Anda di halaman 1dari 23

TEORI ORGANISASI

Mata kuliah: Komunikasi Organisasi


Dosen: Drs. Suhaimi. D, M.Si.

KELOMPOK 3

TIRTHA TAMARA
12040324163

MUHAMMAD IRVANSYAH
12040317937

ROKY KURNIAWAN
12040314601

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


JURUSAN PUBLIC RELATIONS
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Teori Organisasi...................................................................................... 3
2.1.1 Konsep Dasar Teori..................................................................... 3
2.1.2 Konsep Dasar Organisasi............................................................ 3
2.1.3 Konsep Dasar Teori Organisasi................................................... 4
2.2 Teori dalam Komunikasi Organisasi....................................................... 5
2.2.1 Teori Klasik................................................................................... 5
2.2.2 Teori Hubungan Masyarakat......................................................... 7
2.2.3 Teori Sistem Sosial........................................................................10
2.2.4 Teori Politik...................................................................................13
2.2.5 Teori Simbolik...............................................................................15
BAB III SIMPULAN DAN SARAN..............................................................18
3.1 Kesimpulan..............................................................................................18
3.2 Saran........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


kita kesehatan dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami
sebagai mahasiswa, yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen
dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam
yang terang benderang. Ucapan terima kasih kepada Bapak selaku dosen
pengampu pada mata kuliah ini yang telah memberikan bimbingan serta arahan
sehingga makalah ini selesai tepat waktu.
Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam rangka perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal Alamin.

Penulis

Kelompok 6

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Manusia tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya jika manusia bekerja
sendiri karena keterbatasan biologis dan psikologisnya. Oleh karena itu manusia
memerlukan orang lain yang perlu diajak bekerjasama. Sistem kerjasama yang
diatur dengan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu sifatnya menjadi formal.
Sistem kerjasama itu mempunyai tujuan tertentu, berlangsung dalam suatu waktu
tertentu dan mempunyai identitas diri.
Jenis kerjasama tersebut tidak terhitung banyaknya, dalam garis besarnya
dapat dikelompokan menjadi empat kategori: (a) yang berhubungan dengan aspek
lingkungan meliputi faktor geografis, faktor sarana prasarana yang dipergunakan
organisasi; (b) yang berhubungan dengan aspek sosial, meliputi subsistem dari
organisasi yang lebih besar dan mempunyai lingkungan sosial yang lebih luas; (c)
yang berhubungan dengan aspek individual, meliputi hubungan interelasi antar
individu secara sistematik; dan (d) yang berhubungan dengan variabel-variabel
lain.
Organisasi memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia, dan
mungkin tidak banyak dari kita yang menyadari betapa dominan peran organisasi
dalam kehidupan kita. Sebagaimana dikemukan Amatai Etzioni (1964); kita
Fdilahirkan di organisasi, menerima pendidikan di organisasi. Kebanyakan dari
kita menghabiskan waktu bekerja untuk organisasi, dan kita tinggak di tengah
masyarakat yang bersifat organisasi.1 Kita merasakan bahwa betapa pentingnya
keberadaan organisasi. Sejak lahir hingga kita meninggal, kita selalu berurusan
dengan organisasi. Ketika kita lahir, kita berhubungan dengan organisasi rumah
sakit, catatan sipil, kelurahan dan sebagainya, bahkan sampai dengan meninggal
dunia pun orang masih memerlukan organisasi seperti Dinas Pemakaman Umum,
rumah sakit dan mungkin pengadilan untuk urusan warisan.

1
Amatai Etzioni., 2005. Modern Organization. Prentice Hall, 1964, hlm. 1 dalam Littlejohn-Foss,
Theories of Human Communication, hlm. 239.
2

Menurut Hodge dan Anthony (1988), teori organisasi adalah sekelompok


konsep, prinsip-prinsip, dan hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan
komponen-komponen organisasi dan bagaimana komponen-komponen tersebut
berperilaku.2 Hal ini berarti teori organisasi dapat membantu kita memahami apa
itu organisasi dan bagaimana organisasi berhubungan dengan lingkungannya.
Dengan demikian, teori organisasi dapat membantu para praktisi dan
teoretisi organisasi dalam menganalisis kegiatan organisasi, bagaimana organisasi
harus belajar dan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, serta
bagaimana organisasi harus menyesuaikan dirinya dengan perubahan lingkungan.
Pengetahuan tentang ini akan membantu dalam menganalisis struktur dan budaya
organisasi, mendiagnosis masalah, memanfaatkan proses desain organisasi dan
membuat penyesuaian-penyesuaian yang akan membentuk organisasi dalam
mencapai tujuannya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang yang telah teruraikan diatas, makalah ini
perlu diberikan rumusan masalah agar isi dari materi makalah ini tidak
menyimpang dan para pembaca dapat mengetahui dengan jelas apa saja masalah
yang akan dibahas. Penulis telah memutuskan apa saja rumusan masalah yang
dibahas dari makalah ini. Berikut ini penulis uraikan masalah tersebut:
1. apa yang dimaksud dengan teori organisasi?
2. bagaimana yang dimaksud dengan teori dalam organisasi?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini harus sesuai dengan rumusan masalah yang telah
disampaikan. Hal itu dikarenakan untuk memudahkan pembaca mengetahui isi
seperti apa yang akan dibahas dan dijelaskan nantinya dalam makalah ini. Berikut
tujuan dari makalah ini.
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan teori organisasi.
2. Mengetahui teori apa saja yang berada dalam organisasi.

2
Hodge, BJ. & Anthony, William P. 1988. Organization Theory. 3rd edition. Massachusetts, Allyn
and Bacon Inc.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Organisasi


2.1.1 Konsep Dasar Teori
Perkembangan aktivitas pendidikan mengharuskan adanya teori yang
dapat memberikan penjelasan atas masalah-masalah yang dihadapi dalam usaha
meningkatkan efektifitas dan efesiensi pendidikan. Gejala-gejala yang timbul dan
sifatnya sangat kompleks dapat diterangkan dengan menggunakan kerangka teori,
sehingga dapat diramalkan akibat-akibat pengambilan keputusan dalam
pendidikan.
Calvin S. Hall dan Gardner Lindsey (1970) berpendapat bahwa teori
adalah seperangkat konvensi yang diciptakan oleh ahli teori, terdiri dari suatu
gugus asumsi yang relevan yang secara sistematik berhubungan satu sama lain.
Suatu teori tidak dilihat dari benar salahnya, melainkan dilihat apakah teori itu
mempunyai kegunaan dalam meramalkan suatu kejadian atau dapat menghasilkan
konsep yang relevan yang dapat diverifikasikan.
Menurut Donald J. Willower (1975) mengemukakan bahwa yang
dimaksud teori adalah a body of interrelated, consistent generalization that serves
to explain, yaitu bahwa teori merupakan tubuh yang saling berinterelasi satu
dengan yang lain dengan penjelasan yang tetap konsisten. Kemudian, Fred N.
Kerlinger (1986) mengatakan bahwa theory is a set of interrelated concepts,
assumptions, and generalization that sistematically describes and explains
regularities in behavior in educational organizations. Yang berarti; bahwa teori
adalah satu set konsep yang saling berhubungan, asumsi, dan generalisasi yang
secara sistematis menguraikan dan menjelaskan keteraturan perilaku pada
organisasi bidang pendidikan.
Definisi tersebut menyarankan tiga hal (1) teori secara logika meliputi
konsep, asumsi dan generalisasi; (2) fungsi teori yang utama adalah untuk
menguraikan, menjelaskan, dan memprediksi keteraturan di dalam perilaku; (3)
teori adalah keseluruhan yang menstimulasi dan memandu pengembangan
pengetahuan berkelanjutan.
4

2.1.2 Konsep Dasar Organisasi


Kata organisasi berasal dari bahasa Yunani, yakni organon atau “alat”.
Dalam lingkup ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari sebagai objek penelitian
oleh antara lain ilmu sosiologi, ekonomi, politik, psikologi, antropologi, sejarah,
dan manajemen. Secara konseptual terdapat dua pengertian yang berbeda untuk
istilah organisasi (organization) sebagai kata benda, yakni wadah sekelompok
orang untuk mencapai tujuan bersama dan pengorganisasian (organizing) sebagai
kata kerja, yakni suatu proses dan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara
sistematis sebagai bagian dari upaya membangun dan mengembangkan organisasi
atau sebagai salah satu fondasi manajemen.
Definisi organisasi seringkali dirumuskan sesuai kepentingan dan tujuan
penelitian serta tergantung pada konteks dan perspektif keilmuan dari seseorang
yang merumuskannya. Organisasi bisa disebut sebagai suatu sistem kerjasama
antara dua orang atau lebih yang secara sadar dimaksudkan untuk mencapai
tujuan. Ciri dari kerjasama sebagai peranan individu dalam organisasi tersebut
antara lain: (a) ada komunikasi antara orang-orang yang bekerjasama; (b) individu
dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerjasama; (c)
kerjasama tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi.

2.1.3 Konsep Dasar Teori Organisasi


Menurut Lubis dan Husaini (1987), teori organisasi adalah sekumpulan
ilmu pengetahuan yang membicaraan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih
secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara sederhana,
teori organisasi adalah suatu konsefsi, pandangan, tinjauan, ajaran, pendapat atau
pendekatan mengenai pemecahan terkait masalah organisasi supaya organisasi
tersebut dapat berjalan dengan pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan bersama.
Sehingga dapat dikatakan bahwa teori organisasi ini merupakan acuan dalam
berorganisasi. 
Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama
pada setiap individu. Hakekat kelompok dalam individu untuk mencapai tujuan
beserta cara-cara yang ditempuh dengan menggunakan teori yang dapat
5

menerangkan tingkah laku, terutama motivasi, individu dalam proses kerjasama.


Sedangkan menurut Hodge dan Anthony, teori organisasi adalah sekelompok
konsep, prinsip-prinsip, dan hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan
komponen-komponen organisasi dan bagaimana komponen-komponen tersebut
berperilaku. Hal ini berarti teori organisasi dapat membantu kita memahami apa
itu organisasi dan bagaimana organisasi berhubungan dengan lingkungannya,
Jadi, bisa disebutkan kalau teori organisasi merupakan suatu konsepsi, pandangan,
tinjauan, ajaran, pendapat atau pendekatan tentang pemecahan permasalahan,
ataupun segala sesuatu yang memerlukan pemecahan dan pengambilan keputusan,
sehingga organisasi dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah disepakati dan
ditetapkan.

2.2 Teori dalam Komunikasi Organisasi


Pada makalah ini, akan dijelaskan beberapa macam teori dalam organisasi
yang mana itu tidak lain adalah; Teori Klasik, Teori Hubungan Manusia, Teori
Sistem Sosial, Teori Politik, dan Teori Simbolik.

2.2.1 Teori Klasik


Istilah klasik pada umumnya seringkali diartikan sebagai sesuatu yang
secara tradisional telah diterima atau sesuatu yang telah sejak lama cukup mapan.
Jika istilah ini dikaitkan dengan teori organisasi maka artinya kurang lebih adalah
sebutan untuk suatu pemikiran tentang fenomena organisasi yang telah sejak lama
mapan atau telah menjadi tradisi yang diterima dalam kajian tentang fenomena
organisasi.
Teori organisasi klasik memiliki asumsi bahwa organisasi selalu memiliki
susunan yang rasional dan logis, baik secara ekonomis maupun pencapaian
efisiensi. Dengan kata lain, bagi teori organisasi klasik rasionalitas, efisiensi dan
keuntungan ekonomis adalah tujuan organisasi. Sejalan dengan tujuan yang
demikian, manusia juga diasumsikan bertingkah laku atau bertindak secara
rasional pula. Jika manusia dipandang sebagai mahluk yang rasional maka maka
akan mudah bagi pihak manajemen untuk mencapai kepentingannya, terutama
peningkatan produktifitas melalui peningkatan upah dan insentif bagi pihak
pekerja.
6

Teori Klasik memusatkan perhatiannya pada penciptaan suatu himpunan


teknik-teknik yang rasional, yang diperlukan dalam mengembangkan baik struktur
maupun proses dan juga mengarahkan suatu bentuk koordinasi yang mampu
mengintegrasikan hubungan-hubungan antara bagian dari suatu organisasi. Teori
ini sangat meyakini bahwa jika teknik dan pendekatan yang rasional dapat
diwujudkan maka organisasi akan dapat berjalan lebih baik dalam pencapaian
tujuan.
Teori klasik mementingkan aspek struktur dan fungsi. Bahwa untuk
mencapai efisiensi yang tinggi, maka struktur organisasi harus stabil. Semakin
stabil maka semakin efisien. Sehingga struktur-struktur dan fungsi cenderung
selalu tetap/tidak berubah. Teori ini melihat organisasi sebagai ‘organisasi’
(sangat objektivis), dimana struktur dan kekuasaan yang stabil sangat penting
dalam menghasilkan sesuatu. Hal-hal yang mengganggu kestabilan struktur dan
fungsi organisasi akan di-reduce seminimal mungkin, bahkan dihilangkan.
Menurut Scott (Goldhaber, 1986) ada empat yang merupakan unsur kunci
dari teori organisasi klasik yaitu: pembagian kerja, hierarki proses fungsional,
struktur dan pengawasan yang ketat.
a. Unsur yang pertama adalah pembagian kerja, maksudnya adalah bagaimana
organisasi membagi sejumlah pekerjaan terhadap tenaga kerja yang ada
dalam organisasi. Pembagian pekerjaan ini dapat menurut jenis pekerjaan,
atau menurut perkiraan jumlah tanggung jawab/otoritas dari tiap orang.
b. Unsur kunci yang kedua adalah hierarki proses fungsional. Maksudnya
adalah bahwa setiap organisasi terdapat adanya tingkat-tingkat karyawan
atau pekerja menurut fungsinya atau pekerjaan khusus dalam organisasi.
c. Unsur kunci yang ketiga dalah struktur. Struktur adalah merupakan jaringan
hubungan dan peranan dalam organisasi. Teori organisasi klasik
membedakan dua macam struktur yaitu line dan staff. Line adalah garis-
garis yang menujukkan lalu lintas perintah dan fungsi utama organisasi
formal. Sedangkan staff adalah orang yang memberikan nasihat atau
pelayanan yang dikenai garis perintah.
d. Unsur kunci yang keempat adalah pengawasan yang ketat. Pengawasan
yang ketat ini dapat mempengaruhi bentuk organisasi. Misalnya, bila
7

kebanyakan pengawasan yang sedikit dalam suatu organisasi, maka bentuk


struktur organisasi adalah tinggi. Tetapi bila pengawasan yang dilakukan
besar maka bentuk organisasinya datar.
Teori organisasi klasik memiliki kelebihan dana kelemahan. Sebagai
contoh, struktur organisasi dapat mendukung orang-orang dan juga menekan
mereka. Struktur klasik menyediakan banyak dukungan tugas, seperti bantuan
ahli, sumber daya yang sesuai untuk melaksanakan pekerjaan, jaminan atau rasa
aman, dan kondisi kerja yng cukup andal. Sebaliknya meskipun struktur klasik
kuat dalam dukungan tugas, ia lemah dalam dalam dukungan psikologis. Dengan
demikian, yang diperlukan adalah sistem organisasi yang sekaligus dapat
menyediakan dukungan tugas dan psikologis.3
Kesimpulannya, bahwa teori organisasi klasik merupakan teori mengenai
organisasi yang masih menganut dan lebih condong pada suatu analisa dan
deskripsi mengenai organisasi saja. Selain itu, dalam teori organisasi klasik ini
hanya membicarakan soal konsep dalam suatu koordinasi dan hanya bersifat
vertical.

2.2.2 Teori Hubungan Manusia


Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan seseorang atau
sekelompok orang untuk berintegrasi. Unsur utama dalam proses integrasi adalah
komunikasi. Komunikasi sebagai alat penghubung antar individu dengan individu
lainnya. Komunikasi dapat dilakukan secara kelompok disebut sebagai
komunikasi organisasi.
Komunikasi organisasi merupakan proses pertukaran informasi yang
dilakukan oleh anggota atau individu dalam suatu kelompok yang bertujuan untuk
mencapai kesuksesan bersama. Dalam sebuah organisasi dibutuhkan kerjasama
antara para petinggi organisasi dan anggota organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan baik. Kerjasama dalam organisasi terjalin apabila
ada hubungan antar manusia (human relation). Adapun pengertian hubungan antar
manusia (human relation) sebagai berikut:

3
Davis, Keith dan John W Newstrom. 1993. Perilaku dalam Organisasi - Edisi Ketujuh. Jakarta:
Erlangga. Hal. 9.
8

- Menurut H. Bonner, hubungan antar manusia atau human relation adalah


hubungan antara dua atau lebih individu manusia dan perilaku individu yang
satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu lain
atau sebaliknya.
- Menurut Keith Davis, hubungan antar manusia adalah interaksi antar
seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi
kekaryaan. Ditinjau dari kepemimpinan yang bertanggungjawab dalam
suatu kelompok merupakan interaksi orang-orang menuju situasi kerja yang
memotivasi untuk bekerjasama secara produktif, sehingga mencapai
kepuasaan ekonomi, psikologis, dan sosial.
- Menurut The Liang Gie, hubungan antar manusia adalah adanya suatu
interaksi, bukan sekedar relasi atau hubungan yang pasif, melainkan suatu
aktivitas yang merupakan “action oriented” untuk mengembangkan hasil
yang lebih produktif dan memuaskan.
Kesimpulan dari pengertian hubungan antar manusia adalah proses interaksi
yang dilakukan manusia berupa komunikasi persuasif yang melibatkan psikologi,
perasaan, dan pikiran manusia.
Teori ini sering digunakan manusia dalam komunikasi organisasi. Teori
hubungan antar manusia dalam komunikasi organisasi akan merasa puas karena
tercipta rasa saling memahami antar anggota organisasi, tercipta kondisi yang
harmonis dalam bekerja, dan dapat berpengaruhi terhadap peningkatan kinerja
anggota organisasi. Setiap manusia memiliki watak atau sifat yang berbeda,
sehinga dalam suatu organisasi banyak anggota kelompok yang bersitegang
dengan anggota kelompok lainnya karena tidak dapat memahami karakter lawan
bicaranya. Dengan demikian, setiap manusia dituntut untuk saling menghargai,
menghormati, dan melakukan upaya lainnya untuk meminimalisir
kesalahpahaman antar anggota dalam suatu organisasi. Upaya yang sering
dilakukan oleh anggota organisasi adalah menjalin hubungan baik dengan rekan
kerjanya.
Tujuan teori hubungan antar manusia dalam komunikasi organisasi adalah
manusia mendapat pengetahuan tentang psikologis dalam penyesuaian diri dan
faktor sosial yang bertujuan untuk menciptakan kondisi kerja yang harmonis antar
9

anggota organisasi. Selain itu, hubungan antar manusia memiliki fungsi sebagai
acuan atau motivasi anggota organisasi untuk menjaga kestabilan emosi,
menumbuhkan sikap kerjasama, meminimalisir kesalahan dalam bekerja, menjaga
loyalitas, disiplin, kepuasan anggota secara psikologis terpenuhi, dan kondisi
dalam bekerja cenderung kondusif. Tujuan tersebut tercipta karena adanya faktor-
faltor yang mempengaruhi hubungan antar manusia. Faktor teori hubungan antar
manusia terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Faktor Yang Mendasari Interaksi Sosial
Faktor interaksi sosial melibatkan seseorang secara fisik maupun psikis.
Yang termasuk dalam faktor yang mendasari interaksi sosial adalah sebagai
berikut:
a. Imitasi, yaitu proses pembelajaran seseorang meniru sebagian atau tindakan
sosial dengan cara meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan
fisik seseorang.
b. Sugesti, yaitu memberi pengaruh atau meyakinkan seseorang melalui cara
pandangan terhadap orang lain tanpa ada kritik dan saran, sehingga orang
tesebut yakin tanpa berpikir panjang.
c. Identifikasi, yaitu tindakan sosial meniru secara keseluruhan. Seseorang
yang meniru secara identik atau sama dengan orang lain.
d. Simpati, yaitu perasaan tertarik yang mendalam terhadap orang lain
sehingga orang tersebut dapat merasakan apa yang orang lain rasakan.
2. Faktor yang menentukan interaksi sosial.
Faktor interaksi sosial yang melibatkan komunikasi antar individu atau
komunikasi interpersonal. Yang termasuk ke dalam faktor yang menentukan
interkasi sosial adalah sebagai berikut:
a. Rasa percaya
Rasa percaya dapat memberikan efek komunikasi yang baik dalam
organisasi. Komunikasi menjadi efektif apabila anggota organisasi dapat
percaya diri dalam bekerja, maka tujuan dalam bekerja akan lebih cepat
tercapai.
b. Sikap suportif
10

Sikap suportif adalah sikap saling mendukung antar satu anggota dengan
anggota yang lain. Sikap ini dapat meminimalisir keegoisan individu.
Apabila individu memiliki sikap egois maka ia memiliki sikap defensif,
yaitu sikap melindungi diri sendiri dari segala ancaman. Sikap tersebut
dapat mengagalkan komunikasi yang terjalin anta anggota organisasi.
c. Sikap terbuka
Sikap terbuka menciptakan rasa toleransi antar anggota organisasi. Sikap
terbuka dapat memberikan rasa saling menghargai dan dapat memberikan
kepuasan batin setiap anggota organisasi, sehingga memudahkan anggota
saling terbuka dalam berdiskusi.

2.2.3 Teori Sistem Sosial


Teori sistem sosial menjelaskan tentang dinamika oganisasi dalam istilah-
istilah dari jaringan sosial, hubungan dan interaksi orang didalam dan diuar
organisasi. Blau dan Scott (1962) mengenalkan dua prinsip dasar yang membantu
mendefinisikan sistem sosial. Salah satunya adalah susunan hubungan-hubungan
sosial, atau pola-pola dari interaksi-interaksi sosial didalam sistem sosial. Yang
lain adalah budaya, atau nilai-nilai kebersamaan dari orang-orang di dalam sistem
sosial. Hal ini berguna untuk mengingat bahwa susunan hubungan sosial dan
budaya dari organisasi dapat dilihat secara formal, informal atau holistik.
Struktur sosial ditentukan oleh jenis interaksi sosial, antara orang dengan
berbagai status dalam organisasi. Tindakan Sosial mengacu pada jenis dan tingkat
interaksi di antara mereka dalam sebuah organisasi, apakah mereka lebih tinggi,
rendah, atau berorientasi pada teman sebaya. Misalnya, penting untuk dicatat
bagaimana-sering dan panjangnya orang bercakap-cakap satu dengan yang lain
didalam organisasi dan alasan apa diskuasi telah diadakan.
Budaya dari suatu organisasi sama pentingnya dengan susunan sosial suatu
organisasi. Dampak budaya struktur sosial dan sebaliknya. Budaya termasuk nilai-
nilai bersama, norma-norma sosial, dan peran yang diluar dugaan muncul dalam
sebuah organisasi. Bersama nilai-nilai dan keyakinan mungkin dapat dinyatakan
melalui visi atau misi organisasi atau dengan tujuan dimana sebuah organisasi
melakukan bisnis sehari-hari. Lebih luas, nilai-nilai, norma-norma, dan peran
11

harapan semuanya jelas nampak pada perilaku orang dalam suatu organisasi
(Chance, dalam Nasikin. 2006).
Suatu sistem sosial tidak hanya berupa kumpulan individu. Sistem sosial
juga berupa hubungan-hubungan sosial dan sosialisasi yang membentuk nilai-nilai
dan adat-istiadat sehingga terjalin kesatuan hidup bersama yang teratur dan
berkesinambungan. Menurut Selo Soemardjan mengacu pendapat Loomis suatu
sistem sosial harus terdiri atas sembilan unsur sebagai berikut.
1. Kepercayaan dan pengetahuan
Unsur kepercayaan dan pengetahuan merupakan unsur terpenting dalam
sistem sosial karena perilaku anggota masyarakat sangat dipengaruhi oleh
apa yang mereka yakini dan ketahui tentang kebenaran, sistem agama, dan
cara beribadah kepada Sang Pencipta.
2. Perasaan
Perasaan adalah keadaan jiwa manusia dalam hubungannya dengan keadaan
alam sekitarnya, termasuk sesama manusia. Perbedaan latar belakang
budaya suatu masyarakat akan membedakan keadaan mental masyarakat
yang membentuk suatu sistem sosial. Perasaan dibentuk oleh hubungan
yang menghasilkan situasi psikologis tertentu yang, ketika mencapai tingkat
tertentu, harus dikendalikan sehingga tidak ada ketegangan mental yang
tidak semestinya.
3. Tujuan
Dalam setiap tindakannya, manusia memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan ini merupakan hasil akhir dari tindakan dan perilaku seseorang yang
ingin dicapai melalui perubahan atau dengan mempertahankan keadaan
yang sudah baik.
4. Norma/Aturan/Aturan Sosial
Norma adalah pedoman tentang perilaku yang diharapkan atau pantas
menurut suatu kelompok atau masyarakat. Norma sosial adalah norma
perilaku yang diperlukan atau dibenarkan dalam situasi tertentu dan
merupakan elemen terpenting untuk memprediksi tindakan manusia dalam
sistem sosial. Norma sosial dipelajari dan dikembangkan melalui sosialisasi
sehingga menjadi pranata sosial.
12

5. Jabatan (State) dan Peran (Role)


Kedudukan adalah kedudukan seseorang pada umumnya dalam
masyarakatnya terhadap orang lain, ditinjau dari lingkungan sosial, prestasi,
hak dan kewajibannya. Posisi menentukan apa yang harus dilakukan
seseorang untuk masyarakat. Dalam setiap sistem sosial terdapat kedudukan
yang berbeda-beda, baik yang diperoleh secara turun-temurun, dengan
usaha sendiri maupun kedudukan yang diberikan sebagai imbalan dari
lingkungannya sendiri, sedangkan peran adalah pelaksanaan hak dan
kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya.
6. Level/Peringkat
Pangkat berkaitan dengan kedudukan dan peran seseorang dalam
masyarakat. Seseorang dengan derajat tertentu berarti bahwa ia memiliki
sebagian dari hak dan kewajibannya. Pemeringkatan tersebut diperoleh
setelah melalui penilaian terhadap tingkah laku seseorang mengenai
pendidikan, pengalaman, keahlian, dedikasi, keikhlasan dan keikhlasan dari
perbuatan yang dilakukannya.
7. Kekuatan
Kekuasaan adalah segala kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain.
Ketika seseorang diakui oleh masyarakat sekitar, itu disebut otoritas.
8. Sanksi
Sanksi adalah suatu bentuk penghargaan yang diberikan kepada seseorang
atas perilakunya. Sanksi dapat berupa hadiah atau hukuman. Sanksi
diberikan oleh masyarakat agar perilaku masyarakat tetap sesuai dengan
aturan yang berlaku. Setiap masyarakat akan menjatuhkan sanksi baik
positif maupun negatif kepada anggotanya, namun bentuk dan tingkatan
sanksi yang diberikan sangat tergantung pada peradaban masyarakat
tersebut.
9. Fasilitas (sumber daya)
Fasilitas adalah segala bentuk cara, jalur, metode, objek yang digunakan
oleh orang untuk menciptakan tujuan dari sistem sosial itu sendiri. Sarana
disini sama dengan sumber materi berupa ide atau gagasan.
13

Dalam kata lain, Teori sistem sosial merupakan suatu cara pendekatan
sosiologi yang memandang setiap fenomena mempunyai berbagai komponen
saling berinteraksi satu sama lain agar dapat bertahan hidup. Teori sistem sebagai
paradigma fakta sosial, berkaitan dengan nilai-nilai, institusi sosial yang mengatur
dan menyelenggarakan eksistensi kehidupan bermasyarakat. Sistem sendiri
merupakan suatu kesatuan dari elemen-elemen fungsi yang beragam, saling
berhubungan dan membentuk pola yang mapan. Hubungan antara elemen-elemen
sosial tersebut adalah timbal-balik. Kehidupan sosial masyarakat sebagai sistem
sosial harus dilihat sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dari bagian-bagian
atau unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain, saling tergantung dan
berada dalam satu kesatuan.

2.2.4 Teori Politik


Teori politik memiliki dua makna: makna pertama menunjuk teori sebagai
pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang
ideal, makna kedua menunjuk pada kajian sistematis tentang segala kegiatan
dalam masyarakat untuk hidup dalam kebersamaan.
Sedangkan teori politik sebagai hasil kajian empirik bisa dicontohkan
dengan teori struktural-fungsional yang diajukan oleh Talcot Parson (seorang
sosiolog), antara lain diturunkan kedalam teori politik menjadi Civic Culture.
Konsep sistem politik sendiri merupakan ciptaan para akademisi yang mengkaji
kehidupan politik (sesungguhnya diturunkan dari konsep sistem sosial).
Sampailah kita pada penjelasan tentang teori politik yang merupakan
derivasi yang lebih spesifik dari pendekatan-pendekatan dari tiap paradigma.
Teori itu adalah sebuah pernyataan umum yang mendeskripsikan dan menjelaskan
sebab dan akibat dari sebuah fenomena sosial dan politik (Van Evera, 1997).
Pernyataan umum itu biasanya berisi definisi yang tepat dan jelas dari konsep-
konsep kunci (biasa juga disebut sebagai proposisi) serta hubungan antar konsep-
konsep tersebut. Dari penjelasan terhadap konsep-konsep kunci tersebut maka
akan terbangun kaitan secara logis antara konsep dengan realitas empiris. Secara
lebih mendetail, Miriam Budiardjo (2008,) mendefinisikan teori politik sebagai
bahasan dan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik.
14

Teori politik adalah bahasan dan renungan atas tujuan dari kegiatan politik,
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, kemungkinan-kemungkinan dan
kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik tertentu, dan
kewajiban-kewajiban (obligations) yang diakibatkan oleh tujuan politik itu.4
Kemudian teori-teori kelompok dibedakan menjadi:
1) Filsafat politik (political philosophy), yaitu mencari penjelasan berdasarkan
ratio. Pokok pikiran dari filsafat politik ialah persoalan-persoalan yang
menyangkut alam semesta harus dipecahkan dulu sebelum persoalan-
persoalan politik yang kita alami sehari-hari dapat ditanggulangi.
2) Teori politik sistematis (systematic political theory), yaitu mendasarkan diri
atas pandangan-pandangan yang sudah lazim diterima pada masanya.
Dengan kata lain teori ini hanya mencoba merealisasikan norma-norma
dalam suatu program politk.
3) Ideologi politik (political ideology), yaitu himpunan nilai-nilai, ide, norma,
kepercayaan dan keyakinan, yang dimiliki seorang atau sekelompok orang,
atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema
politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah lakunya.
Pentingnya pemahaman dan pemilihan teori politik juga berkaitan dengan
fungsi dari teori itu. Menurut Neumann (2014) dan Effendi (1981) terdapat lima
fungsi teori sebagai berikut.
1. Mengklasifikasikan berbagai hal seperti entitas, proses, dan hubungan
kausal.
2. Menjelaskan keteraturan atau regularitas yang terjadi.
3. Memprediksi hubungan dari fenomena yang sedang diamati.
4. Memberikan arah bagi penelitian yang sedang dilakukan.
5. Memberikan dasar norma atau moral untuk bertindak.
Fungsi-fungsi ini kemudian dirangkum menjadi dua fungsi teori secara
umum, yaitu, pertama, fungsi sebagai dasar norma atau moral bagi perilaku politik
termasuk bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara. Kedua, fungsi sebagai alat
analisis atau tools of analysis dari fenomena-fenomena politik yang sedang terjadi
ketika di dalamnya termasuk untuk mengklasifikasi fenomena, menjelaskan

4
Anthonius Sitepu, 2012. Teori-teori politik, Yogyakarta; Cetakan Pertama, hlm.17.
15

keteraturan dari fenomena yang terjadi, memprediksi fenomena yang akan terjadi,
dan mengarahkan penelitian tentang fenomena baru. Sejalan dengan kedua fungsi
teori secara umum tersebut,

2.2.5 Teori Simbolik


Komunikasi memiliki pengertian yakni proses penyampaian maksud atau
pesan dari sang komunikator kepada komunikan baik dalam bentuk satu arah atau
dua arah,dengan menggunakan media (alat bantu) maupun tidak, dengan tujuan
terwujudnya Mutual understanding, perubahan pemikiran dan perilaku.
Komunikasi memiliki dua jenis dalam bentuk penyampaiannya, yakni verbal dan
nonverbal. Verbal itu mencakup lisan dan tulisan, sedangkan nonverbal mencakup
mimik wajah, bahas tubuh ataupun simbol.
Komunikasi yang efektif menghantarkan manusia pada sebuah pengertian
dan pemaknaan tentang simbol yang kontekstual. Komunikasi tersebut menurut
Jung, ditunjukkan dalam sebuah perjumpaan pemaknaan simbol antar individu
dengan individu, atau individu dengan masyarakat. Simbol berkaitan dengan
kehidupan manusia bukan hanya secara individual tetapi juga manusia dalam
artian masyarakat dan simbol berkaitan dengan kohesi sosial dan transformasi
sosial. Melalui simbol manusia berkomunikasi dan berinteraksi dalam menghayati
eksistensinya. Komunikasi efektif dibangun untuk menghadapi situasi dan realitas
yang ada. Simbol-simbol yang digunakan mempengaruhi perubahan manusia
sebagai individu maupun individu dengan masyarakat.
Pikiran manusia pada dasarnya bekerja dengan struktur-struktur simbolik
tertentu, dan struktur-struktur ini dengan demikian menjadi universal. Lambang-
lambang atau simbol tidak bekerja secara terpisah, tetapi dalam suatu konteks
yang bersifat sosial sekaligus historis. Pemaknaan sebuah simbol berdasarkan
kesepakatan bersama yang diperoleh melalui penglihatan dan pengalaman
masing-masing individu dalam kelompok akan menciptakan kesadaran bersama
tentang sesuatu. Dengan demikian simbol membentuk memory collective, yang
muncul dalam pikiran manusia dan tertanam dalam konteks sosial tertentu. Jan
Asmann menyebutnya sebagai pengukuhan identitas atau keterkaitan atau
kesatuan individu dalam sebuah komunitas.
16

Selain itu hasil dari pemikiran George Herbert Mead (1863-1931 di kutip
dalam Intan permata Sari). Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap
isyarat nonverbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan
bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu
bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku
orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat
mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca
simbol yang ditampilkan oleh orang lain. Sesuai dengan pemikiran-pemikiran
Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik adalah:
a. Mind (pikiran) – kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai
makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan
pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.
b. Self (diri pribadi) – kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari
penilaiansudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme
simbolis adalah salahsatu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan
tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.
c. Society (masyarakat) – hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan
dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu
tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela,
yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan
peran di tengah masyarakatnya
Charron (1979) menyebutkan pentingnya pemahaman terhadap simbol-
simbol ketika seseorang menggunakan teori interaksionisme simbolis. Simbol
adalah objek sosial dalam suatu interaksi. Ia digunakan sebagai perwakilan dan
komunikasi yang ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya. Orang-
orang tersebut memberi arti, menciptakan dan mengubah objek tersebut di dalam
interaksi. Simbol sosial tersebut dapat mewujud dalam bentuk objek fisik (benda-
benda kasat mata); kata-kata (untuk mewakili objek fisik, perasaan, ide-ide, dan
nilai-nilai), serta tindakan (yang dilakukan orang untuk memberi arti dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert
Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain:
17

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia.


Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku
manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari
proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai
pada akhirnya di konstruksi secarainterpretif oleh individu melalui proses
interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama
dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut : Manusia, bertindak,
terhadap, manusia, lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang
lainkepada mereka, Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, Makna
dimodifikasimelalui proses interpretif .
2. Pentingnya konsep mengenai diri (self-concept).
Tema ini berfokus pada pengembangan konsep diri melalui individu
tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya
dengan cara antara lain: Individu-individu mengembangkan konsep diri
melalui nteraksi dengan orang lain, Konsep dirimembentuk motif yang
penting untuk perilaku Mead sering kali menyatakan hal ini sebagai: ”The
particular kind of role thinking – imagining how we look to another person
”or” ability to see ourselves in the reflection of another glass”.
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Tema ini berfokus pada dengan hubungan antara kebebasan individu dan
masyarakat,dimana norma-norma sosial membatasi perilaku tiap
individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan
yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk
menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial.
Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah: Orang dan
kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, Struktur
sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
Teori interaksionisme simbolik merupakan teori yang berusaha menjelaskan
bahwa interaksi antar individu melibatkan penggunaan simbol – simbol. Ketika
kita berinteraksi dengan orang lain, kita berusaha mencari makna yang cocok
dengan yang di maksud oleh orang tersebut. Selain itu, kita juga
menginterprestasikan apa yang di maksud dengan orang lain melalui simbolis
18

yang di bangun. Interaksi simbolik dapat dikatakan perpaduan dari perspektif


sosiologis dan perspektif komunikologis, oleh karena interaksi simbolik adalah
istilah dan garapan sosiologis, sedangkan simbolik adalah istilah dan garapan
komunikasi. (Effendi, 2003:390)
19

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan makalah ini dengan menjelaskan poin-poin dari
materi yang telah penulis pilih, maka penulis mengharapkan para pembaca dapat
mengerti dan memahami apa yang tertulis disini. Untuk itu, penulis telah
menyimpulkan segala poin materi yang dibahas dalam makalah ini dalam bentuk
singkat. Berikut ini simpulan dari makalah.
1) Teori organisasi merupakan suatu konsepsi, pandangan, tinjauan, ajaran,
pendapat atau pendekatan tentang pemecahan permasalahan, ataupun segala
sesuatu yang memerlukan pemecahan dan pengambilan keputusan, sehingga
organisasi dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah disepakati dan
ditetapkan.
2) Ada beberapa macam teori dalam organisasi yang mana itu tidak lain adalah
Teori Klasik, Teori Hubungan Manusia, Teori Sistem Sosial, Teori Politik,
dan Teori Simbolik.

3.2 Saran
Berdasarkan penjelasan dari pembahasan yang penulis pilih dalam makalah
ini. Penulis memiliki beberapa saran atau rekomendasi kepada pembaca atau
penulis lainnya yang berkeinginan untuk melanjutkan pembahasan lebih
mendalam tentang materi ini. Penulis berharap dengan adanya saran-saran berikut,
penulis lainnya dapat menjelaskannya kepada para pembaca yang nantinya dapat
menggunakan dan menerapkan ilmu ini di dalam dunia nyata sebaik-baiknya.
20

DAFTAR PUSTAKA

Antoni. (2004). Riuhnya Persimpangan Itu, Profil dan Pemikiran Para Penggagas
Kajian Ilmu Komunikasi. Solo: Tiga Serangkai.

Amatai Etzioni. (1964). Modern Organization. Upper Saddle River, New Jersey,
Amerika Serikat: Prentice Hall.

Armilus, Robi. (2017). Teori Sistem Sosial. Articles. Diakses pada tanggal 20
April 2022 melalui link: Teori Sistem Sosial (robiarmilus.com)

Cindoswari, Ageng Rara. (2016). “Analisis Struktur Jaringan Komunikasi Dalam


Adaptasi Ekonomi, Sosial dan Budaya Pada Paguyuban Bubul Akhirat di
Kota Batam”. Komunikasi, Vol 10.

Davis, Keith dan John W Newstrom. (1993). Perilaku dalam Organisasi - Edisi
Ketujuh. Jakarta: Erlangga.

Hodge, BJ. Anthony, William P. (1988). Organization Theory. 3rd edition.


Massachusetts: Allyn and Bacon Inc.

Max Weber (1947). The Theory of Social and Economic Organization yang
diterjemahkan oleh A.M Henderson dan T. Parson. Oxford University
Press.

Morrisan. (2013). Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa (edisi pertama).


Jakarta: Kencana.

Sackamann, Sonja S. (1990). Managing organizational Culture: Dreams, and


Possibilities. California: Sage Publishing.

 Rudy, May Rudy. (1992). Pengantar Ilmu Politik-Wawasam Pemikiran dan


Kegunaannya. Bandung: Refika Aditama. 1992.

Anda mungkin juga menyukai