Anda di halaman 1dari 18

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Media massa adalah sesuatu yang tidak asing lagi ditelinga masyarakat termasuk
masyarakat Indonesia, seperti media elektronik (televisi & radio), media cetak (koran,
majalah, & tabloid) dan media sosial (twitter, facebook, instagram dll.). media-media
tersebut memiliki peranan yang signifikan terhadap perilaku masyarakat mulai dari
anak-anak, remaja, dan dewasa. Khusus untuk sesuatu yang ditayangkan di media
elektronik seperti televisi sangat berpengaruh sekali akan gaya/penampilan dan perilaku
pemirsanya.
Bukan hanya tayangan lokal saja yang ditanyangkan dalam saluran-saluran televisi
di Indonesia. Melainkan, banyak sekali tayangan-tayangkan yang diadopsi dari luar
negeri baik Asia (Korea, Jepang, Thailand, Taiwan, Malaysia dll.) hingga benua Eropa.
Dan topik bahasan dikhususkan kepada tayangan drama seri korea di televisi Indonesia.
Virus budaya korea kontemporer mengakibatkan “Demam Korea” telah menginfeksi
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Ratusan judul drama, musik, film yang
berbau korea dipertontonkan kepada masyarakat Indonesia.
Korea, sekaligus budayanya memiliki daya tarik tersendiri bagi para pecinta hal-hal
berbau Korea dan pecintanya makin hari makin bertambah. Orang beralasan menyukai
Korea karena mereka memilki budaya, kuliner, dan pariwisatanya yang unik. “Demam
Korea” bukan hanya dirasakan di Indonesia saja namun hampir dibanyak negara.
Pada awalnya, sehabis drama “Full House” ditanyangkan. Banyak judul drama lain
yang ditayangkan salah satunya adalah drama “Boys Before Flowers / Boys Over
Flowers” dan drama ini meraih sukses dihati penggemar di tanah air. Bukti kesuksesan
drama ini dengan bermunculan remaja-remaja yang mengikuti gaya rambut dan gaya
berpakaian para pemain drama “Boys Before Flowers”.
Palembang salah satu kota di Indonesia pun tak luput dari “Deman Korea” ini.
Remaja di Palembang sendiri bukan hanya sekedar suka terhadap drama Korea, namun
mereka ikut mengadopsi fashion korea dalam kesehariannya. Dan remaja-remaja ini
pun lebih menyukai belajar bahasa Korea dibanding belajar bahasa sendiri (Bahasa
Indonesia) dengan alasan bahasa Indonesia tidak perlu dipelajari pun kita telah
mengerti. Dan pada akhirnya budaya orang lain lebih dimengerti dan dikuasai
dibanding budaya sendiri.

1|METODOLOGI PENELITIAN
Mereka yang menyukai artis-artis korea ini memiliki himpunan tersendiri untuk
berkumpul bersama dalam satu forum bahasan mengenai korea. Misalnya : E.L.F
(Untuk Penggemar Boyband Super Junior), Soone (Untuk penggemar Yoona “Girls
Generation”)
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Pengaruh
Tayangan Korea Terhadap Gaya Hidup Remaja Di Universitas Sriwijaya”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahannya adalah :
1.2.1. Bagaimana tayangan Korea bisa mempengaruhi gaya hidup remaja di
Universitas Sriwijaya ?
1.2.2. Bagaimana pengaruh mengonsumsi tayangan hiburan Korea terhadap gaya
hidup remaja di Universitas Sriwijaya?
1.2.3. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari fanatisme budaya Korea terhadap
remaja di Universitas Sriwijaya ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1.3.1. Untuk mengetahui Bagaimana tayangan Korea bisa mempengaruhi gaya
hidup remaja di Universitas Sriwijaya.
1.3.2. Untuk mengetahui pengaruh mengonsumsi tayangan hiburan Korea terhadap
gaya hidup remaja di Universitas Sriwijaya.
1.3.3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari fanatisme remaja terhadap
budaya  Korea di Universitas Sriwijaya.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1. Kegunaan Teoritis
1) Memberikan kontribusi terhadap berkembangnya ilmu-ilmu sosial, khususnya
ilmu komunikasi yang berbasis pada pengembangan penelitian kajian budaya
populer dari perspektif cultural studies dan komunikasi massa.
2) Dapat dipakai sebagai acuan bagi penelitian-penelitian sejenis untuk tahap
selanjutnya.

2|METODOLOGI PENELITIAN
1.4.2. Kegunaan Praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam memahami fenomena
merebaknya budaya Korea akibat globalisasi dan cara menghadapinya melalui
pemahaman terhadap media literacy.
2) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang gaya hidup
penggemar budaya Korea.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu yang relevan


Penelitian mengenai budaya korea ini telah diteliti oleh saudari Dian Rizki
pada Februari-Maret 2012. Namun, yang membedakan penelitian saya dengan
penelian sebelumnya adalah :

3|METODOLOGI PENELITIAN
 Lokasi/tempat pelaksanaan penelitian, sebelumnya dilakukan di kota Mojokerto.
Namun, penelitian yang saya lakukan hanya dalam ruang lingkup yang lebih kecil
yakni hanya dalam kawasan kampus yang berada di Inderalaya
 Subjek/sampel yang diteliti, penelitian sebelumnya hanya meneliti remaja putri
sedangkan penelitian saya menggunakan sampel yang terdiri remaja putra & putri
 Beberapa kata pada judul, yakni “Pengaruh Budaya Korea Terhadap Gaya Hidup
Remaja Putri di Kota Mojokerto” sedangkan judul yang saya angkat adalah
“Pengaruh Tayangan Korea Terhadap Gaya Hidup Remaja di Universitas
Sriwijaya”

2.2 Penjelasan Konsep-konsep dari variabel penelitian


2.2.1. Gaya Hidup dan Efek Terbatas Media
Setiap manusia itu unik, maka gaya hidup mereka pun unik. Gaya hidup
dipahami sebagai tata cara hidup yang mencerminkan nilai dan sikap dari
seseorang. Cara berpakaian, konsumsi makanan, cara kerja, dan bagaimana
individu mengisi kesehariannya merupakan unsur-unsur yang membentuk
gaya hidup.
Ketika suatu gaya hidup menyebar kepada banyak orang dan menjadi
mode yang diikuti, pemahaman terhadap gaya hidup sebagai satu keunikan
tidak memadai lagi digunakan. Gaya hidup bukan lagi semata tata cara atau
kebiasaan pribadi dan unik dari individu , tetapi menjadi sesuatu yang populer
diadopsi oleh sekelompok orang. Sifat unik tak lagi dipertahankan. Istilah
gaya hidup, baik dari sudut pandang individual maupun kolektif mengandung
pengertian bahwa gaya hidup mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan,
dan pola respons terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup
(Hujatnikajennong,2006:38-39)
Gaya hidup tentu tidak lepas dari konsumerisme. Dengan menjalankan
gaya hidup, berarti kita telah mengkonsumsi produk-produk yang menunjang
gaya hidup atau sering disebut gaya hidup konsumeristis. Baudrillard
mengembangkan dan menyimpulkan pemikiran Galbraith bahwa sistem
kebutuhan adalah hasil dari sistem produksi. Inilah yang disebut jalur terbalik
dimana pihak pemilik modal (kapitalis) mengendalikan perilaku pasar,

4|METODOLOGI PENELITIAN
memandu, dan memberi model akan sikap sosial serta kebutuhan
(Ferica,2006:3).
Dalam konstruksi gaya hidup konsumerisme penggemar budaya pop
Korea, keberadaan komunitas menjadi vital. Komunitas penggemar budaya
pop Korea dapat dilihat sebagai sub-kultur. Mereka memiliki serangkaian nilai
dan praktik budaya ekslusif bersama, yang berada di luar masyarakat dominan.
Para penggemar budaya pop Korea memiliki gaya bicara yang khas dengan
campuran-campuran Korea yang biasa digunakan dalam tayangan-tayangan
Korea yang mereka konsumsi. Selain itu, mereka juga mengadopsi fashion ala
Korea. Tidak ketinggalan pula pemilihan produk baik kosmetik maupun
gadget mengacu pada merek yang digunakan para ikon budaya pop Korea.
Industri budaya pop Korea takkan seperti sekarang jika bukan karena
basis penggemarnya. Dalam waktu singkat telah terjaring ratusan, ribuan,
bahkan jutaan penggemar. Komunitas penggemar kemudian membentuk sub-
kultur mandiri dan membuat industri budaya pop Korea tetap hidup sampai
sekarang dan menjadi sebuah sub-kultur yang hadir secara global. Peran media
massa dalam hal ini tentu sangat besar sebagai Transmission of Values atau
penyebaran nilai-nilai, dalam hal ini penyebaran nilai-nilai yang ada pada
tayangan-tayangan Korea yang kemudian diadopsi oleh khalayak penggemar.
Hal ini juga sejalan dengan teori difusi inovasi yang diutamakan bagi negara
berkembang seperti Indonesia. Difusi berkaitan erat dengan penyebaran pesan-
pesan sebagai ide baru dimana difusi sebagai proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu
diantara para anggota-anggota suatu sistem sosial, dalam hal ini komunitas
penggemar tayangan Korea atau dikenal dengan sebutan Korea Lovers.
Pada dasarnya, media memegang peranan penting dalam penyebaran
budaya pop Korea yang mengglobal beberapa tahun terakhir ini. Tetapi perlu
diingat, media menurut McQuail bukanlah penentu atau sumber utama dari
perubahan sosial dan budaya. Media secara bersama dengan latar belakang
sejarah seseorang sedikit banyak menjadi sumber kedua untuk pembentukan
gagasan-gagasan tentang masyarakat dan lingkungan tenpat ia tinggal. Hasil
interaksi antara media dan perubahan sosial dan budaya sangat bervariasi, tak
bisa diprediksi, dan sangat berbeda antara satu keadaan dengan keadaan
lainnya.
5|METODOLOGI PENELITIAN
2.2.2. Gelombang Korea
Hallyu atau Korean Wave ( Gelombang Korea ) adalah istilah untuk
tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia.
Umumnya hallyu memicu banyak orang-orang di negara tersebut untuk
mempelajari Bahasa Korea dan Kebudayaan Korea.
Kegemaran akan budaya pop Korea dimulai di Republik Rakyat Cina
dan Asia Tenggara mulai akhir 1990-an. Istilah Hanliu, bahasa Korea Hallyu,
diadopsi oleh media Cina setelah album musik pop Korea dirilis di Cina.
Serial drama TV Korea mulai diputar di Cina dan menyebar ke negara-negara
lain seperti Hongkong, Vietnam, Thailand, Indonesiam Filipina, Jepang,
Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
Pada saat ini, Hallyu diikuti dengan banyaknya perhatian akan produk
Korea Selatan, seperti masakan, barang elektronik, musik dan film. Fenomena
ini turut mempromosikan bahasa Korea dan Budaya Korea di berbagai negara.

2.2.3. Munculnya pengaruh budaya Korea


2.2.3.1. Drama Korea
Drama Korea merupakan penyebab dari mulainya hallyu di berbagai
negara. Warga Korea Selatan suka menonton drama dan film dan
mendengar musik. Perusahaan TV Korea rela mengeluarkan biaya besar
untuk memproduksi drama dan beberapa diantaranya yang mencetak
kesuksesan akan diekspor ke luar negeri.
Film Korea, bersama drama TV dan musik pop, merupakan produk
utama Hallyu yang dinikmati tidak hanya di dalam negeri, namun juga di
berbagai negara. Pada awalnya, film hongkong yang mendominasi bioskop
di Asia, namun dengan kehadiran Hallyu, mulai tersaingi oleh Film Korea.
Film produksi Korea Selatan dikenal karena alur ceritanya yang kuat dan
genre yang bervariasi sehingga menarik banyak penonton.
Dari tahun 2002-2005 drama-drama Korea yang populer di Indonesia
antara lain : Endless Love, Winter Sonata, Love Story from Harvard, Glass
Shoes, All In, Memories in Bali, Sorry I Love You yang merupakan serial
drama melankolis. Drama komedi romantis muncul berikutnya, antara lain :
Full House, Sassy Girl, Princess Hours. Dan pada tahun 2008-2009 drama
Korea yang banyak mendapatkan perhatian lebih dari remaja adalah Boys
6|METODOLOGI PENELITIAN
Before Flower (BBF). Berikut ini sisi menarik drama Korea yang mampu
menyedot banyak perhatian bagi remaja :
 Cerita yang Tak Biasa
Selama ini orang selalu disuguhi tontonan yang isinya berkisar
pahlawan yang tak pernah kalah dan film romantis yang tak pernah luput
dari adegan seks, meski hanya sedikit dan tidak cocok ditonton anak
dibawah umur, dan ceritanya yang selalu berulang-ulang.
Ini berbeda dengan drama Korea. Jalan ceritanya yang sulit untuk
ditebak. Drama biasanya bekisar pada kisah percintaan, keluarga dan
bisnis.
 Fisik Aktris dan Aktor
Fisik yang tak terlalu berbeda membuat orang merasa dekat dengan
Korea. Aktris yang cantik, berkulit putih, aktor yang ganteng, dam tinggi
seperti aktor hollywood membuat orang tidak jenuh untuk melihatnya.
Banyak orang yang penasaran dan ingin menonton drama Korea gara-
gara fisik pemainnya.
 Kebudayaan
Norma sosial dan etika kesopanan yang bermuara dari nilai-nilai
ketimuran masih dipegang teguh dan selalu ada di setiap film, menjadi
daya tarik tersendiri. Drama Korea selalu manampilkan kesopanan,
seperti selalu membungkukkan badan setiap kali bertemu dan akan pergi,
selalu menundukkan kepala saat berbicara dengan orang yang lebih tua
atau tinggi jabatannya.
Drama Korea juga banyak menampilkan kisah-kisah berlatar belakang
sejarah dan kebudayaan Korea. Disini seseorang bisa belajar bahwa
meski Korea termasuk negara modern, namun mereka tetap berpegang
teguh pada adat timur. Inilah yang membuat Drama Korea enak ditonton
karena tidak melupakan akar budaya.
 Alternatif Tontonan
Terbatasnya pilihan tontonan memang menjadi salah satu penyebab
meledaknya dari negeri ginseng ini. Orang sudah jenuh dengan suguhan-
suguhan film barat yang sejak puluhan tahun lalu. Namun bagi yang
terbiasa menonton film barat dimana tempo ceritanya yang cepat dan

7|METODOLOGI PENELITIAN
cenderung praktis mungkin kurang suka dan sabar menonton drama
Korea.

2.2.3.2.Musik Korea ( K-Pop )


Seiring dengan drama Korea yang semakin diterima di Indonesia,
muncul pula kegemaran akan grup musik pria (boyband) & grup musik
wanita (girlband). K-Pop alias boyband asal Korea disukai oleh banyak
remaja mulai dari personilnya yang keren, ganteng, cantik, imut dengan
wajah oriental mereka kemudian lagu, aksi dance, gaya rambut, sampai
style fashion mereka yang unik dianggap sebagai trendsetter masa kini. K-
Pop yang booming banget di berbagai negara, termasuk Indonesia, seperti :
DBSK, Super Junior, Shinee, Teen Top, MBLAQ, BigBang, 2PM, BEAST,
SNSD, Wonder Girls, 2NE1, T-Ara, KARA, G-Friend, dan masih banyak
lainnya ini memberikan efek yang cukup besar di Indonesia.

2.2.3.3.Model Baju Korea


Model baju sekarang ini sangat bervariasi. Model-model yang trendy
sangat diminati banyak orang. Baru-baru ini model pakaian Korea telah
berhasil memasuki pasaran penjualan pakaian Indonesia. Pakaian Korea ini
pun sangat diminati para remaja.. Remaja-remaja ini lebih percaya diri bila
mengenakan baju Korea.

2.2.4. Fanatisme Remaja


Fanatisme adalah sebuah keadaan di mana seseorang atau kelompok
yang menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau apapun
saja dengan cara berlebihan. Sehingga berakibat kurang baik, bahkan
cenderung menimbulkan perseteruan dan konflik serius. Dalam konteks
kehidupan sehari-hari, fanatisme juga berarti kesenangan yang berlebihan
(tergila-gila).
Semua manusia pasti memiliki kegemaran, sosok panutan, dan mungin
mengidolakan seseorang. Fans diambil dari kata fanatisme yakni pemujaan
terhadap suatu hal. Pengertian lebih lanjut fanatisme yaitu sebuah keadaan
dimana seseorang atau sebuah kelompok yang menganut sebuah paham,
agama, kebudayaan atau apapun itu dengan cara yang berlebihan (membabi
8|METODOLOGI PENELITIAN
buta) sehingga berakibat kurang baik, bahkan cenderung menimbulkan
perseteruan dan konflik serius. (Wikipedia)
Namun di dunia entertaiment/musik fanatisme adalah seseorang atau
sekelompok orang yang sangat mengidolakan artis atau sosok yang mereka
sukai. Mereka tidak segan-segan untuk mencari, mengikuti, dan mengetahui
info sebanyak-banyaknya tentang sang idola.
Hal yang kini merasuki kaula muda terutama gadis-gadis belia dan
remaja adalah Boyband. Mereka begitu mengidolakan satu atau beberapa
boyband dan tidak segan-segan untuk mencari informasi, mengunduh lagu-
lagu dan video sang idola. Banyak remaja perempuan yang juga bertingkah
laku sepeerti ini, lagu dan videonya bahkan sudah diunduh puluhan Gigabyte
(1GB=1024MB). Bahkan ada remaja cowok yang begitu mengidolakan
Girlband asal Korea SNSD, dia bahkan memesan langsung CD original
melalui situs internet. Ratusan GB lagu dan video dengan kualitas HD bahkan
bluray telah diunduhnya.
Tak hanya sekedar mengikuti perkembangan sang idola. Mereka
bahkan tidak malu untuk berkata kasar atau jorok jika sang idola dicemooh
oleh orang lain atau hanya sekedar mengikuti style atau gaya sang idola. Hal
ini tentu dirasakan oleh banyak dari Boyband Indonesia yang kini naik daun.
Cemooh dan sindirin selalu mereka dapatkan dari fans fanatik Boyband Korea.
Mereka tidak suka jika ada yang ingin mengikuti style (gaya) dari sang idola.
Fans memang tidak dapat dipsahkan dari seorang entertainer. Namun
apakah harus bertindak berlebihan? Tidak, manusia memiliki jalan hidupnya
tersendiri. Seseorang tidak dapat memaksakan kehendaknya kepada orang lain
secara sepihak.

2.2.5. Dunia Hiburan, Peretas Jalan Budaya Pop Korea


Korea adalah sebuah Negara tua yang terletak di bumi bagian timur
yang merupakan penghubung antara Asia Timur Laut dengan dunia luar,
terutama dengan Jepang. Semenanjung Korea terletak antara 33,60’ dan 43
lintang utara serta 124,11’ dan 131,52’ bujur timur. Panjangnya +1000km,
sedangkan lebarnya 216km. semenanjung ini dipisahkan pada sebelah utara
Sungai Amnok (Yalu) dan Du-man(Tumen). Ditengah dua sungai itu terletak

9|METODOLOGI PENELITIAN
gunung Baek-du, yang berarti gunung bertopi putih (gunung suci). Korea
beriklim sedang yaitu pertemuan antara suhu benua dengan suhu samudera.
Semenanjung Korea pada masa lampau terkenal dengan sebutan
’Kerajaan Kaum Petapa’ dan ‘Negeri Setenang Pagi’ atau Land Of The
Morning Calm. Orang Korea dikenal sebagai orang-orang ramah dari Timur
karena selalu menghormati orang yang usianya lebih tua yang dimaksudkan
untuk menempatkan status orang yang baru dikenalnya dalam tata pergaulan.
Sifat orang Korea yaitu tidak mau menambahkan harta bendanya sendiri
dengan mengambil hak milik orang lain dan hanya memelihara dan
mengambangkan hal yang sudah dimilikinya. Bangsa Korea senantiasa merasa
puas pada negara dan bangsanya sendiri. Mereka mencoba mengembangkan
apa yang mereka dapat tanpa menjauh dari yang asli atau awal.
Republik Korea memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 15
Agustus 1945 dengan berkibarnya Tae-guk-ki, yaitu bendera Nasional Korea,
beda dua hari dengan kemerdekaan Indonesia. Korea merebut
kemerdekaannya dari Jepang setelah dijajah selama 35 tahun. Namun tidak
berhenti sampai disitu, penderiataan rakyat Korea terus berlanjut dengan
perang saudara pada periode 1950-1953, periode diktator militer, dan periode
perang dingin dengan Korea Utara. Hal ini menyebabkan rakyat Korea Selatan
hidup dalam penderitaan karena keterbatasan sumber daya alam, iklim yang
keras, perang dan kediktatoran.

Korea Selatan Korea Utara

Bendera

Ibukota Seoul Phyongyang

Luas Wilayah 98.400 km2 121.730 km2

Jumlah Penduduk 48.289.037 jiwa 22.224.195 jiwa

10 | M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
Mata Uang Won Won

Bentuk Pemerintahan Presidensial terpusat Terpusat

Bentuk Negara Republik Republik Komunis

Kepala Negara Presiden Presiden

Lagu Kebangsaan Aeguka Achimun Pinnara

Agama Budha, Kristen, Chongogyoisme Semua agama di tindas

Tercatat pada tahun 1950, Korea Selatan adalah salah satu negara
termiskin di dunia, sama miskinnya dengan negara-negara termiskin di Afrika
dan Asia. Ekonominya hanya bersandar pada pertanian, belum lagi sempat
hancur gara-gara pendudukan Jepang dan Perang Korea. Namun hal ini tidak
berlangsung lama. Bangsa Korea berhasil lepas dari keterpurukan. Dalam 4
dekade, Korea Selatan berubah cepat dari negara termiskin, menjadi salah satu
Negara paling kaya dan tercanggih di dunia dengan nilai ekonomi Trilyunan
dollar. Pada tahun 1963, GDP perkapitanya cuma $100. Kesuksesan ekonomi
Korea Selatan dicapai pada akhir 1980-an ketika PDB berkembang dari rata –
rata 8% per tahun (US$2,7 milyar) pada tahun 1962 menjadi US$230 milyar
pada 1989.

2.3 Kerangka teori


2.3.1. Teori Peluru (Bullet Theory)
Dijelaskan dalam teori peluru ini media dianggap sebagai orang yang lebih
pinter dibandingkan khalayak. khalayak bisa dikelabui sedemikian rupa dari apa
yang disiarkan oleh media. Sehingga teori peluru ini sama dengan teori IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial) yang dimana setiap pesan media yang disampaikan oleh
media akan berdampak dan menimbulkan sebab akibat.

11 | M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
2.3.2. Teori Imperialisme Budaya (Cultural Imerialism Theory)
Dalam teori ini dijelaskan bahwa media barat/asing lebih mendominasi acara-
acara di dalam televisi swasta di Indonesia,sehingga media massa yang ada di
Indonesia meniru atau terpengaruh oleh media asing. Hal ini berdampak terhadap
budaya yang ada di Indonesia yang sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam teori
kultural,yang dimana media mempengaruhi budaya atau menciptakan budaya
baru.

2.3.3. Teori Ketergantungan (Depedency Theory)


Teori ketergantungan terhadap media pertama kali diperkenalkan oleh Sandra
Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti Teori Uses and Gratifications,
pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Teori Uses and Gratifications, teori
ini memprediksikan, khalayak tergantung pada informasi yang berasal dari media
massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai
tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun. khalayak tidak
memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Lantas, apa yang
sebenarnya melandasi ketergantungan khalayak terhadap media massa?
Ada dua jawaban mengenai hal ini. Pertama, khalayak akan menjadi lebih
tergantung terhadap media yang telah memenuhi berbagai kebutuhan khalayak
bersangkutan, dibanding dengan media yang hanya menyediakan beberapa
kebutuhan saja yang ada kaitannya dengan kepentingan.
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini
menunjukkan bahwa sistem media dan institusi sosial itu memiliki saling
ketergantungan dan berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan
dan minat. Pada gilirannya, hal ini akan memengaruhi khalayak untuk memilih
media, sehingga bukan sumber media yang menciptakan ketergantungan,
melainkan kondisi sosial.

2.4 Hipotesis penelitian (apabila diperlukan)

12 | M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain variabel


Responden penelitian ini, terutama, adalah orang-orang yang tengah menyukai

budaya korea di Kampus Inderalaya Universitas Sriwijaya. Berhubung jumlah mereka

yang tidak terlalu banyak, maka kepada mereka peneliti akan melakukan wawancara

yang mendalam. Penelitian ini juga akan melihat bagaimana penerapan teori - yang

dipedomani dalam penelitian ini, di Kampus Inderalaya Universitas Sriwijaya. Oleh

karena itu, metode penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Karena metode

yang dipakai adalah metode kualiitatif, maka desain penelitiannyapun adalah desain

metode kualitatif.

3.2 Variabel penelitian

3.3 Definisi konsep

13 | M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
Dalam penelitian, ada beberapa konsep yang perlu didefinisikan sesuai dengan konteks

penelitian ini. Konsep tersebut, diantaranya:

Tayangan : adalah sesuatu yang disiarkan (dipertunjukan) melalui media massa

televisi yang berupa drama, musik, film, & acara-acara reality/variety show Korea.

Gaya Hidup : adalah pola hidup remaja di Universitas Sriwijaya yang di ekspresikan

dlam aktivitas, minat, dan opininya.

Pengaruh : daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang

3.4 Definisi operasional


3.6.1. Pengaruh tayangan

Variabel Dimensi Indikator Deskripsi Item


Pengaruh Mengembangkan Mengubah
tayangan konsep diri gaya
(Becker : berpakaian
1985) Lebih berani
dalam hal
fashion
Melegakan Senang saat
emosi menonton

Fasilitasi dalam Tayangan


hubungan sosial kesukaan
yang sama
Aktor/aktris
kesukaan
yang sama

14 | M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
3.6.2. Gaya hidup

Variabel Dimensi Indikator Deskripsi Item


Gaya hidup Gaya Baju/celana yg
berpakaian digunakan
Aksesoris yg
digunakan
Gaya Bahasa yang
berbicara dipakai
Logat/aksen
bicara

3.5 Unit analisis penelitian


Unit analisis penelitian ini adalah komunitas, dalam hal ini adalah mahasiswa di
Kampus Inderalaya Universitas Sriwijaya

3.6 Populasi dan sampel penelitian


3.6.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh mahasiswa Universitas
Sriwijaya yang terkait dengan kegemaran terhadap budaya korea
3.6.1. Sampel
1. April (Mahasiswi FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2014, 19th)
Menyukai segala macam hal-hal yang berbau korea, mulai dari drama, lagu,
aktris/aktor,boyband/girlband,acara tv,make up,fashion, hingga makanan khas
korea. “saya suka dengan budaya korea sejak masih duduk di bangku SMP
hingga sekarang. Ya, kira-kira sekitar 8 tahunan lah”. Awal mula suka dengan
korea sejak drama Boys Before Flowers ditayangkan pada tahun 2008 di
Indosiar
Dikehidupan sehari-hari pun ia menggunakan make up ala korea dan memakai
baju-baju ala korea.

2. Handayani Putri (Mahasiswi FASILKOM Jurusan Sistem Informasi 2014, 19th)

15 | M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
Hanya menyukai beberapa artis saja, dan lagunya pun hanya beberapa yang
diketahui. “Cuma tau beberapa aja sih artisnya, taunya yang lagi hangat-
hangatnya diperbincangkan. Kayak Lee Jong Suk (Pemain Drama Pinnochio),
Lee Min Hoo (Pemain BBF & The Heirs), dan yang terakhir Song Joong Ki
(Pemain Descandent of the Sun) yang lagi happening banget sekarang”

3. Isnaini (Mahasiswi FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2014, 19th)


“Cuma seneng lagunya aja sih, walau ga tau artinya, tapi kalo sedang galau
dengerin lagu korea itu pas banget” menonton drama korea apabila dramanya
sedang menjadi topik hangat oleh teman-teman.

4. Karina Armilia (Mahasiswi FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2014, 19th)


Menyukai laki-laki korea yang tampan dan macho seperti Siwon (Personil
Super Junior), Jung Ji Hoon/Rain (Pemain Full House). “cowok idaman banget
lah mereka”

5. Dela Masita (Mahasiswi FKIP Jurusan Bahasa Inggris 2014, 20th)


Sangat menyukai Lee Dong Hae, salah satu personil Super Junior, sering
menghapal lagu-lagu yang dinyayikan olehnya. “suka lagu-lagunya Donghae &
sering kuhapal walau ga terlalu fasih mengucapkan bahasa koreanya”

6. Deviana Chandra (Mahasiswi FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2014, 20th)


Hampir sama seperti April, Devi sangat menyukai hal-hal yang berbau Korea.
Namun, yang menjadi favoritnya adalah salah satu boyband yang beranggotakan
3 orang yakni JYJ. “Jae Jung (salah satu personil JYJ) itu suami aku hehehe”

7. Fadhil Muhary (Mahasiswa FE Jurusan Akuntansi 2013, 20th)


Menyukai korea hanya dari dancenya saja, “secara karena saya kan memang
suka menari dan dikampus saya juga ikut organisasi Tari” Jadi, dengan melihat
tari-tari dari boyband korea ini bisa menjadi inspirasi untuk tarian kalau-kalu
ada lomba-lomba tertentu.

8. Dedek Tri (Mahasiswi FH Jurusan Ilmu Hukum 2014, 19th)

16 | M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
Paling suka sama Lee Min Hoo, dan tahu judul-judul drama yang pernah ia
mainkan antara lain : Boys Before Flowers, Personal Taste, City Hunter, dan
The Heirs. “suka sama dia karena mukanya itu ganteng dan menawan”

9. M. R. Aldino (Mahasiswa FP Jurusan THI 2015, 18th)


Menyukai aktor dan aktrisnya, “muka mereka itu sempurna banget, apalagi
Lee Jong Suk, walau aku cowok ga ku pungkiri kalau dia itu tampan”

10. Vandry (Mahasiswa FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2014, 20th)


Menyukai Korea namun tidak terlalu fanatik seperti kebanyakan orang, dan
hanya beberapa drama yang ia ketahui, artisnya pun hanya tahu beberapa seperti
: Park Bo Young, Siwon (Super Junior). “paras aktrisnya itu loh imut banget,
apalagi aktris favorit saya Park Bo Young. Cewek idaman banget deh”

3.2 Teknik analisis data


Penelitan ini juga menggunakan metode kualitatif karena dalam penelitian ini teknik
pengumpulan datanya menggunakan observasi dan wawancara yang berstruktur. Dan
sebagian dilengkapi dengan jenis data sekunder yaitu memperoleh data dari buku dan
internet..
Berikut ini pertanyaan yang digunakan dalam pengumpulan data melalui wawancara
berstruktur :

1. Bagaimanakah pengaruh tayangan Korea terhadap gaya hidup anda ?


2. Darimana anda mengenal penyebaran budaya Korea ?

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tayangan korea di media massa


televisi terhadap gaya hidup remaja di Universitas Sriwijaya.

3.3 Pengujian hipotesis (apabila diperlukan)

DAFTAR PUSTAKA

 http://id.wikipedia.org/wiki/korea

17 | M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
 http://www.sukasukakorea.blogspot.com
 http://diaanrizkii.wordpress.com/2014/02/16/pengaruh-budaya-korea-terhadap-gaya -
hidup-remaja-putri-di-kota-mojokerto/
 http://ahmadjamalputra.blogspot.in/
 http://nayudin.blogspot.com/2015/04/macam-macam-teori-komunikasi-massa.html
 http://www.academia.edu/teori_komunikasi_massa

18 | M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N

Anda mungkin juga menyukai