Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian

SMA Negeri 1 Pamekasan merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk

pada tahun 1948. SMAN 1 Pamekasan merupakan satu-satunya SMA di Madura

saat itu. Sekolah ini terletak di pusat kota Pamekasan yang beralamat di Jl.

Pramuka No. 2 Pamekasan. SMAN 1 Pamekasan memiliki visi “Terwujudnya

Insan yang Cerdas dan Berakhlak Mulia serta Mampu Menjawab Tantangan

Jaman”.

Siswi di SMAN 1 Pamekasan adalah tergolong remaja. Remaja adalah anak

yang berusia antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun

sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi dua yaitu usia

13 tahun sampai 18 tahun adalah remaja awal dan usia 17 sampai 22 adalah

remaja akhir. Masa remaja ini ditandai dengan perubahan fisik dan psikis, hal ini

menunjukkan bahwa siswi SMA Negeri 1 Pamekasan berada pada masa remaja

pertengahan.

Banyaknya kegiatan yang dilakukan remaja seperti jadwal pelajaran yang

padat, tugas sekolah yang menumpuk, les bimbingan belajar dan kegiatan

ekstrakurikur terkadang membuat suasana hati mereka menjadi suntuk dan jenuh

sehingga untuk mengantisipasi rasa jenuhnya, siswi tersebut mencoba mengisi

waktu luang untuk menonton berbagai film di kamar. Jenis film yang biasa

mereka tonton adalah film dari berbagai genre, seperti action, romantik, komedi,
dan misteri. Selain film, mereka tertarik dengan drama, terutama drama Korea.

Perkembangan industri di Korea membuka peluang perkembangan potensi

budayanya melalui musik, fashion dan perfilman untuk di perkenalkan kepada

negara lain. Di Indonesia pun setiap tahunnya sering diadakan kegiatan pekan

budaya Korea di berbagai daerah.

Kerja sama antara Korea dengan Indonesia membuat usaha untuk

menyebarluaskan budaya mereka berhasil. Kesuksesan drama Korea, tidak

terlepas dari ide kreatifitas dan imajinasi yang dikembangkan oleh pekerja seni.

Drama Korea juga mengangkat kebudayaan dan masalah sehari-hari serta kisah

yang tidak bertele-tele membuat masyarakat hampir di seluruh Asia menyukainya,

baik dari kalangan remaja maupun orang dewasa terutama kalangan kaum hawa.

Artis Korea yang merupakan penyanyi serta pemain drama memiliki wajah dan

penampilan yang menawan sehingga menjadi alasan bagi mereka untuk menyukai

budaya Korea.

Drama Korea merupakan suatu cerita atau fiksi yang menggambarkan

kehidupan masyarakat Korea yang diproduksi oleh orang–orang Korea Selatan

yang ditayangkan di televisi Korea Selatan. Drama Korea pertama hadir di layar

kaca Indosiar pada tahun 2002 yang berjudul Endless Love. Setelah itu banyak

muncul drama yang lain diantaranya Winter Sonata, Princess Hours, Full House,

dan Boys Before Flowers yang lalu sangat menyedot banyak penggemar. Hingga

tahun 2011 terdapat sekitar 50 judul drama Korea telah tayang di layar kaca

Indonesia.

Drama Korea ini berbentuk cerita bersambung yang biasanya terdiri dari 16
episode hingga 32 episode. Setiap episode berdurasi 40 menit sampai 1 jam

sehingga untuk menonton Drama Korea ini dapat menyita waktu. Jika seseorang

menonton drama Korea dimulai dari episode pertama, maka berkeinginan untuk

melajutkan episode-episode lainnya, dan dapat membuat penonton tersebut

kecanduan menonton drama Korea.

Mengacu pada jumlah banyaknya penggemar Korea saat ini, terbentuklah

komunitas pecinta korea atau biasanya disebut Korean Lovers. Mereka secara

rutin saling bertemu serta bertukar informasi tentang artis Korea yang mereka

idolakan. Adapula sebagian pecinta Korea yang rela menghabiskan uang puluhan

juta hanya untuk bertemu idolanya. Adapula yang menggunakan bahasa Korea

seperti “annyeonghaseyo”(halo) untuk menggantikan ucapan salam dalam Islam.

Kesuksesan drama Korea memicu banyaknya penggemar. Selain

memperhatikan drama yang ditontonnya, penggemar umumnya juga ikut serta

mengamati gaya hidupnya. Seperti halnya drama-drama yang lain, drama seri

Korea juga menampilkan berbagai alur cerita yang menarik sehingga para

penontonnya akan terbawa oleh intrik atau alur dari cerita dan sering kali para

penonton meniru gaya hidup aktor drama Korea tersebut, terutama bagaimana

masyarakat Korea berpenampilan, gaya hidup yang di terapkan, kehidupan

bermusik dan gaya berbicara, serta indahnya pakaian ala trend artis Korea, wujud

desain arsitek bangunan swalayan dan tempat makan bernuansa budaya Korea

yang digambarkan pada setiap drama seri. Hal ini yang kemudian mempengaruhi

gaya hidup remaja Indonesia yang bercermin pada gaya hidup masyarakat Korea.

Korea dengan drama serinya itu, telah popular di kalangan masyarakat


khususnya remaja yang secara tidak langsung telah menjadi bagian dari

globalisasi itu sendiri. Budaya dan gaya hidup dilihat dan dipelajari melalui

konsumsi dan penontonan drama seri Korea. Melalui drama terpaparkan

bagaimana kehidupan, kebiasaan, ciri sosial dan kemajuan negara dalam balutan

hiburan drama Korea. Fenomena drama inilah yang kemudian mengasilkan

budaya sebagai produk globalisasi yang berkaitan dengan imperialisme yang

merujuk pada posisi nilai budaya, pengetahuan, norma perilaku dan gaya hidup

suatu negara yang kemudian mempengaruhi perilaku konsumerisme dan

perkembangan komunikasi.

Efek yang ditimbulkan dari menonton drama Korea merupakan bagian dari

sebuah cerminan perilaku sosial remaja karena masa remaja merupakan masa

dimulainya pencarian jati diri dan eksplorisasi gaya hidup yang pas dan sesuai

dengan selera masing masing.

Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia moderen yang artinya bahwa

siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan

tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang

lain. Oleh karena itu gaya hidup membantu memahami perilaku yang mereka

melakukan itu. Dengan begitu gaya hidup yang ditampilkan oleh aktor dalam

drama Korea secara tidak langsung akan diikuti oleh para penontonnya termasuk

remaja siswi kelas XI IPS I.

Urgensi penelitian ini adalah kebudayaan negara maju yang masuk, diserap

oleh masyarakat menjadi kebudayaan yang baru bagi kehidupan masyarakat

tersebut. Inilah yang memicu timbulnya budaya populer atau budaya pop.
Budaya pop yaitu budaya yang dibentuk oleh masyarakat secara tidak sadar

diterima dan diadopsi secara luas oleh masyarakat. Munculnya budaya pop ini

dikhawatirkan menghilangkan budaya asli suatu negara.

Berkembangnya budaya pop Korea di Indonesia sebagai peruwujudan

globalisasi dalam dimensi budaya dan komunikasi. Globalisasi ini terjadi karena

proses menggandakan, mengkreasikan dan mengintenfikasikan pertukaran

kebergantungan dalam dunia hiburan korea sehingga apabila tidak disertai

dengan apresiasi terhadap kebudayaan nasional, maka dapat dikhawatirkan

kebudayaan nasional akan bergeser menjadi budaya pinggiran.

Presentasi terbesar pecinta Korea di Indonesia adalah remaja. Padahal

remaja menjadi tonggak pembangunan nasional, sehingga apabila remaja sudah

tidak mengenal kebudayaannya sendiri, maka kebudayaan nasional dapat

mengalami kepunahan dan menjadi kebudayaan baru yang tidak sesuai dengan

kebudayaan negara kita.

Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan Vanny Van

Sneidjer 2013 dengan judul Pengaruh Demam Korea Terhadap Remaja. Hasil analisis

dari penelitian ini yaitu lebih mengutamakan Pengaruh Demam K-pop Terhadap

Remaja. Dalam perkembangannya, musik yang muncul di berbagai negara turut

memberi sumbangan besar dalam menghasilkan berbagai jenis irama musik populer.

Suatu jenis musik disenangi pendengar dalam kurun waktu tertentu, lalu gaya tersebut

ditiru atau diikuti oleh pemusik-pemusik lain atau oleh produser rekaman.

Produser perusahaan rekaman sering mendorong pemusik mereka untuk menciptakan

lagu-lagu dengan gaya yang sedang digemari. Dengan bantuan komunikasi massa

suatu jenis musik populer mampu menyebar keluar dari komunitas atau negaranya
sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa penggemar dan pencipta lagu dengan gaya

tersebut sudah meluas, sekalipun bahasa teks lagunya kadang tidak dimengerti.

Penggemar sering tak begitu peduli dengan teks tetapi lebih peduli pada iramanya

seperti halnya lagu-lagu Korea.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Vanny Van Sneidjer adalah sama-sama meneliti pengaruh kebudayaan Korea.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Vanny Van

Sneidjer adalah pada peneliti ini lebih mengutamakan pengaruh K-pop terhadap

remaja, sedangkan pada penelitian di atas lebih mengutamakan pengaruh drakor

terhadap gaya hidup.

Alasan peneliti memilih judul di atas adalah agar siswi lebih selektif terhadap

budaya yang masuk di lingkungan sekitar, memfilter terlebih dahulu budaya

tersebut sebelum diimitasi karena tidak semua budaya yang masuk itu baik dan

cocok diaplikasikan sebagai gaya hidup bagi siswi.

1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ditujukan untuk membatasi studi kualitatif yang berisi

pernyataan tentang indikator yang akan diteliti secara lebih detail. Fokus

penelitian ini adalah “Pengaruh Drakor Terhadap Gaya Hidup Siswi Kelas XI IPS

I”.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat mencapai tujuan yang optimal baik dari

segi isi maupun strukturnya dan dapat bermanfaat secara umum. Ada dua manfaat
yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan manfaat

praktis.

1. Manfaat Teoritis, penelitian ini memiliki objek yang sederhana karena

tidak asing di kalangan masyarakat sehingga dari objek yang sederhana ini

mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan wawasan keilmuan

akademik khususnya mengenai pengaruh tayangan drama Korea terhadap

gaya hidup siswi kelas XI IPS I.

2. Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

kepada pembaca ataupun masyarakat tentang konstruksi sosial drama

Korea terhadap gaya hidup remaja khususnya siswi kelas XI IPS I dengan

melihat gaya hidup dan aktifitas remajanya yang berhubungan dengan

drama Korea sehingga dapat menemukan gambaran perilaku sosial yang

ditimbulkan pada siswi kelas XI IPS I. Penelitian ini diharapkan mampu

membangunkan kesadaran siswi agar lebih selektif terhadap budaya yang

masuk di lingkungan sekitar, memfilter terlebih dahulu budaya tersebut

sebelum diimitasi karena tidak semua budaya yang masuk itu baik dan

cocok diaplikasikan sebagai gaya hidup bagi siswi. Para orang tua yang

mempunyai anak yang suka mengimitasi budaya Korea harus memberi

pengawasan serta pemerintah agar lebih menghidupkan film lokal yang

berkualitas.

1.4 Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah dalam mencari sumber yang akurat serta

menyusun kata yang tepat agar bisa dipahami dan tidak salah dalam penulisan.
1.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini diperlukan untuk menghindari

kesalahan dalam penafsiran terdapat istilah-istilah yang digunakan, maka perlu

adanya definisi operasional. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh

kesamaan pengertian terhadap istilah yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai