Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH MASUKNYA BUDAYA KOREA TERHADAP IDENTITAS DAN

PERILAKU REMAJA DI PONTIANAK

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu:

M. Djarot, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:

Salma Najibah NIM 12301076

KELAS 1D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

2023
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan periode yang dimulai dari pubertas sampai dewasa muda merupakan
salah satu tahap perkembangan yang krusial, karena diakhir periode ini seseorang harus mencapai
perasaan identitas ego (ego identity) yang teguh. Meskipun identitas ego tidak pernah mulai atau berakhir
selama mas remaja, krisis antara identitas dan kebingungan identitas meningkat selama tahapan ini, hal
tersebut memunculkan kesetiaan, kekuatan dasar masa remaja (Feist,2008:223).
Menurut gunarso (2006:206) salah satu tugas perkembangan remaja adalah menemukan model
dan identitas diri. Hal tersebut diperkuat teori dari dari Bandura yang menyatakan masa remaja
bertentangan dan pemberontakan karena lebih menitikberatkan ungkapanungkapan bebas dan ringan dan
ketidakpatuhan, misalnya model guntingan rambut, pakaian yang nyentrik, bacaan-bacaannya, kesukaan,
film atau lagu yang ditonton maupun didengarkan. Sehingga pada masa remaja inilah perilaku meniru
atau mencontoh berkembang dengan sangat pesat. Remaja disekitar kita saat ini banyak dilanda demam
Korean Wave seperti musik, fashion, dan film drama. Korean Wave atau demam Korea ini disebut
dengan istilah Hallyu. Banyak remaja yang mengidolakan penyanyi ataupun pemain film Korea, bahkan
banyak remaja yang menjadikannya sebagai kiblat dalam berperilaku. Hal ini dapat dilihat dari semakin
tingginya minat para remaja dalam mendalami budaya Korea, semakin menjamurnya kursus-kursus
bahasa Korea, menu masakan Korea yang semakin degemari, serta berbagai model fashion Korea yang
semakin diburu oleh remaja. Hal ini jika berlangsung terus menerus dapat mengkikis rasa cinta dengan
budaya bangsa sendiri. Musik Korea atau K-Pop telah menjadi trendsetter yang diikuti oleh anak-anak
muda dengan alasan K-Popo iramanya enak di dengar dan para personelnya ganteng dan cantik, yang
ketika bernyanyi selalu menggunakan gerakan tarian yang dinamis dan kompak. Bukan hanya aliran
musiknya, gerakan tariannya bahkan cara berpakaian mereka selalu mendapat sorotan dari kalangan
remaja. Remaja berada pada masa transisi atau peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa sangat
rentan terhadap pengaruh perkembangan jaman (Dariyo,2004:13).
Dampak dari permasalahan diatas sering kita menjumpai remaja yang mengalami krisis identitas,
sebagai contoh remaja yang menggandrungi artis idola sampai menginternalisasi dalam dirinya dan
perilaku sehari-hari. Remaja yang menggandrungi artis dan bintang film Korea meniru hampir semua
yang ada pada idolanya tersebut.
Menurut Marcia (1993) domain identitas diri meliputi dua bagian yaitu : domain utama (core
domain) dan domain tambahan (supplemental domain). Penelitian ini lebih menekankan pada ranah
domain tambahan yang meliputi :
a. Hobi/minat
b. Hubungan dengan teman
c. Peran orangtua
d. Prioritas antara keluarga dan karir.
Salah satu domain tambahan tersebut diatas adalah hobi/minat, terkait dalam penelitian ini adalah bentuk
ketertarikan atau minar remaja untuk mengikuti trend Korea atau sering disebut wabah Hallyu.
Media Sosial sebagai bagian media massa, memiliki fungsi transmisi budaya. Robert K. Merton
menyebutkan, transmisi budaya media massa bisa berubah menjadi serangan balik yang mematikan.
Maksudnya di sini adalah memunculkan budaya baru yang tidak baik. Sebut saja informasi seputar K-Pop
alias Korean Popular. yang menyajikan up to date terkini seputar budaya Korea Selatan, mulai dari musik,
drama serta para aktor dan aktris dari K-Pop. Informasi tersebut mudah menerpa khalayak melalui
beragam media sosial yang ada.
Masuknya budaya Korea atau sering juga disebut Korean wave di Indonesia saat ini lambat laun
akan diterima oleh masyarakat Indonesia khususnya di Pontianak dalam bentuk akulturasi budaya. Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990 : 248) yaitu :
Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga
unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri
tanpa menyebakan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Adanya globalisasi mempermudah
masuknya budaya Korea ke dalam Indonesia, sehingga dapat menyebabkan menurunnya kesadaran dan
kecintaan akan budaya nasional. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Azyumardi Azra (2006 : 150-151)
yaitu : Globalisasi dimaknai sebagai kemunculan budaya hibrid yang bersumber dan didominasi budaya
luar mengakibatkan krisis budaya lokal dan nasional. Budaya hibrid juga mengakibatkan lenyapnya
identitas kultural nasional dan lokal. Padahal identitas nasional dan lokal tersebut sangat krusial bagi
integrasi sosial, kultural dan politik masyarakat negara dan bangsa. Pemerintah menyadari akan adanya
kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Sebagaimana yang telah tercantum di Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 32 yang berbunyi “Pemerintah memajukan
kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”
Di Indonesia, khususnya di kota Pontianak peningkatan ketertarikan terhadap budaya Korea, oleh
para remaja saat ini dapat terlihat dari banyaknya tempat kursus bahasa Korea, fashion yang berkiblat
pada negara tersebut, drama dan music Korea. Dengan adanya Korean wave ini menunjukan bahwa
pemerintah Korea berhasil untuk menyebarkan budayanya diberbagai negara. dengan adanya Korean
wave yang sedang populer dikalangan remaja saat ini, remaja diharapkan tidak melupakan budaya negara
sendiri dan bangga terhadap budaya yang dimiliki. Sikap nasionalisme terhadap negara juga diharapkan
tidak tergantikan dengan negaralain, agar sikap cinta tanah air masih ada pada diri para remaja.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak pengaruh budaya korea terhadap identitas dan perilaku remaja di Pontianak?
2. Apa saja faktor- faktor yang membuat budaya Korea diterima oleh remaja di Pontianak?
3. Bagaimana peran remaja di tengah-tengah masuknya budaya Korea di Pontianak?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana dampak pengaruh budaya korea terhadap identitas dan perilaku remaja di
Pontianak
2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang membuat budaya Korea diterima oleh remaja di
Pontianak
3. Mengetahui bagaimana peran remaja di tengah-tengah masukn ya budaya Korea di Pontianak
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan karya tulis ilimiah ini yaitu dapat memberikan pemahaman mendalam
tentang bagaimana media, musik, dan budaya populer Korea dapat membentuk pandangan dunia serta
gaya hidup remaja. Hal ini dapat membantu dalam mengidentifikasi perubahan nilai, pola pikir, dan gaya
hidup yang mungkin terjadi pada remaja yang terpapar budaya Korea, serta memahami bagaimana hal
tersebut memengaruhi interaksi sosial dan jati diri mereka.

Anda mungkin juga menyukai