Oleh: Darmawansyah
PERKEMBANGAN zaman tak elak mengakibatkan terkikisnya nilai-nilai, adat-
adat, serta kebudayaan daerah. Musik, teater, tarian, kesenian daerah kian
hari kian kehilangan marwahnya di hati pemuda-pemudi kita. Kesenian
daerah umumnya hanya diminati oleh kalangan tua saja yang sadar akan
pentingnya melestarikan kebudayaan daerah yang merupakan identitas
bangsa yang harus selalu dijaga. Regenerasi pelestarian kesenian daerah ini
sangat diperlukan agar kesenian khas yang telah lama dibangun oleh leluhur
dapat senantiasa terjaga kelestariannya.
Indonesia memiliki beragam suku bangsa yang mempunyai ciri khas yang
dituangkan dengan kesenian daerahnya masing-masing, seperti Jawa
dengan kesenian wayangnya, China dengan kesenian barongsainya, dayak
dengan berbagai macam tarian adatnya, dan beragam bentuk kesenian
daerah lainnya.
Hal ini merupakan satu bukti akan kayanya warisan kebudayaan yang ada di
Indonesia. Namun sangat disayangkan kesenian daerah tersebut kian hari
kian semakin ditinggalkan, hampir punah sebab kurang diminati apalagi
dipelajari oleh muda-mudi penerusnya.
Kesenian daerah yang hampir punah dan dilupakan terkhusus oleh
masyarakat melayu Kalimantan Barat yang bertempat tinggal di Dusun
Malikian, Kabupaten Mempawah diantaranya adalah “Mendu”. Mendu
pertama kali dikembangkan oleh tiga orang pemuda Mempawah yaitu Ali
Kapot, Amat Anta dan Achmad. Ali Kapot yang berasal dari dusun Malikian
ini begitu gigih dalam meneruskan teater khas Melayu ini ke anak-anaknya.
Mendu merupakan bentuk teater yang mengkombinasikan seni tari, drama,
silat dan berladon atau nyanyian yang berisi pantun-pantun yang
disampaikan oleh satu pemain ke pemain lain secara bergantian.
Teater ini ditampilkan dengan cerita-cerita kerajaan seperti kisah 1001
malam, Zainal Abidin Raja Kebanyam, Indra bangsawan dan lain-lain. Teater
ditampilkan secara apik dibaluti dengan nuansa komedi yang akan membuat
ketawa bagi siapa saja yang menyaksikannya.
Dalam pertunjukannya, teater mendu dibuka dengan tarian khas melayu
seperti tarian Beladun dan tarian khas Melayu lainnya. Tarian Beladun
merupakan tarian pembuka Mendu yang ditampilkan dengan pasangan pria
dan wanita yang memakai baju khas melayu. Untuk yang prianya
menggunakan baju teluk belanga, sedangkan wanitanya menggunakan baju
kurung yang semakin menambah nuansa budaya melayu saat ditampilkan.
Setelah dibuka dengan tarian melayu, Mendu dilanjutkan dengan tampilan
teater atau drama kerajaan yang dikemas begitu apik, diselingi dengan
nyanyian beladun dan lawakan yang kian membuat mendu ini menjadi
semakin menarik untuk dinikmati. Mendu yang dikemas dengan lawakan
membuat mendu layak dijadikan sebagai media hiburan rakyat bah Opera
Van Java di televisi. Panggung yang digunakanpun tidaklah harus istimewa,
cukup mendekorasi halaman kantor, atau halaman sekolahpun cukup untuk
pementasan kesenian khas Melayu Mempawah ini.
Teater Mendu umumnya ditampilkan di acara-acara pesta sunatan dan
perkawinan. Namun itu hanya dulu, kini bah ombak yang ditelan lautan,
kesenian daerah ini hampir sudah tidak pernah ditampilkan kembali. Mendu
hanya ditampilkan saat even-even besar di keraton Mempawah. Hal ini
mengakibatkan generasi muda saat ini menjadi tidak kenal terhadap
kesenian khas daerahnya yang kini bahkan sudah diakui bahkan dalam skala
nasioal.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2014
mengumumkan “Mendu” sebagai warisan budaya tak benda milik bersama
Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau. Hal ini tentunya menggembirakan
sekaligus memperihatinkan sebab warisan budaya khas Melayu yang begitu
indah ini begitu jarang dikenal di tanah kelahirannya, khususnya
masyarakat Kalimantan Barat yang berada di Kabupaten Mempawah. Hal ini
bisa dibuktikan dengan survei lapangan secara langsung di daerah dan
kemudian menanyakan perihal “Mendu” terhadap generasi mudanya.
Umum diantara mereka bahkan tidak mengenal apa “Mendu” itu yang
hakikatnya merupakan seni teater daerahnya.
Hal di atas merupakan pekerjaan rumah bersama antara pemerintah dan
kita selaku muda-mudi yang lahir di Kabupaten Mempawah untuk kembali
mengembangkan kesenian teater khas Melayu ini. Mendu dapat
dikembangkan menjadi satu destinasi budaya kita. Pemerintah harus bekerja
keras untuk kembali mengenalkan kesenian teater ini dengan sesering
mungkin mengadakan even-even ataupun pertunjukan-pertunjukan Mendu,
agar ke depannya generasi-generasi mendatang tau dan dapat lebih cinta
terhadap budaya daerahnya. Kita kembalikan maruah Mendu di hati
pemuda-pemudi kita sebab jika Jawa saja punya pagelaran wayang, televisi
punya Opera Van Java, kita punya yang lebih indah, yaitu Mendu.
https://www.pontianakpost.co.id/mendu-seni-teater-khas-melayu-mempawah-yang-terlupakan
BANJARMASINPOST.CO.ID - MAMANDA berasal dari daerah Margasari disebut
Mamanda Periuk dan dari Hulu Sungai Tengah dinamai Mamanda Tubau.
“Mamanda selalu dimainkan dengan aluran atau struktur tradisional. Aliran itu mempunyai dasar
yang esensial dan gaya mengikat,” kata Abdul Rasyid, pemerhati mamanda.
Ditambahkan dia, permainan Mamanda mempunya dasar-dasar, ibarat fondasi bangunan artistik,
yang membedakan dengan teater modern.
Dasar ini perlu dipertahankan yakni Baladon dan bakonan, Sidang Kerajaan serta babak-babak.
Baladon dan Bakonan, sebut dia, merupakan pembukaan dari permainan Mamanda yang
dilakukan sejumlah pemain. Jumlahnya selalu ganjil yakni 7, 5 atau 3 orang.
“Sidang kerajaan merupakan sebuah cermin bentuk kepemimpinan penguasa. Ada simulasi sikap
penguasa, menjalankan kewajiba atau menata segala persoalan kerajaan,” jelasnya.
Gaya Mamanda adalah ciri suatu kedaerahan. Ada gaya berdialog, gaya tari, gaya lagu dan
musik gaya peran. “Gaya peran di Mamanda ada gaya raja, gaya wajir, gaya Mangkubumi, gaya
Perdana Menteri, gaya Panglima Perang, gaya Harapan, Khadam, Gaya Putri, Gaya Jen dan gaya
Perampok,” ucapnya.
Pensiunan pegawai Taman Budaya Kalsel ini menambahkan, teater Mamanda terkenal yakni
Teater Banjarmasin yang berdiri sejak 1997.
“Selain itu ada Teater Mamanda Fakultas Hukum, FISIP Unlam, STKIP PGRI Banjarmasin serta
SMAN 7,” jelasnya.
Malah, di Kotabaru dan Batulicin, Tanahbumbu, kesenian Mamanda berkembang pesat dan
cukup banyak grup Mamanda di sana.
Diakui dia, kendala mengembangkan kesenian Mamanda adalah biayanya yang cukup besar
terutama berkaitan kostum. “Baju raja, perdana menteri dan wajir cukup mahal. Satu baju saja
harganya antara Rp 2 juta dan Rp 3 juta,” tandasnya.
Selain itu, jelas penasihat Teater Banjarmasin ini, pembelajaran lagu Mamanda seperti 2 Raja
cukup sulit dan bila ingin menguasainya harus tekun.
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Kesenian Mamanda, OVJ-nya
Banua, Dipatenkan sebagai Warisan Budaya (2 habis),
http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/03/10/kesenian-mamanda-ovj-nya-banua-dipatenkan-
sebagai-warisan-budaya-2-habis.
Editor: Didik Trio
Wayang Golek
06MAR2010
Wayang kulit merupakan salah satu kesenian tradisi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat
Jawa. Lebih dari sekadar pertunjukan, wayang kulit dahulu digunakan sebagai media untuk
permenungan menuju roh spiritual para dewa. Konon, “wayang” berasal dari kata “ma Hyang”, yang
berarti menuju spiritualitas sang kuasa. Tapi, ada juga masyarakat yang mengatakan “wayang”
berasal dari tehnik pertunjukan yang mengandalkan bayangan (bayang/wayang) di layar.
Wayang kulit diyakini sebagai embrio dari berbagai jenis wayang yang ada saat ini. Wayang jenis ini
terbuat dari lembaran kulit kerbau yang telah dikeringkan. Agar gerak wayang menjadi dinamis, pada
bagian siku-siku tubuhnya disambung menggunakan sekrup yang terbuat dari tanduk kerbau.
Wayang kulit dimainkan langsung oleh narator yang disebut dalang. Dalang tidak dapat diperankan
oleh sembarang orang. Selain harus lihai memainkan wayang, sang dalang juga harus mengetahui
berbagai cerita epos pewayangan seperti Mahabrata dan Ramayana. Dalang dahulu dinilai sebagai
profesi yang luhur, karena orang yang menjadi dalang biasanya adalah orang yang terpandang,
berilmu, dan berbudi pekerti yang santun.
Sambil memainkan wayang, sang dalang diiringi musik yang bersumber dari alat musik gamelan. Di
sela-sela suara gamelan, dilantunkan syair-syair berbahasa Jawa yang dinyanyikan oleh para
pesinden yang umumnya adalah perempuan. Sebagai kesenian tradisi yang bernilai magis, sesaji
atau sesajen menjadi unsur yang wajib dalam setiap pertunjukan wayang.
Sesajian berupa ayam kampung, kopi, nasi tumpeng, dan hasil bumi lainnya, serta tak lupa asap dari
pembakaran dupa selalu ada di setiap pementasan wayang. Tapi, karena banyak yang menganggap
sesajian tersebut merupakan suatu hal yang mubazir, belakangan ini sesajian dalam pementasan
wayang juga diperuntukkan bagi penonton dalam bentuk makan bersama.
Wayang kulit merupakan kekayaan nusantara yang lahir dari budaya asli masyarakat Indonesia yang
mencintai kesenian. Setiap bagian dalam pementasan wayang mempunyai simbol dan makna
filosofis yang kuat. Apalagi dari segi isi, cerita pewayangan selalu mengajarkan budi pekerti yang
luhur, saling mencintai dan menghormati, sambil terkadang diselipkan kritik sosial dan peran lucu
lewat adegan goro-goro. Tidak salah jika UNESCO mengakuinya sebagai warisan kekayaan budaya
Indonesia yang bernilai adiluhung. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/wayang-kulit-kekayaan-seni-nusantara-
yang-bernilai-adiluhung
Wayang Orang
Wayang orang merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional Jawa, khususnya
Jawa Tengah. Cerita yang dimainkan didasarkan pada kisah Mahabrata dan Ramayana yang
mengandung pesan moral, dan sudah menyatu dalam jiwa masyarakat setempat. Tata
panggungnya yang unik dan eksotis membuat penonton serasa terbawa kembali ke zaman dahulu.
Wayang orang pertama kali muncul pada abad ke-18 di Solo, diciptakan oleh KGPAA Mangkunegoro
I. Seni pertunjukan ini terinspirasi dari seni drama yang berkembang di Eropa. Kemudian pada tahun
1899, Paku Buwono X meresmikan Taman Sriwedari sebagai taman hiburan untuk umum, dan pada
saat itu ada pementasan pertunjukan wayang orang yang hingga kini tetap bertahan.
Jika ingin menyaksikan seni pertunjukan khas Solo ini, berkunjunglah ke Taman Hiburan Sriwedari
yang hingga saat ini masih mementaskan wayang orang. Wayang Orang Sriwedari pernah
mengalami masa keemasannya sekitar tahun 1960–1970. Namun sejak tahun 1985, ketika
tayangan-tayangan televisi mulai menjamur, penonton wayang orang semakin berkurang. Salah satu
upaya mereka untuk menarik penonton adalah dengan membenahi gedung pertunjukan yang sudah
berusia lebih dari 100 tahun itu.
Salah satu lakon yang mereka mainkan berjudul “Santanu Banjut”, berkisah tentang Raja Santanu
yang merupakan penguasa tertinggi Kerajaan Hastina. Penontonnya tidak hanya wisatawan
domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara. Wayang Orang Sriwedari melakukan pementasan
setiap hari, pukul 20.00–23.00 WIB, dengan pertunjukkan diliburkan pada hari Minggu. Harga tiket
pertunjukannya tergolong sangat murah, Rp. 3.000,- per
orang. [TimIndonesiaExploride/IndonesiaKaya]
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/wayang-orang
https://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/08/29/78499/-Proyek-Kaum-Urakan-
yang-Menggebrak-dari-Yogyakarta
Teater Koma Pentaskan Warisan yang Sunyi TRI SUSANTO SETIAWAN Kompas.com –
27/07/2017, 15:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Teater Koma akan mementaskan lakon berjudul 'Warisan' yang
merupakan produksi ke-149 di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, pada 10 hingga 20
Agustus 2017 mendatang. Penulis cerita dan sutradara Nano Riantiarno mengatakan bahwa
'Warisan' merupakan naskah baru yang ia tulis pada 2017 ini. "Saya rasa naskah ini cocok
dimainkan saat ini," kata Nano di Galeri Indonesia Kaya (GIK) Grand Indonesia, Thamrin,
Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2017). Aksi para seniman Teater Koma dalam pementasan lakon
berjudul Warisan yang merupakan produksi ke-149 di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat,
Kamis (10/8/2017). Lakon Warisan bercerita tentang Panti Wredha yang menjadi kebanggan
kota, dimana kaum tua dan terlantar ditampung di panti serta menyinggung soal korupsi dan
utang.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG) 'Warisan', kata Nano, juga untuk
merayakan hari ulang tahun berdirinya Teater Koma yang ke-40. [Baca juga: Membaca Teater
Koma, Catatan Perjalanan 40 Tahun] Pada konsepnya nanti, Nano akan meramunya berbeda dari
lakon-lakon yang pernah dipentaskan sebelumnya. "Warisan tidak ada ilustrasi musik dan tidak
ada tarian yang biasa ditampilkan oleh kami. Sebagian tokoh pemain dirias selayaknya usia 70
tahunan dan 'Warisan' akan memberikan kejutan dalam teknik perpindahan set," ujar dia. Aksi
para seniman Teater Koma dalam pementasan lakon berjudul Warisan yang merupakan produksi
ke-149 di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2017). Lakon Warisan bercerita
tentang Panti Wredha yang menjadi kebanggan kota, dimana kaum tua dan terlantar ditampung
di panti serta menyinggung soal korupsi dan utang.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW
LOTULUNG) Adapun lakon 'Warisan' bercerita tentang Panti Wredha yang menjadi kebanggan
kota. Kala itu, kaum tua dan terlantar ditampung di panti. Namun, delapan tahun kemudian
kondisi panti berubah. Panti kini mulai menampung orang kaya yang mampu membayar mahal.
Panti pun dibagi untuk orang kaya dan orang miskin. Berbagai macam karakter mulai dari
penulis hingga koruptor ada di situ.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Teater Koma Pentaskan Warisan yang
Sunyi", https://entertainment.kompas.com/read/2017/07/27/152042410/teater-koma-pentaskan-
warisan-yang-sunyi.
Penulis : Tri Susanto Setiawan
Pengembangan wilayah ini dimulai pada 1789, selain untuk tujuan politis juga sebagai
upaya menyebarkan agama Islam mengingat di sekitas wilayah yang dituju penduduknya
masih menyembah berhala. Mas Astrotruno dibantu oleh Puspo Driyo, Jatirto, Wirotruno, dan
Jati Truno berangkat melaksanakan tugasnya menuju arah selatan, menerobos wilayah
pegunungan sekitar Arak-arak “Jalan Nyi Melas”. Rombongan menerobos ke timur sampai ke
Dusun Wringin melewati gerbang yang disebut “Lawang Seketeng”. Nama-nama desa yang
dilalui rombongan Mas Astrotruno, yaiitu Wringin, Kupang, Poler dan Madiro, lalu menuju
selatan yaitu desa Kademangan dengan membangun pondol peristirahatan di sebelah barat
daya Kademangan (diperkirakan di Desa Nangkaan sekarang).
Desa-desa yang lainnya adalah disebelah utara adalah Glingseran, Tamben dan Ledok
Bidara. disebelah Barat terdapat Selokambang, Selolembu. sebelah timur adalah
Tenggarang, Pekalangan, Wonosari, Jurangjero, Tapen, Praje,kan dan Wonoboyo. Sebelah
selatan terdapat Sentong, Bunder, Biting, Patrang, Baratan, Jember, Rambi, Puger, Sabrang,
Menampu, Kencong, Keting. Jumlah Penduduk pada waktu itu adalah lima ratus orang,
sedangkan setiap desa dihuni, dua, tiga, empat orang. kemudian dibangunlah kediaman
penguasa di sebelah selatan sungai Blindungan, di sebelah barat Sungai Kijing dan
disebelah utara Sungai Growongan (Nangkaan) yang dikenal sebagai “Kabupaten Lama”
Blindungan, terletak ±400 meter disebelah utara alun-alun.
Dari ikatan Keluarga Besar “Ki Ronggo Bondowoso” didapat keterangan bahwa pada tahun
1809 Raden Bagus Asrah atau Mas Ngabehi Astrotruno dianggkat sebagi patih berdiri
sendiri (zelfstanding) dengan nama Abhiseka Mas Ngabehi Kertonegoro. Beliau dipandang
sebagai penemu (founder) sekaligus penguasa pemerintahan pertama (first ruler) di
Bondowoso. Adapun tempat kediaman Ki Kertonegoro yang semula bernama Blindungan,
dengan adanya pembangunan kota diubah namanya menjadi Bondowoso, sebagai ubahan
perkataan Wana Wasa. Maknanya kemudian dikaitkan dengan perkataan Bondo, yang
berarti modal, bekal, dan woso yang berarti kekuasaan. makna seluruhnya demikian:
terjadinya negeri (kota) adalah semata-mata karena modal kemauan keras mengemban
tugas (penguasa) yang diberikan kepada Astrotruno untuk membabat hutan dan
membangun kota.
Pacuan Kerbau/Sapi di Pameran Kebudayaan dan Ekonomi Bondowoso 1898 (Koleksi: www.kitlv.nl)
Meskipun Belanda telah bercokol di Puger dan secara administrtatif yuridis formal
memasukan Bondowoso kedalam wilayah kekuasaannya, namun dalam kenyataannya
pengangkatan personil praja masih wewenang Ronggo Besuki, maka tidak seorang pun
yang berhak mengklaim lahirnya kota baru Bondowoso selain Mas Ngabehi Kertonegoro. Hal
ini dikuatkan dengan pemberian izin kepada Beliau untuk terus bekerja membabat hutan
sampai akhir hayat Sri Bupati di Besuki.
Pada tahun 1819 Bupati Adipati Besuki Raden Ario Prawiroadiningrat meningkatkan
statusnya dari Kademangan menjadi wilayah lepas dari Besuki dengan status Keranggan
Bondowoso dan mengangkat Mas Ngabehi Astrotruno menjadi penguasa wilayah dengan
gelar Mas Ngabehi Kertonegoro, serta dengan predikat Ronngo I. Hal ini berlangsung pada
hari Selasa Kliwon, 25 Syawal 1234 H atau 17 agustus 1819. Peristiwa itu kemudian
dijadikan eksistensi formal Bondowoso sebagai wilayah kekuasaan mandiri di bawah otoritas
kekuasaan Kiai Ronggo Bondowoso. Kekuasaan Kiai Ronggo Bondowoso meliputi wilayah
Bondowoso dan Jember, dan berlangsung antara 1829-1830.
Masyarakat Mendatangi Pameran Kebudayaan dan Ekonomi Bondowoso 1898
(Koleksi: http://www.kitlv.nl)
Wilayah Bondowoso yang cukup luas tersebut dengan alun-alun sebagai pusat aktivitas
masyarakat pada tahun 1898 mengadakan sebuah event kebudayaan dan ekonomi. Event
ini bila kita melihat dari berbagai foto masa kolonial Belanda maka dapat menjelaskan
bahwa event tersebut dirancang begitu modern pada masa tersebut. Di Alun-alun
Bondowoso dibangun berbagai stand pameran juga berbagai tempat pertunjukan kesenian
masyarakat Bondowoso. Mulai dari seni tari, gulat dan tentunya yang paling menarik adalah
pacuan sapi (karapan sapi). Ada juga pertunjukkan akrobatik masyarakat China yang tinggal
di Bondowoso.
———000———–
https://phesolo.wordpress.com/2012/07/11/bondowoso-exhibitions-1898/
Salah satu peserta pameran, dengan kostum petani dan hasil bumi
Gerbang masuk arena pekan raya, sangat gemerlap untuk ukuran tahun
1914
Koloniale Tentoonstelling ternyata adalah pekan raya kolonial yang
diselenggarakan dalam rangka perayaan 100 tahun kemerdekaan Kerajaan
Belanda dari penjajahan Perancis. Acara ini diselenggarakan dari tanggal
22 Agustus 1924 sampai 22 November 1914 dan menjadi acara pasar raya
dan pameran terbesar di Asia Tenggara saat itu. Koloniale Tentoonstelling
yang oleh masyarakat Semarang saat itu disebut dengan “sentiling”, biar
gampang pengucapannya, sebagian dananyaa ditanggung oleh Oei Tiong
Ham, raja gula asal Semarang. Konon lokasi Sentiling ini yang membentang
dari Randusari sampai kaki perbukitan Candi seluas 26 Ha merupakan milik
Sang Raja Gula. Hal yang menarik lagi dari Koloniale
Tentoonstelling adalah waktu penyelenggaraannya yang bersamaan
dengan Perang Dunia I di berbagai tempat di Eropa. Rupanya kondisi
tersebut tidak menyurutkan minat pengunjung pekan raya yang datang dari
Eropa, Cina, Australia, Asia maupun negara jajahan Belanda lainnya. Untuk
melihat betapa megahnya Koloniale Tentoonstelling, berikut ini beberapa
foto-foto yang dihimpun dari KITLV.
https://hot.detik.com/art/3268957/17-karya-agung-maestro-affandi-dipamerkan-di-art-stage-
jakarta
28 Patung Karya Nyoman Nuarta Dipajang di Terminal 3 Internasional Bandara Soetta Foto:
Museum Nuarta
28 Patung Karya Nyoman Nuarta Dipajang di Terminal 3 Internasional Bandara Soetta Foto: Museum Nuarta
Jika sebelumnya karya seniman Indonesia lebih bergaya kontemporer,
medium, bentuk, serta cara bertutur yang beragam. Kehadiran
pameran patung Nyoman Nuarta di Terminal 3 Bandara Soetta lebih
memberikan warna yang lugas sebagai eksibisi tunggal.
Nyoman Nuarta dikenal sebagai pematung yang meninggalkan
pendekatan memahat atau sculpting pada tradisi mematung Bali yang
terikat material kayu dan batu. Sejak awal berkarier di dekade 1970-
an, Nyoman Nuarta membuat patung-patung konstruktif dengan teknik
las (welding). Dengan gagasan konstruksi ini, Nyoman Nuarta
mengembangkan pembuatan patung berukuran besar. Salah satu di
antaranya adalah patung monumental 'Garuda Wisnu Kencana' yang
dibangun di Ungasan, Bali. Monumen Jalasveva Jayamahe di Dermaga
Ujung Surabaya, dan Patung Arjuna Wijaya di Jakarta juga berskala
besar.
Pameran patung Nyoman Nuarta di Terminal 3 Internasional, Bandara
Soekarno Hatta, berlangsung dari bulan Mei hingga September
mendatang.
(tia/doc)
https://hot.detik.com/art/3532552/28-patung-karya-nyoman-nuarta-dipajang-di-bandara-soetta
Pameran Yayoi Kusama: Life is The Heart of A Rainbow di Museum MACAN bakal resmi
dibuka pada 8 Mei 2018. Yayoi Kusama merupakan seniman ikonis asal Jepang yang tersohor
akan karya-karya seninya yang kerap menampilkan tema polkadot, jaring-jaring, serta labu.
Selain itu, wanita berusia 89 tahun tersebut juga suka bermain dengan ruang dengan
menghadirkan instalasi-instalasi seni berukuran masif. “Banyak seniman muda yang terpengaruh
oleh karya Yayoi Kusama. Kreativitas dan konsistensinya dalam berkarier di balik kondisi
kejiwaannya sampai kini, patut dihadirkan di Jakarta,” kata Aaron Seeto, Direktur Museum
MACAN.
Di Jakarta, pameran karya seniman asal Jepang tersebut baru dibuka untuk umum pada 12 Mei
2018. Kami menjadi salah satu yang pertama kali melihat pamerannya. Berikut beberapa hal
yang perlu Anda ketahui tentang pameran yang berlangsung hingga 9 September 2018 ini:
1. Ada lebih dari 130 karya seni yang akan dipamerkan, mulai dari lukisan hingga instalasi seni.
Setidaknya ada tiga instalasi seni atraktif yang akan mengajak pengunjung terlibat di dalamnya.
2. Life is the Heart of A Rainbow ditampilkan dalam tiga zona periode. Zona pertama adalah
zona periode awal berkarya di era 1950-an ketika ia menciptakan motif-motif polkadot, bunga,
dan jaring. Zona kedua adalah periode saat Kusama hijrah ke Amerika Serikat dan mulai
berkarya di sana. Sedangkan zona terakhir adalah periode Kusama kembali ke Negeri Matahari
Terbit yang merupakan masa-masa dirinya merasa rapuh serta mulai berobat ke rumah sakit jiwa
yang kebetulan terletak di seberang studionya di Shinjuku, Tokyo.
3. Museum MACAN merupakan pemberhentian terakhir untuk rangkaian pameran Life is The
Heart of A Rainbow. Sebelumnya, pameran ini pernah digelar di National Gallery Singapore dan
Queensland Art Gallery | Gallery of Modern Art (QAGOMA). Jadi ini merupakan kesempatan
terakhir bagi pencinta seni untuk menikmati karya-karya Kusama dalam rangkaian tur tersebut.
4. Museum MACAN membatasi jumlah pengunjung maksimum 3.000 orang setiap harinya.
Guna mengantisipasi antrean yang mengular, loket pemeriksaan dan penjualan tiket dipindah
satu lantai di bawah museum. “Kami belajar dari pameran pertama kami yang mendapatkan
sambutan sangat antusias dari publik,” ujar Fenessa Adikoesoemo, Chairwoman Museum Macan
Foundation dalam konferensi pers.
5. Di pameran di Jakarta ini, ada sejumlah karya tambahan yang sebelumnya tidak ditampilkan
di Singapura dan Brisbane, yakni Flower dan Untitled (Child Mannequin).
Karya Flower sebelumnya dapat dilihat di Matsumoto City Museum. Selain itu, di sini juga
akan ada I Want to Love on the Festival Night yang baru saja diakuisisi oleh
Museum MACAN. Sementara itu, jika Dots Obsession sebelumnya ditampilkan dengan
warna hitam dan merah, di pameran kali ini kubah tersebut dibangun dengan warna kuning dan
hitam, warna ciri khas Kusama.
6. Life is The Heart of A Rainbow juga menampilkan karya-karya Kusama yang paling populer,
yakni, Narcissus Garden, The Spirit of Pumpkins Descended Into The
Heavens, serta instalasi seni interaktif karyanya, The Obliteration Room, di mana
pengunjung diajak untuk menempelkan stiker bulat warna-warna di sebuah ruang serba-putih.
Karya seni ini telah dipamerkan dilebih dari 20 tempat di 15 negara serta dikunjungi lebih dari
lima juta orang.
Tiket pameran ini sudah dapat dibeli di situs Museum MACAN dengan harga Rp100.000 per
orang (kecuali anak-anak dan manula/pelajar/mahasiswa). Pameran beroperasi sepanjang hari
mulai dari pukul 10:00 hingga 20:00 (pengunjung terakhir pukul 19:00). Perlu dicatat, pameran
ini tutup saban Senin.
http://destinasian.co.id/6-hal-tentang-pameran-yayoi-kusama-di-jakarta/
PAMERAN SENI: Purjito Boyong 'Di Balik
Senyap' ke Surabaya
Juli 12 / 2017 04:37 WIB
Ilustrasi-Pameran
http://lifestyle.bisnis.com/read/20170712/220/670415/pameran-seni-purjito-boyong-di-balik-
senyap-ke-surabaya
Pameran Tunggal ke-2 Naufal Abshar
Lebih Eksploratif
Kamis, 24 Mei 2018 20:34 WIB ∙ Tia Agnes - detikHOT
Foto:
Naufal Abshar (Tia Agnes Astuti/detikHOT)
https://hot.detik.com/art/d-4037111/pameran-tunggal-ke-2-naufal-abshar-lebih-eksploratif?
_ga=2.268158731.406504387.1527465687-2119349855.1527465686