Anda di halaman 1dari 20

DINAMIKA KELOMPOK

Untuk memenuhi syarat mata kuliah


Perilaku Organisasi Semester 8

Dosen Pembimbing: Mohammad Fajar Noorahman, M.Psi.


Oleh: Kelompok 6
1. Muhammad Rifandi (NPM 16.18.04814)
2. Muhammad Rizki (NPM 16.18.04815)
3. Muhammad Rizki (NPM 16.18.04816)
4. Muhammad Rizki (NPM 16.18.04817)
5. Muhammad Rizki Maulana (NPM 16.18.04818)
6. Mupidah (NPM 16.18.04819)

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA) AMUNTAI


PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI NEGARA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala


limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada Kelompok 6 sehingga dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Dinamika Kelompok “. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Muhammad Fajar
NoorRahman,M.Psi. selaku Dosen Pengasuh mata kuliah Perilaku Organisasi.
Dan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Kami  berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Amuntai, April 2020

Penulis
(Kelompok 6)

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN DEPAN ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Kelompok ............................................................................... 3
B. Teori-Teori Pembentukan Kelompok .................................................. 4
C. Ciri-Ciri Kelompok .............................................................................. 7
D. Jenis-Jenis Kelompok .......................................................................... 8
E. Dasar-Dasar Daya Tarik Interpersonal ................................................ 12
F. Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok ............................................. 13
G. Latihan Memcahkan Kasus dalam Kelompok ..................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang
lain. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, merupakan suatu
konsensus mutlak dan tertanam dalam benak setiap insan manusia. Oleh karena
itu manusia cenderung melakukan interaksi dan kerjasama satu dengan yang lain
untuk mempermudah mencapai tujuan. Kumpulan manusia yang memiliki tujuan
bersama, harapan bersama, kegiatan bersama, norma yang disepakati bersama
secara umum disebut dengan kelompok.
Kelompok ini beragam jenis dan pembagian klasifikasinya, ada yang
berdasarkan fungsinya, bentuknya, ikatannya dan lain-lain. Kuncinta bahwasanya
masing-masing manusia dalam kelompok itu saling bergantung satu dengan yang
lain serta saling mempengaruhi dan berinteraksi.
Kelompok adalah sekumpulan orang atau individu yang terorganisir, dengan
kesamaan kegiatan dan tujuan yang sama. Maka imbasnya, tujuan kelompok
hendaknya ditentukan bersama-sama. Sebagai titik awal dalam membangun
kelompok, tujuan kelompok adalah arah bagi berjalannya kelompok dalam
melakukan aktifitas atau kegiatan yang akan dilakukan, dan ini menjadi begitu
penting dalam membangun kelompok.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang dibuat
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep kelompok?
2. Bagaimana teori-teori pembentukan kelompok?
3. Bagaimana ciri-ciri kelompok?
4. Bagaimana jenis-jenis kelompok?
5. Bagaimana dasar-dasar daya tarik interpersonal?
6. Bagaimana tahap-tahap perkembangan kelompok?
7. Bagaimana contoh memecahkan kasus dalam kelompok?
C. Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk:
1. Mengetahui konsep kelompok.
2. Mengetahui teori-teori pembentukan kelompok.
3. Mengetahui ciri-ciri kelompok.
4. Mengetahui jenis-jenis kelompok.
5. Mengetahui dasar-dasar daya tarik interpersonal.
6. Mengetahui tahap-tahap perkembangan kelompok.
7. Mengetahui contoh memecahkan kasus dalam kelompok.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kelompok
Kelompok dan Tim adalah dua kata yang memiliki persamaan dan
perbedaan. Persamaannya adalah bahwa kedua kata tersebut terdiri dari orang-
orang minimal dua orang. Perbedaannya dapat dilihat pada definisi mengenai
keduanya. Kelompok lebih mengarah pada hubungan antar-orang dengan tujuan
yang umum, sedangkan tim merupakan kelompok yang memiliki hubungan
tanggung jawab satu sama lain. Robbins (2002:101)mendefinisikan keduanya
sebagai berikut.
Kelompok atau “group” adalah two or more individuals, interacting and
interdependent, who have a stable relationship, a common goal, and perceive
themselves to be a group. (kelompok adalah dua individu atau lebih yang
berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai sasaran tertentu). Sedangkan
teams adalah groups that work closely together toward a common objective, and
are accountable to one another. (tim dalah kelompok yang bekerja sama secara
dekat untuk mencapai tujuan umum, dan tanggung jawab satu sama lain).
Dalam kamus Psikologi (1981:214), group didefinisikan sebagai: 1) satu
kumpulan biji, objek, data, peristiwa dan seterusnya yang dapat diperlakukan
sebagai suatu kesatuan; 2) satu kelompok sosial; 3) menempatkan dalam satu
kategori, atau mengumpulkan jadi satu untuk tujuan tertentu. Ketiga pengertian ini
memiliki makna yang saling melengkapi dalam konteks kajian perilaku
organisasi.
Berdasarkan kajian di atas, dapat dipahami bahwa tim itu ada dalam suatu
kelompok atau tim merupakan bagian dari kelompok. Tim memiliki hubungan
psikologis dan sosiologis yang lebih erat di antara anggotanya dalam proses
pencapaian tujuan tim. Keeratan hubungan psikologis dan sosiologis terbentuk
dapat dikarenakan: 1) adanya kerangka waktu yang terbatas dalam pemecahan
masalah atau pencapaian tujuan tim, 2) berdasarkan kondisi tersebut intensitas
hubungan/interaksi antar-orang dalam tim terkondisikan lebih intens, 3) tim
memiliki target sasaran atau tujuan yang lebih spesifik sehingga memberikan

3
arahan yang lebih jelas untuk perilaku setiap orang karenanya stres dan konflik
dalam tim akan lebih sering terjadi. Hal ini mengakibatkan komitmen di antara
anggota akan lebih terstimulasi, sehingga salah paham antar-anggota lebih
intens/lebih cepat terkondisikan.

B. Teori-Teori Pembentukan Kelompok


1. Teori Kedekatan (phopinquity Theory)
Menurut teori ini, seseorang sering berhubungan dengan orang lain
disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerah. Ketika orang-orang
berdekatan secara geografis, baik tempat sementara (Kontrakkan atau kos),
rumah, atau berbagai aktivitas keseharian yang dilakukan maka orang-orang
tersebut akan lebih memungkinkan untuk memiliki intensitas yang lebih
tinggi satu sama lain. Ketika hal ini terjadi maka orang-orang akan memiliki
peluang yang sama untuk membentuk suatu kelompok. Misalnya orang-orang
yang berasal dari daerah Jawa Barat dan tinggal di pulau Batam membentuk
kelompok dengan nama “paguyuban Pasundan” di Batam. Kelompok ini
terdiri dari para pekerja dan penduduk Batam yang berasal dari Jawa Barat.
Sebagian dari mereka telah menjadi penduduk Batam, tetapi karena memiliki
kedekatan tempat tinggal, yaitu sama-sama tinggal di lokasi yang sama di
Batam kemudian orang-orang ini memiliki interaksi yang lebih intens
walaupun memiliki perbedaan profesi. Lama kelamaan, interaksi ini
dirasakan kuat dan semakin kuat dari waktu ke waktu sehingga pada akhirnya
menghasilkan sebuah kelompok “paguyuban”. Pada akhirnya klompok ini
mengembangkan berbagai aktivitas tersebut pada awalnya hanya sekedar
pertemuan biasa orang-orang yang berasal dari lokasi yang berdekatan di
Batam. Demikian halnya dengan “kelompok pelajar Indonesia” yang berada
di Belanda, Mesir, dan lain sebagainya.
Contoh lainnya adalah guru-guru yang tinggal di asrama memiliki
perilaku yang berbeda dengan guru-guru yang tinggal masing-masing di
rumahnya. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kedekatan tempat di mana
mereka tinggal sehari-hari.

4
2. Teori George Homans
Teori pembentukan George Homans memandang bahwa pembentukan
kelompok berdasarkan aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, dan sentimen-
sentimen (perasaan atau emosi). Teori ini memandang tiga asumsi dalam
proses pembentukan kelompok yaitu: 1) semakin banyaknya aktivitas-
aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka interaksi-
interaksinya, dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka;
2) semakin banyak interaksi-interaksi di antara orang-orang, maka semakin
banyak kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada
orang lain; 3) semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan dan
dipahami orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya
aktivitas dan interaksi-interaksi.
3. Teori Keseimbangan Pembentukan kelompok ( A Balance Theory of Group
Formation)
Teori ini memandang bahwa seseorang tertarik kepada orang lain dan
membentuk kelompok didasarkan pada kesamaan sikap masing-masing di
dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Teori ini
dikemukakan oleh Theodore Newcomb (2012) yang mengemukakan
“persons are attracted to one another on the basis of similar attitudes toward
commonly relevant objects and goals. Once a relationship is formed, it
strives to maintain a symmetrical balance between the attraction and the
common attitudes. If an imbalance occurs, attempts are made to restore the
balance. If the balance cannot be restored, the relationship dissolves”.
Apabila digambarkan dasar ketertarikan ini dapat dilihat pada gambar berikut.
INDIVIDUAL X INDIVIDUAL Y

Z
COMMON ATTITUDES AND VALUES

5
Religion
Politics
Lifestyle
Marriage
Work
Authority
4. Teori Pertukaran (Exchange Theory)
Proses pembentukan kelompok juga memungkinkan terjadi karena
adanya interaksi dan susunan sebagai berikut: hadiah-biaya-dan hasil. Dalam
prosesnya pembentukan kelompok menurut teori ini memungkinkan terjadi
karena seseorang atau sekelompok orang memberi sesuatu kepada orang lain
atau pihak lain untuk mendapatkan sesuatu balasan dari orang atau pihak lain
tersebut.
Proses pembentukan seperti ini lazim dan sangat kentara terjadi pada
organisasi politik. Mengapa demikian? Karena organisasi politik memiliki
kondisi yang dinamis dalam mencapai tujuannya sehingga memungkinkan
untuk melakukan berbagai pertukaran dalam berbagai bentuk pertukaran
sehingga memungkinkan akan terbentuk kelompok-kelompok tertentu
sebagai bentuk afiliasi. Bahkan sangat memungkinkan kelompok ini hanya
bersifat singkat atau “tidak lama”.
Proses pembentukan kelompok ini pun terjadi pada organisasi birokrasi
pemerintahan. Namun, kemungkinannya lebih sedikit dibandingkan dengan
orang-orang yang berkecimpung dalam organisasi politik. Pada organisasi
pemerintahan, kelompok-kelompok akan terbentuk melalui suatu proses
pertukaran pada kelompok-kelompok yang sudah memiliki atau bahkan
menjadi suatu tim kerja. Misal ketika seorang pegawai tidak dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan karena ada suatu halangan, kemudian pegawai
tersebut meminta kawannya untuk menyelesaikannya dengan imbalan jika hal
ini terjadi pada kawannya, ia akan melakukan hal yang sama. Pertukaran
semacam ini sering terjadi dalam berbagai organisasi pemerintahan.

5. Teori Alasan-Alasan Praktis (Practicalities of Group Formalization)

6
Teori ini menganggap bahwa kelompok akan terbentuk karena alasan-
alasan yang sifatnya praktis, yaitu ekonomi, keamanan, atau alasan-alasan
sosial. Kelompok-kelompok cenderung memberikan kepuasan terhadap
kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dari orang-orang yang
mengelompok tersebut. Misal para pegawai di suatu atau beberapa
instansi/perusahaan yang berada di DKI Jakarta memiliki kesamaan tujuan
yang sifatnya praktis, seperti mudik bersama ke Aceh pada Idul Fitri. Orang-
orang ini kemudian membentuk kelompok mudik untuk dapat mencapai
tujuannya. Berdasarkan tujuan yang sama inilah dapat diidentifikasi aktivitas
bersama peda kelompok tersebut.
Berdasarkan teori-teori pembentukan kelompok tersebut di atas, dapat
dipahami bahwa pembentukan suatu kelompok selalu didasarkan pada suatu
alasan atau suatu tujuan tertentu dari orang-orang yang membentuk kelompok
tersebut. Oleh karena itu, intensitas dan tinggi rendahnya perilaku oran-orang
dalam kelompoknya dapat diidentifikasi lebih jauh dari sejauh mana alasan-
alasan atau tujuan-tujuan yag dimiliki orang-otang tersebut melandasi
perilaku mereka dalam kelompok tersebut. Lebih jauh, teori ini dapat menjadi
dasar analisis terhadap mengapa seseorang melakukan afiliasi, kolaborasi,
atau berkoalisi dengan orang atau kelompok lain di dalam atau di luar
organisasi. Teori ini pun dapat menjadi dasar analisis mengenai semangat,
motivasi, dan kupuasan kerja seseorang dalam suatu kelompok atau dalam
mencapai tujuannya.

C. Ciri-ciri Kelompok
Menurut H. Josep Rietz (2010) kelompok dicirikan oleh:
1. Dua orang atau lebih, kelompok adalah sekumpulan orang (minimal dua
orang) yang berinteraksi untukmewujudkan suatu tujuan.
2. Berinteraksi satu sama lain. Interaksi atar orang dalam satu kelompok
ditujukan untuk meningkatkan atau memudahkan upaya pencapaian tujuan.
3. Saling membagi tujuan yang sama. Dasar interaksi orang di dalam kelompok
adalah kesamaan alasan mereka untuk bergabung menjadi satu kelompok.
Apapun alasannya bukanlah benar atau salah tetapi apakah dengan alasan

7
tersebut dapat memberikan makna/landasan perilaku yang baik dalam upaya
pencapaian tujuan atau sebaliknya.
4. Melihat dirinya sebagai suatu kelompok. Orang-orang yang berinteraksi
dalam kelompok melihat/memandang kelompoknya sebagai suatu
kesatuan/system. Oleh karena itu, pandangan dan komitmen orang terhadap
kelompoknya ditentukan sejauh mana dia melihat dirinya sebagai bagian
penting dari kelompok, ikut-ikutan saja, penggembira atau malah
menganggap dirinya sebagai benalu bagi kelompok.

D. Jenis-Jenis Kelompok
1. Kelompok Primer
Thoha (2007: 85) menyebutkan, Orang yang pertama kali merumuskan
dan menganalisa suatu kelompok primer ini adalah Charles H. Cooley.
Didalam bukunya organisasi-organisasi sosial (social organizations), yang
diterbitkan untuk pertama kalinya tahun 1909. Seringkali istilah kelompok
kecil (small group) dan kelompok primer (primary group) dipakai silih
berganti. Secara teknis ada bedanya. Suatu kelompok kecil dijumpai hanya
untuk dihubungkan dengan suatu kriteria ukuran jumlah anggota
kelompoknya, yakni kecil.
Dan pada umumnya tidak diikuti dengan spesifikasi berupa jumlah yang
tepat untuk kelompok kecil tarsebut. Tetapi kriteria yang dapat diterima ialah
bahwa kelompok tersebut haruslah sekecil mungkin untuk berhubungan dan
berkomunikasi secara tatap muka. Suatu kelompok primer haruslah
mempunyai suatu perasaan keakraban, kebersamaan, loyalitas, dan
mempunyai tanggapan yang sama atas nilai dari para anggotanya. Semua
kelompok primer adalah kelompok yang kecil ukurannya, tetapi tidak semua
kelompok kecil adalah primer. Contoh dari kelompok primer ini adalah
keluarga yang mana di dalamnya terdapat rasa kebersamaan, loyalitas dan
sebagainya sebagaimana yang telah di paparkan oleh Charles tersebut.
Kelompok Primer adalah sebuah kelompok yang ditandai dengan adanya
sifat keakraban, kerja sama dan hubungan tatap muka di antara anggota
kelompok. Contohnya keluarga, kelompok kolega dan lain-lain. Kelompok

8
primer merupakan orang-orang yang memiliki perilaku tersendiri/khas dan
cenderung menghiraukan pengaruh lingkungan eksternal dalam upayanya
mencapai tujuan. Hal ini dikarenakan kelompok primer memungkinkan untuk
melakukan self managing teams (tim yang mengelola dirinya sendiri).
Melalui proses tersebut tim memungkinkan memiliki kekhasan perilaku
sebagai prosesnya dalam mencapai tujuan kelompok.
2. Kelompok Formal dan Informal
Kelompok formal adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu. Anggota anggotanya biasanya diangkat
oleh organisasi. Tetapi itu tidak harus seperti itu pada setiap kasus. Sejumlah
orang yang ditetapkan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu merupakan
bentuk dari kelompok formal ini.
Kelompok Formal merupakan kelompok yang dengan sengaja dibentuk
untuk melaksanakan suatu tugas tertentu. Contoh: komite sekolah, panitia
HUT 17 Agustus, divisi SDM di perusahaan, kelompok kerja guru (KKG),
kelompok kerja kepla sekolah (K3S) dan lain-lain.
Kelompok formal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok komando
(command group) dan kelompok tugas (task group). Kelompok komando
adalah kelompok yang ditentukan oleh bagan organisasi dan melakukan
tugas-tugas rutin organisasi. Kelompok ini terdiri dari bawahan yang melapor
dan bertanggung jawab langsung kepada pemimpin tertentu. Misalnya
departemendepartemen yang ada dalam perusahaan merupakan contoh dari
kelompok komando. Kelompok tugas adalah suatu kelompok yang
bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu. Anggota
kelompok ini biasanya terdiri dari berbagai unit dalam organisasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan akan keterampilan dan keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas atau proyek tersebut. Misalnya satuan
tugas yang akan dibentuk oleh seorang manajer perusahaan untuk
mengendalikan/menurunkan biaya operasional sebesar 10%.
Kelompok Informal. Adapun kelompok informal adalah suatu kelompok
yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan
seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat, keanggotaan

9
ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok
informal ini sering timbul berkembang dalam kelompok formal, karena
adanya beberapa anggota yang secara tertentu mempunyai nilai-nilai yang
sama yang perlu ditularkan sesama anggota lainnya. Kadangkala kelompok
informal berkembang atau keluar dari organisasi formal.
Kelompok Informal merupakan kelompok yang tumbuh dari proses
interaksi, daya tarik dan kebutuhan-kebutuhan seseorang dalam suatu
kelompok formal. Contoh: kelompok guru hobi bulu tangkis, bola voli,
memancing dan lain-lain.
Kelompok informal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok persahabatan
dan kelompok kepentingan. Kelompok persahabatan, merupakan kelompok
yang terbentuk karena ada kesamaan-kesamaan tentang suatu hal, seperti
kesamaan dalam hobi, status perkawinan, jenis kelamin, latar belakang,
pandangan politik dan lain sebagainya. Kelompok kepentingan, merupakan
kelompok yang berafiliasi untuk mencapai sasaran yang sama. Sasaran jenis
kelompok ini tidak berkaitan dengan tujuan organisasi tetapi semata-mata
untuk mencapai kepentingan kelompok itu sendiri.
Robbins dan Judge (2011: 310), menjelaskan bahwa kelompok formal
bersetruktur organisasi, dengan desain penugasan, dan penentuan tugas.dalam
hal ini peerilaku anggota yang terikat di dalamnya di tentukan dan di arahkan
pada tujuan organisasi. Sedangkan dalam kelompok informal, terbentuk
secara alamiah sebagai tanggapan dan atas kebutuhan akan adanya kontak
sosial. Berdasarkan penjelasan Robbins dan Judge tersebut berarti perilaku
dari anggota organisasi terikat oleh organisasi karena semua penugasan dan
wewenang telah di tentukan oleh organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
Lain halnya dengan kelompok informal yang lebih mengacu pada nilai
nilai sosial individu tanpa adanya setruktural dari kelompok tersebut. Sebagai
contoh, karyawan dalam suatu perusahaan keluar untuk makan siang bersama,
mereka bekelompok pada jam istirahat atau mengikut sertakan dirinya dalam
kegiatan secara spontan pada pekerjaan mereka. Sedangkan anggota dari
depertemen atau lembaga yang makan siang misalnya bersama lembaga lain

10
termasuk dalam kelompok formal. Perbedaan dari kelompok formal dan
informal dapat dipahami bahwa kelompok informal, muncul secara spontan.
Sedangkan formal terbentuk karena adanya otoritas keorganisasian.
3. Kelompok Terbuka dan Tertutup
Kelompok Terbuka merupakan kelompok yang secara ajek/konsisten dan
terus menerus mempunyai rasa tanggap terhadap perubahan dan pembaharuan
yang diperlukan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Kelompok Tertutup merupakan kelompok yang kecil kemungkinan
menerima suatu perubahan atau pembaharuan. Mereka adalah kelompok yang
jarang berinteraksi dengan lingkungan di luar kelompoknya. Karena kurang
akses terhadap kondisi eksternal atau informasi yang berkembang inilah
disebut kelompok tertutup.
Berikut adalah empat dimensi yang membedakan kelompok terbuka dan
tertutup:
Kelompok Kelompok Terbuka Kelompok Tertutup
Dimensi
Perubahan Lebih supel terhadap Cenderung stabil
keanggotaan keluar masuk anggota
kelompok
Kerangka Referensi Angoota baru merupakan Tidak menjadi referensi
referensi perubahan dan
pembaharuan
Perspektif Waktu Masa sekarang dan masa Masa depan selalu
depan dikaitkan dengan masa
lalu
Keseimbangan Kurang seimbang, Stabil, mobilisasi rendah
mobilisasi tinggi

4. Kelompok Referensi
Kelompok Referensi adalah kelompok di mana seseorang melakukan
referensi atasnya. Seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan atau
menginginkan sebagai bagian dari kelompok tersebut, walaupun bukan
anggota organisasi. Salah satu contoh yang saat ini sedang menjadi

11
pembicaraan berbagai kalangan di dunia adalah fenomena Islamic State of
Iraq and Syria (ISIS) yang berkembang di Iraq dan Syria dan menjadi
pembicaraan dunia. Fenomena ini telah menjadikan ISIS sebagai kelompok
referensi bagi sebagian kaum muslimin, khusunya mereka yang bergabung
dengan pasukan ISIS, naik muslim laki-laki maupun perempuan di berbagai
belahan dunia, seperti Inggris, Denmark, Indonesia dan lain sebagainya.
Walaupun ISIS banyak dilarang oleh banyak Negara dan organisasi
kemasyarakatan islam, ISIS saat ini telah menjadi referensi bagi sebagian
umat islam dunia. Hal ini ditandai oleh persetujuan muslim terhadap apa-apa
yang dilakukan oelh kelompok ISIS, bahkan muslim tersebut bangga apabila
menggunakan artibut ISIS dan kesehariannya, merasa bersemangat jika
mendengarkan berita terkait dengan perkembangan ISIS.
Dua fungsi referensi: 1) fungsi perbandingan sosial (social comparison)
dan 2) fungsi pengesahan sosial (social validation).

E. Dasar – Dasar Daya Tarik Interpersonal.


Setiap orang dalam kajian perilaku organisasi harus dipandang sebagai
individu yang unik. Karena keunikan inilah setiap individu memiliki variasi dalam
ketertarikan mereka untuk berkelompok atau membentuk tim satu sama lain.
Beberapa alas an yang menjadi daya tarik antar orang dalam kelompok adalah:
1. Kesempatan untuk berinteraksi. Daya tarik antar orang memungkinkan
muncul dari adanya kesempatan interaksi antara satu orang dengan orang
lainnya. Misalnya, satu pasangan dapat menjalin hubungan diawali dari
munculnya kesempatan berinteraksi dalam sebuah angkot atau pertemuan di
toko. Daya tarik ini dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu: hal – hal yang
berhubungan dengan jarak fisik (physical distance) dan jarak psikologis dan
arsitektur.
2. Status. Status seseorang merupakan suatu kondisi yang dimiliki oleh individu
dan mencirikan masalah atau kekhasannya. Dalam konteks itu, kesamaan
status akan memunculkan daya tarik antar individu, sehingga akan
memunculkan ikatan kelompok atau bahan tim. Contohnya adalah kelompok
senam lanjut usia (Lansia).

12
3. Kesamaan Latar Belakang. Latar belakang yang dimiliki oleh seseorang
memungkinkan akan menjadi daya tarik antar individu, hal ini karena
kesamaan latar belakang akan mengikat emosi antar individu tersebut.
Misalnya latar belakang pendidikan; orang yang satu alumni SMA-nya
kemudian bekerja dalam suatu perusahaan tertentu, maka ia akan memiliki
kedekatan dan ikatan batin yang mengikat daya tarik diantara keduanya.
Contoh lain kesamaan latar belakang agama, kebangsaan, usia dan lainnya.
4. Kesamaan Sikap. Merupakan pengembangan lebih lanjut dari poin ke – 3.
Contohnya kelompok antar mahasiswa, pasangan yang sudah menikah, guru
di suatu daerah/instansi.

F. Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok

Tahap-tahap pembentukan kelompok menurut Robbins (2003) dapat


dilihat pada gambar berikut.

Pembent Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V


pembentukan keributan penormaa pelaksanaa reses
ukan I
n n

Tahapan
Tahapan Tahapan Tahapan pelaksanaan Tahap reses
pembentuka keributan penormaan dicirikan dicirikan oleh
n dicirikan dicirikan dicirikan munculnya
oleh
oleh oleh kepeduliaan
oleh pergeseran
banyaknya hubungan
konfilik dari untuk
ketidakpastia karib dan
didalam keberhasilan mencoba menyelesaikan
an mengenai
kelompok (saling mengerti kegiatan dari
maksud,stru
ktur dan tertarik) dan pada
kepemimpin memahami melaksanakan
an kelompok satu sama tugas
lain

G. Latihan (Memecahkan Kasus)


KASUS : “DINAMIKA KELOMPOK DI SEKOLAH”

13
Seiring dengan bergulirnya implementasi UU SISDIKNAS No. 20 Tahun
2003, sekolah-sekolah diharapkan mengimpelementasikan manajemen berbasis
sekolah (MBS). Dalam hal tersebut, Depdiknas akan memberikan berbagai
bantuan dana kesekolah dengan (salah satu) syaratnya sekolah telah melaksanakan
MBS. Artinya ada komite sekolah dalam struktur sekolah.
Di satu sisi, untuk mengimplemntasikan MBS para stakeholder haruslah
terlebih dahulu paham dengan konsep MBS, sehingga nantinya akan berjalan
lancer. Namun, untuk mencapai hal tersebut kepala sekolah harus melakukan
berbagai pertemuan dan konsulidasi dengan berbagai pihak. Artinya, akan cukup
memakan waktu yang tidak sebentar untuk memberikan wawasan dan pengertian
serta keterampilan bagi para stakeholder untuk mengimplementasikan MBS.
Di sisi lain, kepala sekolah merasa tergiur dan tertantang untuk
mendapatkan berbagai bantuan dana dari Depdiknas yang nilainya bisa mencapai
ratusan juta. Untuk hal tersebut kepala sekolah ditantang untuk mengajukan
proposal yang disetujui oleh komite sekolah.
Pada akhirnya kepala sekolah memutuskan untuk menyusun komite sekolah
dari unsur BP3 terdahulu (yang sudah dibubarkan), dengan pikiran 1) nanti akan
dikonsolidasikan lebih lanjut dengan berbagai pihak (stakeholder), 2) komite
sekolah ini hanya untuk kepentingan mendapatkan bantuan dana, dan 3) waktu
untuk pengajuan proposal bantuan dana sudah mepet (tinggal 3 hari lagi). Dengan
pertimbangan tersebut, kepala sekolah akhirnya menghubungi mantan ketua BP3
dan Wakasek kurikulum. Dari pertemuannya dengan mereka, kepala sekolah
meminta mantan ketua BP3 menjadi ketua komite sekolah, sedangkan
pengurusnya ditunjuk saja dan wakasek kurikulum menjadi bendahara untuk
kegiatan yang diajukan melalui proposal.
Tiga bulan setelah proposal ditandatangani oleh kepala sekolah dan ketua
komite sekolah, proposal pun disetujui untuk didanai oleh Depdiknas. Sekolah
diputuskan mendapakan bantuan sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
untuk kegiatan yang diusulkan. Dalam proposal, kegiatan yang diusulkan
berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran. Namun demikian, para guru di
sekolah dan personel lainnya tidak pernah tahu mengenai apa program yang

14
direncanakan. Tiga poin utama yang menjadi aspek pembiayaan dalam proposal
adalah :
1. Peningkatan kesejahteraan dan profesionalisme guru (10%) ;
2. Peningkatan fasilitas pembelajaran (20%) ; dan
3. Beasiswa bagi siswa yang tidak mampu (70%)
Setelah satu ulan sekolah mendapatkan dana bantuan sekolah, belum ada
program yang dijalankan oleh sekolah dengan menggunakan dana bantuan
tersebut. Namun pada akhirnya ada salah seorang guru yang mengetahui
mengenai keberadaan dana bantuan di sekolah. Untuk memancing kepala sekolah
supaya transparan, guru membuat artikel di media masa setempat mengenai “Dana
Sekolah atau Dana Kepala Sekolah”?. Guru tersebut meminta pihak media masa
tidak mencantumkan namanya dalam media cetak.
Setelah muncul artikel tersebut, kepala sekolah merasa tersinggung karena
jelas-jelas artikel tersebut menyebutkan nama sekolah yang menerima bantuan
dan isinya menyindir serta cenderung menuduh kepala sekolah TIDAK
TRANPARAN DAN KORUPSI. Semakin hari iklim sekolah semakin panas,
sehingga hubungan kepala sekolah dengan personel sekolah menjadi kaku. Karena
dikhawatirkan semakin tajam dan meruncingnya permasalahan di sekolah, pada
akhirnya kepala sekolah mengadakan rapat dengan mengundang komite sekolah,
bendahara, para guru, staf sekolah, para orang tua dan bahkan perwakilan siswa.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelompok dan Tim adalah dua kata yang memiliki persamaan dan
perbedaan. Persamaannya adalah bahwa kedua kata tersebut terdiri dari orang-
orang minimal dua orang. Perbedaannya dapat dilihat pada definisi mengenai
keduanya. Kelompok lebih mengarah pada hubungan antar-orang dengan tujuan
yang umum, sedangkan tim merupakan kelompok yang memiliki hubungan
tanggung jawab satu sama lain.
Untuk lebih mengetahui Dinamika Kelompok kita terlebih dahulu harus
mengetahui konsep kelompok, teori-teori pembentukan kelompok, ciri-ciri
kelompok, jenis-jenis kelompok, dasar-dasar daya tarik interpersonal, tahap-tahap
perkembangan kelompok serta contoh memecahkan kasus dalam kelompok.
Dimana dinamika kelompok ini sebagai titik awal dan hal yang akan terjadi dalam
membangun kelompok, tujuan kelompok adalah arah bagi berjalannya kelompok
dalam melakukan aktifitas atau kegiatan yang akan dilakukan, dan ini menjadi
begitu penting dalam membangun kelompok.

B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah
1. Untuk penulis, makalah ini menjadi bahan untuk lebih mengetahui tentang
dinamika kelompok yang akan berguna dalam organisasi maupun berinteraksi
dalam lingkup kelompok baik besar maupun kecil, formal maupun
nonformal.
2. Untuk pembaca, semoga makalah ini akan menjadi referensi untuk
menambah pengetahuan mengenai dinamika kelompok dan diharapkan
semoga pembaca bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan. Dimana dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari kelompok yang ada di masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Siagian, Sondang P. 1985. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.


Jakarta: Gunung Agung

Supartha, Wayan Gede dan Sintaasih, Desak Ketut. 2017. Pengantar Perilaku
Oeganisasi Teori, Kasus dan Apllikasi Penelitian. Denpasar Timur: PT.
Mabhakti

Triatna, Cepi. 2016. Perilaku Organisasi dalam Pendidikan. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya Offset

Wijaya, Chandra. 2017. Perilaku Organisasi. Medan: Lembaga Peduli


Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI)

Anda mungkin juga menyukai