Anda di halaman 1dari 13

Contoh artikel

1. Contoh Artikel Pendidikan Karakter

Pentingnya Menanamkan Karakter Positif Sejak Dini

Kedudukan karakter dalam perjalanan setiap manusia sangat penting


sekali. Bahkan pembentukan karakter sejak dini akan sangat
menentukan bagaimana seseorang dalam menjalani hidupnya.
Siapapun dia, apapun profesinya, ketika memiliki karakter positif,
tentu akan lebih baik dari pada yang tidak memiliki karakter. Maka
dari itu, penanaman karakter positif ini sangat diperlukan sejak dini
agar bisa menjadi modal mereka dalam mengarungi perjalanan hidup
yang sangat berat.

Karakter yang kuat, berani dan tidak mudah menyerah akan sangat
membantu siapapun dalam menjalani hidup. Karakter positif selalu
bisa diterapkan dalam berbagai profesi, baik seorang pebisnis,
pendidik, atau profesi lainnya. Seperti kita ketahui bersama bahwa
yang sering menjadi masalah bangsa Indonesia ini adalah banyaknya
manusia Indonesia yang tidak memiliki karakter positif sehingga
dimanapun mereka berada akan selalu menimbulkan masalah dan
bukan menjadi solusi dari sebuah masalah.

Contoh resume (artikel diatas)

Kedudukan karakter dalam perjalanan setiap manusia sangat penting


penanaman karakter positif, ini sangat diperlukan sejak dini agar bisa
menjadi modal mereka dalam mengarungi perjalanan hidup yang
sangat berat. Karakter yang kuat, berani dan tidak mudah menyerah
akan sangat membantu siapapun dalam menjalani hidup.
Contoh jurnal

PENGARUH NEGATIF PERKEMBANGAN BUDAYA POPULER

TERHADAP KARAKTER REMAJA INDONESIA

Dery Fauzan Kusumareja

Mahasiswa Pendidikan Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia

Jl. Dr. Setiabudhi No 229 Bandung 40154

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kualtitatif mengenai


pengaruh negative budaya populer pada remaja. Budaya populer
yang berkembang di Indonesia –terutama budaya impor- mulai dari
budaya Cina, Jepang, Amerika, sampai budaya Korea yang kini
melanda remaja Indonesia. Menurut penelitian, ternyata budaya
populer yang berkembang membaa pengaruh buruk terhadap
karakter remaja Indonesia, dan berpotensi mengaburkan jati diri
bangsa Indonesia. Yang perlu kita lakukan adalah melakukan
pengawasan dan tindak lanjut mengenai budaya populer yang
tengah berkembang di Indonesia.

PEMBAHASAN

Budaya Populer
Budaya populer sering digunakan untuk menyebut budaya yang
menyenangkan atau banyak disukai orang. Budaya populer juga
dianggap sebagai representasi dari budaya rendah. Dalam arti,
budaya populer bersifat residual dalam mengakomodasi praktik
budaya yang tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi yang luhur.

Budaya populer seringkali dianggap sebagai produk atau praktik


budaya dengan selera rendah. Hal ini merujuk pada pandangan yang
mengatakan bahwa budaya populer merupakan budaya komersial
sebagai dampak dari produksi massal dan industrialisasi, sementara
budaya tinggi adalah produk budaya hasil intelektualitas dan
kreativitas individu yang lebih sophisticated (adiluhung).

Meskipun beberapa kalangan mengkritik pemisahan budaya populer


dengan budaya tinggi, tetapi perbedaan diantara keduanya tampak
jelas. Kritik terutama ditujukan pada perubahan pandangan
masyarakat pada objek budaya yang sama. Artinya, suatu produk
atau praktik budaya bisa ditafsirkan sangat berbeda ketika berada
dalam konteks ruang dan waktu yang berbeda. Misalnya, karya-karya
Shakespeare yang saat ini dianggap mewakili budaya tinggi, pada
jamannya justru merupakan praktik budaya populer.

Budaya populer pada konteks tertentu juga didefinisikan (disamakan)


sebagai budaya massa, yaitu budaya yang diproduksi massa untuk
dikomsumsi massa. Budaya massa adalah budaya populer yang
dihasilkan oleh industri produksi massa dan dipasarkan untuk
mendapatkan keuntungan dari khalayak konsumen. Budaya massa
terstandarisasi dalam sistem pasar yang anonim, praktis, heterogen,
dan lebih mengabdi pada kepentingan pemuasan selera rendah.

Budaya populer juga dikaitkan dengan konsep hegemoni Antonio


Gramsci, mengacu pada cara kelompok dominan dalam suatu
masyarakat mempengaruhi dan mendapatkan dukungan dari
kelompok subordinat melalui proses kepemimpinan (jika tidak boleh
disebut teladan), intelektual, dan moral atas praktik-praktik budaya.
Gramsci menegaskan terdapat pertarungan ideologis dalam
masyarakat, dimana kelompok-kelompok subordinat melakukan
perlawanan secara terus-menerus terhadap kekuatan dominan,
sehingga menghasilkan resistensi dan konsensus yang saling
berkelindan dan tumpang tindih.

Mendefinisikan “budaya” dan “populer”, pada dasarnya sangat


rumit, terutama karena konsep tersebut masih diperdebatkan.
Definisi itu bersaing dengan berbagai definisi budaya populer itu
sendiri. John Storey, dalam Cultural Theory and Popular Culture,
menyatakan bahwa budaya populer juga didefinisikan sebagai
sesuatu yang “diabaikan” saat kita telah menetapkan apa yang
disebut sebagai budaya tinggi. Namun kenyataannya banyak karya
dan praktik budaya yang melampaui dikotomi ini, misalnya
Shakespeare. Suatu pendekatan post-modernisme pada budaya
populer bahkan tidak lagi mengenali perbedaan antara budaya
populer dan budaya tinggi.

Perkembangan Budaya Populer

Pada awalnya, kajian tentang budaya populer tidak dapat dipisahkan


dari peran Amerika Serikat dalam memproduksi dan menyebarkan
budaya Populer. Negara tersebut telah menanamkan akar yang
sangat kuat dalam industri budaya populer, antara lain melalui Music
Television (MTV), McDonald, Hollywood, dan industri animasi
mereka (Walt Disney, Looney Toones, dll). Namun, perkembangan
selanjutnya memunculkan negara-negara lain yang juga berhasil
menjadi pusat budaya populer seperti Jepang, Korea Selatan,
Hongkong, dan Taiwan.
Dadang Rusbiantoro dalam buku Generasi MTV (Dadang, 2008:190)
juga menyatakan bahwa MTV –terutama pada Indonesia- membawa
sangat banyak pengaruh. Budaya MTV yang pada kalanya menjadi
bagian dari budaya populer remaja Indonesia sangat berpengaruh.
Baik disadari maupun tidak, budaya populer dan media massa
membawa pengaruh sangat besar terhadap remaja. Dadang
menyatakan bahwa remaja merupakan sebuah bentuk kontradiktif
antara sebagai pengungkapan ekspresi diri sendiri dan juga sebagai
padang rumput yang subur bagi produsen komersial.

Menurut Nissim Kadosh Otmazgin, peneliti dari Center for Southeast


Asian Studies (CSEAS) Kyoto University, Jepang sangat sukses dalam
menyebarkan budaya populernya. Ia mengemukakan bahwa,
“Selama dua dekade terakhir, produk-produk budaya populer Jepang
telah diekspor, diperdagangkan, dan dikonsumsi secara besar-
besaran di seluruh Asia Timur dan Asia Tenggara”. Manga (komik
Jepang), anime (film animasi), games, fashion, musik, dan drama
Jepang (dorama) merupakan contoh-contoh budaya populer Jepang
yang sukses di berbagai negara.

Setelah Jepang, menyusul Korea Selatan yang melakukan ekspansi


melalui budaya populer dalam bentuk hiburan. Amerika Serikat
sebagai negara asal budaya pop juga mendapat pengaruh
penyebaran budaya pop Korea tersebut. Hal ini dibuktikan dengan
masuknya beberapa artis Korea ke Hollywood. Di samping itu, film-
film Korea juga menjadi magnet bagi sutradara Hollywood untuk
melakukan re-make film Korea, salah satunya Il Mare yang ceritanya
diadopsi Hollywood menjadi Lake House. Kasus di Amerika Serikat
tersebut menjadi contoh keberhasilan ekspansi budaya populer
Korea di dunia.
Proses penyebaran budaya Korea di dunia dikenal dengan istilah
Hallyu atau Korean Wave. Hallyu atau Korean Wave (“Gelombang
Korea”) adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop
Korea secara global di berbagai negara di dunia. Pada umumnya
Hallyu mendorong masyarakat penerima untuk mempelajari bahasa
Korea dan kebudayaan Korea,hingga akhirnya budaya tersebut
masuk ke Indonesia dan melahirkan musisi ternama.

Budaya Populer di Indonesia

Budaya sedikit banyak mempengaruhi unsur-unsur manusia dalam


menjalani kehidupannya. Dahulu, orang-orang berpergian
menggunakan delman. Dan beberapa tahun kemudian, orang-orang
berpergian menggunakan taksi, mobil atau kendaraan umum.

Dahulu sekali, orang mendengarkan musik menggunakan


gramophone atau piringan hitam. Kini orang-orang mendengarkan
musik menggunakan telepon genggam atau mp3 player, dimana
segala sesuatunya menjadi mungil dan mudah dibawa kemana-
mana.

Demikian juga dalam dunia pendidikan. Dulu sekali para murid


menulis menggunakan papan hitam kecil berupa batu tulis,
kemudian setelah kertas ditemukan mereka menulis menggunakan
buku. Masa dewasa ini, tidak hanya buku saja yang digunakan. Para
siswa bisa menulis menggunakan komputer, laptop hingga tablet.

Bila tidak mengikuti arus perkembangan jaman dan mengikuti


budaya populer, seseorang dikatakan kuno dan ketinggalan jaman.
Dan parahnya lagi, orang tidak memiliki persepsi yang sama
mengenai apa itu budaya populer. Pada umumnya mereka hanya
ikut-ikutan semata tanpa memahami segi positif atau negatif dari
suatu budaya populer.
Dalam kalangan para pelajar, budaya populer sudah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari. Setelah
demam Korea mewabah, sapaan,”Annyong Haseiyo!”, mulai
merebak dan terdengar dimana-mana. Saat demam budaya Cina
mewabah, semuanya saling menyemangati dalam bahasa Cina
yaitu,”Jia you!”. Saat budaya Jepang mulai dikenal, semuanya lalu
mulai mengatakan maaf dalam bahasa tersebut, yaitu,”Gomenasai!”.

Sementara itu bahasa asli, bahasa ibu dan bahasa daerah negeri
sendiri terlupakan. Pembicaraan bahasa Indonesia yang
menggunakan EYD telah lama hilang dan tergantikan dengan bahasa

Budaya populer tampak menjadi pedang dengan dua sisi. Satu sisi
memperkaya budaya sendiri dan sisi lain merusak budaya asli itu
sendiri.

Pengaruh Budaya Populer Terhadap Remaja

Seperti yang sudah dibahas pada bagian Budaya Populer di atas,


istilah budaya populer itu sendiri kadang didefinisikan sebagai
“budaya rendahan”, yang berlawanan dengan budaya tinggi. Hal ini
disimpulkan dari tinjauan bahwa budaya populer tidak memiliki
beberapa unsur yang dimiliki budaya tinggi, yaitu intelektualitas,
adiluhung, dan sophisticated.

Seperti yang dibahas oleh Cyntia Rachmijati dalam artikelnya


mengenai pengaruh budaya pop
(https://cynantia.wordpress.com/2013/10/21/pengaruh-budaya-
populer-pada-pendidikan/), budaya populer memiliki beberapa
karakteristik khusus. Beberapa karakteristik ini –baik mau atau tidak
mau, akan terserap pada individu atau kelompok yang turut
mengikuti perkembangan budaya populer, walaupun tidak
kesemuanya.
Beberapa karakteristik yang diungkapkan oleh Cyntia adalah sebagai
berikut:

1. Pragmatisme: dalam budaya populer segala sesuatunya


diterima meskipun belum tentu menghasilkan suatu manfaat yang
berguna.

2. Hedonisme: dalam budaya populer lebih mengacu kepada


kepuasan emosi daripada kepuasan secara intelek.

3. Materialisme: dikenal pula sebagai budaya McWorld dimana


materi, uang dan mencari kekayaan adalah hal yang terpenting.

4. Banalisme: dikenal juga sebagai kedangkalan, dimana teknologi


mempermudah segala sesuatunya namun juga menjadi kehilangan
makna hidup.

5. Konsumerisme: budaya popular erat kaitannya dengan


konsumerisme. Orang lebih mengutamakan nama, merk dan gengsi
daripada kegunaan atau fungsi dari sesuatu.

Sebagian besar dari karakteristik tersebut, walaupun sebenarnya


dapat dihindari, akan mempengaruhi karakter individu atau
kelompok yang mengikuti perkembangan budaya populer. Jika
perkembangan budaya populer di Indonesia terus berkembang
tanpa diawasi, masyarakat –terutama remaja- akan memiliki
karakter-karakter tersebut. Para remaja akan memiliki pola pikir yang
banal, akan menyerap sifat materialistis, konsumerisme, hedonisme,
dan banyak pengaruh –yang menurut penulis- negatif.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Seperti yang kita lihat bahwa perkembangan budaya populer sangat


merebak dan sangat susah dihindari. Salah satu hal yang sangat
penulis sayangkan adalah budaya populer yang berkembang di
Indonesia justru merupakan budaya impor yang diimpor dengan
lebih mengutamakan kepentingan materialism, tanpa memikirkan
pengaruh-pengaruh negative dari budaya tersebut. Remaja yang
menyerapnya juga cenderung langsung menyerapnya secara
pragmatis dan banal. Jika hal demikian terus berkembang tanpa
pengawasan dan tindak lanjut, pengaruh-pengaruh negative yang
terkandung dalam budaya populer akan terserap ke dalam
kepribadian remaja, dan yang lebih parah lagi, akan berpengaruh
buruk terhadap jati diri bangsa kita, bangsa Indonesia.

Saran

Sebagai orang yang mengerti perihal budaya populer dan pengaruh


buruknya, kita harus melakukan pengawasan dan tindak lanjut
terhadap budaya populer yang diindikasi akan membawa pengaruh
negative yang berkembang di Indonesia. Dengan itu, kita akan
membantu mereduksi pengaruh negative yang terbawa, atau bahkan
menghilangkannya.
MENUMBUHKAN SEMANGAT BELAJAR PADA ANAK

Manusia adalah seorang pembelajar sejati dimana dia akan selalau


mempelajari lingkungan terus menerus baik secara langsung sebagai
informasi atau sebagai bekal dia beradapatasi. Dan pembelajaran ini
dimulai dari hal sederhana ketika anak masih kecil seperti ketika dia
belajar merasakan benda, berjalan atau bicara. Akan tetapi
kebanyakan orang tua masih belum mengerti bahwa bagaimana kita
menyikapi proses pembelajaran waktu kecil ini sangat berarti untuk
pembelajaran di kemudia hari. Pada umumnya masih sering proses
pembelajaran pada saat anak anak mendapat perlakuan respon yang
kurang baik. Baik ketika mereka sedang belajar merasa dengan
mulutnya, ketika mereka belajar berjalan, atau kita mereka belajar
berbicara yang belum paham mereka mengerti arti kata kata
tersebut.

Ketika sudah mulai berbicara dan banyak bertanya, jawaban yang


didapatpun tidak memuaskan dan bahkan cenderung menyakiti rasa
keingin tahu si anak. mungkin ini karena faktor kelelahan saat
mengasuh atau capek memberikan penjelasan yang berulang-ulang.
Biasanya anak saat melihat barang baru di rumah dan anak
cenderung ingin mengetahui lebih dekat dan memegangnya, namun
respon orang-orang dewasa di sekelilingnya malah menjauhkan
barang tersebut karena takut rusak atau mencederai anak. Dari
pemaparan diatas sudah ada yang mengerti kenap anak malas
belajar?

Lalu kasus lain adalah ada seorang anak laki-laki berusia 9 tahun,
sebut saja Toni. Orang tuanya mengeluhkan anaknya tidak suka
belajar dan sudah mendapat peringatan dari gurunya. Namun ketika
Toni ditanya tentang hobinya, dia dengan sigap menjawab hobinya
adalah sepak bola, dan tim kegemarannya adalah Arsenal. Bahkan
dia hafal seluruh pemain inti dan pemain cadangan. Siapa pelatih dan
assistennya, nomor punggung pemain, tanggal ulang tahun serta
daftar pencetak gol, pemberi assist dan poin klasemen liga beserta
urutannya. Luar biasa bukan? Ini menunjukan tidak ada masalah
dengan otak Toni. Masalahnya datang dari sumber yang lain.

Ok, melihat kasus tersebut jelas permasalahnya buka karena Toni


bodoh namun tidak ada ketertarikan mempelajari pelajaran tersebut.
Tentu ini perlu diberi respon yang benar sehingga tidak
mendapatkan perlawanan dan bisa membuat anak semangat untuk
belajar. Tahap pertama perbaikan adalah dari orang tuanya terlebih
dulu. Untuk anak sekecil itu, orang tua memegang peranan penting
dalam masa tumbuh kembang anak serta membantu sekali untuk
mengatasi masalah anak. Lalu komunikasi dengan cinta dalam setiap
didikannya.

Seorang pakar pendidikan, Timothy Wibowo, memberikan beberapa


kiat supaya anak bisa menjadi rajin dan mudah belajar di sekolah.
Berikut tipsnya:

Saat anak pulang sekolah, tanyakan apa saja hal menyenangkan hari
itu. Otomatis anak akan mencari hal-hal menyenangkan di sekolah
dan secera tidak langsung membentuk mindset anak bahwa sekolah
adalah tempat yang menyenangkan.

Ketika anak tidur masukan sugesti positif dengan mengatakan bahwa


belajar adalah hal menyenangkan. Belajar sama menyenangkannya
dengan bermain atau berhitung dan menghafal itu sangat mudah. Ini
salah satu bentuk hypnosleep positif pada anak.

Jelaskan guna materi pelajaran yang sedang dikerjakan. Sesuaikan


penjelasan dengan materi anak, misalnya dengan belajar perkalian,
maka anak dapat menghitung jumlah koleksi mainannya atau
menghitung sendiri harga action figure di sebuah supermarket dan
membandingkannya dengan harga di mall lain. Atau jika mahir
bahasa Jepang maka menonton anime tak perlu menggunakan
subtitle dan dapat membaca komik aslinya yang langsung yang
berbahasa Jepang.

Mintalah guru lesnya untuk sering mengatakan bahwa anak kita


adalah anak hebat dan luar biasa. Pujian tulus dan memacu
semangat anak untuk belajar lebih penting daripada diajari macam-
macam teknik berhitung dan menghafal cepat. Mintalah bantuan
orang sekitar termasuk guru untuk meningkatkan rasa kepercayaan
diri sianak.

Bila anak masih kecil dan masih suka dibacakan dongeng, pangkulah
si anak saat membacakan dongeng. Posisikan anak di posisi nyaman
dan memudahkan kita untuk memberikan ciuman serta pelukan
kasih sayang. Tujuannya supaya anak dapat menghubungkan sensasi
menyenangkan antara membaca buku dengan rasa cinta dari
orangtua.

Buatkan surat rahasia untuk anak lalu kita bisa mengatakan bahwa
hanya kita dan si anak yang mengetahui tentang surat tersebut dan
isinya. Isi suratnya bisa kata-kata semangat untuk anak dalam
kegiatan belajar mengajar, sekolahnya atau hal lain yang dapat
membangkitkan semangat anak.

Dari 6 point tahapan untuk member semangat belajar kepada


anakan Intinya adalah kerjasama berbagai pihak dalam menyuntikan
rasa percaya diri untuk anak dalam batas wajar. Karena point diatas
jika dilakukan secara berlebihan justru akan berdapat yang tidak baik
untuk anak. Lihat perkembangan pembelajarannya sehingga bisa
disesuaikan. Jika sudah mulai muncul semangat belajar sianak maka
50% sudah berhasil

Anda mungkin juga menyukai