PERILAKU PENGGEMAR
PROPOSAL
TIRTHA TAMARA
12040324163
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka rumusan
masalah dalam proposal ini adalah:
1) Apakah budaya populer korea dapat mempengaruhi perilaku seseorang?
2) Bagaimana budaya populer korea dapat mempengaruhi perilaku
penggemar?
3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari proposal ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh yang dimiliki atau diciptakan oleh budaya populer korea
dalam mempengaruhi perubahan perilaku remaja di kehidupan sosial.
4. Manfaat Penelitian
Dari tujuan diadakannya penelitian di atas, maka manfaat penelitian yang
akan didapatkan begitu penulis selesai menjelaskan dan membuat proposal ini,
maka dengan itu peneliti berikan 2 manfaat secara teoretis dan praktis, yaitu:
1) Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan
wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya
memberitahu gambaran akan budaya populer korea yang berasal dari luar.
2) Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bersama dalam
memahami menggemari idol itu sebenarnya tidak seburuk itu.
5. Tinjauan Pustaka
A. Kajian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan
selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya di
samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dalam memposisikan
penelitian serta menunjukkan orsinalitas dari penelitian.
Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu
yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat
ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum
terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya). Dengan melakukan
langkah ini, maka akan dapat dilihat sejauh mana orisinalitas dan posisi
penelitian yang hendak dilakukan. Kajian yang mempunyai relasi atau
keterkaitan dengan kajian ini antara lain:
1) Lisa Anggraini Putri dalam “Dampak Korea Wave Terhadap Prilaku
Remaja Di Era Globalisasi”.1 Yang berdasarkan penelitiannya Dampak yang
disebabkan oleh perkembangan kpop ini diantaranya ada positif dan ada
negatif. Dampak positif diantaranya adalah dapat menjadi inspirasi fashion,
cara berpakaian, dan dapat membuat orang tersebut mandiri dengan menjual
barang-barang yang berbau kpop yang akan pasti diburu oleh fans kpop.
Disamping dampak positif tentu juga ada dampak negatifnya diantaranya
adalah timbul sikap fanatisme terhadap idola, fansing dengan membelikan
idola barang-barang mahal, dan juga dampak yang paling berpengaruh
adalah menggunakan baju tak layak dipakai bagi perempuan yang
bertentangan apalagi dalam agama islam.
2) Ummul Hasanah dan Mery Kharismawati dalam “Penggunaan Budaya Pop
Korea dalam Proses Pembelajaran Bahasa Korea bagi Mahasiswa dengan
Gaya Belajar Campuran”.2 Yang Menjelaskan bahwa budaya korea bukan
hanya sekitar pemutaran video, dan mendengarkan lagu Korea saja tetapi
juga dapat dijadikan metode pengajaran. Walaupun banyak yang setuju
dengan penggunaan budaya pop Korea dalam kegiatan kelas, beberapa
1
Lisa Anggraini Putri. “Dampak Korea Wave Terhadap Prilaku Remaja Di Era Globalisasi.” Al-
Ittizaan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam Vol. 3, No. 1, 2020, pp. 42-48.
2
Ummul Hasanah dan Mery Kharismawat. “Penggunaan Budaya Pop Korea dalam Proses
Pembelajaran Bahasa Korea bagi Mahasiswa dengan Gaya Belajar Campuran”. JLA (Jurnal Lingua
Applicata), Vol. 3 No.1, 2019.
mahasiswa tidak setuju karena hal tersebut dianggap bisa mengganggu
konsentrasi belajar di kelas, sehingga dosen harus memberikan variasi
kegiatan belajar, tidak terus menggunakan budaya pop Korea tetapi diselingi
dengan kegiatan yang membutuhkan ketenangan agar setiap mahasiswa bisa
merasakan efektifitas dari kegiatan yang dosen lakukan sehingga bisa dilihat
ada pengaruh positif yang disebabkan dari mengetahui budaya ini.
3) Nur Ayuni Mohd Jenol dalam “Escapism and Motivation: Understanding K-
Pop fans Well-Being and Identity”.3 Yang menjelaskan dalam penelitian
bahwa hubungan para-sosial yang terjalin antara penggemar dan idola,
meskipun merupakan hubungan sepihak, telah menguntungkan penggemar
khususnya kesejahteraan mereka. Komitmen dan keterikatan sebagai bagian
dari komunitas fandom memberikan rasa diri dan keintiman yang berarti.
Oleh karena itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa penggemar K-pop
sebagai bagian dari komunitas fandom tidak ada dalam ruang hampa.
Menjadi penggemar K-pop membawa makna tersendiri yang melampaui
penggemar genre musik. Penelitiannya mengungkapkan makna menjadi
penggemar K-pop tidak hanya karena antusiasme mereka terhadap idola,
tetapi juga memberikan keadaan hidup yang lebih baik melalui platform
pelarian. Selain itu, menjadi penggemar K-pop terkait dengan keterikatan
mental dan emosional penggemar dengan idola melalui hubungan
parasosial. Dalam kasus Korean wave, media tidak diragukan lagi
bertanggung jawab atas popularitasnya yang sangat besar, tetapi di pada saat
yang sama, itu juga menciptakan lingkungan pelarian bagi penggemar
seperti yang ditunjukkan dalam penelitian ini. Pengalaman penggemar
berfungsi sebagai sarana untuk memungkinkan penggemar melepaskan diri
dari realitas sosial yang tidak diinginkan meskipun itu bersifat sementara.
Meskipun penggemar mungkin tidak mengenal idola secara pribadi dan
sepenuhnya menyadarinya, hal itu menciptakan ikatan dan keterikatan
pribadi yang kuat yang dikenal sebagai hubungan para-sosial. Selain
3
Nur Ayuni Mohd Jenol. “Escapism and Motivation: Understanding K-Pop fans Well-Being and
Identity.” GEOGRAFIA OnlineTM Malaysian Journal of Society and Space 16 issue 4, 2020.
hubungan penggemar-idola, penggemar juga berhasil menciptakan
hubungan seperti keluarga melalui keanggotaan fandom. Para peneliti juga
menyoroti bagaimana fandom memiliki solidaritas komunal yang luar biasa.
Keinginan penggemar untuk berubah pada tingkat pribadi dalam beberapa
cara mempengaruhi perubahan perilaku sosial. Para peneliti sangat percaya
bahwa penggemar bukan hanya konsumen musik populer tetapi menjadi
penggemar juga telah mendorong kekuatan positif dan kesejahteraan dalam
diri mereka sendiri.
B. Kerangka Teori
1) Pengertian Budaya Populer atau Popular Culture
Secara etimologi, Budaya pop (cultural popular), berasal dari bahasa
Spanyol dan Portugis, memiliki makna yaitu merupakan unsur kebudayaaan
yang bersumber dari rakyat. Berdasar pada perspektif bahasa dan kebudayaan
Latin, budaya populer lebih banyak mengarah pada adanya pemikiran-pemikiran
tentang perkembangan kebudayaan dari kreativitas orang kebanyakan di
masyarakat.
Budaya Populer adalah budaya yang lahir atas kehendak media. Artinya,
jika media mampu memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan
menyerapnya dan menjadikannya sebagai sebuah bentuk kebudayaan. Populer
yang kita bicarakan disini tidak terlepas dari perilaku konsumsi dan determinasi
media massa terhadap publik yang bertindak sebagai konsumen. Budaya populer
mungkin bisa dideskripsikan sebagai budaya rakyat yang dilokalisasi dan
dipelihara oleh masyarakat (Burton, 2012).
Williams mendefinisikan kata ”populer” menjadi empat pengertian yaitu (1)
banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk
menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya
sendiri. Budaya populer muncul dan bertahan atas kehendak media (dengan
ideologi kapitalis) dan perilaku konsumsi masyarakat. Dalam hal
mempopulerkan suatu produk budaya, media berperan sebagai penyebar
informasi sesuai fungsinya serta pembentuk opini publik yang kemudian
berkembang menjadi penyeragaman opini dan selera. Akibatnya, apapun yang
diproduksi oleh suatu media akan diterima oleh publik sebagai suatu nilai, dalam
hal ini nilai kebudayaan (Rudy, 2013).
Menurut McDonald (1998) budaya pop setuju kali diidentikkan “tanpa
malu” bersekutu dengan industri hiburan yang secara kasar memburu laba. Sulit
bagi para cendekiawan untuk menghargai budaya pop. Akibatnya, budaya pop
setuju dijuluki 'budaya massa'. Istilah tersebut "mengacu pada budaya yang
direndahkan, diremehkan, dangkal, dibuat-buat, dan seragam". Konsumsi
budaya populer di kalangan masyarakat awam selalu menjadi masalah bagi
'orang lain', entah itu kaum intelektual, pemimpin politik, atau pembaharu moral
dan sosial. 'Orang lain' ini setuju beranggapan bahwa masyarakat awam
harusnya berurusan dengan sesuatu yang lebih mencerahkan atau berfaedah
ketimbang budaya populer.
Budaya populer lebih setuju disebut dengan budaya pop adalah apapun yang
terjadi di sekeliling kita setiap harinya. Populer yang kita bicarakan disini tidak
terlepas dari perilaku konsumsi dan determinasi media massa terhadap publik
yang bertindak sebagai konsumen. Budaya populer atau yang biasa disebut
budaya pop merupakan sebuah budaya yang menyenangkan atau yang banyak
disukai orang.
Budaya populer merupakan karakteristik budaya yang sangat banyak
peminatnya. Peminat budaya pop ini sangat banyak bahkan hingga melintasi
budaya tradisional atau budaya luhur yang telah mengakar lama dalam suatu
masyarakat. Dampak difusi budaya pop ini sangat luar biasa baik pada
perubahan perilaku suatu masyarakat maupun pada tingkat konsumsi akibat
munculnya budaya populer (Setiadi, 2015).
4) Idol K-Pop
Idola K-pop adalah seorang artis dalam musik pop Korea atau industri K-
pop. Artis-artis bisa saja anggota grup K-pop atau artis solo. Mereka biasanya
berada di bawah agensi hiburan sebagai trainee, menjalani pelatihan intensif
untuk meningkatkan cara mereka bernyanyi dan menari dan berbicara bahasa
asing sebelum menjadi idola K-pop sepenuhnya.
5) Penggemar
Penggemar adalah seseorang yang menggemari sesuatu dengan antusias dan
secara kolektif kelompok penggemar akan membentuk basis penggemar
(fanbase) atau fandom.6 Fanbase yaitu suatu forum yang ditujukan untuk
mendukung seorang idola sedangkan fandom yaitu istilah untuk kumpulan fans
dari seorang idola. Sedangkan Korean Pop atau biasa disingkat dengan istilah K-
4
John Storey, Teori Budaya dan Budaya Pop, (Yogyakarta: Qalam, 2003), hlm.2-3.
5
Sella Ayu Pertiwi, Konformitas dan Fanatisme Pada Remaja Korean Wave (Penelitian pada
Komunitas Super Junior Fans Club ELF “Ever Lasting Friend”) di Samarinda, Jurnal Psikologi, Vol.
3:2 (2013), hlm. 2.
pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Banyak artis
dan kelompok musik pop Korea sudah menembus batas dalam negeri dan
populer di mancanegara. Kegandrungan akan musik Korean Pop merupakan
bagian yang tak terpisahkan daripada demam Korea (Korean Wave) di berbagai
Negara. Korean Pop tidak hanya mengenalkan musik tetapi juga mengenalkan
budaya lewat kostum, pakaian, dan juga gaya hidup.
Para penggemar kemudian bersatu dalam fandom. Fandom adalah istilah
yang digunakan untuk merujuk pada sebuah sub-kultur yang dibangun oleh
para penggemar yang memiliki ketertarikan yang sama. Baym (2012)
mengungkapkan bahwa penggemar akan membentuk atau bergabung dalam
sebuah fandom atau perkumpulan penggemar untuk saling bertukar informasi
atau membicarakan selebriti idolanya dengan sesama penggemar lainnya. Setiap
fandom memiliki nama yang berbeda-beda untuk menunjukkan identitasnya,
Meskipun begitu, nama penggemaran korea diketahui sebagai Kpopers yang
mana berarti adalah kumpulan orang yang menyukai Kpop atau tentang dunia
hiburan Korea. Kpop adalah singkatan dari Korean Pop atau “musik pop Korea”
yang kini telah menjadi candu bagi penggemar setia penyanyi dari Korea
Selatan. Dengan bantuan Korean Wave, Kpop menjadi mudah mewabah
dimana-mana.6
6
Shafira Banyugiri, Korean Chingu,(Jakarta,PT.Tangga Pustaka), hlm.98.
kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs)
dikategorikan sebagai:
a. Cognitive needs (kebutuhan kognitif) ialah kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai
lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan untuk memahami dan menguasai
lingkungan; juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk
penyelidikan kita.
b. Affective needs (kebutuhan efektif) merupakan kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan,
dan emosional.
c. Personal integrative needs (kebutuhan peribadi secara integratif) adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,
stabilitas, dan status individual.
d. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) ialah kebutuhan
yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan
dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berfiliasi.
e. Escapist needs (kebutuhan pelepasan) merupakan kebutuhan yang berkaitan
dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan
keanekaragaman.
8) Perilaku
Pengertian perilaku secara umum menurut Kusmiyati dan Desminiarti
(1990) dalam (Sunaryo, 2002 : 3) adalah proses interaksi individu dengan
lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.
Perilaku berwujud bila ada keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognisi), dan predisposisi (konasi) seseorang terhadap suatu
lingkungan di sekitarnya.
Menurut (J.B. Watson, 1878-1958) dalam buku (Laurens, 2004)
memandang psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku karena
perilaku lebih mudah diamati, dicatat, dan diukur. Arti perilaku mencakup
perilaku yang kasatmata seperti makan, menangis, memasak, melihat, bekerja
dan perilaku yang tidak kasatmata seperti fantasi, motivasi, dan proses yang
terjadi pada waktu seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak. Perilaku juga
dapat diartikan sebagai hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan atau
dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi
penderitaan.
9) Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku adalah proses perubahan yang dialami manusia
berdasarkan apa yang telah dipelajari, entah itu dari peran pranata keluarga,
teman, lingkungan, atau dari diri mereka sendiri. Perilaku manusia
dikelompokkan menjadi perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku dapat
diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang yang terjadi akibat faktor
penyebab terjadinya perilaku menyimpang. Semua perilaku manusia itu
dipelajari dalam antropologi, sosiologi, ekonomi, psikologi, dan
kedokteran. Perilaku sosial adalah perilaku yang ditujukan khusus untuk orang
lain. Meskipun dalam kondisi sosial yang sama, seseorang akan bertindak
dengan cara mereka masing-masing. Hal ini merupakan cerminan dari sifat
manusia yang unik dan terbawa ke dalam suasana tertentu, serta ditunjukkan ke
lingkungan atau kondisi sosial yang ada. Perilaku sosial yang dilakukan
oleh individu masyarakat dapat dilihat dari berbagai kecenderungan perilaku
manusia, seperti kecenderungan akan peranan, kecenderungan sosiometrik, dan
kecenderungan ekspresi.
6. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2011), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena,
jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori, dan belum
menggunakan fakta. Untuk itu, jika diamati secara teori yang berada di atas, maka
dugaan sementara dalam penelitian ini ialah: “Budaya Populer Korea benar
adanya dapat mempengaruhi perubahan perilaku penggemar”.
H0: Tidak ada terdapat pengaruh budaya populer korea terhadap perubahan
perilaku penggemar.
H1: Terdapat pengaruh budaya populer korea terhadap perubahan perilaku
penggemar.
7. Konsep Penelitian
Konsep Penelitian yang dimaksudkan di sini untuk menghindari kesalahan
pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah judul
proposal. Sesuai dengan judul penelitian “Pengaruh Budaya Korean Pop (K-Pop)
Terhadap Perubahan Perilaku Penggemar”, maka definisi konsep yang perlu
dijelaskan, yaitu:
1) Penikmat/Penyuka Budaya Korea
Dalam penelitian ini, budaya populer korea adalah objek yang
mempengaruhi sedangkan perilaku penggemar adalah objek yang dipengaruhi.
Dengan majunya teknologi komunikasi saat ini dan bagaimana media sukses
menghubungkan budaya satu ke negara lainnya sehingga kita dapat mengenal
budaya Korea yang merupakan salah satu dari sekian banyaknya budaya yang
tersebar tersebut.
Budaya Korea saat ini tidak dapat dipungkiri telah menguasai segala aspek
kehidupan mulai dari wilayah Asia ke Eropa dan Amerika. K-Pop yang
merupakan salah satu budaya asal Korea yang memiliki singkatan “Korean
Pop” ialah sebuah genre musik yang berasal dari Korea Selatan yang
ditampilkan oleh seorang Idol Korea yang memiliki wajah yang menarik, suara
yang indah, dan pertunjukkan yang terlatih sehingga dengan talenta yang luar
biasa itu, mereka menarik perhatian banyak orang untuk menyukai mereka.
8. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Azwar (2016) bahwa penelitian dengan
pendekatan kuantitatif menekankan analisis dalam data-data numerikal (angka)
yang diolah dengan metode statistika.
1. Perilaku Sosial
2. Perilaku Imitasi
3. Perilaku Konsumtif
4. Perilaku Psikomotorik dan Bermanfaat
5. Keterbukaan
Tabel 1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Descriptor (Penjelasan) Pengukuran
Budaya Role Model Seseorang/Tokoh yang dijadikan Interval
Populer panutan, lalu diikuti dan dicontoh.
Korea (X) Expression of Perilaku pemujaan seseorang Interval
Idolization terhadap Idol tersebut yang nanti
(Ekspresi dari akan ditiru atau menjadi inspirasi
Pemujaan) baik itu dari karakter, kegiatan,
ataupun tren yang dilakukan.
Perubahan Perilaku 1. Menghabiskan banyak uang Skala
Perilaku Konsumtif hanya untuk membeli album. Gutman
Penggemar 2. Membeli tiket konser yang
(Y) harganya cukup mahal bagi
yang mampu tapi kadang yang
gak mampu sampai rela
ngutang dan sebagainya hanya
untuk melihat idolanya.
11. Pengukuran
Pengukuran dalam penelitian kuantitatif dimaksudkan untuk menentukan
apa yang ingin diperoleh dari indikator variabel yang telah ditentukan. Dapat juga
pengukuran berarti bagaimana peneliti mengukur indikator Variabel. Ada
beberapa bentuk pengukuran dalam penelitian kuantitatif, yaitu pengukuran
nominal, ordinal, rasio, dan Interval (Bungin, 2017).
Pada penelitian data, peneliti memutuskan untuk menggunakan bentuk
pengukuran Interval untuk melihat berapa banyak penggemar K-Pop yang berada
dalam kelas F Jurusan Public Relations yang dilihat dari berapa lama mereka
menyukai Idola K-Pop atau seberapa banyak mereka mengetahui budaya korea
agar bisa mengetahui bagaimana perubahan perilaku dapat terjadi.
Brogan, Chris. (2010). Social Media 101 Tactic and Tips to Develop Your Busines
Online. New York: John Wiley & Sons.
Jenol, Nur Ayuni Mohd. (2020). Escapism and Motivation: Understanding K-Pop
fans Well-Being and Identity. GEOGRAFIA OnlineTM Malaysian Journal
of Society and Space 16 issue 4.
Pertiwi, Sella Ayu. (2013). Konformitas dan Fanatisme Pada Remaja Korean
Wave (Penelitian pada Komunitas Super Junior Fans Club ELF “Ever
Lasting Friend”) di Samarinda, Jurnal Psikologi, Vol. 3:2, hlm. 2.
Putri, Lisa Anggraini. (2020). Dampak Korea Wave Terhadap Prilaku Remaja Di
Era Globalisasi. Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam Vol. 3, No.
1, pp. 42-48.
Storey, John. (2003). Teori Budaya dan Budaya Pop. Yogyakarta: Qalam.