Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“PROSES KELOMPOK DALAM BIMBINGAN”

Mata Kuliah: Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok

Dosen Pengampu: Vesti Dwi Cahyaningrum., M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Nurwita Irfatus Sholikah (210801049)
2. Nina Febriani (210801064)
3. Rizki Agustina (210801067)

KELAS BK 3B

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan tak lupa
kita curahkan sholawat serta salam pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW,
yang telah mengantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok perkuliahan mata kuliah Teori
dan Praktik Bimbingan Kelompok Semester 3 pada Universitas Nahdlatul Ulama Sunan
Giri Bojonegoro. Makalah yang berjudul “Proses Kelompok Dalam Bimbingan”
merupakan hasil penulisan yang disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan penulisan
karya ilmiah pada Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada semua pihak yang telah memberikan banyak motivasi demi terselesaikannya
makalah ini, terutama kepada Ibu Vesti Dwi Cahyaningrum., M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok yang senantiasa selalu
memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan hingga makalah ini terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu dengan kerendahan hati, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran pembaca
demi tercapainya kebaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.

Bojonegoro, 12 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................2

C. Tujuan Masalah ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3

A. Pengertian dan Macam-Macam Kelompok .............................................................3

B. Dinamika dan Proses Kelompok ............................................................................14

C. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kohesifitas Kelompok .................20

BAB III PENUTUP .......................................................................................................24

A. Kesimpulan ................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pentingnya kelompok dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan baik pada saat
sekarang maupun pada waktu yang akan datang tak dapat disangka lagi. Bukti-bukti
telah jelas menunjukkan bahwa kelompok telah menjadi media yang utama dalam
hampir semua bidang kehidupan misalnya pendidikan, sosial budaya, politik dan
kenegaraan. Proses kehidupan manusia mulai dari lahir sampai meninggal juga
berlangsung dalam kelompok.
Sebagai makhluk individu dan sosial, manusia selalu membutuhkan orang lain,
merasa senang apabila dapat membantu orang lain, dan merasa aman apabila berada
dalam kelompoknya. Sebagian besar kebutuhan-kebutuhan dasar, kebutuhan-
kebutuhan pribadi dan sosial manusia dipenuhi melalui proses kelompok. Demikian
juga kebutuhan untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu dan untuk
mengembangkan diri juga dipenuhi dalam kelompok. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kelompok sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
individu, cara individu belajar, cara-cara bagaimana individu mengembangkan pola-
pola perilaku, cara menghadapi masalah, cara menentukan nilai-nilai hidup, cara
memilih pekerjaan, dan caranya menyesuaikan diri.
Pietrofesa (1980) menyatakan bahwa bagi konselor, guru dan mereka yang
pekerjaannya berkaitan dengan kepemimpinan, mengajar dan melatih individu dalam
kelompok, proses kelompok mempunyai manfaat-manfaat tertentu yaitu: pemahaman
mengenai pengaruh kelompok dan dinamika kelompok dapat membantu pemahaman
perilaku individu dengan lebih baik, pemahaman mengenai organisasi dan kegunaan
kelompok akan membantu dalam kegiatan mengajar dan membimbing orang lain,
konseling kelompok mungkin lebih cocok untuk melayani individu-individu dan
masalah-masalah tertentu daripada konseling individual.
Mengingat pentingnya proses kelompok di dalam kegiatan pendidikan pada
umumnya dan kegiatan bimbingan pada khususnya dalam bab ini berturut-turut akan
dibahas mengenai pengertian kelompok macam-macam kelompok, dinamika

1
kelompok dan proses kelompok, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat keterikatan kelompok atau kohesifitas kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan macam-macam kelompok?
2. Bagaimana dinamika dan proses kelompok?
3. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kohesifitas kelompok?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam kelompok.
2. Untuk mengetahui dinamika dan proses kelompok.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kohesifitas kelompok.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Macam-Macam Kelompok


1. Pengertian Kelompok
Istilah kelompok merupakan sesuatu yang sudah dikenal orang secara luas,
sehingga untuk mengetahui artinya kita tidak perlu membuka kamus.
Meskipun demikian, kalau mahasiswa diminta untuk mengemukakan
pengertian kelompok akan diperoleh berbagai macam konsep yang berbeda-
beda. Tetapi apabila jawaban mereka kita analisis akan tampak bahwa
pengertian kelompok yang dikemukakan hampir semuanya mengacu kepada
definisi umum mengenai kelompok seperti yang dikemukakan oleh webster
(1973), yaitu "kelompok adalah dua atau lebih benda atau orang yang
membentuk suatu pola atau suatu unit pola; suatu kesatuan orang-orang atau
benda-benda yang membentuk suatu unit yang terpisah, suatu himpunan,
suatu persatuan, suatu kumpulan objek yang mempunyai hubungan,
kesamaan, atau sifat-sifat yang sama".
Untuk membuat definisi yang lengkap yang dapat menggambarkan dengan
jelas saling hubungan yang dinamis yang terjadi dalam kelompok memang
tidak mudah. Masing-masing disiplin ilmu misalnya sosiologi, psikologi,
filsafat, antropologi, dan pendidikan mempunyai konsep yang agak berbeda
tentang kelompok. Perbedaan tersebut berdasarkan orientasi dan sudut
pandang yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lain.
Meskipun demikian diantara berbagai sudut pandang tersebut terdapat
elemen-elemen yang sama, yaitu dalam kelompok terdapat interaksi dan
terdapat perubahan dalam tingkat hubungan anggota-anggotanya sebagai hasil
partisipasinya dalam kegiatan kelompok. Selain itu juga terdapat kesamaan
pandangan bahwa interaksi kelompok akan meningkatkan bila anggota-
anggota kelompok mempunyai masalah yang sama dan berusaha
memecahkannya secara bersama-sama sehingga kebutuhannya dapat
terpenuhi.

3
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian
kelompok berikut dikemukakan pendapat dari beberapa ahli. Kemp (1970:26)
menyatakan bahwa kelompok adalah "two or more organism interacting, in
pursuit of a common goal, in such a way that existance of many is utilized for
the satisfaction of some needs of each". Dalam definisi tersebut kemp
menekankan adanya interaksi, pencapaian tujuan bersama dan kepuasan
kebutuhan-kebutuhan anggota-anggota kelompok. Sedangkan Shaw (1981)
mengemukakan bahwa kelompok adalah "two or more persons who are
interacting with one another in such manner that eat person influences and is
influenced by each other person". Dalam hal ini shaw menekankan bahwa
dalam proses interaksi itu anggota-anggota kelompok saling memberi
pengaruh satu dengan yang lain. Seorang ahli lain yaitu Reicher (1982)
mengemukakan bahwa kelompok adalah "two or more people who shares a
common social identification of themselves, or, which is really the same thing,
perceive themselves to be members of the same social category". Dalam
definisi ini Reicher menekankan adanya identitas sosial yang sama dalam
kelompok. Definisi yang lebih lengkap tentang kelompok dikemukakan oleh
Johnson dan Johnson (1987:8) yaitu:
kelompok adalah dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara tetap
muka, masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok,
mengetahui dengan pasti individu-individu lain yang menjadi anggota
kelompok, dan masing-masing menyadari saling ketergantungan mereka yang
positif dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam definisi tersebut tampaknya Johnson dan Johnson menekankan adanya
interaksi tatap muka antara anggota-anggota kelompok dan saling keterkaitan
dan ketergantungan yang positif antara sesama anggota kelompok demi
tercapainya tujuan bersama.
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok
merupakan kumpulan antara dua orang atau lebih yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Adanya interaksi antar pribadi antara sesama anggota kelompok.

4
2. Adanya saling ketergantungan yang positif.
3. Adanya rasa keterikatan menjadi anggota suatu kelompok.
4. Adanya tujuan bersama.
5. Adanya motivasi untuk dapat memuaskan kebutuhan sesama anggotanya.
6. Adanya hubungan yang terstruktur yang didasarkan pada peranan-peranan
dan norma-norma tertentu, dan
7. Adanya saling pengaruh mempengaruhi antara sesama anggota kelompok.
2. Macam-Macam Kelompok
Kelompok dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai sudut pandangan,
misalnya: besarnya, sifat interaksi sosialnya, tingkat keakraban hubungan
antar anggotanya, variasi kepentingan anggota-anggotanya, jangka waktu
kebersamaannya, organisasinya, atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Dalam
bagian ini akan diuraikan 4 macam kelompok sosial dan beberapa kelompok
bimbingan dan konseling yang lain.
1. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Kelompok primer adalah kelompok yang anggota-anggotanya


bertemu secara langsung, hubungannya akrab, saling membantu dan
bersama-sama memecahkan masalah yang dihadapi. Ciri-ciri kelompok
primer adalah: a.) Jumlah anggotanya sedikit, b.) Anggota-anggotanya
mempunyai latar belakang yang sama, c.) Anggota-anggotanya
mempunyai kepentingan pribadi yang terbatas, d.) Anggota-anggotanya
berbagai kepentingan dan intensif, e.) Tidak ada formalitas kepemimpinan
dan keanggotaan, dan f.) Pembagian tugas terjadi atas dasar kesukarelaan.
Contoh kelompok primer adalah keluarga, kelompok bermain,
persahabatan, dan kelompok belajar. Kelompok tersebut disebut
kelompok primer karena anggota-anggotanya terdiri dari individu-
individu dari lingkungan pertama dan hubungannya erat.
Kelompok sekunder adalah kelompok yang hubungan anggota-
anggotanya tidak langsung, lebih bersifat formal dan pertemuan antara
anggota-anggotanya berlangsung pada saat-saat tertentu saja (Shertzer dan

5
Stone, 1981). Di dalam kelompok sekunder terdapat pimpinan dan
anggota yang formal, ada peraturan yang mengatur kegiatan pemimpin,
hubungan antara anggota-anggotanya, dan hubungan dengan luar
kelompok. Contoh kelompok sekunder adalah kelompok kelas, kelompok
bidang studi, perkumpulan, partai politik, kelompok profesi, kelompok
pekerja, dan sejenisnya.

2. Kelompok psikologis dan Kelompok Sosial (psyche and socio groups).


Kelompok psikologi (Psyche groups) adalah kelompok yang
mempunyai ciri-ciri: a.) Bersifat informal dalam arti hampir tidak
mempunyai peraturan-peraturan, dan andaikata ada peraturan maka aturan
itu sifatnya sementara, b.) Keanggotaannya bersifat sukarela dan biasanya
sangat homogin, c.) Jumlah anggotanya kecil, pada umumnya dua, tiga,
atau empat orang, d.) Tujuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
emosional anggotanya, tetapi tujuan ini biasanya tidak dirumuskan secara
tegas namun muncul karena adanya perasaan senasib, e.) Ada hubungan
pribadi yang mendalam di antara anggota-anggotanya. Contoh psyche
groups adalah kelompok anak-anak remaja atau pra remaja yang dikenal
dengan istilah "gang" dan "klik". Tetapi kelompok ini juga dapat terbentuk
di lingkungan orang-orang dewasa, misalnya di lingkungan keluarga
seperti istri-istri yang ditinggal suaminya bertugas di daerah lain,
mahasiswa-mahasiswa perantauan, dan pegawai-pegawai perusahaan,
mereka menjalin hubungan akrab karena merasa senasib.
Kelompok sosial dapat dikatakan kebalikan dari psyche grups.
Kelompok ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a.) Keanggotaannya
dapat bersifat sukarela maupun tidak sukarela dalam arti seseorang dapat
menjadi anggota kelompok bukan karena keinginan sendiri tetapi karena
ditunjuk untuk mewakili organisasi tersebut, b.) Anggotanya heterogin
baik dalam hal umur, kedudukan, maupun pekerjaan, c.) Mempunyai
tujuan tertentu yang ditetapkan oleh anggota-anggotanya, dan biasanya
bersifat sosial, d.)

6
Kegiatannya berorientasi pada tugas atau pada pemecahan masalah. Contoh
kelompok sosial adalah kelompok badan amal, kelompok bakti sosial untuk
menjaga kelestarian lingkungan, kelompok-kelompok rekreasi yang
terorganisasi dan sejenisnya.
Perbedaan antara psyche group kadang-kadang tidak jelas. Suatu psyche
group dapat berubah menjadi socio group, dan sebaliknya di dalam Sosio
group dapat terbentuk psyche group. Dalam kaitan ini Kemp (1970)
menyatakan bahwa makin banyak psyche group terdapat di dalam socio
group, semakin produktif socio group yang bersangkutan.
Proses psyche group juga terjadi dalam psikoterapi kelompok di mana
dorongan dan dukungan terapis tidak hanya untuk mendorong pasien supaya
mau melakukan tugas-tugas yang diberikan, tetapi erutama untuk membantu
menciptakan suasana yang permisif. Dalam suasana permisif tersebut pasien
akan lebih mudah berbicara dengan terapis, dan interaksi menjadi lebih
spontan dan mengesankan. Suatu hal yang menarik dalam hal ini adalah
bahwa isi pembicaraan pasien tersebut banyak berkisar mengenai
hubungannya dengan kelompok primemya pada waktu yang lalu, misalnya
hubungannya dengan orang tuanya, persaingan dengan saudara-saudara
kandungnya, perlakuan atasannya, dan hubungannya dengan teman-teman
dekatnya. Situasi pyche group yang diciptakan oleh terapis ini akan membuat
pasien dapat membicarakan masalah-masalahnya tanpa dihantui kecemasan.
3. In-Group dan Out-Group
In-Group adalah kelompok di mana individu-individu anggotanya dengan
sadar mengidentifikasikan dirinya, melibatkan dirinya, dan diikutsertakan
dalam kegiatan-kegiatan kelompoknya. Keberadaan dan keterlibatan individu
dalam kegiatan ditentukan oleh sikap-sikapnya seperti, sikap membantu,
memikirkan dan sikap kerjasama khususnya dalam situasi-situasi sosial
tertentu. Contoh in group adalah dalam kelompok keluarga, klub, pekerjaan,
keagamaan, dan kelompok perkumpulan dari jenis kelamin yang sama.
Out-Group merupakan kebalikan dari in-group yaitu individu dianggap
sebagai out-group karena tidak melibatkan diri de ngan kegiatan-kegiatan

7
kelompok dan tidak diikutsertakan oleh ke lompoknya Biasanya individu-
individu tersebut dinyatakan dengan sebutan "mereka", "orang lain", dan
bukan dengan "kita". Sikap meng anggap out-group tersebut dinyatakan
dengan ungkapan-ungkapan yang menunjukkan perbedaan, dan kadang-
kadang dengan sikap permusuhan, penuh prasangka, kebencian dan sikap
apatis atau tidak peduli.
3. Kelompok Tertutup dan Kelompok Berkesinambungan (closed and
continuous groups).
Kelompok Tertutup adalah kelompok yang jumlah anggotanya tetap yaitu
individu-individu yang dari sam pai akhir menjadi anggota kelompok tersebut.
Individu lain tidak boleh masuk ikut kegiatan kelompok selama proses
kelompok berlangsung Contoh kelompok tertutup adalah kelompok konseling
yang anggota nya tetap sejak awal sampai konseling kelompok berakhir.
Kelompok berkesinambungan, juga sering disebut dengan nama
kelompok terbuka, adalah kelompok yang anggotanya dapat bertambah
selama proses kelompok berlangsung Masuknya anggota baru ini bisa
menimbulkan masalah komunikasi, penerimaan dari anggota lama pada
anggota baru, dan kesulitan dari anggota baru untuk berpartisipasi secara
penuh bersama anggota anggota lain. Hal ini dapat terjadi karena hubungan
yang sudah terbina dengan baik dalam kelompok perlu dikembangkan lagi
dengan masuk nya anggota-anggota baru. Contoh kelompok
berkesinambungan atau kelompok terbuka adalah kelompok konseling yang
menerima anggota baru selama proses konseling kelompok berlangsung.

Selain pembagian kelompok seperti dikemukakan di atas, ada pembagian


lain yang dikemukakan oleh beberapa ahli, misalnya Gazda (1989), Corey dan
Corey (1987) yaitu: kelompok bimbingan (quidance groups), kelompok
konseling (counseling groups), kelompok psikoterapi (psychoterapy groups),
kelompok latihan kepekaan (sensitivity groups), kelompok latihan (T-groups),
kelompok pertemuan (encounter groups), kelompok pengembangan
organisasi (organizational development groups), dan kelompok latihan

8
hubungan antar manusia yang sistematis (systematic human relations training
groups), dan kelompok latihan keterampilan hidup (life skills training groups).
Dalam bagian berikut ini bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan
psikoterapi kelompok.

Kelompok Latihan Kepekaan (Sensitivity Groups). Kelompok latihan


kepekaan merupakan salah satu kelompok latihan pertama dan umum di
bidang pembinaan pribadi. Pada mulanya istilah tersebut diguna kan untuk
menyebut kegiatan-kegiatan latihan dalam kelompok kecil yang diadakan oleh
"National Training Laboratories" di Amerika Selanjutnya istilah sensitivity
groups digunakan oleh beberapa ahli untuk menyebut semua kelompok latihan
yang menggunakan kelom pok kecil sebagai media. Tetapi kemudian
dirasakan bahwa penggunaan istilah itu terlalu luas sehingga kehilangan
makna aslinya. Eddy dan Lubin (1971) menyarankan penggunaan istilah
"laboratory training groups" untuk kelompok latihan kepekaan karena metode
pendidikannya menekankan pada belajar berdasarkan pengalaman
(experience based learning).
Kelompok latihan kepekaan menekankan pada keterampilan keterampilan
hubungan antar manusia (human relations skills), agar individu dapat berhasil
berfungsi dalam kehidupan di masyarakat terutama dalam lingkungan
pekerjaan. Latihan-latihan dalam kelompok ini dilakukan melalui
pengalaman-pengalaman dalam lingkungan di mana individu dapat
mengadakan percobaan-percobaan yang hasil nya dapat dianalisis, dapat
mengemukakan ide-ide baru, belajar mengambil keputusan dan memecahkan
masalah. Kelompok latihan kepekaan berorientasi pada tugas-tugas yang
harus diselesaikan, dan memusatkan pada masalah-masalah khusus misalnya
kepemim pinan dan peningkatan kreativitas pegawai. Kelompok ini lebih me
mentingkan proses kelompok (tahap-tahap pengembangan kelompok)
daripada pertumbuhan pribadi. Anggota-anggota kelompok latihan kepekaan
diajar dapat mengamati proses bagaimana mereka belajar, lebih responsif
terhadap apa yang terjadi di lingkungannya, dan belajar mengembangkan

9
peranan kepemimpinan dan dapat meneruskan meng gunakan keterampilan-
keterampilan tersebut setelah latihan di labo ratorium selesai. Suatu program
khusus di laboratorium biasanya berlangsung antara beberapa jam sampai dua
minggu atau lebih.

Kelompok Latihan (T-Groups). Kelompok latihan atau kelompok T (T=


training) merupakan unsur pokok dari sebagian besar kelompok latihan di
laboratorium. Di dalam kelompok T para peserta berada dalam lingkungan
yang tidak berstruktur dan bertanggung jawab untuk membangun interaksi
kelompok yang dapat membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka,
misalnya kebutuhan untuk mendapat dukungan, mendapatkan balikan, dan
kebutuhan untuk belajar. Perilaku para peserta disesuaikan dengan peranan-
peranan yang dimainkan nya, dan hal ini merupakan bahan untuk dianalisis
dan dipelajari baik oleh peserta maupun pemimpin kelompok. Dengan
demikian para peserta kelompok T mempunyai kesempatan untuk belajar
tentang cara-cara belajar di mana perilaku mereka diamati oleh anggota lain
dalam kelompok, belajar berbagai macam peranan, belajar cara-cara untuk
menjadi lebih peka terhadap perasaan-perasaan dan perilaku anggota
kelompok yang lain, belajar metode-metode untuk memahami dinamika
perilaku kelompok dan lain-lain.
Tujuan kelompok T adalah untuk mempelajari dan meningka kan
keterampilan-keterampilan hubungan antarpribadi, dan diharap kan apa yang
dipelajari para peserta dalam kelompok tersebut dapat diterapkan dalam
lingkungan hidup dan kerja mereka. Golembiewski dan Blumberg (1977)
menggambarkan tiga cini pokok dari kelompok 7 yaitu (a) merupakan
laboratorium untuk belajar terutama bela keterampilan-keterampilan
hubungan antarpribadi (b) menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
belajar bagaimana belajar, dan (c) me nekankan pada hal-hal yang terjadi pada
saat sekarang dan di sini (here-and-now) dan bukan pada hal-hal yang akan
terjadi pada waktu yang akan datang (there-and-then).

10
Kelompok Pertemuan (Encounter Groups). Kelompok pertemuan
adalah kelompok yang memberikan pengalaman-pengalaman secara intensif
di dalam kelompok kecil, dan menekankan pada pertumbuhan pribadi para
anggotanya. Pertumbuhan pribadi ini dapat dicapai de ngan memperluas
kesadaran individu tentang dirinya sendiri, meng adakan eksplorasi masalah-
masalah hubungan antarpribadi dan keadaan kejiwaan individu yang
bersangkutan, dan menghilangkan hambatan-hambatan yang mengganggu.
Kelompok pertemuan kadang kadang disebut sebagai kelompok
pengembangan pribadi.
Aturan-aturan dasar kelompok pertemuan adalah bahwa para anggotanya
harus terbuka dan jujur, menghindarkan diri dari pembicaraan yang bersifat
"intelektual", dan hanya berbicara tentang perasaan-perasaan dan persepsi-
persepsi mereka mengenai sesuatu hal Tekanan kelompok ini adalah agar para
anggotanya dapat mengeluar kan tekanan-tekanan emosinya dan
mengungkapkannya dengan be bas, oleh sebab itu pemimpin kelompok
mendorong munculnya kon frontasi pendapat di dalam pembahasan suatu
masalah. Kelompok pertemuan juga memusatkan pada masalah-masalah yang
terjadi sekarang di sini dan mengajarkan individu untuk hidup pada saat ini.
Sebagian besar individu yang mengikuti kelompok pertemuan ber usaha untuk
meningkatkan keakraban mereka dalam bergaul dengan orang lain, dan
mengadakan eksplorasi terhadap hambatan-hambatan yang ada pada dirinya
yang menyebabkannya tidak dapat mereali sasikan kemampuannya secara
optimal. Tujuan mereka adalah agar lebih bergairah hidup, lebih spontan,
lebih sadar terhadap pengalaman pengalaman mereka dan mampu mengatasi
perasaan terasing. Corey (1985:11) meringkaskan tujuan kelompok
pertemuan ter sebut adalah agar individu:
a. menjadi lebih sadar terhadap potensi-potensinya yang tersembunyi,
memanfaatkan kekuatan-kekuatannya yang belum digunakan, dan
mengembangkan kreativitas sertaspontanitas;
b. menjadi lebih terbuka dan jujur dengan orang-orang tertentu,
c. mengurangi sikap pura-pura yang mencegah keakraban;

11
d. menjadi lebih bebas terhadap hal-hal yang bersifat "sepatutnya",
"sebaiknya", dan "seharusnya", dan dapat
mengembangkan nilai-nilai pribadi,
e. dapat mengurangi perasaan-perasaan terasing dan takut untuk bergaul akrab
dengan orang lain,
f. belajar bagaimana mengemukakan dengan langsung apayang diinginkannya
g. belajar membedakan antara merasakan dan melakukansesuatu tindakan
pada orang lain,
h. lebih mempedulikan orang lain;
i. belajar bagaimana memberi sesuatu pada orang lain, dan
j. belajar mengurangi keragu-raguan dan membuat pilihan pilihan.
Bentuk dari kelompok pertemuan adalah Kelompok Maraton (Marathon
Groups), yaitu kelompok yang mengadakan pertemuan se cara intensif dalam
waktu tertentu misalnya 24 jam sampai satu minggu atau lebih. Mereka
melakukan kegiatan secara nonstop dan hanya beristirahat pada waktu makan
atau istirahat sebentar. Para peserta kelompok maraton didorong supaya sadar
terhadap topeng topeng pribadi yang mereka kenakan sehari-hari dan berusaha
untuk menemukan diri mereka yang sebenamya dengan jujur.
Kelompok Pengembangan Organisasi (organizational development
groups). Kelompok pengembangan organisasi berasal dari kelompok latihan
di laboratorium, dan mempunyai tujuan untuk dengan sadar mengubah sistem
sosial, misalnya norma-norma dan nilai-nilai sosial. Perubahan norma-norma
dan nilai-nilai sosial merupakan pendorong utama untuk perubahan organisasi
dan perubahan itu terjadi karena pengaruh perilaku para anggotanya (Gazda,
1989).
Para ahli kelompok pengembangan organisasi mendiagnosis masalah-
masalah komunikasi dan interaksi yang terjadi di dalam dan antar unit-unit
pekerjaan, pendidikan, pemerintahan, dan industri. Setelah mendiagnosis
masalah-masalah yang dihadapi dalam masing masing bidang tersebut, para
ahli kelompok pengembangan organ sani memberikan saran-saran perubahan
untuk memperbaiki konda kena dan meningkatkan produktivitas.

12
Kelompok Latihan Keterampilan hidup (life-skills training group)
Kelompok latihan keterampilan hidup adalah kelompok yang melatih kan
keterampilan-keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain. Kelompok
latihan keterampilan ini dikembangkan berdasarkan teori bahwa banyak orang
yang mempunyai masalah-masalah emo sional atau kesulitan dalam
mengadakan penyesuaian sosial disebab kan karena tidak berhasil
mempelajari keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi
hal tersebut, karena contoh yang ditiru kurang baik atau karena lingkungan
yang tidak mendukung atau karena kedua-duanya. Gazda (1989) secara rinci
mengemukakan asumsi-asumsi dasar mengenai latihan keterampilan-
keterampilan hidup yang mempunyai fungsi pencegahan sebagai berikut.
1. Efektivitas fungsi pribadi bergantung pada tingkat penguasaan individu
dalam tujuh bidang perkembangan manusia, yaitu perkembangan: jasmani,
psikologis dan sosial, moral, perasaan, ego, kognitif, dan pekerjaan.
2. Individu-individu yang berfungsi secara efektif mengalami kemajuan
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu.
3. Keterampilan-keterampilan untuk mengatasi masalah dan berhubungan
dengan orang lain dapat dipelajari dengan baik pada umur-umur tertentu.
4. Meskipun kapasitas belajar itu merupakan pembawaan, tetapi tingkat
pencapaian mengenai apa yang dipelajari berkaitan erat dengan lingkungan
dan pengalaman hidup seseorang.
5. Keterampilan-keterampilan hidup itu akan dipelajari dan dipraktikkan di
luar kelompok apabila keseluruhan kurikulum keterampilan keterampilan
hidup tersebut diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kesiapan
individu yang belajar. Untuk anak-anak dan remaja keterampilan-
keterampilan hidup itu harus diajarkan setiap hari seperti halnya pelajaran
membaca, menulis. dan berhitung dan untuk orang dewasa sekurang-
kurangnya setiap minggu.
Pelaksanaan latihan keterampilan-keterampilan hidup untuk fungsi
pencegahan dalam bimbingan kelompok ini akan diuraikan lebih lanjut dalam
Bab VI. Latihan keterampilan-keterampilan hidup juga dapat dilaksanakan

13
untuk tujuan remediasi atau penyembuhan karena se bab-sebab pokok
neuroses dan gangguan jiwa fungsional adalah kegagalan dan ketidak
mampuan individu dalam mempelajari ke terampilan-keterampilan hidup.
B. Dinamika dan Proses Kelompok
Dinamika Kelompok. Gerakan dinamika kelompok mulai pada akhir tahun 1800
di Eropa dan mendapat bantuan dari para ahli sosiologi, psikologi, filsafat, dan
pendidikan: tetapi bantuan yang utama adalah dari lapangan sosiologi dan
psikologi. Dua orang ahli yang banyak bantuannya terhadap pengembangan
dinamika kelompok ada lah Kurt Lewin dan J.L. Moreno. Meskipun demikian
baru pada akhir akhir ini saja, yaitu sekitar tahun enam puluhan, prinsip-prinsip
dan konsep-konsep dinamika kelompok berpengaruh terhadap bidang bimbingan
kelompok.
Ditinjau dari sejarah perkembangan konsep dinamika kelompok Cartwright dan
Zander (1968) mengemukakan tiga macam peng gunaan istilah dinamika
kelompok. Pertama, dinamika kelompok di gunakan untuk menyebut suatu
ideologi atau pandangan yang ber kaitan dengan cara-cara bagaimana kelompok
harus diorganisasi kan dan dikelola. Ideologi ini menekankan pentingnya
kepemimpinan yang demokratis, keikutsertaan para anggota dalam pengambilan
keputusan, dan pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan kerja sama dalam
kelompok demi kepentingan individu dan masyarakat. Kritik terhadap pendapat
ini sering dinyatakan dengan karikatur yang menyatakan bahwa "kebersamaan"
tidak memerlukan pemimpin karena segala sesuatu dikerjakan bersama-sama
dalam kelompok dan setiap orang telah melakukan dan mendapat bagian yang
sama. Kedua, Istilah dinamika kelompok digunakan untuk menyebut sejumlah
teknik seperti permainan peranan, diskusi kelompok, observasi dan pemberian
balikan terhadap proses kelompok, dan pengambil keputusan kelom pok, yang
secara luas digunakan dalam kelompok-kelompok latihan pengembangan
keterampilan hubungan antar manusia, dalam pertemuan-pertemuan dan rapat-
rapat kepanitiaan. Ketiga, dinamika ke lompok digunakan untuk menyebut suatu
penelitian untuk memperoleh pengetahuan tentang hakikat kelompok, hukum-

14
hukum perkembangan kelompok, dan antar hubungan anggota-anggotanya,
hubungan dengan kelompok lain dan dengan lembaga-lembaga yang lebih luas.
Dalam kaitannya dengan kegiatan bimbingan, Shertzer dan Stone (1981-199)
mengemukakan definisi yang pendek tetapi jelas, yaitu: "dinamika kelompok
adalah kekuatan-kekuatan yang berinteraksi da lam kelompok pada waktu
kelompok melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuannya".
Dikemukakan pula bahwa produktivitas kelompok akan tercapai apabila ada
interaksi yang harmonis antara anggota-anggotanya. Ahli lain menggunakan
istilah dinamika kelompok untuk menyatakan proses dan prosedur atau peranan-
peranan yang dilakukan oleh anggota-anggota kelompok. Para ahli dinamika
kelompok telah mengembangkan berbagai teknik untuk melaksanakan
pengawasan dan pemecahan masalah kelompok. Salah satu dari teknik tersebut
adalah menempatkan seorang pengamat untuk mengamati kegiatan yang terjadi
dalam kelompok, untuk mengetahui apakah kegiatannya berlangsung dengan baik
atau ada hambatan.
Para konselor yang memimpin kegiatan-kegiatan kelompok perlu mengetahui
kekuatan-kekuatan apa yang mempengaruhi kelompok dan kekuatan kekuatan apa
yang cenderung merusak kelompok, dan bagaimana kekuatan-kekuatan tersebut
dapat mendorong atau meng hambat perkembangan individu. Cartwright (dalam
Shertzer dan Stone, 1981), mengemukakan hasil penelitiannya mengenal hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan-kegiatan kelompok yang dapat
menghasilkan perubahan pada perilaku anggota-anggotanya, yaitu (1) adanya rasa
memiliki dan dimiliki oleh kelompok yang kuat; (2) makin besar daya pikat
kelompok, makin besar pengaruh kelompok itu pada anggotanya; (3) makin
relevan kegiatan kelompok dengan sikap sikap dan nilai-nilai anggotanya, makin
besar pengaruh kelompok, (4) makin berharga seorang anggota di mata anggota
lainnya, makin besar pengaruhnya terhadap anggota lain; (5) keberhasilan dalam
mengubah perilaku sebagian anggota kelompok akan menyebabkan mereka
menyimpang dari norma-norma kelompok dan menimbulkan perlawanan dari
anggota kelompok yang lain; (6) adanya saling berbagi persepsi pada para anggota
kelompok akan menimbulkan kekuatan untuk berubah; (7) adanya saling berbagi

15
persepsi pada para anggota kelompok mengenai informasi kebutuhan untuk
berubah, rencana rencana perubahan, dan akibat-akibat perubahan, dan (8)
perubahan pada sebagian kelompok akan berpengaruh pada bagian lain, dan
pengaruh ini hanya dapat dikurangi dengan menghapus perubahan tersebut atau
dengan mengadakan penyesuaian kembali dengan bagian bagian yang lain.
Proses Kelompok. Perkataan proses berarti sesuatu yang ber langsung
berkelanjutan, dinamis, dan bertujuan. Proses kelompok mengacu kepada
serentetan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam kelompok atau tahap-tahap
kegiatan yang dilalui oleh para anggota kelompok dalam mencapai tujuan
kelompok. Proses kelompok juga mencakup tindakan-tindakan atau interaksi-
interaksi yang terjadi da lam kelompok untuk mengembangkan dan memajukan
identitas ke lompok serta pengaruh kegiatan-kegiatan tersebut terhadap para
anggota kelompok. Dengan kata lain proses kelompok mengacu pada tahap-tahap
kegiatan yang berlangsung dalam kelompok yang mem buat kumpulan antara dua
atau tiga individu atau lebih itu menjadi "kelompok".
Dalam kegiatan konseling individual proses ini terjadi dalam transaksi antara
konselor dengan klien. Tetapi di dalam konseling kelompok hal ini terjadi dalam
tiga macam interaksi, yaitu: interaks anggota dengan anggota-anggota, dengan
kelompok (pemimpin ke lompok), dan antara kelompok dengan anggota. Proses
kelompok ada lah cara-cara bagaimana anggota-anggota kelompok bekerja
bersama untuk mencapai keterikatan yang positif dalam kelompok, kerjasama dan
semangat kerja kelompok (Shertzer dan Stone, 1981).

KEANGGOTAAN DAN STRUKTUR KELOMPOK


Masing-masing individu mempunyai keunikan, dan keunikan ini akan tampak
pada cara individu itu bergaul dengan orang lain, cara memecahkan masalah, dan
cara hidupnya sehari-hari. Individu individu memasuki kelompok tidak seperti
kertas putih bersih yang masih kosong atau "tabula rasa", di mana pengalaman-
pengalaman nya dalam kegiatan kelompok akan tertulis di sana. Mereka menjadi
anggota kelompok dengan membawa harapan-harapan yang didasari oleh
pengalaman-pengalamannya pada waktu yang lalu. Harapan harapan tersebut

16
kadang-kadang sudah jelas, tetapi kadang-kadang masih kabur. Demikian pula
ada individu yang cepat menyesuai kan diri dan merasa aman dalam situasi baru.
Dengan kata lain ada individu yang cepat merasa in-group, dan sebagian individu
tetap merasa out-group. Di dalam hal ini peranan pemimpin kelompok atau
fasilitator penting sekali untuk dapat mengombinasikan komponen komponen
yang ada dalam kelompok baru itu, dan memberikan kesempatan kepada anggota-
anggota kelompok untuk berperilaku dengan wajar dalam menghadapi situasi
baru. Untuk mempersiap kan anggota-anggota kelompok agar dapat bekerja
dengan efektif dalam kelompok perlu diperhatikan keanggotaan kelompok dan
struktur kelompok.
Keanggotaan Kelompok. Ada berbagai hasil penelitian yang dapat dipakai
untuk membantu penempatan individu dalam kelom pok-kelompok bimbingan.
Beberapa cara yang dilaksanakan pada saat ini, misalnya dengan sistem abjad,
pengelompokan berdasarkan prestasi akademik, minat yang sama, dan kebutuhan
yang sama. Sistem apapun yang dipakai, pertimbangan yang penting yang perlu
diperhatikan dalam pengelompokan tersebut adalah apakah anggota-anggota
dalam kelompok itu dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan efektif dalam
merumuskan tujuan-tujuan bersama, kepentingan-kepentingan yang sama, dan
dapat saling membantu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masing-masing.
Jumlah optimal ang gota dalam satu kelompok agar dapat berpartisipasi secara
penuh dalam interaksi kelompok juga merupakan hal yang penting. Makin besar
kelompok dan makin pendek waktu yang disediakan, makin sedikit interaksi
masing-masing anggota dengan anggota lainnya. Makin luas perbedaan tingkat
kemampuan anggotanya, makin sedikit ke mungkinan untuk dapat berbagi
kepentingan dan bertukar pendapat antara para anggotanya. Selain itu kepribadian
anggota kelompok juga perlu mendapat perhatian, terutama di dalam kelompok
konseling, kelompok latihan, dan kelompok psikoterapi.
Corey, dkk (1988) mengemukakan bahwa cara yang terbaik untuk menentukan
anggota kelompok adalah dengan mengadakan kontak pribadi antara pemimpin
kelompok dengan calon anggota. Dengan kontak pribadi tersebut pemimpin
kelompok dapat menunjukkan nilai nilai dan kegunaan kelompok pada individu

17
yang bersangkutan. Calon anggota kelompok perlu mengetahui tujuan-tujuan
kelompok, pro sedur-prosedur pokok yang digunakan, apa yang diharapkan dari
anggota kelompok, apa yang dapat diharapkan dari pemimpin ke lompok, dan
hasil-hasil atau nilai-nilai yang akan diperoleh. Selain mengadakan kontak
langsung dengan calon anggota, pemimpin ke lompok juga dapat mengadakan
kontak dengan orang-orang yang dapat menghubungkan calon anggota
dengannya, misalnya teman-teman nya, guru-guru, dokter sekolah atau pribadi,
dan kepala sekolah.
Langkah selanjutnya adalah mengadakan pembicaraan secara pribadi dengan
individu-individu yang menjadi anggota kelompok, sehingga pemimpin
kelompok mendapat gambaran manfaat yang akan dapat diperoleh dengan
mengikutsertakan individu tersebut dalam kelompok. Isi pembicaraan pribadi
tersebut berkaitan dengan sasaran dan tujuan kelompok. Secara garis besar Corey,
dkk. (1988) mengemukakan bahwa dalam pembicaraan pribadi tersebut
pemimpin dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut
1. Mengapa individu tersebut ingin bergabung dengan kelompok?
2. Bagaimana individu tersebut melihat dirinya sendiri dan apakah ia
menginginkan perubahan?
3. Apa yang diharapkan individu dari kelompok tersebut? Apakah kelompok akan
dapat membantu individu yang bersang kutan mencapai tujuan-tujuannya?
4 Apa yang ingin diketahui individu dari pemimpin kelompok?
5 Apakah individu yang bersangkutan mengerti tujuan-tujuan dan hakikat
kelompok?
6. Apakah ada petunjuk-petunjuk bahwa kelompok tidak akan ber. manfaat bagi
individu yang bersangkutan?
Pembicaraan pribadi antara pemimpin kelompok dan anggota kelompok ini
sangat berguna untuk membina kepercayaan untuk hu bungan selanjutnya, sebab
tahap ini akan menghilangkan rasa takut anggota dan merupakan dasar bagi
kegiatan berikutnya. Pembicaraan atau wawancara perseorangan ini memang
memakan waktu, tetapi nilainya sangat besar bagi keberhasilan proses kelompok
selanjutnya Individu dapat memperoleh gambaran apa yang dapat diperoleh dari

18
apa yang harus dipersiapkannya untuk ikut kegiatan kelompok, dan individu
merasa bahwa pemimpin kelompok mengenal nya dan memperhatikannya.
Struktur Kelompok. Struktur kelompok mengacu kepada bagai mana susunan
kelompok itu, yang meliputi: macam kelompok, tujuan kelompok, peranan
anggota-anggota kelompok, pemimpin kelompok, aturan-aturan dasar kelompok,
dan pokok-pokok pembicaraan yang akan didiskusikan dalam kelompok. Sebagai
contoh misalnya kelompok yang dibentuk untuk anak-anak SMA.
1. Macam kelompok kelompok pengembang hubungan antar pribadi, yang akan
bertemu dua kali dalam seminggu pada sore hari selama dua jam.
2. Tujuan kelompok, adalah antara lain untuk mengembangkan rasa saling
percaya, saling berbagi perasaan, dapat menerima diri sendiri dan menghargai
diri, mempunyai sikap tenggang rasa terhadap orang lain, menghargai ada pada
orang lain, belajar membuat keputusan dan berani mengha dapi akibatnya, dan
peka terhadap kebutuhan orang lain.
3. Peranan anggota kelompok, adalah mengambil bagian secara aktif dalam
kegiatan-kegiatan kelompok, mematuhi aturan-aturan dasar yang dalam
kelompok, dan berperilaku secara terbuka dan jujur.
4. Pemimpin kelompok konselor sekolah.
5. Aturan-aturan dasar kelompok Aturan-aturan yang harus diikuti
antara lain: anggota harus datang pada semua waktu pertemuan yang sudah
disepakati: anggota harus berusaha meningkatkan kepercayaan anggota lainnya,
anggota harus membuat keputusan berdasarkan hujuan-tujuan mereka, tidak boleh
merokok selama pertemuan berlangsung, dan para anggota harus mendapat
persetujuan orang tua mereka untuk berpartisipasi dalam kelompok.
6. Pokok-pokok pembicaraan, antara lain: mencari arti kehidupan dan
memutuskan nilai-nilai yang dianut, bagaimana bergaul dengan orang lain sekolah
dan dunia kerja, cinta dan pergaulan dengan lawan jenis.
Struktur kelompok berbeda-beda sesuai dengan macam kelom poknya, tetapi
secara garis besar mengandung komponen-komponen yang sama seperti yang
telah diuraikan di atas. Berg dan Landreth (1979) mengemukakan bahwa dalam
kelompok konseling konselor memegang peran utama dalam membuat struktur

19
kelompok. Pertama ma konselor membuat struktur bagi anggota-anggota
kelompok yang dikemukakan pada pertemuan pertama dengan memberikan penje
lasan mengenai: alasan bertemu dalam kelompok, tujuan pertemuan, waktu
pertemuan, dan kode etik pertemuan. Setelah itu konselor menga jukan beberapa
pertanyaan yang mencakup tiga hal yaitu: (a) Bagai mana pendapatmu kalau kamu
diminta untuk bercerita mengenai dirimu dalam kelompok ini? (b) Apakah ada
hal-hal yang belum jelas atau ada yang mau mengajukan pertanyaan? (c)
Kelompok telah membuktikan bahwa adalah membantu apabila masing-masing
orang mau bercerita mengenai dirinya dan apa yang dapat dibantu oleh kelompok.
Siapa yang ingin memulai? Kemudian konselor membagi kan aturan-aturan dasar
(basic ground rules) kepada para anggota. Setelah para anggota kelompok
membaca aturan-aturan tersebut, konselor dapat menanyakan mana dari aturan-
aturan itu yang paling sukar diikuti dan mendiskusikannya dalam kelompok.
Selain inu konselor juga harus mengadakan strukturing mengenai dirinya sendiri.
Beberapa hal yang perlu diingat konselor dalam memimpin kelompok konseling
adalah harus sabar, membantu anggota untuk dapat saling berinteraksi dengan
anggota lain; harus memusatkan perhatian pada materi pokok; mendengarkan hal-
hal yang diungkapkan Allen dan berusaha dapat menangkap arti yang terkandung
di belakang hal-hal yang diungkapkannya. Tujuan strukturing dalam konseling
kelompok ini adalah untuk menciptakan suasana bebas dan permisif dan
memberikan kerangka dasar proses konseling kelompok. Apabila strukturing
dilakukan dengan baik akan tercipta hubungan yang baik, maka akan
menghasilkan pertumbuhan eksplorasi pribadi pada para anggotanya.
C. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kohesifitas Kelompok
Keterikatan kelompok mengacu kepada sejumlah variabel yang yang
mempengaruhi kelompok sehingga para anggotanya tetap berada da lam satu
kelompok. Istilah cohesion berasal dari bahasa Latin berarti "tindakan untuk
membuat terikat". Tingkat keterikatan kelom pok secara tetap berubah sejalan
dengan kejadian-kejadian dalam kelompok yang mempengaruhi perasaan dan
sikap para anggotanya terhadap kelompok. Suatu kelompok yang kohesif adalah
kelompok yang semua anggotanya bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan

20
bersama dan semua anggota bersedia memikul tanggung jawab untuk kepentingan
kelompok dan bersedia menanggung kekecewaan apa bila terjadi hal-hal yang
tidak diharapkan dalam kerjasama itu Keterikatan kelompok ini merupakan
kekuatan dari dalam kelompok dan merupakan salah satu kriteria kelompok yang
sehat. Rasa keteri katan kelompok ini biasanya dinyatakan dengan ungkapan "ke-
kitaan" sebagai lawan dan "ke-akuan", dan ditandai dengan semangat ke kawanan
dan kesetiaan terhadap sesama anggota kelompok.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keterikatan kelompok. Faktor-faktor
itu antara lain adalah: bahasa dan proses berfikir yang sama, masalah-masalah dan
tujuan-tujuan yang sama, dan cara berkomunikasi serta saluran-saluran
komunikasi yang jelas antara sesama anggota. Hal lain yang juga berpengaruh
terhadap keteri katan kelompok adalah: adanya rasa memiliki dan dimiliki oleh
kelompok (sense of belongingness), frekuensi pertemuan, hubungan yang bersifat
kerjasama antara anggotanya, dan organisasi yang mantap di mana para
anggotanya mempunyai tanggung jawab untuk bekerja sama untuk kepentingan
kepuasan kebutuhan masing-masing anggota.
Beberapa faktor yang dapat menghambat terbinanya kelompok yang kohesif
antara lain adalah pengalaman-pengalaman yang tidak kegiatan-kegiatan
kelompok yang tidak menarik, kekecewaan, tujuan-tujuan yang berlainan,
perbedaan-perbedaan pendapat tentang cara-cara untuk mencapai tujuan bersama,
per saingan untuk mendapatkan status, atau ketidaksenangan pribadi antara
sesama anggota.
Untuk dapat membina kelompok supaya dapat menjadi kelompok yang kohesif,
pemimpin kelompok harus mengetahui dan memahami faktor-faktor yang dapat
mendorong dan menghambat keterikatan kelompok tersebut dan membantu
kelompok menghindarkan bahaya bahaya serta mendorong terbinanya kelompok
yang kohmif Penelitian mengenai dinamika kelompok menunjukkan bahwa
banyak kesulitan yang dialami oleh guru atau pemimpin kelompok yang lain
apabila mereka sampai berada dalam posisi saling menyerang dengan ang gota
kelompoknya. Tetapi sebaliknya pemimpin kelompok yang ter lalu
mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok akan merusak perannya sebagai

21
pembimbing. Untuk dapat berperan dengan tepat se bagai pemimpin kelompok
yang baik diperlukan adanya kepekaan sosial yang besar dan kepribadian yang
benar-benar matang. Syarat syarat kepribadian pemimpin kelompok ini akan
dibahas dalam bagian selanjutnya.
Tingkat keterikatan kelompok ditentukan juga oleh tingkat ke terikatan
individu pada kelompok (pay offs), makin tinggi tingkat keterikatan individu pada
kelompok makin besar tingkat keterikatan kelompok (Zastrow, 1987). Beberapa
hal yang membuat kelompok menarik adalah: rasa persahabatan, tercapainya
kebutuhan-kebutuhan pribadi, kebanggaan, kesenangan, dan adanya dukungan
emosional Demikian pula tingkat kerugian yang harus diderita atau dialami
individu (costs) pada tingkat keterikatan kelompok. Makin besar kerugian yang
harus diderita individu makin rendah tingkat keterikatan yang dimiliki (Zastrow,
1987). Beberapa hal yang membuat individu kurang tertarik pada kelompok
adalah: bersama sama dengan orang yang tidak disenangi, membuang waktu dan
usaha terlalu banyak, mendapat kritik, tugas-tugas yang tak menyenang kan, dan
pertemuan-pertemuan yang membosankan.
Keterikatan kelompok bukan merupakan tujuan kelompok, tetapi merupakan
alat untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Meskipun tidak ada hubungan
antara tingkat keterikatan kelompok dengan produktivitas kelompok, tetapi suatu
kelompok yang kohesif mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu. Berg dan
Landreth (1979) mengemukakan bahwa individu-individu anggota kelompok
yang kohesif menunjukkan perilaku sebagai berikut
1. lebih produktif,
2 tidak mudah kena pengaruh-pengaruh negatif dari luar,
3. lebih terbuka terhadap pengaruh dari anggota lain;
4 mampu mengungkapkan hal-hal yang lebih pribadi; dan
5. lebih mampu mengekspresikan perasaan-perasaan negatif dan mengikuti
norma-norma kelompok.
6. lebih mempunyai keinginan dan usaha untuk mempengaruh anggota lain, dan
7. mampu melanjutkan keanggotaannya dalam kelompok lebih lama.

22
Untuk dapat menciptakan suasana kohesif dalam kelompok konseling pemimpin
kelompok harus dapat menciptakan suasana yang mendorong yaitu dengan
menciptakan hubungan baik, dan menumbuhkan rasa saling percaya, terutama
pada tahap-tahap per tama pengembangan kelompok. Di dalam perkembangan
kelompok selanjutnya para anggota kelompok diberi kesempatan yang luas untuk
mengungkapkan perasaan-perasaannya, saling berinteraksi, dan saling
mempercayai.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bagi konselor, guru, dan mereka yang pekerjaannya berkaitan dengan


kepemimpinan dan pemberian bantuan pada orang lain, proses kelompok
mempunyai manfaat yang penting karena dengan mema hami proses kelompok
dapat membantu memahami perilaku orang lain, mengajar dan membimbing
orang lain dengan lebih baik. Dalam konteks bimbingan pengertian kelompok
berarti kumpulan dari dua atau lebih individu yang mempunyai ciri-ciri ada
interaksi, saling ketergantungan yang positif, rasa keterikatan, tujuan bersama,
moti vasi untuk memuaskan kebutuhan antar anggota, peranan dan norma norma
tertentu, dan adanya saling pengaruh mempengaruhi.

Bentuk kelompok bermacam-macam misalnya kelompok primer sekunder,


psikologia-sosial, terbuka dan tertutup; serta kelompok-ke lompok yang berkaitan
dengan pemberian bantuan seperti kelompok bimbingan, kelompok konseling,
kelompok poikoterapi, kelompok latihan kepekaan, kelompok pertemuan,
kelompok latihan keterampilan hidup, dan sebagainya. Masing-masing kelompok
mempunyai ciri dan tujuan yang berbeda.

Di dalam tiap proses kelompok terdapat dinamika kelompok. yaitu kekuatan-


kekuatan yang menggerakkan kelompok untuk men capai tujuannya. Kekuatan-
kekuatan tersebut bermacam-macam baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan proses kelompok. Bagi pemimpin kelompok, yang terpenting adalah
mengenali kekuatan kekuatannya itu dan memanfaatkannya untuk meningkatkan
proses ke lompok dan pencapaian tujuan kelompok.

Setiap kelompok mempunyai struktur tertentu yang mencakup tujuan kelompok,


aturan-aturan dasar, peranan pemimpin dan ang gota, dan aktivitas tertentu.
Demikian pula dalam setiap kelompok keterikatan anggotanya berbeda-beda.

24
Keterikatan itu tergantung dari beberapa faktor antara lain tujuan yang sama,
saluran komunikasi yang sama dan jelas, rasa memiliki dan dimiliki oleh
kelompok, fre kuensi pertemuan, kerjasama dan organisasi yang mantap
Pemimpin kelompok perlu meningkatkan faktor-faktor tersebut dan menghindari
hal-hal yang dapat menurunkan keterikatan kelompok, misalnya ke giatan yang
tidak menarik, pengalaman yang tidak menyenangkan, tujuan yang berbeda-beda,
dan persaingan untuk memperoleh status.

Pemimpin kelompok dan anggota kelompok harus selalu berusaha


meningkatkan keterikatan kelompok, karena dalam kelompok yang kohesif
anggota kelompok cenderung menjadi lebih produktif, terbuka, hubungan
antarpribadi menjadi lebih baik, dan tidak mudah kena pengaruh negatif oleh hal-
hal dari luar kelompok.

25
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Tatiek Romlah, M.A. 2019. TEORI DAN PRAKTEK BIMBINGAN


KELOMPOK. Malang: penerbit Universitas Negeri Malang.

26

Anda mungkin juga menyukai