Anda di halaman 1dari 18

PERILAKU ORGANISASIONAL

PERTEMUAN 9: Dasar dari Perilaku Kelompok

Mendy Feila Maryam

201011250155

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

UNIVERSITAS PAMULANG

2022
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek tepat pada waktunya. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada ibu Suciati Muanifah S.E.,M.M. yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pemahaman tentang materi
perkuliahan ini. Terima kasih pula kami ucapkan kepada teman teman yang telah
membantu dalam menyusun Makalah ini.

Dalam penulisan Makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat


banyak kesalahan dan kekurangan, Hal ini karena keterbatasan kemampuan dari
penulis Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan Makalah ini. Kami sangat
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
2.1. Definisi Kelompok......................................................................................3
2.2. Tipe tipe Kelompok....................................................................................4
2.3. Tahap tahap dalam pengembangan Kelompok.......................................5
2.4. Properti Kelompok.....................................................................................6
2.5. Pengambilan Keputusan Kelompok.........................................................8
BAB III..................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan...............................................................................................14
3.2. Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling

bergantung, yang datang bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Orang-orang membentuk kelompok karena manusia adalah makhluk sosial yang

tidak dapat hidup sendiri maka dari itu kelompok sosial berfungsi untuk

berinteraksi satu sama lain. Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia

dalam berorganisasi. Dalam organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok,

pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau

kecil sangat kuat kercenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok

kelompok tertentu. Di mulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang

dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan berapakali adanya

kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain, dan

mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.

Tantangan yang paling berat dihadapi oleh organisasi dengan meningkatnya

perubahan adalah perbedaan individu yang ada di dalam organisasi, yang

selanjutnya akan membentuk prilaku kelompok. Salah satu topik menarik dalam

bidang perilaku organisasi untuk ditelaah atau diteliti adalah mengenai perilaku

kelompok. Dalam kelompok tentu akan banyak dijumpai perbedaan antara

individu dalam berperilaku hal ini tentu bisa menjadi hambatan dalam

mencapai tujuan

1
apabila perbedaan yang ada tidak dikelola dengan baik. Perilaku seseorang dalam

kelompok tentu menjadi hal yang perlu diperhatikan karena dalam kelompok

individu harus bisa bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik pada individu

lain nya. Hal ini akan saling bersinergi manakala aktifitas akan bersentuhan satu

sama lain dalam membentuk satu capaian yang di inginkan bersama. Kelompok

dapat mengubah motivasi individu atau kebutuhan, dan bisa mempengaruhi

prilaku individu dalam satu kondisi organisasi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi kelompok dan apa saja tipe tipe kelompok?

2. Apa saja lima tahap pengembangan kelompok?

3. Apa saja properti dalam kelompok?

4. Apa kekuatan dan kelemahan pengambilan keputusan dalam kelompok?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi kelompok dan mengenal tipe kelompok yang

berbeda

2. Untuk mengidentifikasi lima tahap pengembangan kelompok

3. Untuk mengetahui properti dalam kelompok

4. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pengambilan keputusan dalam

kelompok.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang

berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu

dengan yang lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut

Pengertian Kelompok menurut beberapa ahli, diantaranya:

1. Menurut Schermerhorn, Kelompok adalah Suatu kumpulan dua atau lebih

orang-orang yang bekerja dengan yang lainnya secara teratur untuk

mencapai satu atau lebih tujuan umum

2. Menurut Greenberg dan Baron, kelompok adalah Sekumpulan dua

individu atau lebih yang saling berinteraksi dengan pola hubungan yang

tetap dan saling berbagi tujuan, dan menganggap mereka sebagai suatu

kelompok

3. Menurut Kreitner dan Kinicki, kelompok adalah Sekumpulan orang

dengan keahlian yang beragam, dimana mereka sepakat dalam suatu

kegunanaan, tujuan dan pendekatan.

4. Menurut Robbin, kelompok adalah Dua atau lebih individu yang

berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai

sasaran tertentu.

5. Menurut Gibson, kelompok adalah Dua atau lebih karyawan yang

berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehinga perilaku dan atau

prestasi anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota lain.

3
Berdasarkan definisi tersebut, maka sebuah kelompok harus memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Beranggotakan minimal 2 (dua) orang

2) Mereka saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lainnya,

3) Perilaku dan kinerja mereka saling mempengaruhi satu sama lainnya,

4) Ada tujuan tertentu yang ingin mereka capai.

2.2. Tipe tipe Kelompok

1. Kelompok Formal

Kelompok formal merupakan suatu kelompok kerja yang ditandai dengan

struktur organisasi, aturan, fungsi dan lain-lain. Kelompok formal didefinisikan

sebagai kelompok yang sengaja dibentuk dalam organisasi dengan tujuan-tujuan

tertentu. Kelompok formal, pada umumunya mempunyai peraturan kerja yang

jelas, pembagian tugas yang jelas dan secara resmi diakui oleh organisasi.

a) Kelompok Komando

Kelompok yang tersusun atas Atasan dan Bawahan dan ditentukan oleh

bagan organisasi

b) Kelompok Tugas

Kelompok yang ditetapkan secara organisasi yang bekerja sama untuk

menyelesaikan suatu tugas.

2. Kelompok Informal

4
Kelompok informal adalah kelompok yang tidak terstruktur secara formal dan

tidak ditetapkan secara organisasi. Kelompok informal dibentuk karena adanya

kebutuhan akan kontak sosial. Kelompok informal terdiri dari dua tipe yaitu :

a) Kelompok Kepentingan

Kelompok yang bekerja sama untuk mencapai suatu sasaran khusus yang

menjadi kepedulian bersama

b) Kelompok Persahabatan

Kelompok yang bersama-sama karena mempunyai kesamaan karakter

2.3. Tahap tahap dalam pengembangan Kelompok

Adapun 5 (lima) tahap unit yang harus dilalui dalam pengembangan

kelompok, yakni sebagai berikut:

1. Tahap pembentukan (Forming). Tahap awal ini ditandai ketidakpastian

atas tujuan, struktur dan kepemimpinan. Anggota mempertimbangkan tipe

perilaku apa yang cocok dan dapat diterima. Tahap ini selesai ketika

anggota merasa menjadi bagian dari kelompok.

2. Tahap keributan (storming). Seperti diindikasikan istilahnya (ribut), tahap

ini ditandai oleh konflik dan konfrontasi diantara anggota. Mereka masih

saling curiga satu sama lainnya karena belum begitu mengenal sifat dan

tingkah laku masing-masingnya. Ketika tahap ini selesai terdapat kepastian

strukur.

3. Tahap penormaan (norming). Tahap ini struktur menjadi solid, kohesivitas

tinggi, perbedaan menjadi kerjasama.

5
4. Tahap berkinerja (performing). Tahap ini struktur sudah berfungsi dan

fokus pada penyelesaian tugas. Untuk kelompok kerja permanen berkinerja

adalah tahap akhir. Untuk tim, panitia, satgas dan sejenisnya terdapat tahap

pembubaran.

5. Tahap pembubaran (adjourning). Untuk proyek tim atau tugas dengan

tujuan khusus, saat tujuan tercapai kelompok akan membubarkan diri atau

memiliki komposisi baru dan tahapan dimulai dari awal.

2.4. Properti Kelompok

1. Peran

Peran adalah suatu rangkaian pola perilaku yang diharapkan yang

dikaitkan dengan seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit

sosial.

 Persepsi Peran (role perception) adalah suatu sudut pandang individu

mengenal bagaimana dia seharusnya bertindak dalam suatu situasi

tertentu.

 Ekspektasi Peran (role expectation) adalah bagaimana yang lainnya

meyakini seseorang akan bertindak dalam suatu situasi tertentu.

 Konflik Peran (role conflict) adalah suatu situasi yang mana individu

diharapkan oleh ekspektasi peran yang berbeda-beda.

2. Norma

Norma adalah standar perilaku yang diterima didalam kelompok dari

berlaku diantara para anggota kelompok.

6
Kepatuhan (conformity) adalah penyesuaian perilaku seseorang agar

sejalan dengan norma kelompok.

Perilaku menyimpang ditempat kerja (deviant workplace behavior) adalah

perilaku bersifat sukarela yang melanggar norma organisasi secara

signifikan dan, dengan demikian, dapat mengancam kesejahteraan

organisasi atau para anggotanya. Juga dinamakan perilaku antisosiak atau

ketidaksopanan ditempat kerja.

3. Status

Status adalah suatu posisi didefiniskan secara sosial atau peringkat yang

diberikan kepada kelompok atau para anggota kelompok oleh orang lain.

Teori karakteristik status (status characteristics theory) adalah suatu teori

yang menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan dalam karakteristik status

akan menciptakan hierarki status didalam kelompok.

Hal-hal yang menentukan status :

a) Kekuasaan seseorang yang dimilki atas orang lain.

b) Kemampuan seseorang untuk memberikan kontribusi bagi tujuan

kelompok.

c) Karakteristik pribadi individu.

4. Besaran

Salah satu dari temuan yang paling penting mengenai besaran kelompok

dengan memperhatikan kemalasan sosial.

7
Kemalasan sosial (social loafing) adalah kecenderungan bagi para individu

untuk mengeluarkan sedikit upaya ketika bekerja secra kolektid daripada

ketika bekerja secara individu,

5. Kekompakkan

Kekompakkan (cohesiveness) adalah keadaan yang mana para anggota

kelompok tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap bertahan

dalam kelompok.

6. Keragaman

Keragaman (diversity) adalah sejauh mana para anggota dari suatu

kelompok memiliki kesamaan, atau berbeda dari, satu sama lain.

Lini kesalahan (faultlines) adalah divisi yang dipandang yang membagi

kelompok menjadi dua atau lebih subkelompok yang didasarkan pada

perbedaan indvidu, misalnya jenis kelamin, ras, umur, pengalaman kerja,

dan pendidikan.

2.5. Pengambilan Keputusan Kelompok

Pengambilan keputusan kelompok dapat secara luas digunakan dalam

organisasi, tetapi keputusan kelompok lebih disukai bila diambil oleh individu.

Namun hal tersebut bergantung pada sejumlah faktor dengan melihat pada

kekuatan dan kelemahan dalam pengambilan keputusan kelompok.

1. Keunggulan pengambilan keputusan kelompok

Menurut Robbins et al (2013). pengambilan keputusan kelompok memiliki

beberapa keunggulan, yaitu:

8
a) Kelompok dapat menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih

lengkap. Dengan menjumlahkan sumber-sumber daya dari beberapa

individu, kelompok membawa lebih banyak masukan dan

heterogenitas ke dalam proses pengambilan keputusan.

b) Semakin meningkatnya keragaman pandangan. Hal ini membuka

kesempatan terhadap lebih banyak pendekatan dan alternative untuk

dipertimbangkan.

c) Dapat meningkatkan penerimaan atas sebuah solusi. Banyak keputsan

gagal setelah pilihan terakhir dibuat karena orang-orang tidak

menerima solusi tersebut. Anggota kelompok yang berpartisipasi

dalam mengambil sebuah keputusan kemungkinan akan mendukung

keputusan tersebut dengan antusias dan mendorong orang lain untuk

menerimanya

2. Kelemahan pengambilan keputusan kelompok

Robbins et al (2013) mengemukakan beberapa kelemahan pengambilan

keputusan kelompok, yaitu:

a) Keputusan kelompok lebih memakan waktu karena kelompok-

kelompok biasanya membutuhkan waktu lebih banyak untuk

mencapai sebuah solusi dibandingkan dengan bila seorang individu

yang mengambil keputusan tersebut.

b) Terdapat tekanan-tekanan konformitas dalam kelompok. Keinginan

para anggota kelompok untuk diterima dan dianggap sebagai asset di

9
dalam kelompok tersebut dapat berakibat menghentikan perbedaan

pendapat yang ada.

c) Diskusi-diskusi kelompok dapat didominasi oleh satu atau sedikit

anggota. Jika koalisi dominan ini terdiri atas anggota-anggota dengan

kemampuan rendah dan menengah, efektivitas keseluruhan kelompok

tersebut akan lumpuh.

d) Adanya tanggung jawab ambigu. Dalam sebuah keputusan individual,

sudah jelas siapa yang bertanggung jawab untuk hasil akhirnya.

Dalam sebuah keputusan kelompok, tanggung jawab dari anggota

tunggal tidak jelas.

3. Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok

Menurut Robbins et al (2013) bentuk pengambilan keputusan kelompok yang

paling umum terjadi di dalam kelompok yang berinteraksi (interacting group).

Dalam kelompok ini, para anggota bertemu secara tatap muka dan mengandalkan

interaksi verbal maupun nonverbal untuk dapat saling berkomunikasi. Beberapa

teknik pengambilan keputusan telah diusulkan sebagai cara-cara untuk

mengurangi banyak masalah yang melekat pada kelompokyang berinterkasi secara

tradisional. Teknik-teknik tersebut menurut Robbins et al (2013) adalah:

a) Kelompok yang berinterkasi (interacting group)

Dalam kelompok ini, para anggota bertemu secara tata muka dan

mengandalkan interkasi verbal maupun nonverbal untuk dapat saling

berkomunikasi. Tetapi kelompok yang berinterkasi sering kali melakukan sensor

1
tchadap diri mereka sendiri dan menekan anggota-anggota individual menuju

konformitas pendapat.

b) Tukar pikiran (brainstorming).

Tukar pikiran dimaksudkan untuk mengatasi tekanan pada konformitas

dalam kelompok yang berinteraksi yang memperlambat perkembangan alternative-

alternatif kreatif. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan sebuah proses

pembangkitan ide yang secara khusus mendorong semua alternatif apa pun sambil

menahan kritik atas alternatif-alternatif tersebut. Dalam sebuah sesi tukar pikiran,

setengah hingga satu lusin orang duduk mengitari sebuah meja. Pemimpin

kelompok menyatakan masalahnya dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh

semua peserta. Para anggota kemudian menggulirkan dengan bebas sebanyak

mungkin alternatif yang dapat mereka berikan dalam jangka waktu tertentu. Tidak

diperbolehkan adanya kritikan, dan semua alternatif direkam untuk diskusi dan

analisis selanjutnya. Satu ide merangsang ide yang lain dan penilaian serta saran

yang paling ganjil ditahan sehingga akhirnya mendorong anggota kelompok untuk

memikirkan sesuatu yang tidak biasa". Tukar pikiran memang memberikan

banyak ide, tetapi tidak dengan cara yang paling efisien. Penelitian secara terus

menerus memperlihatkan bahwa individu yang bekerja sendirian akan

menghasilkan lebih banyak ide karena halangan produksi, yaitu ketika orang-

orang menghasilkan ide di sebuah kelompok, terdapat banyak orang yang

berbicara dalam waktu yang bersamaan, yang menghalangsi proses pemikiran dan

akhirnya mengganggu pembagian ide-ide.

c) Teknik nominal kelompok (nominal group technique)

1
Teknik ini mealrang diskusi atau komunikasi antarpersonal selama proses

pengambilan keputusan, hal ini yang dimaksud dengan nominal. Para anggota

kelompok semuanya hadir, seperti di sebuah pertemuan komisi tradisional, tetapi

para anggota beroperasi secara independen. Secara spesifik, sebuah masalah

diberikan dan kemudian terjadi langkah-langkah berikut:

 Para anggota bertemu sebagai sebuah kelompok tetapi sebelum terjadi

diskusi apa pun, setiap anggota secara independen menuliskan ide-ide

pada masalah tersebut.

 Setelah periode diam ini, setiap anggota memberikan satu ide kepada

kelompok. Setiap anggota secara bergiliran memberikan satu ide

tunggal hingga semua ide diberikan dan direkam. Tidak ada diskusi

yang terjadi mengevaluasi ide-ide tersebut.

 Kelompok tersebut kemudian mendiskusikan ide-ide untuk kejelasan

dan mengevaluasi ide-ide tersebut.

 Setiap anggota kelompok dengan diam dan independen memasukkan

ide-ide tersebut dalam peringkat secara berurutan. Ide dengan

peringkat agregat tertinggi menentukan keputusan final. Keuntungan

utama dari teknik kelompok nominal adalah bahwa teknik tersebut

mengizinkan kelompok untuk bertemu secara formal tetapi tidak

menghalangi pemikiran independen. Riset umumnya menunjukkan

bahwa kelompok nominal mempunyai hasil yang lebih baik

dibandingkan kelompok tukar pikiran

d) Teknik pertemuan dengan media elektronil (electronic meeting)

1
Konsep electronic meeting ini sederhana. Setelah alat teknologinya

disiapkan, 50 orang atau kurang duduk mengitari sebuah meja berbentuk tapal

kuda, yang bersih tanpa apa pun kecuali adanya serangkaian terminal komputer.

Berbagai persoalan dihadirkan kepada para peserta dan mereka mengetikkan

tanggapan- tanggapan mereka ke dalam layar komputer mereka. Komentar

individual, juga suara agregat ditampilkan di sebuah layar proyeksi.

Keuntungannya adalah anomitas, kejujuran, dan kecepatan. Para peserta dapat

secara anonym mengetikkan pesan apa pun yang mereka inginkan dan pesan

tersebut tampil di layar untuk dilihat semua orang. Teknik ini juga memungkinkan

orang untuk sangat jujur tanpa dikenakan hukuman. Seharusnya hal ini

berlangsung cepat karena mengeliminasi perbincangan, diskusi tidak melantur,

dan banyak peserta dapat berbicara di saat yang bersamaan tanpa menginjak kaki

orang lain. Namun, cara ini menurut evaluasi dari banyak penelitian dapat

menurunkan efektivitas kelompok, membutuhkan waktu lebih banyak untuk

menyelesaikan tugas, dan mengakibatkan berkurangnya kepuasan para anggota

bila dibandingkan dengan tatap muka.

1
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perilaku kelompok merupakan respon respon anggota kelompok terhadap

struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah

kelompok memasuki dunia organisasi maka karateristik yang dibawanya adalah

kemampuan, kepercayaan pribadi, penghargaan kebutuhan, dan pengalaman masa

lalunya. Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula

terbentuknya kelompok. Mulai dari anggapan adanya kedekatan ruang kerja

maupun tempat tinggal mereka, sampai kepada alasan-alasan praktis. Di dalam

suatu kelompok yang sebenarnya, para mempertimbangkan diri mereka sendiri

dan bergantung satu dengan anggota lainnya untuk mencapai tujuan umum, dan

mereka saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk mengejar

tujuannya atas dukungan dalam suatu periode waktu.

3.2. Saran

Sebaiknya setiap anggota kelompok yang masuk bergabung dengan sebuah

organisasi baik itu organisasi besar maupun kecil haruslah bisa beradapsi dengan

keadaan organisasi tersebut dan hanya mempertahankan prilaku yang baik saja

sewaktu berada dalam kelompok ke dalam organisasi.

1
DAFTAR PUSAKA

AccOuntiNg_CenTer. (2010, Januari 28). DASAR DASAR PERILAKU KELOMPOK. Retrieved


from https://accountingcenter.wordpress.com/2010/01/28/dasar-dasar-
perilaku-kelompok/

Dr. Hj. Rahmi Widyanti, M. S. (2019). Perilaku Organisasi (Teori dan Konsep) jilid 1.
Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan MAB.

Kuddussamah. (2020). Dasar Dasar Perilaku Individual Dalam Perilaku Organisasi Di Era
Digital. Jurnal Literasiologi, 6.

Perilaku manajemen human. (2015, Oktober 30). Dasar Dasar Perilaku Kelompok.
Retrieved from http://manajemen-perilaku-
human.blogspot.com/2020/03/dasar-dasar-perilaku-kelompok.html

Anda mungkin juga menyukai