Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Media massa saat ini telah berkembang pesat, terutama televisi. Banyak Program –
program televisi yang menyediakan tanyangan menarik. Dari program reality show, musik,
komedi, hingga sinetron yang tiap hari ditayangkan. Tidak jarangpun banyak budaya – budaya
asing yang masuk ke Indoensia melalui televisi atau internet menimbulkan banyak dampak bagi
masyarakat yang menonton. Media memberikan banyak macam tayangan yang bisa dinikmati
dengan mudah dimana saja dan kapan saja.

Globalisasi sebuah faktor pendukung dari munculnya Korean Wave. Menyebutkan bahwa
gloalisasi diartikan sebagai integrasi perekomian, budaya politik, aspek sosial, dan
perkembangan teknologi yang sangat maju sehingga memudahkan bagi masyarakat untuk
mengetahui berbagai informasi. Salah satu aspek yang paling mempengaruhi yaitu aspek
budaya suatu negara dengan negara lainnya. Salah satu budaya yang sedang berkembang di
Indonesia saat ini adalah budaya pop Korea atau yang sering kita dengar dengan istilah Korean
Wave.

Korean Wave atau disebut dengan penyebaran Korea ke seluruh dunia berupa musik (K-
Pop), drama series (K – Drama), film, animasi, game, hingga fashion. Korean Wave terjadi di
beberapa negara seperti di negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia termasuk Indonesia.

Bentuk kepupoleran budaya Korea ini sangat beragam salah satunya adalah drama series.
Awal mula drama korea masuk ke Indonesia pada tahun 2002 dengan beberapa judul full House,
Winter Sonata, dan Princess Hours. Drama tersebut sangat mempengaruhi masyrakat
Indonesia. Sampai saat ini drama korea juga masih mempengaruhi masyarakat Indonesia. Tidak
hanya orang dewasa saja yang tertarik dengan drama Korea remaja pun juga menyukai hal
tersebut.

Untuk menonton K – Drama memerlukan akses internet untuk masuk ke platfrom atau link
K – Drama. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali tahun 2002 bahwa kota
Denpasar menempati posisi pertama dalam presentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang
mengakses teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam 3 bulan terakhir menurut
Kabupaten atau Kota. Pada tahun 2004 ada sebuah K – Drama yang belatar belakang dan
syuting di Bali yang berjudul Something Happened in Bali sebanyak 20 episode.

Drama Korea memang selalu berhubungan dengan tema, cerita, setting, dan karakter, serta
suasana yang seperti dikehidupan nyata. Setiap adegan – adegan yang ada sering sekali
menguras emosi dari penonton. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang
diproyeksikan di atas pentas. Drama merupakan potret kehidupan manusia, potret suka duka,
pahit manis, hitam putih kehidupan manusia (Evy, 2014:1).

Motif Mahasiswa menonton drama Korea hanya untuk mengisi waktu luang dan sebagai
pelarian untuk melepas penat. Namun tidak sedikit dari mereka yang menjadikan drama korea
sebagai kebutuhan sehari – hari. Mahasiswa yang sangat menyukai drama korea secara berlebih
tentunya sangat mempengaruhi di kehidupan sosial sehari – hari. Terutama saat berpenampilan.

Mahasiwa yang sangat terobsesi dengan hal – hal yang berkaitan dengan Korea akibat dari
menonton Drama Korea. Bahkan ada beberapa dari mereka yang sampai mempelajari bahasa
korea, tulisan korea atau biasa di sebut Hanguel, mengikuti fashion trend Korea dari pada
Indonesia. Tidak hanya mempelajari saja tetapi mereka juga mempraktekannya juga
dikehidupan sehari – hari.

Fenomena yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku
mahasiswa penggemar K – Drama dalam berpakaian sehari – hari dengan Korean style. Realitas
yang menarik untuk dikaji dari fenomena tersebut adalah penggemar K - Drama meniru gaya
busana atau fashion artis dan aktor yang bermain peran dalam K – Drama.

Momen yang membuat budaya Korea digandrungi di Indonesia, khususnya bagi para
mahasiswa penggemar K – Drama adalah ketika mereka melihat para artis K-Drama
berpenampilan dengan Korean Style. Melalui K-Drama Korea membawa pilihan baru dalam
berpenampilan di masyarakat saat ini.

Fashion sangat mempengaruhi mahasiswa penggemar K – Drama. Mereka meniru gaya


fashion artis atau aktor yang mereka lihat di K – Drama. Penggemar K – Drama di didominasi
oleh kaum wanita, baik dari kalangan remaja maupun dewasa. Adapun pria yang menyukai K
– Drama namun tidak sebanyak kaum wanita.
Teori pembelajaran social merupakan perluasaan dari teori belajar prilaku yang tradisional
(behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (Lesilolo
2018: 190). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori - teori belajar perilaku,
tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan
pada proses-proses mental internal. Seseorang bisa belajar banyak mengenai bagimana
melakukan sesuatu dengan mengamati dengan mengamati orang lain, namun orang tersebut
juga bisa belajar banyak dengan diberitahu mengenai hal-hal lainnya yang juga berkaitan
dengan hal tersebut. Bandura memfokuskan pada konsep yang bahkan lebih umum daripada
imitasi, yaitu apabila suatu perilaku dimodelkan menurut orang lain, orang lain tersebut bisa
disebut sebagai model, dan keseluruhan dari proses tersebut disebut sebagai pemodelan.
Dengan demikian, pemodelan bukan hanya mencakup imitasi sederhana dari seseorang oleh
orang lainnya, melainkan juga mencakup proses-proses (yang sering disebut sebagai
identifikasi) yang lebih menyeluruh di mana seseorang berusaha menjadi jenis orang yang sama
dengan orang lainnya. Dengan konsep yang lebih luas ini, maka model tidak harus berupa orang
yang nyata yang diamati oleh seseorang. Namun, juga dapat berupa tokoh sejarah atau fiksi,
atau orang yang dicita-citakan oleh khalayak. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan antara
belajar dengan cara mengamati orang lain, atau belajar dengan cara diberitahu tidak akan begitu
tampak perbedaannya.

Menurut Tub dan Moss (dalam Sihabudin, 2013: 13) komunikasi antar budaya, terjadi
apabila pengirim pesan adalah anggota dari budaya lain. Komunikasi antar budaya, komunikasi
antar orang - orang yang berbeda budaya (ras, etniik, maupun perbedaan sosioekonomi).
Sedangkan menurut Samovar dkk mendefinisikan tentang komunikasi antar budaya sebagai
satu bentuk komunikasi yang melibatkan interaksi antara orang - orang yang persepsi budaya
dan simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi (Darmastuti 2013: 63).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana fenomena K – Drama terhadap perubahan fashion mahasiswa di Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini, yakni untuk mengetahui Fenomena
K – Drama terhadap perubahan fashion mahasiswa di Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti dan pembaca khususnya mengenai
komunikasi antarbudaya antara Korea dan Indonesia dalam berpenampilan di masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis


Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapat
selama menumpuh pendidikan, terutama yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai