkembang. Penelitian
sesuatu yang bisa manusia dapatkan sebagai kualitatif didasarkan pada paradigma
seorang anggota masyarakat. Budaya terdiri konstruktivisme, yang menyatakan bahwa
dari segala hal yang dipelajari melalui pola- pengetahuan tidak hanya hasil dari pengalaman
pola perilaku normatif. Budaya mencakup fakta-fakta, tetapi juga hasil pemikiran dari
cara manusia berpikir atau pola berpikir, cara subjek yang diteliti. Pengenalan manusia
merasakan dan cara bertindak. Seseorang yang tentang realitas sosial yang berpusat pada
meneliti budaya ataupun kebudayaan tentu subjek itu sendiri bukan objek, ini berarti
akan sangat tertarik pada objek-objek yang bahwa ilmu pengetahuan bukanlah hasil dari

PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA 41


Diva Aulia Topan, Niken Febrina Ernungtyas
JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No. 1, Maret 2020, 37-48

pengalaman semata, tetapi juga dibangun oleh dipilih karena memenuhi kriteria-kriteria yang
pikiran manusia (Batubara, 2017). telah ditetapkan oleh penulis dalam penelitian
Penelitian kualitatif merupakan suatu ini.
pendekatan dalam melakukan riset yang Untuk memperoleh data yang terfokus,
berorientasi pada fenomena atau gejala penelitian ini dilakukan pada siswa/siswi SMA/
yang bersifat alami. Pelaksanaan riset ini SMK. Dipilihnya siswa/siswi SMA/SMK ini
bersifat mendasar atau membumi dan bersifat karena dirasa dapat memenuhi kriteria yang
naturalistik atau alami. Dengan istilah lain, riset telah ditetapkan akan ada tidaknya perubahan
semacam ini sering disebut dengan Naturalistic rutinitas siswa/siswi karena masuknya budaya
Inquiry, Field Study, atau studi observasional. pop Korea, mengganggu atau tidaknya pada
Oleh karena itu tidak dapat dilakukan di minat belajar mereka.
laboratorium, melainkan di lapangan (Batubara, Karena penulis ingin dengan benar
2017). memahami tujuan dari dari penelitian ini,
Agar mempermudah penulis dan mencegah sangat penting untuk mengambil beberapa
melimpahnya data yang didapatkan penulis, karakteristik informan untuk dijadikan
maka dari itu penulis menentukan fokus pertimbangan. Secara keseluruhan, para
penelitian. Untuk mengetahui apakah informan adalah siswa/siswi SMA/SMK, baik
masuknya budaya pop korea memberikan perempuan maupun laki-laki, dan menyukai
perubahan akan rutinitas masyarakat, penulis atau mengetahui drama Korea dan hal berbau
akan mengklasifikasikan fokus penelitian nya Korea.
sebagai berikut: (1) pengetahuan akan budaya Dalam penelitian yang akan penulis teliti ini
Korea, (2) alasan menyukai drama Korea, memerlukan dua macam data yaitu data primer
(3) mengapa siswa/siswi SMA/SMK rutin dan data sekunder. Menurut Sugiyono (2008),
menonton drama Korea data primer adalah data yang bersumber
Dalam penelitian ini penulis akan langsung dari responden dengan menggunakan
menggunakan teknik purposive sampling untuk metode wawancara dan juga pengamatan
menentukan informan, penelitian ini dilakukan terhadap situasi lokasi penelitian (Sugiyono,
dengan sengaja dan didasari kriteria yang telah 2008).
penulis tentukan dan tetapkan. Adapun kriteria Digunakan beberapa teknik untuk
yang ditentukan oleh penulis adalah informan mengumpulkan data dan informasi pada
yang menyukai drama Korea dan menonton penelitian, diantaranya adalah: (1). wawancara
drama Korea dalam kesehariannya. Berikut mendalam merupakan suatu percakapan yang
kriteria-kriteria informan dalam penelitian ini : memang diarahkan dan akan mengerucut pada
(1)siswa/siswi SMA/SMK, (2)siswa/siswi yang suatu persoalan terentu. Wawancara adalah
menyukai budaya Korea, (3siswa/siswi yang proses tanya dan jawab lisan di antara dua orang
menyukai drama Korea, (4) siswa/siswi yang atau lebih saling berhadapan secara langsung.
menonton drama Korea, (5siswa/siswi yang Metode ini dipilih agar mendapat keterangan-
mengetahui drama ataupun aktor dan aktris keterangan atau informasi lebih mendalam
Korea, (6)siswa/siswi yang rutin menonton akan permasalahan yang dikemukakan, (2).
drama Korea. studi pustaka merupakan teknik penelaahan
Artikel yang ini disusun berdasarkan terhadap referensi-referensi yang berhubungan
wawancara mendalam dengan 1 siswa dengan faktor permasalahan penelitian.
yang menyukai drama Korea, 1 siswi yang Dokumen yang dimaksud diantaranya adalah
mengetahui apa itu drama Korea, dan 1 siswa/ buku, artikel, skripsi, jurnal melalui internet,
siswi yang hanya mengetahui drama ataupun foto-foto yang digunakan untuk mengambil
aktor dan aktris Korea. Dengan total informan gambar informan dan melakukan wawancara
3 orang siswa/siswi SMA/SMK, para informan (Sugiyono, 2008).

42 PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA


Diva Aulia Topan, Niken Febrina Ernungtyas
JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No. 1, Maret 2020, 37-48

Menurut Sugiyono dalam Iskandar HASIL DAN PEMBAHASAN


(2008:221), analisis data adalah proses dimana Hasil dari penelitian yang sudah di transkrip
penulis mencari dan menyusun data hasil dan di koding, bahwa ketiga informan telah
pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan memberikan jawaban mereka masing-masing
studi dokumentasi secara sistematis dengan dimana ada beberapa alasan yang menjelaskan
mengorganisasikan data ke sintesis, lalu mengapa tertarik akan drama Korea dan
disusun menjadi pola, serta memilih bagian- menonton drama Korea dalam keseharian
bagian mana yang penting dan bisa digunakan nya, yaitu alur cerita yang menarik, aktor dan
serta dipelajari, dan setelahnya membuat aktrisnya, memberikan pesan atau sesuatu yang
kesimpulan dari data-data yang ada sehingga mendidik. Hasil dari wawancara dan observasi
memudahkan untuk bisa dipahami baik oleh yang telah dilakukan terhadap ketiga informan
diri sendiri maupun dipahami orang lain. yang merupakan Siswa/I SMA/SMK ini hanya
Adapun teknik analisis data yang digunakan 1 orang saja yang menjadikan drama Korea
dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga sebagai keseharian dengan menonton drama
tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan Korea setiap hari dengan durasi 3-5 jam perhari,
penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2008). dan 2 informan lain nya hanya menonton drama
Teknik koding adalah langkah yang Korea hanya di waktu-waktu tertentu saja
dilakukan seorang peneliti untuk mendapatkan saat senggang. Dari hasil pengumpulan data
gambaran fakta sebagai satu kesatuan analisis wawancara dan observasi yang penulis telah
data kualitatif dan teknik mengumpulkan buat menjadi transkrip wawancara dan juga
serta menarik kesimpulan analisis psikologis dalam bentuk koding kualitatif sesuai dengan
terhadap data yang diperoleh. Berikut ini literature review yang sebelumnya telah penulis
beberapa tahapan yang perlu dilakukan seorang jabarkan. Berdasarkan penelitian yang telah
peneliti agar bisa memulai koding dengan baik: dilakukan ini, didapatkan temuan tiga selective
(1) menyiapkan data mentah menjadi verbatim, coding yaitu, interest (ketertarikan), watching
(2) pemadatan fakta, (3) menyiapkan Probing habit (kebiasaan menonton), dan mood wwings
untuk pendalaman data, (4) pengumpulan (perubahaan suasana hati).
fakta sejenis, (5) menentukan kategorisasi, (6)
membangun konsep dan menarasikan (Mahpur, Interest
2017). Pada selective coding ini terdapat 2 axial
Instrumen yang akan digunakan dalam coding yaitu Alasan menyukai drama Korea
penelitian ini adalah observasi dan wawancara. dan Jenis tayangan yang ditonton.
Observasi yang dilakukan peneliti akan
berfokus pada kajian yang akan diteliti, yaitu Alasan menyukai drama Korea.
sebagai berikut : (1) apa itu budaya Pop Korea, Berdasarkan wawancara yang telah
(2) perubahan rutinitas, apakah minat akan dilakukan, ketiga informan memiliki berbagai
menonton drama Korea bisa menyebabkan hal yang menyebabkan mereka menyukai dan
rutinitas siswa/siswi sekolah dan apakah menikmati menonton drama Korea. Ada yang
mengganggu akademis mereka, (3) Informan, menyukai drama Korea karena alur ceritanya,
siswa/siswi SMA/SMK dipilih untuk menjadi aktor dan aktrisnya dan juga drama Korea
informan, (4) Waktu, berapa lama waktu yang memiliki pesan didalamnya sehingga dianggap
dihabiskan untuk menonton drama Korea, mendidik. Hal-hal tersebut di konfirmasi dari
(5) Media apakah yang digunakan untuk pernyataan para informan, pertama pernyataan
mengakses drama Korea, (6) Bagaimana, hal dari informan (DA) menyatakan: “Karenaa
apa yang dilakukan siswa/siswi agar aktivitas alurnya yang susah ditebak yahh. Eee salah
menonton drama Korea tidak menggangu satu aktornya sama alurnya. Eee siapa siapa tar
akademis. dulu lupa lupa bentar gue lupa siapa namanya,

PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA 43


Diva Aulia Topan, Niken Febrina Ernungtyas
JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No. 1, Maret 2020, 37-48

Ji Chang Wook nah itu namanya.” (Informan tidak membosankan karena tidak selalu
DA) pernyataan yang diberikan informan menayangkan satu format acara saja sehingga
memberikan informasi bahwa informan bisa menghibur khalayak yang menonton
menyukai drama Korea tidak hanya karena (Nurfatihah, 2015). Selanjutnya pernyataan
alurnya saja, tetapi juga dikarenakan aktor dari informan (ZA): “Ehmmm Runinng Man.”
yang memerankan drama nya dan aktor yang (Informan ZA) memiliki ketertarikan jenis
menjadi favorit dari informan DA merupakan tayangan yang sama dengan informan DA
aktor Ji Chang Wook. Selanjutnya ada lagi selain drama Korea. Terakhir pernyataan
informan (ZA) yang menyatakan: “Karena seru dari informan (N): “Ehh mukbang mukbang
ceritanya. Eehh alur ceritanya. Akk aktrisnyaa makan makan show makan.” (Informan N)
Sejeong aktornya Chanyeol.” (Informan ZA) menyukai jenis tayangan mukbang selain dari
pernyataan yang diberikan informan hampir jenis tayangan drama Korea. Mukbang adalah
mirip dengan informan sebelumnya, hanya sebuah acara siaran online atau live streaming,
berbeda di siapa aktor dan aktris yang menjadi dimana seorang pembawa acaranya akan
favorite masing-masing informan. Terakhir ada melakukan sebuah kegiatan menyantap makan
pernyataan yang diberikan oleh informan (N): yang disiarkan secara langsung dan sekaligus
“Euuh karena ehh mendidik sedikit.” (Informan dapat berinteraksi langsung dengan penonton
N) pernyataan yang diberikan informan N (Resti, 2018).
sangat amat berbeda dengan informan lain,
informan N menganggap tayangan drama Korea Watching Habit
memberikan pesan atau memiliki makna yang Pada Selective Coding ini terdapat 2 axial
bisa mendidik bagi penonton drama Korea. yaitu Alasan menyukai Durasi menonton drama
Korea dan Waktu menonton drama Korea.
Jenis tayangan yang ditonton.
Hasil observasi yang telah dilakukan Durasi menonton drama Korea.
menunjukan bahwa ketiga informan memiliki Berdasarkan banyaknya waktu yang
selera dalam jenis tayangan yang ditonton selain dihabiskan untuk menonton, maka penonton
drama Korea. Jadi ketiga informan tidak hanya televisi dikelompokkan ke dalam dua kategori,
menikmati jenis tayangan drama yang berasal yakni light viewer (penonton ringan) dalam
dari Korea tetapi juga ada yang menyukai jenis arti menonton rata-rata dua jam per hari atau
tayangan variety show dan tayangan mukbang kurang dan hanya tayangan tertentu, dan heavy
atau makan-makan. Hal-hal ini di konfirmasi viewer (penonton berat), yaitu menonton
dengan pernyataan dari masing-masing rata-rata empat jam per hari atau lebih dan
informan yang telah di wawancarai, pertama tidak hanya tayangan tertentu (Infante, et. al,
pernyataan dari informan (DA): “Contohnya 1990, 1993) (Saefudin & Venus, 2005). Hal-
seperti Running Man, serial drama.” (Informan hal ini dikonfirmasi oleh ketiga informan
DA) menyukai tidak hanya serial drama Korea yang menyatakan bahwa memiliki durasi
tetapi juga menyukai tayangan Running Man menonton yang berbeda-beda, informan
yang merupakan jenis tayangan variety show (DA) menyatakan: “Kurang lebih 3-5 jam.”
yaitu menurut Naratama (2002), yang dikutip (Informan DA) bisa dikategorikan kedalam
oleh Mabruri dalam buku Penulisan Naskah kelompok heavy viewer karena durasi yang
TV, Variety Show adalah format acara televisi dihabiskan bisa mencapai 5 jam per hari.
yang mengkombinasikan berbagai format Selanjutnya pernyataan dari informan (ZA)
lainnya seperti talkshow, magazine show, menyatakan: “Bisa 5 jam.” (Informan ZA)
kuis, game show, music concert dan lain dan pernyataan informan bisa dikategorikan
sebagainya. Keberagaman format didalam satu bahwa informan ZA juga merupakan heavy
acara televisi membuat acara televisi menjadi viewer. Terakhir merupakan pernyataan dari

44 PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA


Diva Aulia Topan, Niken Febrina Ernungtyas
JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No. 1, Maret 2020, 37-48

informan (N) yang menyatakan: “4 sampe bahwa merekan merasakan adanya perubahan
3 ehh 3 sampe 4.” (Informan N) pernyataan suasana hati ketika sedang menonton drama
informan N ini juga bisa dikategorikan bahwa Korea, hal ini bisa diakibatkan oleh alur cerita
informan N merupakan heavy viewer tetapi dari drama Korea dan mungkin juga diakibatkan
hal ini baru dilihat dari berapa lama informan banyak faktor-faktor lain yang pada saat ini
menghabiskan waktu nya dalam sehari untuk masih terbatas untuk penulis jabarkan lebih
menonton Drama Korea, ada kemungkinan spesifik. Hal-hal tentang perubahan suasana
pengkategorian ini berubah jika didasari juga hati ini dikonfirmasi dengan pernyataan dari
dengan apakah informan melakukan ini setiap masing-masing informan, pertama merupakan
hari atau hanya di waktu-waktu tertetu saja. pernyataan yang diberikan oleh informan (DA)
yang menyatakan: “Yaa kadang marah sendiri
Waktu menonton Drama Korea. ama sedih sendiri kurang lebih.” (Informan
Setiap informan memiliki timing (waktu) DA) menyatakan bahwa suasana hati nya bisa
tertentu untuk menonton drama Korea, ada berubah-ubah ketika menonton drama korea
informan yang memilih menonton drama Korea seperti kadang marah dan juga sedih dan
setiap hari tetapi pada waktu senggang, ada yang semua itu tergantung dari adegan seperti apa
juga memilih untuk menonton drama Korea yang sedang ditayangkan dalam drama Korea.
ketika waktu kosong yaitu pada akhir pekan Selanjutnya pernyataan yang diberikan oleh
dan hari libur saja. Hal-hal ini dikonfirmasi informan (ZA) yang menyatakan: “Ehmmm seru
oleh ketiga informan dari penelitian ini, kayak gregetan kadang kayak gitu” (Informan
pertama merupakan pernyataan yang diberikan ZA) menyatakan bahwa ketika menonton
oleh informan (DA) yang menyatakan: “Di drama Korea dia merasakan perubahan suasana
waktu kosong, siang hari kalo ga malam hati seperti kadang geregetan yang dalam KBBI
hari?” (Informan DA) menyatakan bahwa dia berarti kesal, jengkel dan sebagainya. Terakhir
menonton drama Korea setiap hari nya dan ada pernyataan yang diberikan oleh informan
dilakukan pada siang hari maupun malam hari (N) yang menyatakan: “Senangg.” (Informan
ketika kegiatan nya sedang kosong. Selanjutnya N) pernyataan yang diberikan informan N
pertanyaan kedua diberikan oleh informan (ZA) ketika menonton drama Korea dia merasakan
yang menyatakan: “Kalo hari hari libur aja.” perubahan suasana hati yang membuat dia
(Informan ZA) pernyataan informan ZA hanya merasa senang ketika sedang menonton drama
memberikan informasi bahwa dia menonton Korea. Perubahan suasana hati ini tidak hanya
drama Korea pada waktu hari libur saja tetapi dipengaruhi oleh drama Korea saja, keadaan
tidak memberikan pernyataan lebih detail emosional seseorang, keadaan fisik, dan hal
kapan waktu dia menonton malam atau siang lain juga bisa menjadi pendorong terjadinya
hari nya. Terakhir merupakan pernyataan yang perubahan suasana hati dan drama Korea
diberikan oleh informan (N) yang menyatakan: secara tidak langsung bisa menyebabkan
“Malam hari. Weekend, tidak” (Informan N) seseorang mengalami perubahan suasana hati
pernyataan informan N memberikan informasi ketika menonton drama Korea bisa saja karena
bahwa informan hanya menonton drama Korea pentonton merasa terhubung dengan cerita,
pada waktu tertentu yang lebih spesifik yaitu pernah merasakan hal serupa, atau merasakan
pada akhir pekan dan ketika sudah malam hari. simpati terhadap tokoh dalam cerita dan masih
banyak hal lain nya.
Mood Swings Pada artikel rujukan pembahasan yang
Pada Selective Coding ini terdapat 1 axial diangkat seputar Hallyu di Indonesia, Korean
yaitu Adanya perubahan suasana hati ketika Wave, penerimaan budaya, dan Koreaness
menonton drama Korea. atau bisa dikatakan ke-koreaan yang berarti
Ketiga informan memberikan pernyataan perilaku aktif menggunakan dan menyesuaikan

PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA 45


Diva Aulia Topan, Niken Febrina Ernungtyas
JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No. 1, Maret 2020, 37-48

budaya populer Korea dalam kehidupan Korea ketiga informan tidak hanya menyukai
sehari-hari mereka (Jeong, Lee, & Lee, 2017). jenis tayangan drama Korea saja, tetapi juga
Artikel rujukan dari Jeong, J. S., Lee, S. H., ada yang menyukai jenis tayangan variety
& Lee, S. G. (2017) menggunakan informan show dan juga mukbang (jenis acara yang
yang lebih banyak jumlahnya dan melakukan menampilkan seseorang menyantap makanan
wawancara yang lebih mendalam dengan dalam jumlah banyak), (3) kebiasaan menonton
para informan nya, sehingga hasil penelitian tiap informan tentu saja juga berbeda, ada yang
artikel yang peneliti jadikan rujukan tentu biasa menonton dengan durasi 4-5 jam dan
saja lebih lengkap. Sedangkan pada penelitian ada juga yang hanya 3 jam saja. Selain durasi
ini informan hanya terbatas dari siswa/siswi yang berbeda, tentu saja waktu para informan
SMA sedangkan artikel rujukan dari Jeong, J. menonton memiliki perbedaan. Hanya satu
S., Lee, S. H., & Lee, S. G. (2017) melakukan informan yang memilih menonton drama Korea
wawancara dengan jangkauan umur yang setiap hari, sedangkan dua informan lainnya
lebih beragam, latar belakang pendidikan yang memilih menonton drama Korea pada waktu
berbeda, agama yang berbeda, dan juga suku kosong ataupun akhir pekan saja, (4) perubahan
bangsa yang berbeda. Artikel rujukan dari suasana hati dialami oleh ketiga informan saat
Jeong, J. S., Lee, S. H., & Lee, S. G. (2017) menonton drama Korea, dan tentu saja hal
tentu saja mendapatkan hasil penelitian yang ini bisa disebabkan banyak faktor selain jenis
lebih beragam karena jumlah informan dan drama Korea yang di tonton dan juga hal-
cara pengumpulan data yang dilakukan. Tetapi hal lain yang terkait dengan masing-masing
penelitian ini lebih tefokus karena kriteria individu, (5) seluruh informan setuju bahwa
informan yang dipilih hanyalah siswa/siswi menonton drama Korea tidak memiliki dampak
SMA saja. pada akademisnya, justru dengan menonton
drama Korea memberikan semangat dan juga
SIMPULAN motivasi bagi mereka untuk belajar lebih giat.
Penelitian ini didasari dengan keingin-tahuan Motivasi memberikan kontribusi yang sangat
akan masuknya Budaya Korea atau Hallyu besar terhadap proses belajar, baik motivasi
atau Korean Wave menyebabkan perubahan internal maupun eksternal. Jika seorang anak
rutinitas para siswa/siswi SMA/SMK dalam tidak mempunyai motivasi dalam dirinya maka
keseharian nya. Dalam melakukan penelitian hasil belajar menjadi tidak maksimal. Sehingga
ini pertama meneliti apakah para siswa/siswi dia membutuhkan motivasi dari luar, yaitu
SMA/SMK ini mengetahui tentang Budaya pemberian motivasi dari orang-orang sekitar
Pop Korea, lalu meneliti apakah para siswa/ (Fariastuti, 2018). Hanya ada satu informan
siswi ini menyukai tayangan lain selain drama yang mengalami perubahan rutinitas karena
Korea, berapa banyak waktu yang mereka menonton drama Korea dan dua informan
habiskan untuk menonton drama Korea, pada lain nya tidak mengalami hal tersebut, maka
waktu apa mereka menonton drama Korea dapat di simpulkan bahwa kebiasaan menonton
dan juga meneliti ada atau tidaknya dampak drama Korea tidak selalu memiliki dampak
pada akademis siswa/siswi karena secara rutin pada perubahan rutinitas harian siswa/i SMA/
menonton drama Korea dalam keseharian nya. SMK.
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis yang Pada penelitian yang bersifat kualitatif
telah dilakukan peneliti dapat menyimpulkan ini tentu saja memiliki banyak kekurangan,
bahwa, (1) tidak semua informan mengetahui dikarenakan wawancara yang hanya dilakukan
Budaya Pop Korea, hanya beberapa yang sekali dan melibatkan tiga orang informan yang
mengetahui tentang K-Pop dan jenis Budaya- menyebabkan subyektifitas dan hasil penelitian
Budaya Pop Korea selebihnya hanya tahu dan masih sangat terbatas, maka untuk mendapatkan
menikmati drama Korea, (2) selain drama hasil penelitian yang lebih luas perlu dilakukan

46 PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA


Diva Aulia Topan, Niken Febrina Ernungtyas
JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No. 1, Maret 2020, 37-48

penelitian lebih lanjut dengan menggunakan Jang Geum. International Journal of


pendekatan lain serta perlu nya ditambahkan Communication, 11, 2288–2307.
teori-teori lain untuk mendukung penelitian Kedi, M. E. (2013). Persepsi Perempuan
lanjutan. Pada penelitian lanjutan diharapkan Tentang Tayangan Drama Romantis
juga membahas tentang konsep etnografi Korea Di Indosiar. JISIP: Jurnal Ilmu
virtual dalam istilah sederhana, etnografi virtual Sosial Dan Ilmu Politik, 2(2), 20–24.
adalah proses melakukan dan membangun Kim, J.-E. (2010). “ Korean Wave ” in China :
etnografi menggunakan lingkungan virtual Its Impact on the South Korean-Chinese
online sebagai lokasi penelitian (Virtual & Relations. (November), 28.
Laela, 2017) yang diharapkan jika membahas
tentang hal ini peneliti dapat memahami Mahpur, M. (2017). Memantapkan Analisis
budaya apakah yang bisa terbentuk akibat dari Data Kualitatif Melalui Tahapan
komunikasi virtual online yang dilakukan para Koding. 1–17.
penikmat Drama Korea. Jika memungkinkan Resti, S. N. (2018). Korelasi Menonton
tambahkan pembahasan tentang konsep Mukbang Pada Pembentukan Persepsi
parasosial atau interaksi parasosial, interaksi Tata Cara Makan.
parasosial merupakan suatu hubungan tanpa Saefudin, H. A., & Venus, A. (2005). “
timbal balik antara seseorang dengan figur Cultivation Theory .” (56), 83–90.
media (Dea, 2015) diharapkan dengan dibahas Sari, C. I., & Jamaan, A. (2014). Hallyu Sebagai
nya konsep ini bisa menjelaskan lebih lengkap Fenomena Transnasional,. Jurnal
apakah penonton drama Korea memiliki ikatan Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
dengan figur dalam drama Korea. Sosial Dan Ilmu Politik, 1(1), 1–14.
Sella, Y. P. (2013). Analisa Perilaku Imitasi
DAFTAR PUSTAKA Dikalangan Remaja Setelah Menonton
Adhypoetra, R. R., & Meliala, Y. H. (2018). Tayangan Drama Seri Korea di Indosiar
Analisis pengaruh menonton tayangan ( Studi Kasus Perumahan Pondok
uttaran di anteve terhadap perilaku Karya Lestari Sei Kapih Samarinda ).
sosial ibu rumah tangga. Jurnal Pustaka EJournal Ilmu Komunikasi, 1(3), 66–
Komunikasi, 1(2), 257–266. 80.
Batubara, J. (2017). Paradigma Penelitian Sihombing, O. S., & Pongtuluran D., F. (2000).
Kualitatif dan Filsafat Ilmu Pengidentifikasian Dimensi-dimensi
Pengetahuan dalam Konseling. Jurnal Budaya Indonesia: Pengembangan
Fokus Konseling, 3(2), 95. https://doi. Skala dan Validasi. Universitas Pelita
org/10.26638/jfk.387.2099 Harapan, 1–16.
Dea, S. dan P. (2015). Studi Deskriptif mengenai Sugiyono. (2008). Metode Penelitian
Interaksi Parasosial pada Perempuan Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung:
Dewasa Awal di Komunitas Fans Exo Alfabeta.
Bandung. 14–33. Suryanti, D. (2016). Kekerasan Simbolik
Fariastuti, I. (2018). Pengaruh Komunikasi Tayangan Drama Seri Korea
Interpersonal Dan Smk Al Ikhwaniyah Terhadap Perilaku Remaja Asrama
Tangerang Selatan. Jurnal Pustaka Putri Kabupaten. EJournal Sosiatri-
Komunikasi, 1(1), 58–70. Sosiologi, 4(2), 197–211.
Jeong, J. S., Lee, S. H., & Lee, S. G. (2017). Syam, H. M. (2015). Kalangan Remaja Kota
When Indonesians routinely consume Banda Aceh. Jurnal Ilmu Komunikasi,
Korean pop culture: Revisiting 3(1), 54–70.
Jakartan fans of the Korean drama Dae

PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA 47


Diva Aulia Topan, Niken Febrina Ernungtyas
JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Volume 3, No. 1, Maret 2020, 37-48

Virtual, E., & Laela, M. (2017). ( Kajian Sosial ( S . Sos ).


Terhadap Fanspage K-POP dan Wa Ode, R. (2016). Perspektif Islam Terhadap
K-Drama Indonesia ) Diajukan Kepada Buday Kabuenga Di Kecamatan Wangi-
Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat http://digilib.iainkendari.ac.id/134/
untuk Memperoleh Gelar Sarjana

48 PREFERENSI MENONTON DRAMA KOREA PADA REMAJA


Diva Aulia Topan, Niken Febrina Ernungtyas

Anda mungkin juga menyukai