Anda di halaman 1dari 20

Fisika Dasar I

BAB II
KINEMATIKA PARTIKEL

Mekanika adalah ilmu yang mempelajari gerak benda. Sebuah benda dikatakan
bergerak bila posisi benda tersebut dari waktu ke waktu berubah. Ilmu tentang gerak tanpa
memperhatikan gaya-gaya yang menyebabkan gerak itu disebut kinimatika.
Dalam pergerakannya, suatu benda dapat bergerak tranlasi, berputar/berotasi atau
kombinasi keduanya. Untuk dapat mengabaikan rotasi benda, maka benda-benda dianggap
sebagai partikel atau digambarkan sebagai titik. Hal ini tidak selalu berarti bahwa benda
tersebut berukuran sangat kecil. Contohnya bumi dan matahari dapat dianggap sebagai partikel
mengingat jarak antara bumi dan matahari yang demikian jauhnya. Dengan menganggap bumi
dan matahari sebagai partike, gerak matahari mengelilingi bumi dipelajari.

2.1 PENGERTIAN KECEPATAN DAN PERCEPATAN


Seperti pada keterangan di atas bahwa sebuah benda dikatakan bergerak bila posisi
benda tersebut dari waktu ke waktu berubah. Kecepatan benda dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Misalkan bahwa benda bergerak pada saat
v mula-mula adalah t = to, benda berada pada
B v titik A terhadap titik acuan 0 dengan posisi
v dinyatakan vektor r. Setelah selang waktu
v' t, yaitu t’ = to + t, benda telah berada
A r pada titik B dengan vektor posisi r’
terhadap titik acuan 0. dalam hal ini
r' kecepatan rata-rata benda tersebut
r didefinisikan sebagai ;
(2.1)
0

Gambar 2.1 Posisi partikel yang pindah


dari A ke B

Harga kecepatan rata-rata tergantung pada selang waktu t, artinya untuk selang waktu
yang berbeda v rata 2 dapat mepunyai harga yang berbeda. Kecepatan sesaat adalah kecepatan
benda pada suatu saat. Kecepatan sesaat didapatkan bila t diambil sangat singkat, dan dapat
dituliskan sebagai berikut:
v dv
v  lim  (2.2)
t 0 t dt
Pada saat bergerak benda mengalami perubahan kecepatan, baik arah atau besar
ataupun keduanya. Perubahan tersebut menandakan adanya percepatan. Percepatan rata-rata
dapat didefinisikan sebagai berikut:
v ' v'  v
a rata 2   (2.3)
t t
Sedangkan percepatan sesaat dapat dituliskan sebagi berikut:
Bab II Kinematika Partikel 15
Fisika Dasar I
v' d v
a  lim  (2.4)
t  0 t dt

dr
Karena v  , maka dapat dituliskan:
dt
d  dr  d 2r
a   (2.5)
dt  dt  dt 2
Bila dinyatakan dalam vektor satuan untuk koordinat kartesian, maka posisi, kecepatan
dan percepatan partikel dapat dituliskan:
Posisi r  xiˆ  yˆj  zkˆ (2.6)
dr dx ˆ dy ˆ dz ˆ
Kecepatan v  i j k
dt dt dt dt
 v x iˆ  v y ˆj  v z kˆ (2.7)
d v dv x ˆ dv y ˆ dv z ˆ
Percepatan a  i j k
dt dt dt dt
 a x iˆ  a y ˆj  a z kˆ (2.8)

Contoh 2.1
Sebuah sepeda motor bergerak dari titik A ke titik B melalui lintasan berliku sejauh 60 km
seperti ditunjukkan gambar bila waktu diperlukan adalah 30 menit dengan jarak perpindahan
AB 18 km, maka tentukan kecepatan rata-rata sepeda motor.

Penyelesaian
Untuk menentukan kecepatan rata-rata, maka yang diperlukan adalah jarak perpindahan bukan
panjang lintasan sehingga:

r
v rata 2 
t
18  10 3
 m/s
30  60
 10m / s

2.2 GERAK LURUS


Suatu benda dikatakan bergerak lurus bila lintasannya merupakan garis lurus. Gerak
lurus ada bermacam-macam, yaitu:
a. gerak lurus beraturan
Bab II Kinematika Partikel 16
Fisika Dasar I
b. gerak lurus dengan percepatan tetap
c. gerak lurus dengan percepatan berubah
Karena benda bergerak lurus, maka untuk mempermudah perhitungan dengan mengabaikan
notassi vektor dianggap bahwa lintasannya sejajar dengan salah satu sumbu koordinat,
misalnya sumbu x dengan posisi benda dinyatakan dalam koordinat x.

2.2.1 Gerak Lurus Beraturan


Pada gerak lurus beraturan kecepatan benda adalah konstan, berarti tidak ada
percepatan, atau a = 0
dx
v  konstan 
dt
atau dx  v dt
x2 t2

 dx  v  dt
x1 t1

x 2  x1  v t 2  t1 
maka diperoleh jarak yang ditempuh dalam waktu t, yaitu:
X  V t (2.9)

Contoh 2.2
Seorang pelari jarak 100 meter dapat mencapai garis finish dalam dalam waktu 10 sekon. Bila
selama berlari, pelari bergerak dengan kecepatan konstan selama 5 sekon, sehingga menempuh
jarak 60 meter, kemudian berlari dengan kecepatan konstan hingga finish, maka berapa
kecepatan pelari tersebut?
Penyelesaian
x  v t x  x 2  x1
x
v   100  60
t  40 m
40
  8m / s
5
t  t 2  t1  10  5
 5s

2.2.2 Gerak Lurus Dengan Percepatan Tetap


Bila percepatan benda yang bergerak itu diketahui, maka kecepatan benda dapat
dihitung dengan mengintegrasikan sbb:
dv
a
dt
dv  a dt
Bila suatu saat mula-mula (t = 0), kecepatan adalah vo dan pada saat t kecepatan v, maka
persamaan di atas dapat didintegralkan dengan batas integrasi dapat diisi sebagai berikut:
v t

 dv  a  dt
v0 0

sehingga v  vo  a t  0 
atau v  v0  at (2.10)
Bab II Kinematika Partikel 17
Fisika Dasar I
Selanjutnya
dx
v
dt
  v 0  at  dt

 dx    v 0  at  dt

Bila pada saat t = 0, benda ada di xo dan pada saat t ada di x, maka batas integrasinya:
x t

 dx    v0  at  dt
x0 0

sehingga
1 2
x  x 0  v0 t  at
2
atau
1 2
x  x0  v 0 t  at (2.11)
2

Perhatikan bahwa disini x tidak menyatakan jarak yang ditempuh melainkan


menyatakan posisi benda pada saat t. Jarak yang ditempuh dalam hal ini adalah x-xo
Selain persamaan (2.10) dan (2.11) terdapat suatu rumus lain untuk gerak lurus dengan
percepatan tetap yang menghubungkan kecepatan v dengan posisi x. Hubungan ini dapat dicari
dengan cara sbb :
v  v0
Dari persamaan (2.10) v  v0  at didapat t  . Subsitusi t ini dalam persamaan
a
(2.11) menghasilkan

2
v  v0 1  v  v0 
x  x0  v0  a 
a 2  a 
2 2
v v  v0 1 v 2  v 0  2vv 0
 x0  0 
a 2 a
2
1 v 2  v0
 x0 
2 a
Jadi v  v 0   x  x 0  2a
2 2

Atau v 2  v 02  2a x  x 0  (2.12)


Salah satu contoh gerak lurus dengan percepatan konstan adalah gerak jatuh bebas.
Jadi untuk gerak jatuh bebas, persamaan (2.10), (2.11) dan (2.12) dapat dipakai dengan
mengganti a dengan percepatan gravitasi g.

Contoh 2.3
Dari atas menara dilempar sebuah bola lurus ke atas dengan kecepatan 3 m/s.
a. hitung jarak tertinggi yang dapat dicapai bola
b. berapa waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tersebut?
Bab II Kinematika Partikel 18
Fisika Dasar I
c. Berapa kecepatan bola ketika melewati kedudukan mula-mula?
d. Hitung kecepatan bola 2 sekon setelah dilempar
e. Dimana bola tersebut berada pada saat tersebut pada soal (d)?
g = 10 m/s

Penyelesaian
a. Misalnya bola mencapai ketinggian maksimum B, berarti vB=0.
Dianggap gerak bola positif ke atas.

Y B v B  v A  gt
v 0  3  10t
A 3
t 
10
g
 0,3 s
YB  Y A  v A t  12 gt 2
ambil Y A  0
 YB  0   3 0,3  12   10  0,3
2

 0,45 m
C
Jadi jarak maksimum yang ditempuh 0,45 m di A

b. waktu untuk menempuh jarak tersebut = 0,3 s


c. setelah mencapai B, bola akan bergerak ke bawah
Perhatikan gerak B  A'
YA  YB  vB t  12 gt 2
0  0,45  0  12 ( 10)t 2
t  0,3 s
Jadi t A  B  t B  A'
v A'  vB  gt  0    10 0,3  3 m / s
ini berarti bahwa arah kecepatan ke bawah, tetapi besarnya tepat sama seperti ketika
dilempar ke atas. Jadi pada ketinggian sama, kecepatan bola ketika naik sama dengan
kecepatannya ketika turun.
d. Misalnya pada waktu 2 sekon bola ada di C,
vC  v A  gt
 3    10 .2  17 m / s
jadi pada t = 2 sekon, kecepatan bola 17 m/s, arah ke bawah.
e.
YC  YA  v At  12 gt 2
 0   3 2   1
2
  10 2 2
 14 m

Bab II Kinematika Partikel 19


Fisika Dasar I
Jadi bola berada di titik C yang terletak 14 m di bawah A.

2.2.3 Gerak Lurus Dengan Percepatan Berubah


Pada jenis gerak lurus ini, maka harga percepatannya tidak konstan, sehingga
persamaan (2.10), (2.11) dan (2.12) tidak dapat digunakan untuk memecahkan masalah gerak
lurus dengan percepatan berubah.
Cara percepaatan berubah beraneka ragam, dan tiap cara mempunyai pemecahannya
masing-masing. Perubahan percepatan dapat dinyatakan sebagai fungsi posisi a = f(x) atau
fungsi waktu a = f(t). Pemecahan matematika untuk kedua persamaan itu berbeda dan dapat
dilihat sebagai berikut:

Contoh 2.4
Sebuah partikel bergerak menurut sumbu x dengan percepatan a = 2t +2, a dalam m/s2, t
dalam sekon. Pada keadaan awal partikel berada pada x = 2m dan kecepatannya = 3 m/s
Tentukan:
a. posisi pada t = 2 s
b. kecepatan rata-rata antara t = 2 s dan t = 4 s
c. kecepatannya pada t = 3 s
d. posisi pada saat kecepatannya = 12 m/s
e. kecepatannya pada saat percepatan = 17 m/s2

Penyelesaian
a. dalam soal ini percepatan adalah fungsi waktu a = 3t + 2
karena dv = a dt, maka
v   3t  2 dt  c 1  32 t 2  2t  c1
pada t  0, v  3 m / s  3  32  0  2 0  c1
2

atau c1  3
v  32 t 2  2t  3
selanjutnya
x   v dt  c2    32 t 2  2t  3 dt  c2
  1 3
2
t  2t 2  3t  c2 
Pada t  0, x  2  2  1
2
 0 3   0 2  3 0  c2
Maka x  12 t 3  t 2  3t  2
Untuk t  2,  x  12  2    2   3 2   2  16
3 2

Jadi posisi partikel pada t = 2 adalah x = 16 m.


b. untuk t = 4 s
x2  12  4   4   3 4   2  62
3 2

untuk t = 2 s
x1  12  2    2  3 2   2  16
3 2

Bab II Kinematika Partikel 20


Fisika Dasar I
x x 62  16
v 2 1   23 m / s
t2  t1 42

c. untuk t = 3 s
v  32  3  2 3  3  22,5 m / s
2

d.
12  3
2
 t ' 2  2 t '  3

3t '2 4t '18  0


4 6  12.18
t'  1,87 s
6
x  1
2
1,87 3  1,87  2  31,87   2  14,38 m

e.
17  3t ' '2
t'' 5
v 3
2
 5 2  2 5  3  50,5 m / s

2.3 GERAK MELENGKUNG


Lintasan gerakan tidak selalu lurus tetapi dapat juga melengkung. Ada 2 gerak
melengkung yang istimewa, yaitu gerak parabola dan gerak melingkar.

2.3.1 Gerak Parabola


Gerak parabola adalah gerak benda yang lintasannya berbentuk parabola. Gerak
semacam ini dijumpai antara lain pada gerak peluru, gerak bola yang dilempar tidak vertikal.
Pada gerak parabola selalu akan ada percepatan yang arahnya vertikal ke bawah dan konstan.
Dalam hal gerak peluru atau bola tadi, percepatan tersebut adalah percepatan gravitasi.
Bila peluru yang ditembakkan dengan sudut miring o dan kecepatan vo dari titik A.
Maka peluru tersebut akan selalu dipengaruhi oleh percepatan gravitaasi g. Kemudian sumbu
x – y melalui a yang dalam hal ini dipilih horisontal dan vertikal.
Pada keadaan awal (t = 0), benda ada di A (x dan y = 0) dan komponen kecepatan
adalah
vox  v0 cos 0
voy  v0 sin  0
Sedangkan percepatan hanya mempunyai komponen y saja, yaitu ay = g.
Jadi dari waktu ke waktu adalah:
vx  vox  kons tan
Sedang
v y  voy  g t
Dan resultan kecepatan adalah v vx2  v 2yy (2.13)
Yang membentuk sudut

Bab II Kinematika Partikel 21


Fisika Dasar I
vy
  arc tan (lihat gambar 2.2) (2.14)
vx

C
v v

ymak
v0
A B x
R

Gambar 2.2 Lintasan peluru

Kecepatan benda ditiap titik selalu digambarkan oleh garis yang menyinggung
lintasan, seperti terlihat pada Gambar 2.2.
Bahwa gerak peluru membentuk lintasan parabola dapat dibuktikan dengan
menurunkan persamaan lintasannya sbb :
Posisi peluru tiap saat ditentukan oleh koordinat x dan y
x  x0  v0 xt  x0  v0 cos 0 t (2.15)
dan
1
y  y0  v0 y t  gt
2
(2.16)
1 2
 y0  v0 sin  t  gt
2
Untuk mendapatkan persamaan lintasan, eliminir t dari kedua persamaan diatas.
Dengan mengingat bahwa x 0  y 0  0 , maka dari persamaan (2.15) diperoleh
x
t
v 0 cos 0

substitusi ini ke persamaan (2.16) menghasilkan


2
 x  1  x 
y  v 0 sin    g 
 v cos   2  v cos
 0 0   0 0 
atau
1 g  2
y   tan  0  x   2 x (2.17)
2  v 0 cos 2  0 

Disini terlihat bahwa persamaan (2.17) berbentuk


y  ax 2  bx
yang merupakan persamaan parabola.
Suatu hal menarik lain pada gerak peluru ini adalah menghitung jarak tembak R dan
tinggi maksimum Ymax (lihat gambar 2.2). Dititik B: y = 0, sedang y0= 0. Jadi dari persamaan
(2.17)
Bab II Kinematika Partikel 22
Fisika Dasar I
1 g
0   tan 0  R  R2
2 v0 cos  0
2 2

atau
2
tan 0 2v
R 2
 0 sin  0 cos 0
g / 2vo cos 0 g
2
v0
R sin 2 0 (2.18)
g
Dari persamaan (2.18) terlihat bahwa R akan maksimum (jarak tembak paling jauh) bila sin
20 = 1 atau 0 = 450.
Untuk menentukan tinggi maksimum :
v0 y v0 sin  0
Dititik C, vy = 0, sehingga t  
g g
Dari persamaan 2.16 diperoleh

v0 sin  0 1 v0 sin 2  0
2
ymax  v0 sin  0  g
g 2 g2
2
1 v0 sin 2  0

2 g

Contoh 2.6
Sebuah peluru ditembakan dari tanah dengan kecepatan 200 m/s dengan sudut 450 terhadap
horizontal. Carilah :
a. Kecepatan dan posisi peluru setelah 20 sekon
b. Jarak tembak
c. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali lagi di tanah

Penyelesaian : y

A 
vo vA

voy 45o
x
O vox B
g

a. Dengan sumbu x, y seperti gambar,


1 
vox  vo cos 450   200  2   100 2
2 

Bab II Kinematika Partikel 23


Fisika Dasar I
dan vox  vo cos 450  100 2
Misalkan setelah 20 sekon peluru ada di A, maka
v Ax  vox  100 2  141,4
v Ax  voy  gt  100 2  10  20  58,6
vA  2
v Ax  v Ay
2
 141,4 2    58,6 2  153,1 m / s
v Ay 58,6
tan     0,4144
v Ax 141,4
  22,5o
selanjutnya :

x A  voxt  100 2  20  2828,4 
1 1
 
y A  voy t  gt 2  100 2  20  10 20  828,4 m
2 2
2

jadi posisi A adalah (2828,4 ; 828,4) m.


b. dari persamaan (2.18) jarak tembak adalah:
vo2
R sin 2 o
g


 200 2 sin  2,452   4000 m
10
1
c. di B, yB  0  y0  voy t  gt
2

2
1
0  0  100 2t  10 t 2
2

t
100 2   20 2  28,3
5
jadi waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke tanah adalah 28,3 s.
Contoh 2.7
Sebuah peluru ditembakkan dari kaki bidang miring dengan kecepatan v0 = 20 m/s dan arah
600 terhadap horisontal. Bila sudut bidang miring adalah O = 150, carilah dimana peluru itu
jatuh di bidang miring tersebut.

Penyelesaian
y Walaupun tidak salah untuk
Q menetapkan sumbu horisontal dan
vertikal sebagai sumbu x dan y, namun
pemecahan akan mejadi lebih
v0 x sederhana bila sumbu x dan y dipilih
v0y seperti pada gambar disamping.
 Percepatan gravitasi tentunya tak
0 
ax berubah dan tetap vertikal ke bawah

ay
g
Bab II Kinematika Partikel 24
Fisika Dasar I

Bila diuraikan dalam sumbu x dan y, maka didapat


vox  vo cos  20 cos 450
voy  vo sin   20 sin 450
a x  g sin   10 sin 150
a y  g cos  10 cos150
Lintasan peluruadalah seperti pada gambar dan peluru mengenai bidang miring di Q
1
y P  0  y0  vY t  a yt 2
2
 1 
atau 0  0   20
 1

2 t     10  cos150 t 2 
 2   2

10 2 t  5 cos15 t t 
10 2 
5 cos15   2,93
0 2
0

1
xP  xO  vOt  axt 2
2
 
 0   20  cos 450  2,93 
1
2
 
  10 sin 150  2,93 2
1 
  20   2  2,93   5 0,259  2,93
2

 2 
  41,44   11,12 
 30,32
Jadi OQ = xP = 30,32 m.

Berikut ini akan dibahas gerak peluru yang ditembakkan dari kaki bidang miring dengan
menggunakan sumbu x dan y sebagai sumbu horisontal dan vertikal, seperti ditunjukkan
Gambar 2.5, bila sebuah peluru ditembakkan dengan kecepatan awal vo mengapit sudut ,
maka terhadap bidang horisontal sudut apit tersebut dapat dinyatakan sebagai , yaitu
  0
sehingga vo bila diuraikan ke dalam sumbu x (bidang horisontal) dan sumbu y berturut-turut
menjadi
vox  vo cos 
voy  vo sin 
dengan menganggap bahwa posisi awal peluru a pada xo=yo=0, maka posisi peluru setiap saat
dapat dinyatakan sebagai
x  vo cos t
1 2
y  vo sin t  gt
2
Letak jatuhnya peluru di bidang miring dapat diketahui dari tangen sudut kemiringan bidang
yang terdefinisi menurut
y  x tan 
sehingga dari subsitusi persamaan di atas dapat diketahui bahwa waktu yang diperlukan peluru
hingga menyentuh bidang miring, yaitu

Bab II Kinematika Partikel 25


Fisika Dasar I
2vo
t  sin   cos  tan 
g
2vo
t sin     
g cos
dengan subsitusi persamaan di atas maka letak jatuhnya peluru di bidang miring ditinjau dari
bidang horisontal dapt dinyatakan sebagai
2vo2
x cos  sin     
g cos
atau dengan menggunakan hubungan di atas dapat diketahui bahwa peluru jatuh di bidang
miring (dihitung sepanjang bidang miring) sejauh
2vo2
xP  cos  sin 
g cos

untuk mencari sudut apit tembakan peluru yang memberikan jarak tembak x maksimum dapat
dx
dihitung dari syarat P  0 , setelah menyatakan  =  + , dalam persamaan (2.20), maka
d
dxP 2vo2
 cos 2     0
d g cos
yang dipenuhi hanya bila

cos 2     0 atau 2   
2

sehingga sudut apit jarak tembak x maksimum


 
 
4 2
y

y cos
y’

y


x
x sin

Gambar 2.6

Ketinggian peluru dari bidang miring (y’) setiap posisinya dapat diketahui dari
hubungan y’ dengan ketinggian posisi peluru terhadap sumbu y dan jarak horisontal sepanjang
sumbu x, dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa

Bab II Kinematika Partikel 26


Fisika Dasar I
y '  y cos  x sin 
sehingga dengan mensubsitusikan persamaan di atas, diperoleh
y '  y cos  x sin 
1
 vo sin  cost  g cost 2  vo cos  sin t
2
1
 vo sin      t  g cost 2
2
tinggi maksimum yang dicapai peluru dari bidang miring dapat dihitung dari persamaan (2.22)
yaitu setelah waktu yang diperlukan untuk mencapai tinggi maksimum tersebut diketahui.
Dengan menerapkan syarat
dy '
0
dt
dapat diketahui bahwa waktu untuk mencapai tinggi maksimum terhadap bidang miring
tersebut adalah
v sin     
t o
g cos

sehingga bila disubsitusikan ke dalam persamaan (2.22) maka tinggi maksimum terhadap
bidang miring yang dicapai peluru adalah
v02 sin 2      v 2 sin 2 
ymaks   0
2g cos 2 g cos

untuk menyelesaikan contoh 2.7 dengan menggunakan persamaan (2.20) diperoleh


2vo2
xP  cos  sin 
g cos 2 
dengan vo  20m / s,   600 ,   150 ,   450
2.202
xp  cos 600 sin 450
10. cos150
 30,32 m
hasil yang didapat sama dengan hasil pada contoh 2.7.

2.3.2 Gerak Melingkar


Pada gerak melingkar, lintasan benda berbentuk lingkaran. Ada 2 jenis gerak
melingkar, yaitu gerak melingkar beraturan dan gerak melingkar dipercepat.

a. Gerak Melingkar Beraturan


Pada gerak ini besarnya kecepatan tetap, tetapi arahnya jelas
Perhatikan gerakberubah daridengan
melingkar waktu ke waktu.R
jari-jari
Ini berarti bahwa vektor kecepatan berubah ataudaridengan
P ke kata lain kecepatan
P’. Arah ada percepatan. Berikut
di P dan ini
P’ adalah
akan dijelaskan tentang percepatan tersebut. seperti pada Gambar 2.7.
v2 Dari Gambar tersebut terlihat adanya
v2 perubahan kecepatan
v1 v  v'  v
v
Bila <<, maka tali busur P P’ dapat dianggap
Bab II Kinematika Partikel sama dengan busurnya, sehingga dapat ditulis 27
v2
PP '  v.t
Fisika Dasar I

Gambar 2.7 Gerak melingkar beraturan

Dari gambar 2.7 dapat dilihat bahwa, O P P’ sebangun dengan P’ B A, berarti


perbandingan
v PP ' vt
 
v R R
v v 2
atau 
t R
Dari definisi percepatan sesaat
v
a  lim
t  0 t

didapat besarnya
v2
a
R
Ini adalah percepatan yang ada setiap kali benda bergerak melingkar dan disebut sebagai
percepatan normal atau tepatnya sentripental, karena arahnya radial menuju ke pusat
lingkaran.
v
Karena a  lim , maka arah a sama dengan arah  v .
t 0 t
Ini berarti bahwa a tegak lurus v , padahal arah v , arah garis singgung pada lingkaran. Jadi
a mempunyai arah radial. Karena itu lebih jelas bila dituliskan
v2
aR  (2.19)
R
Gerak benda melingkar seringkali lebih menguntungkan jika dinyatakan dalam
besaran-besaran sudut anguler, yaitu kecepatan sudut  dan percepatan sudut . Hubungan
antara besaran linier dan anguler didapatkan dengan cara sebagai berikut:

Posisi benda dalam hal ini tidak lagi dinyatakan


oleh x atau r , tetapi oleh sudut . Misalkan benda
ds yang melingkar dengan jari-jari R mengalami
d perpindahan ds, yang sesuai dengan perubahan
 sudut d, maka dapat ditulis
ds  R d
R Kecepatan (linier)
ds d
v R
Bab II Kinematika Partikel dt dt 28
Fisika Dasar I

Gambar 2.8 Perubahan sudut pada gerak


melingkar

Didefinisikan
 d
Kecepatan sudut   lim  rad / s
t 0 t dt
Maka v  R  (2.20)

Bila persamaan (2.20) disubsitusikan ke persamaan (2.19), maka didapat

aR 
 R  2  R 2 (2.21)
R

Contoh 2.8
Bulan berputar mengelilingi bumi dan kembali ke tempatnya semula setiap 28 hari. Bila jarak
antara bumi dan bulan adlah 38,4x104 km, hitunglah:
a. kecepatan linier
b. kecepatan anguler
c. percepatan sentripetal bulan

Penyelesaian
a. Bulan melakukan gerak melingkar dengan jari-jari
R  38,4  10 4 km  38,4  10 7 m
Keliling lingkaran ini
S  2R
 2   38,4  10 7  m
Jarak ini ditempuh dalam 28 hari
 28  24  3600 s

Jadi kecepatan linier 



2  38,4  10 7 m / s 
 28  24  3600
 99m / s

Bab II Kinematika Partikel 29


Fisika Dasar I
b. v = R
v
 
R
99
  2,58.10 7 rad / s
38,4  10 7

c. Percepatan sentripetal
v2 99 2
aR    0,26.10 4 m / s
R 38,4  10 7

Contoh 2.9
Sebuah roda diameter 4 m berputar dengan kecepatan 120 rpm.
Hitunglah:
a. Frekuensi
b. Periode
c. Kecepatan anguler
d. Kecepatan linier suatu titik pada tepi roda.

Penyelesaian
120.2
a.  = 120 rpm = 120 putaran/menit = rad / s
60
 4 rad / s
 4
frekuensi f    2 Hz
2 2

1 1
b. Periode T  f  2 s

c. Kecepatan anguler   4 rad / s

d. Kecepatan linier V  R  4  2  8 m / s

b. Gerak Melingkar Dipercepat


Pada gerak melingkar jenis ini, selain arah, besar kecepatanpun berubah.
P Dalam waktu t, partikel bergerak dari P ke P’ dan
R kecepatan berubah dari V menjadi V ' atau
v  v'  v
R Uraikan  v ini menjadi komponen radial dan
tangensial, maka
P’ v  v R  v T
O
Perubahan kecepatan dalam arah radial, seperti
telah diturunkan sebelum ini menghasilkan
R R
percepatan radial
R
v v2
R a R  lim R 
t  0 t R
Bab II Kinematika Partikel 30
Fisika Dasar I

Gambar 2.9 Gerak melingkar dipercepat

Percepatan tangensial
v dv
aT  lim T  T
t  0 t dt
karena arah kecepatan benda yang bergerak melingkar selalu tangensial pada lintasannya,
maka dapat ditulis
dv
aT 
dt
Dari persamaan (2.20), maka
d (R  ) d
aT  R
dt dt
Percepatan sudut
 d
  lim  rad / s 2
t 0 dt dt
sehingga aT  R  (2.22)
Dengan demikian resultan percepatan benda yang bergerak melingkar adalah :
a  a R  aT (2.23)
atau besarnya
a  a R2  aT2 (2.24)
Tabel analogi gerak lurus dan gerak melingkar

Gerak Lurus Gerak Melingkar


v  v0  a t   o   t
1 2 1
x  v0 t  at    0t   t 2
2 2
v 2  v0  2 a x    0  2 
2 2

Contoh 2.10
Sebuah roda yang diameternya 3 m mempunyai kecepatan angular yang berkurang secara
uniform dari 100 rpm pada t = 0 hingga berhenti pada t = 4 sekon. Hitung percepatan
tangensial dan percepatan normal sebuah titik di tepi roda pada t = 2 sekon.

Penyelesaian
100.2
 0  100 rpm  rad / s
60
10
kecepa tan sudut mula  mula   rad / s
3
setelah 4 sekon 1= 0

Bab II Kinematika Partikel 31


Fisika Dasar I
Karena berkurang secara uniform, maka  konstan, jadi analog dengan v1  v0  a t , maka
1   0   1
 10 
0       .( 4)
 3 
 10 
  
3  5
    rad / s
4 6
3 5 
Percepatan tangensial  T  R   x     7.85 m / s 2
2 6 
10 5 5
Pada t = 2 sekon  2     .2   rad / s
3 6 3
3 5  5
v 2  R 2    x      m / s
2 3  2
2
5 
2  
v 2 
Jadi percepatan normal a R    41,08 m / s 2
R 3
2

2.4 GERAK RELATIF


Dalam pembahasan sebelum ini posisi, kecepatan dan percepatan benda dibahas untuk
suatu sistem koordinat atau kerangka acuan yang diam. Masalahnya akan berubah bila
kerangka acuannya tidak lagi diam, yaitu dalam keadaan bergerak. Sebuah contoh dapat
dipermasalahkan bagaimana seorang pengamat di kereta api yang sedang bergerak melihat
gerakan sebuah mobil yang juga sedang melaju. Pengamat ini tentu mempunyai kesimpulan
yang berbeda tentang gerakan mobil itu, dibanding dengan pengamat yang sedang berdiri
diam di tepi jalan. Penyelesaian masalah ini dapat diperoleh dengan membentuk dua kerangka
y y’
acuan, dengan salah satu kerangka acuan bergerak relatif
u terhadap yang lain.
Perhatikan hubungan kecepatan sebuah obyek seperti yang dilihat oleh pengamat A
yang berada dalam kerangkaS’ acuan S denganP yang dilihat pengamat B yang berada dalam

kerangka acuan S yang bergerak relatif terhadap S.
S
x’

x
(a)
y‘ S’
ut
Q
S
r
r'
Bab II Kinematika Partikel ut x‘
32

x
(b)
Fisika Dasar I

Gambar 2.10 Gerak obyek P relatif terhadap kerangka acuan S dan S’

Perhatikan gambar 2.10 dengan P adalah obyek yang bergerak, pengamat-pengamat


tadi akan mencatat gerakan P relatif terhadap kerangka acuannya masing-masing. Misalkan
bahwa S’ bergerak relatif terhadap S yang dian dengan kecepatan konstan  , maka dalam
waktu t posisi S’ dan P yang telah berpindah ke Q adalah seperti pada gambar 2.10b.
Terhadap kerangka acuan S perpindahan obyek P dinyatakan oleh vektor r , sedang
terhadap kerangka acuan S’, perpindahannya adalah r’.
Dari gambar, r  r '   t
Dideferensiasi terhadap waktu t menghasilkan
dr d r ' d ( t )
 
dt dt dt
atau v  v '   (2.25)
dengan, v : kecepatan obyek terhadap kerangka acuan S
v ' : kecepatan obyek terhadap kerangka acuan S’
 : kecepatan S’ relatif terhadap S
Jadi disini terlihat adanya dua pengamatan kecepatan yang berbeda karena pengamat yang satu
bergerak relatif terhadap pengamat yang lain. Bila kecepatan obyek berubah, maka pengamat-
pengamat tersebut akan melihat perubahan yang sama. Ini berarti bahwa pengamat-pengamat
(kerangka acuan S dan S’) melihat percepatan yang sama (bila  konstan). Hal ini jelas bila
persamaan (2.25) dideferensir terhadap waktu, yaitu
dv d v' d 
 
dt dt dt
d
atau a  a'  (2.26)
dt
d
Karena  konstan, maka 0
dt
Sehingga a  a '
Jelas bahwa bila  tidak konstan, maka kedua pengamat tersebut mencatat percepatan yang
berbeda dan hubungannya ditunjuk oleh persamaan (2.26).

Bab II Kinematika Partikel 33


Fisika Dasar I

Bab II Kinematika Partikel 34

Anda mungkin juga menyukai