LIMBAH KONSTRUKSI
Disusun guna melengkapi tugas mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam
Disusun Oleh:
1. ALFIN HIDAYAT
2. INDRIYATI IKA LESTARI
3. MUHAMMAD RIZKI ANDI SAPUTRA
4. RITNA INDRAYANI
5. SAMSUL MAARIF
6. SHELLA BAYUSARI
KELAS X AKUNTANSI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Limbah Konstruksi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Tak lupa sholawat serta salam selalu kami haturkan kepada junjungan
kita nabi agung Muhammad saw yang selalu kita nantinya syafaatnya hingga yaumul
akhir. Dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengertian kepada
kita semua pada umumnya dan penyusun khususnya mengenai limbah konstruksi.
Pada kesempatan ini, izinkan penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Arief Sukirman, S.Pd., selaku Kepala SMK Al Madani
2. Ibu Gunarti Sulistyani, S.E., selaku Kepala Jurusan Akuntansi
3. Bapak Ahmad Ulin Nuha, S.Pd., selaku Wali Kepas X Ak.
4. Ibu Sri Wulandari, S.Pd., selaku guru Mata Pelajaran IPA
5. Seluruh guru di SMK Al Madani;
6. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana pengolahan limbah yang baik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Limbah 2
B. Pengertian Limbah Konstruksi 4
C. Asal Limbah Konstruksi 5
D. Bahaya/Dampak Limbah Konstruksi 6
E. Zat yang Terkandung Dalam Limbah Konstruksi 7
F. Penanganan Limbah Konstruksi 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri konstruksi menjadi sektor yang signifikan untuk meningkatkan
pertumbuhan perekonomian. Aktifitas perekonomian di hampir semua negara
berkaitan erat dengan industri konstruksi. Di sisi lain, industri konstruksi menjadi
salah satu kontributor utama dari dampak negatif terhadap lingkungan, karena
tingginya jumlah limbah yang dihasilkan dari konstruksi, baik karena pekerjaan
renovasi, pembongkaran ataupun kegiatan yang berhubungan dengan konstruksi (HH
Lau & A.Whyte 2007). Yahya, K. & Boussabaine, AH (2004) menyatakan bahwa
limbah yang dihasilkan dari pembangunan dan pembongkaran memiliki dampak yang
signifikan terhadap lingkungan. Mereka juga menyatakan, industri konstruksi adalah
salah satu pencemar lingkungan terbesar. Maka upaya melakukan pengukuran dan
menganalisis dampak lingkungan dari limbah yang dihasilkan dari kegiatan lokasi
konstruksi menjadi sangat urgen. Telah banyak peneliti menyelidiki tentang limbah
konstruksi sebelumnya. Makalah ini akan menjelaskan tentang trend limbah
konstruksi yang dihasilkan oleh aktifitas industri berikut dengan karakteristik dan
komposisi dari masa ke masa dari berbagai belahan dunia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan limbah?
2. Apa yang dimaksud dengan limbah konstruksi?
3. Dari mana asal limbah konstruksi?
4. Bagaimana dampak/bahaya limbah konstruksi bagi lingkungan?
5. Apa saja zat yang terkandung dalam limbah konstruksi?
6. Bagaimana penanganan/pemanfaatan limbah konstruksi?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah.
2. Mengerti apa yang dimaksud dengan limbah konstruksi.
3. Mengetahui dari mana asal limbah konstruksi.
4. Mengetahui dampak/bahaya limbah konstruksi bagi lingkungan
5. Mengenal zat yang terkandung dalam limbah konstruksi.
6. Dapat melakukan penanganan/pemanfaatan limbah konstruksi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Limbah
1. Pengertian
Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses
atau kegiatan dari industri maupun domestik (rumah tangga). Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan.
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki di lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah terdiri dari zat atau bahan buangan yang dihasilkan proses produksi
industri yang kehadirannya dapat menurunkan kualitas lingkungan. Limbah yang
mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal
dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif
sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya
(Kristanto, 2004).
Limbah dapat dikenali berdasarkan karakteristiknya, adapun karaktiristik
limbah adalah sebagai berikut (Kristanto, 2004):
a. Berupa partikel dan padatan, baik yang larut maupun yang mengendap, ada
yang kasar dan ada yang halus. Berwarna keruh dan suhu tinggi.
b. Mengandung bahan yang berbahaya dan beracun, antara lain mudah terbakar,
mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat,
mudah membusuk dan lain-lain.
c. Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh yang
berarti, namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap
lingkungan.
2. Jenis-jenis Limbah
Berdasarkan wujud atau karakteristiknya, limbah dapat dikelompokkan
menjadi tiga jenis, yaitu (Kristanto, 2004) sebagai berikut:
a. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan.
b. Limbah gas dan partikel adalah limbah yang banyak dibuang ke udara.
Gas/asap, partikulat, dan debu yang dikeluarkan oleh pabrik ke udara akan
dibawa angin sehingga akan memperluas jangkauan pemaparannya. Partikel
2
adalah butiran halus yang mungkin masih terlihat oleh mata telanjang, seperti
uap air, debu, asap, fume dan kabut.
c. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan
bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat
dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur-ulang
(misalnya plastik, tekstil, potongan logam) dan limbah padat yang tidak
memiliki nilai ekonomis.
Berdasarkan sumbernya, limbah dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu
sebagai berikut (Zulkifli, 2014):
a. Limbah domestik atau rumah tangga adalah limbah yang berasal dari kegiatan
pemukiman penduduk atau rumah tangga dan kegiatan usaha seperti pasar,
restoran, gedung perkantoran dan sebagainya.
b. Limbah industri adalah merupakan sisa atau buangan dari hasil proses
industri.
c. Limbah pertanian adalah limbah pertanian yang berasal dari daerah atau
kegiatan pertanian maupun perkebunan.
d. Limbah pertambangan adalah limbah pertambangan yang berasal dari
kegiatan pertambangan.
e. Limbah pariwisata adalah limbah limbah yang berasal dari sarana transportasi
yang membuang limbahnya.
f. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari dunia kesehatan atau limbah
medis mirip dengan sampah domestik pada umumnya.
Berdasarkan sifat kimianya, limbah dibagi menjadi dua jenis, yaitu
sebagai berikut (Wardhana, 2004):
a. Limbah organik adalah limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau
terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan buangan yang
meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya
populasi mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup pula
kemungkinannya untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya
bagi manusia.
b. Limbah anorganik adalah limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit
didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini
masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di
dalam air. Bahan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan
3
penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal(Pb), Arsen (As), Kadmium
(Cd), Air raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg),
Kobalt (Co), dan lain-lain.
B. Limbah Konstruksi
Beberapa studi memiliki definisi berbeda tentang limbah konstruksi
tergantung pada jenis konstruksi dan praktek di mana sampling dilakukan. Menurut
Khairulzan Yahya, & A. Halim Boussabaine (2004), limbah material konstruksi
mengacu pada bahan-bahan dari lokasi konstruksi yang tidak dapat digunakan untuk
tujuan konstruksi dan harus dibuang karena alasan apapun. Limbah konstruksi
didefinisikan sebagai sesuatu bahan yang tidak digunakan dan merupakan hasil dari
proses konstruksi yang berjumlah besar sehingga menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan sekitar. Bahan tersebut bisa berupa batu, beton, batu bara, atap, instalasi
listrik dan lain sebagainya. Limbah material konstruksi dihasilkan dalam setiap
proyek konstruksi, baik itu proyek pembangunan maupun proyek pembongkaran
(construction and demolition). Seperti yang disampaikan pula oleh Firmawan (2006)
bahwa indikator yang paling berpengaruh terhadap penyebab terjadinya
penyimpangan biaya material adalah proses pembelian, selain pengangkutan,
penyimpanan ataupun dalam proses penggunaan material
Oyeshola Femi Kofoworola dan Shabbir H. Gheewala (2008) menyatakan
bahwa limbah pembangunan dan pembongkaran adalah limbah yang dihasilkan
selama proses konstruksi, renovasi dan pembongkaran bangunan. Limbah konstruksi
umumnya mengacu pada limbah yang dihasilkan dari konstruksi, renovasi,
pembongkaran, pengembangan real estate, pembangunan infrastruktur, pengerjaan
tanah dan pembersihan lahan (US EPA 1998, Tang, Soon & Larsen 2003). Fatta et al,
(2003) menyatakan bahwa limbah konstruksi dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti
membersihkan lokasi proyek dan pembangunan infrastruktur.
HH Lau & A.Whyte 2007 mengatakan bahwa industri konstruksi telah
dianggap sebagai salah satu kontributor utama dari dampak negatif terhadap
lingkungan, karena tingginya jumlah limbah yang dihasilkan dari konstruksi,
renovasi, pembongkaran dan kegiatan yang terkait dengan konstruksi. Gavilan dan
Bernold (1994) dan Craven et al. (1994) menjelaskan bahwa penyebab utama adanya
limbah, antara lain; kesalahan dalam dokumen kontrak, perubahan desain, kesalahan
pemesanan, kecelakaan, kurangnya mengontrol lokasi proyek, kurangnya manajemen
limbah, kerusakan selama pengangkutan dan pemotongan bahan. Koskela (1992),
4
Alarcon (1993), Serpell dkk. (1995) dan Ishiwata (1997) mendefinisikan limbah
konstruksi dihubungkan dengan penundaan waktu, biaya kualitas, kurangnya
keamanan, pengerjaan ulang, perjalanan transportasi yang tidak perlu, jarak jauh,
pilihan manajemen yang tidak tepat, metode atau peralatan dan konstruksi gedung.
5
material dalam penggantian atau penambahan kapasitas material untuk
mengganti pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi kerja.
Dilihat dari komposisinya, European Catalogue of Waste (Directive
75/442/CEE dan 94/904/CE) mengklasifikasikan pembangunan dan pembongkaran
limbah menjadi delapan kelompok:
1. Campuran beton, batu bata, ubin dan keramik,
2. Kayu, kaca dan plastik,
3. Campuran beraspal, tar makadam dan produk tar lainnya,
4. Logam (termasuk paduan logam),
5. Tanah (termasuk yang digali dari daerah yang terkontaminasi), batu dan
penggalian tanah,
6. Bahan insulation dan bahan konstruksi yang mengandung asbes,
7. Gipsum berbasis material,
8. Campuran bahan pembangunan dan pembongkaran.
Limbah pembangunan dan pembongkaran biasanya meliputi limbah organik,
seperti sisa makanan dan bungkus yang dibuang di lokasi tersebut oleh pekerja
konstruksi
Sedangkan Berdasarkan Nabil Kartam dkk (2004), material dari limbah
konstruksi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok seperti yang dijelaskan di bawah
ini;
1. Material galian baik yang terkontaminasi atau tidak terkontaminasi
2. Puing-puing konstruksi jalan
3. Limbah konstruksi bangunan, yang mencakup semua bahan dari konstruksi
bangunan, renovasi atau pembongkaran (termasuk beton, kayu, plastik, kertas,
logam dll).
4. Produksi bahan bangunan, misalnya, semen, beton jadi, baja, kayu, jendela, pintu
dll
6
pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan
penanganan limbah.
Limbah konstruksi mungkin dianggap bahan tidak berbahaya dan tidak
menyebabkan banyak masalah, namun faktanya, hal tersebut mempunyai dampak
yang signifikan terhadap lingkungan yang disebkan oleh proses pembangunan dan
pembongkaran sebuah konstruksi.
Berdasarkan Townsen dan Kibert (1998), limbah pembangunan dan
pembongkaran umumnya terdiri dari material inert yang tidak dapat menyaring
secara alami ke dalam air tanah. Berbagai regulasi telah dihasilkan dalam hal
pembuangan dan pemantauan dampak lingkungan termasuk didalamnya pencemaran
air tanah. Dampak terhadap kualitas air tanah secara umum dapat diklasifikasikan
dalam dua jenis. Jenis pertama adalah dari kontaminasi dengan bahan kimia
berbahaya, terutama senyawa organik atau logam berat. Zat kimia ini diyakini
merupakan hasil dari sejumlah bahan kimia berbahaya baik diterapkan pada bahan
bangunan, atau pembuangan bahan kimia dalam aliran limbah pembanguan dan
pembongkaran. Jenis kedua adalah hasil kontaminasi dari jumlah yang lebih besar
dari bahan kimia yang tidak beracun yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas
air tanah. Zat kimia tersebut seperti klorida, natrium, sulfat dan amoniak yang
dihasilkan dari penyaringan bahan utama limbah pembangunan dan pembangunan.
7
Garam krom Motor oil additives
Kromium Paint Remover
Alat pembersih Paint stripper
Coal tar pitch Paint/lacquers
Pelapis (coating) Particle Board
Kobalt Pentaclorofenol
Beton curing Polis untuk lantai metal
Kreosol Pendempul
Cutting oil Resins, epoxies
De-emulsifier untuk minyak Sealers
Diesel fuel oil Shellac
Diesel lube oil Solder flux
Etching agents Pelarut
Etil alcohol Asam sulfur
Fiberglass Transite pipe
Foam insulation Pernis
Freon Waterproofing agents
Gasoline Wood preservatives
8
a. Efisiensi Energi
Tujuan untuk menetapkan efisiensi energi minimum adalah untuk mengurangi
konsumsi energi pada bangunan. Sehingga mengurangi emisi CO2 ke
atmosfer.
b. Kualitas di dalam ruangan
Kualitas didalam ruangan antara lain meliputi kinerja minimum kualitas
udara, penerangan, maupun kualitas bangunan yang baik.
c. Manajemen dan perencanan lokasi proyek yang berkelanjutan
Mulai dari memilih lokasi, akses transportasi umum, pelayanan umum, ruang
terbuka landscaping dan efek panas, sistem bangunan dan manajemen lokasi
serta manajemen stromwater.
d. Material dan sumber daya alam
Meliputi penyimpanan & pengumpulan daur ulang, manajemen limbah
konstruksi, material daur ulang, material regional dan penggunaan kayu
berkelanjutan.
e. Efisiensi Air
Meliputi pemanfaatan air hujan, air daur ulang, efisiensi air landscaping dan
efisiensi air fittings.
f. Inovasi
Meliputi inovasi didalam desain bangunan dan inovasi desain lingkungan
serta fasilitator green building yang terakreditasi.
2. Build (pelaksanaan konstruksi)
Untuk mencapai bangunan yang ramah lingkungan pada tahap pembangunan
juga harus menjadi pertimbangan. Karena dalam kegiatan ini banyak
menimbulkan limbah baik yang disebabkan oleh pembangunan, renovasi maupun
pembongkaran. Berbagai literatur di seluruh dunia mengevaluasi berbagai
dampak yang ditimbulkan oleh proses konstruksi. Ada beberapa alat evaluasi
kinerja lingkungan yang populer antara lain adalah Building Waste Assessment
Score (BWAS), Waste Management Performance Evaluation Tool (WMPET),
Environmental Performance Score (EPS), Environmental Performance
Assessment (EPA) (Shen et al, 2005;. Tam dan Le, 2007; Ekanayake dan Ofori
2004, Gangolells et al, 2009.).
Berbagai piranti pengukur indikator dikembangkan tidak lain adalah untuk
meminimasi dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan
konsep green construction yang merupakan konsep membangun dengan
9
mempertimbangkan dampak-dampak lingkungan yang timbul mulai dari
pemilihan perencanan sampai pengolahan konstruksi bangunan tersebut. Dalam
pembangunan proyek konstruksi tentu perlu adanya standar green rating tool juga
untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak lingkungan bagi manusia. Salah
satunya dengan menggunakan Green Construction Index (GCI) yang akan
memandu dan memberikan informasi yang sederhana dalam proses konstruksi
untuk menuju green construction.
3. Worker’s Attitude (perilaku pekerja proyek)
Salah satu faktor penting yang dapat menimbulkan dampak negatif berupa
limbah konstruksi adalah perilaku pekerja proyek yang tidak ramah lingkungan.
Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan dalam proses pembangunan
perumahan dan kawasan pemukiman yang ramah lingkungan, agar tidak hanya
patuh pada desain dan pelaksanaan konstruksi yang ramah lingkungan, namun
juga pada perilaku dan sistematika kerja para pelaksana proyek.
Berbagai perilaku pekerja proyek yang berkaitan dengan upaya meminimalisir
construction waste (limbah konstruksi) – menuju konsep green site, diantaranya
yaitu ruang tim kerja proyek yang menerapkan konsep green dengan
mengutamakan penghematan pemakaian lampu dan AC, kebutuhan makan bagi
para karyawan di proyek, sudah tidak lagi memakai box yang cenderung
menimbulkan sampah namun diterapkan sistem katering untuk prasmanan.
Demikian juga untuk air minum, sudah mulai memakai gelas bukan lagi botol-
botol yang berdampak pada barang terbuang yang cenderung menjadi sampah
dan mengganti tissue dengan kain pembersih. Untuk para perokok juga
disediakan shelter khusus bagi mereka yang ingin merokok. Dan para pihak
terkait menerapkan pola kerja sesuai tuntutan green yaitu tetap peduli memonitor
tingkat kebisingan dan polutan yang mungkin ditimbulkan proyek. Demikian
halnya untuk alat-alat berat yang masuk ke proyek kemudian menjadi kotor maka
wajib dibersihkan lebih dahulu sebelum keluar proyek dengan memanfaatkan
kolam genangan air hujan yang sudah disediakan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limbah sebagai hasil dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala
industri, pertambangan maupun skala rumah tangga, mampu merusak stabilitas
ekosistem, mencemari lingkungan serta memberi kehidupan bagi kuman-kuman
penyebab penyakit. Limbah rumah tangga yang notabene dari masyarakat banyak
memberi efek negatif dari pembuangan limbah yang dibuang secara sembarangan.
Senyawa-senyawa kimia yang terkandung didalamnya sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia. Untuk itulah diperlukan pengolahan atau daur ulang limbah
sebagai cara untuk mangurangi resiko pencemaran lingkungan.
Industri konstruksi memberikan keuntungan bagi kebutuhan manusia,
aktifitas ekonomi dan kemajuan sosial. Disisi lain, Industri konstruksi juga
menghasilkan dampak keparahan terhadap lingkungan (Bossink dan Brouwers,
1996).
Tujuan utama pengolahan limbah ialah untuk mengurangi kandungan bahan
pencemar didalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba
pathogen dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang
terdapat dialam. Dengan kemajuan terknologi seperti ini, kiranya tidak terlalu susah
bagi kita untuk mengupayakan pengolahan limbah.
Dengan menerapkan tiga faktor tersebut dalam penerapan kebijakan
pembangunan konstruksi yang ramah lingkungan (green building policy) yaitu
dengan memperhatikan tiga prinsip: Design, Build, Worker’s Attitude, maka
diharapkan upaya meminimalisir limbah konstruksi dapat terwujud. Untuk
mendukung penggunaan dan perilaku berbagai pihak yang berkaitan juga harus
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang bangunan yang ramah
lingkungan. Hal itu dapat dilakukan oleh pihak perusahaan dan kontraktor
melalui program- program selama proses proyek konstruksi berlangsung.
B. Saran
Dalam menggunakan produk-produk usahakanlah yang bahannya dapat didaur
ulang dengan mudah agar tidak menimbulkan limbah yang menumpuk dan
menyebabkan banyak masalah yang terjadi. Untuk menciptakan lingkungan yang
bersih, dapat dihujudkan dengan peranan aktfik masyarakat dalam memilih dan
11
memanfaatkan limbah, dan sediakanlah tempat untuk membedakan jenis limbah dan
pisahkanlah limbah kedalam jenisnya contohnya limbah dari tumbuhan seperti daun
atau kulit buah dapat dibunang di tempat limbah /sampah organic dan limbah seperti
plastik dapat dibuang ditempat limbah /sampah anorganik.
C. SUMBER PUSTAKA
12